tutorial perinatologi nkb-smk

65
Bagian Ilmu Penyakit Anak Tutorial Klinik Perinatologi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman NEONATUS KURANG BULAN, SESUAI MASA KEHAMILAN Disusun Oleh : M. Iqbal (0708015049) Renny Tri Utami (0808015023) Pembimbing : dr. Hendra, Sp.A Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Upload: henny-indriani

Post on 27-Oct-2015

115 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

case report

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Bagian Ilmu Penyakit Anak Tutorial Klinik Perinatologi

Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Mulawarman

NEONATUS KURANG BULAN,

SESUAI MASA KEHAMILAN

Disusun Oleh :

M. Iqbal (0708015049)

Renny Tri Utami (0808015023)

Pembimbing :

dr. Hendra, Sp.A

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman

Samarinda

2013

Page 2: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. AKB 1990 berkisar

70 per 1000 kelahiran, namun lima tahun kemudian tepatnya 1995 terjadi penurunan hingga

66 per 1000 kelahiran. AKB mengalami penurunan tajam pada periode tahun 1997 yaitu

menjadi 50 bayi per 1000 kelahiran dan penurunan yang signifikan tercapai pada tahun 2003

yaitu menjadi 35 bayi per 1000 kelahiran. AKB pada periode 2003 – 2007 relatif stagnan di

kisaran 34 per 1000 kelahiran. AKB di Indonesia ini masih tergolong tinggi bila

dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari

Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand

(Departemen Kesehatan RI 2008).

Ada beberapa penyebab mengapa masih tingginya AKB di Indonesia. Penyebab

kematian bayi itu sendiri digolongkan berdasarkan usia, yaitu penyebab kematian bayi usia 0

– 7 hari dan kematian bayi usia 7 – 28 hari. Penyebab utama kematian bayi usia 0 – 7 hari

adalah gangguan pernapasan (35,9%) dan prematur (32,4%). Sedangkan, penyebab utama

kematian bayi usia 7 – 28 yaitu sepsis neonatorum (20,5%) dan malformasi kongenital

(18,1%) (Riset Kesehatan

Dasar, 2007).

Kelahiran bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) di Indonesia masih

tergolong tinggi. Kelahiran bayi prematur selalu diikuti dengan BBLR . Prevalensi bayi

prematur di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 7 – 14 %, bahkan di beberapa kabupaten

mencapai 16%. Prevalensi ini lebih besar dari beberapa negara berkembang yaitu 5 – 9 % dan

12 – 13 % di USA. Prevalensi nasional BBLR adalah sebesar 11,5%. Sebanyak 16 propinsi

mempunyai prevalensi BBLR di atas prevalensi nasional.

Penyebab kematian bayi prematur dihubungkan dengan masalah yang terjadi akibat

immaturitas organ yang menyebabkan komplikasi prematur. Penyebab terbanyak kematian

bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS). Penyebab lain kematian bayi

prematur adalah asfiksia saat lahir, infeksi, malformasi kongenital, kernicterus akibat

hipotermi atau konjugasi bilirubin (Pilliteri, 2003; Riskesdas, 2007).

Page 3: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

BAB II

STATUS PASIEN

Anamnesa dilakukan Pada hari Selasa tanggal 28 Mei 2013

Identitas Pasien

Nama : By. Ny M

Usia Gestasi : 34 minggu

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 23 Mei 2013

Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Tn. R

Usia : 40 tahun

Alamat : Jl. Hj. Jahrah Samarinda

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan Terakhir : SD

Nama Ibu : Ny. M

Usia : 40 tahun

Alamat : Jl. Hj. Jahrah Samarinda

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMP

MRS : 21 Mei 2013

Pukul : 21.30 Wita

Keluhan Utama : Nyeri ulu hati

Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri pada ulu hati dirasakan sejak tadi pagi sebelum

masuk rumah sakit, timbul secara mendadak dan terus –

menerus. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri kepala

dan leher yang timbul bersamaan dengan keluhan nyeri

ulu hati, nyeri kepala sering dirasakan oleh pasien baik

sebelum atau ketika hamil, namun nyeri kepala yang

dirasakan sejak tadi pagi sangat berat. Pasien juga

Page 4: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

merasakan pandangan kabur sejak tadi pagi. Keluhan

tersebut baru pertama kali dirasakan oleh pasien selama

kehamilan ini. Kemudian pasien dibawa ke RS A Moeis

Samarinda, namun karena tidak ada dokter spesialis

kandungan, maka pasien dirujuk ke RSUD AWS

Samarinda. Tidak ada keluhan perut kencang, keluar

darah dari jalan lahir ataupun keluar air dari jalan lahir.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada keluhan yang serupa sebelumnya

Pasien memilki riwayat tekanan darah tinggi, dan rutin minum obat captopril

Riwayat tekanan darah tinggi tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang serupa dengan pasien

Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga disangkal

Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus haid : 30 hari/ teratur

Lama haid : 7 hari

Jumlah darah haid : 2-3 kali ganti pembalut

Hari pertama haid terakhir : 09- 10 - 2012

Taksiran persalinan : 16 - 07- 2013

Riwayat Pernikahan

Merupakan pernikahan pertama, pasien menikah pada usia 24 tahun dengan lama

pernikahan selama 16 tahun.

Riwayat Obstetrik

Page 5: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

No.Tahun

partus

Temp

at

Partu

s

Umur

kehamilan

Jenis

Persalina

n

Penolong

Persalina

n

Penyuli

t

Jenis

Kelamin/

Berat Badan

Keadaan

anak

Sekarang

1. 1998 BPS Prematur spontan Bidan -Laki –

laki/1100 grsehat

2. 2000 BPS Aterm spontan bidan -Perempuan/

2900 gr

Meningg

al

2007 BPS Aterm spontan bidan - Laki – laki/ sehat

4Hamil

ini

Kontrasepsi

KB Pil selama 3 tahun.

Riwayat Kehamilan

• Pemeliharaan Prenatal : pernah dan rutin

• Periksa di : bidan

• Penyakit kehamilan : tekanan darah tinggi

• Obat-obatan yang sering diminum : -

PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR

Page 6: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Riwayat Kehamilan :

Sindrom HELLP

Kebiasaan Waktu Hamil :

Pola makan teratur

Tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan diluar resep dokter

Selama kehamilan, tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi

Tidak merokok

Tidak minum minuman beralkohol

Riwayat Persalinan Sekarang :

• Paritas : P4A0

• Lahir di : RSUD AWS Samarinda

• ditolong oleh : dokter

• Berapa bulan dalam kandungan : 32 minggu

• Jenis partus : sectio cesarea atas indikasi hellp sindrom

• Air ketuban : campur darah

NILAI APGAR

Apgar Score 1 menit 5 menit

Detak Jantung 2 2

Pernafasan 2 2

Warna Kulit 2 2

Reaksi Peghisapan 1 1

Tonus otot 1 2

Total 8 9

Resusitasi : dilakukan

Penghisapan lendir : dilakukan

Ambubag : tidak dilakukan

Massage jantung : tidak dilakukan

NEW BALLARD SCORE

Page 7: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Penilaian

Neuromuskuar

Nilai Maturitas Fisik Nilai

Sikap tubuh 4 Kulit 1

Square Window 3 Lanugo 1

Arm Recoil 5 Permukaan plantar 2

Popliteal angle 3 Payudara 1

Scarf sign 0 Mata/telinga 1

Heel to ear 4 Genitalia 0

19 6

Total Score = 19 + 6 = 25, yang menandakan usia gestasi 34 minggu

PEMERIKSAAN FISIK BAYI

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Berat Badan : 1300 gram

Tinggi badan : 37 cm

Lingkar Kepala : 28 cm

Lingkar Dada : 24,5 cm

Nadi : 120 x/ menit, regular, kuat angkat

Pernafasan : 41 x/menit

Suhu : 36,3 C

Kepala

Bentuk : Normocephal

Ubun – ubun datar

Rambut : Lebat, hitam

Muka

Raut muka : normal

Odema : tidak ada

Moon face : tidak ada

Mata

Bentuk : Normal

Page 8: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Palpebra : Normal

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterik (-/-)

Pupil : Isokor (2mm/2mm), reflex cahaya (+/+) Dextra=Sinisstra

Lensa : Jernih

Gerakan bola mata : Normal

Hidung

Bentuk : normal

Pernafasan cuping hidung : (-/-)

Sekret : (-/-)

Mulut

Bibir : merah kecoklatan, mukosa basah , sianosis(-),

Lidah : merah muda , mukosa basah

Gigi : -

Gusi : Merah muda

Leher

Trakea : di tengah

Kelenjar : KGB normal, tiroid tidak membesar

Massa : tidak teraba adanya massa

Thorax

Inspeksi : Bentuk normochest, retraksi ICS (-), iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris (d=s), iktus kordis tidak teraba

Perkusi : sonor, batas jantung kesan tidak membesar

Auskultasi : bronkovesikuler (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-),S1 S2 tunggal regular

Abdomen

Page 9: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Inspeksi : distensi (-), terdapat defek dinding abdomen di sekitar umbilicus, tertutup

selaput (+), diameter 4 cm

Auskultasi : peristaltik dalam batas normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Soefl (+), Nyeri Tekan (-)

Ekstremitas

Bentuk : Normal

Akral : Hangat

Kulit : kemerahan dan halus

Refleks Fisiologis dan Patologis : tidak diperiksa

Genitalia : tidak ditemukan kelainan

Pemeriksaan Penunjang

28 Mei 2013

Darah Lengkap

WBC 13.800

Hb 23,2

PLT 212.000

HCT 63,7

Kimia Darah

GDS 128

29 Mei 2013

GDS 52

Diagnosis : Neonatus Kurang Bulan, Sesuai Masa Kehamilan

Page 10: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

FOLLOW UP

Tanggal Pemeriksaan Pemeriksaan

penunjang

Penatalaksanaan

28 Mei

2013

Usia

Gestasi =

34 minggu,

Hari

Perawatan I

S : Letargi (+) , BAB

(+), Produksi OGT

(-)

O : HR 120 x/menit,

T=36,2 C, RR

44x/menit .

Kepala :

Ubun – ubun datar

Mata/telinga :

Normal

Kulit :

Kemerahan, sianosis (-),

ikterik (-)

Thorax :

Simetris, retraksi (-),

suara nafas menurun

Abdomen :

Datar, distensi (-),

bising usus kesan

normal

Ekstremitas :

Akral hangat, edema

(-/-)

A :

Neonatus Kurang

Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan

Darah Lengkap

WBC 13.800

Hb 23,8

PLT 212.000

HCT 63

Kimia Darah

GDS 128

IVFD D10 104 cc/24

jam

Inj. Ampisilin 2x35 mg

Inj. Gentamisin 8 mg/24

jam

Cek ulang DL,GDS.

Bila GDS low, bolus

2cc/kgBB

Page 11: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

29 mei

2013

Hari

perawatan

II

S : BAB (+), BAK (+),

letargi (-)

O : HR 127 x/menit,

T=36,4 C, RR 44

x/menit .

Kepala :

Ubun – ubun datar

Mata/telinga :

Normal

Kulit :

Kemerahan, sianosis (-),

ikterik (-)

Thorax :

Simetris, retraksi (-),

suara nafas menurun

Abdomen :

Datar, distensi (-),

bising usus kesan

normal

Ekstremitas :

Akral hangat, edema

(-/-)

A :

Neonatus Kurang

Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan

GDS 52 mg/dl IVFD D10 100 cc/24

jam

Inj. Ampisilin 2x55 mg

Inj. Gentamisin 7 mg/24

jam

Cek ulang DL,GDS.

ASI 8x1 cc, lewat OGT

30 mei

2013

HP III

S : BAB (+), BAK (+)

O : HR 125 x/menit,

T=36,4 C, RR 44

x/menit .

IVFD KAEN 4A 130

cc/24 jam

Inj. Ampisilin 2x55 mg

Inj. Gentamisin 7 mg/24

Page 12: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Kepala :

Ubun – ubun datar

Mata/telinga :

Normal

Kulit :

Kemerahan, sianosis (-),

ikterik (-)

Thorax :

Simetris, retraksi (-),

suara nafas menurun

Abdomen :

Datar, distensi (-),

bising usus kesan

normal

Ekstremitas :

Akral hangat, edema

(-/-)

A :

Neonatus Kurang

Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan

jam

ASI 8 x 5cc, lewat OGT

31 Mei

2013

HP = IV

S : BAB (+), BAK (+),

letargi (-), infus

hematom (+)

O : HR 116 x/menit,

T=36,6 C, RR 36

x/menit .

Kepala :

Ubun – ubun datar

Mata/telinga :

Normal

Aff infus

OGT terpasang

Amoxan drop 3x0,5

ASI 10-15 cc lewat

OGT

Page 13: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Kulit :

Kemerahan, sianosis (-),

ikterik (-)

Thorax :

Simetris, retraksi (-),

suara nafas menurun

Abdomen :

Datar, distensi (-),

bising usus kesan

normal

Ekstremitas :

Akral hangat, edema

(-/-)

A :

Neonatus Kurang

Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan

1 Juni 2013

HP = V

S : BAB (+), BAK (+),

letargi (-), infus

hematom (+)

O : HR 116 x/menit,

T=36,6 C, RR 36

x/menit .

Kepala :

Ubun – ubun datar

Mata/telinga :

Normal

Kulit :

Kemerahan, sianosis (-),

ikterik (-)

Thorax :

Amoxan drop 3x0,5 mg

ASI 8x15-20cc

Page 14: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Simetris, retraksi (-),

suara nafas menurun

Abdomen :

Datar, distensi (-),

bising usus kesan

normal

Ekstremitas :

Akral hangat, edema

(-/-)

A :

Neonatus Kurang

Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan

Page 15: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Prematur

2.1.1 Definisi Dan Insiden

Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37

minggu. Bayi yang lahir prematur, mempunyai berat badan lahir yang rendah. Namun, bayi

yang mempunyai berat badan lahir yang rendah belum tentu mengalami kelahiran prematur.

Kelahiran bayi prematur masih menjadi masalah kesehatan bayi di Indonesia maupun

di beberapa negara, karena bayi prematur menyumbang 60% penyebab kematian neonatus

yang terjadi. Masalah yang terjadi ini terkait dengan kelahiran bayi prematur yang terjadi

sebelum usia gestasi 37 minggu dan biasanya diikuti dengan berat badan kurang dari 2500

gram pada saat lahir. Kelahiran bayi yang kurang dari 37 minggu dan berat badan kurang dari

2500 gram mengakibatkan hampir semua bayi prematur membutuhkan perawatan khusus dan

merupakan neonatus yang paling banyak dirawat di neonatal intensive care unit (NICU).

Insiden kelahiran bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR) bervariasi antara

satu negara dengan negara lain. Variasi ini tergantung pada kelompok etnik dan berkontribusi

secara signifikan terhadap perbedaan angka kematian di setiap negara. Data WHO (2009)

menunjukkan bahwa kelahiran prematur di dunia mencapai 12.870.000 bayi/tahun yaitu

sekitar 9,6% dari seluruh kelahiran. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007.

Prevalensi bayi prematur di Indonesia sendiri masih tergolong tinggi yaitu berkisar 7 – 14%,

bahkan dibeberapa kabupaten mencapai 16%.

2.1.2 Penyebab Kelahiran Bayi Prematur

Banyak aspek tentang neonatus risiko tinggi dihubungkan dengan prematuritas.

Penyebab aktual prematuritas belum diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa faktor

predisposisi telah diketahui. Faktor predisposisi ini banyak berperan dalam berat badan lahir

yang rendah karena gangguan pertumbuhan intrauterin. Di antara penyebab itu adalah status

sosial ekonomi rendah, preeklamsia, infeksi, merokok dan minum alkohol selama kehamilan,

perdarahan antepartum, abnormalitas perkembangan fetal, primipara, dan umur ibu kurang

dari 18 tahun

Page 16: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

2.1.3 Karakteristik Bayi Prematur

Bayi prematur mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hockenberry dan Wilson

(2007) mengemukakan karakteristik bayi prematur disesuaikan sesuai dengan variasi stadium

perkembangannya. Identifikasi karakteristik ini tergantung pada usia gestasi dan kemampuan

fisiologiknya. Namun, semua bayi memiliki beberapa karakteristik yang sama. Penampakan

keadaan fisik bayi berubah sesuai dengan perkembangan bayi menuju kematuritasannya.

Karakteristik bayi prematur dapat dilihat dari penampakan fisiknya. Bayi prematur

kelihatan sangat kecil dan tampak sangat kurus karena tidak punya atau hanya memiliki

deposit lemak subkutaneus yang sedikit. Kulitnya tampak berwarna pink (transparan,

tergantung pada derajat immaturitas), lembut, dan berkilau dengan pembuluh darah kecil

yang jelas terlihat di bawah epidermis. Lanugo menutupi seluruh badannya (tergantung pada

usia gestasi) , namun jarang dan kurang jelas pada kepala. Tulang rawan telinga masih lembut

dan menempel, dan telapak tangan serta kaki masih memiliki sedikit lipatan.

Karakteristik bayi prematur berkembang sesuai dengan usia gestasi. Nodul papilla

pada putting payudara belum berkembang sebelum usia 34 minggu, sekitar 1 – 2 mm pada 34

hingga 36 minggu, sekitar 4 mm pada 36-38 minggu, dan sekitar 8 mm pada bayi cukup

bulan. Tulang tengkorak kepala dan tulang rusuk masih lembut. Mata bayi prematur yang

lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu masih menutup. Bayi laki –laki memiliki sedikit

rugae skrotal dan testis belum turun; sedangkan pada bayi perempuan labia minora dan

klitoris menonjol.

Bayi prematur memiliki keadaan fisiologis organ-organ yang belum matur. Fisiologi

immaturitas bayi prematur yaitu belum mampu menyeimbangkan suhu tubuh, mempunyai

kemampuan terbatas mengeluarkan zat-zat melalui urin dan risiko tinggi untuk mengalami

infeksi. Bayi prematur memiliki jaringan paru-paru yang immatur dan immaturitas pusat

regulasi yang ditunjukkan dengan pernapasan yang periodik, hipoventilasi , dan adanya

periode apnea.

Bayi prematur juga berisiko untuk mengal ami perubahan biokimia misalnya terjadi

hiperbilirubin dan hipoglikemi, dan memiliki kadar cairan ekstraseluler yang lebih tinggi

sehingga berisiko untuk terjadi gangguan cairan dan elektrolit . Gerakan fleksi dan aktivitas

lanjutan bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan, pada bayi prematur gerakan ini

masih tidak aktif ataupun lemah. Keseimbangan ekstremitas masih selalu pada posisi ekstensi

dan posisi lainnya sesuai di mana bayi ini ditempatkan.

Page 17: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

2.1.4 Pemeriksaan Ballard Score

Penilaian Ballard digunakan untuk mengukur usia bayi. Pemeriksaan ini idealnya

dilakukan segera setelah lahir yaitu dalam 2 - 8 jam setelah lahir .

Pemeriksaan ini terdiri dari penilaian kematangan neuromuskular dan maturitas fisik

Page 18: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

2.1.5 Perubahan Fisiologis Bayi Prematur

Bayi prematur memiliki banyak masalah yang dihubungkan dengan tingkat maturasi

sistem organnya. Tingkat immaturitas tergantung pada usia gestasi. Immaturitas dapat dilihat

dengan jelas melalui perbedaan aktivitas fisik dan respon neurologi bayi. Pada periode masa

gestasi yang pendek maka bayi akan menunjukkan aktivitas muskular yang lemah. Bayi

prematur mempunyai tugas untuk menyesuaikan diri secara kompleks yaitu beradaptasi dari

kehidupan intrauterin berubah menjadi ekstrauterin sama seperti bayi cukup bulan. Bayi

prematur harus beradaptasi pada perubahan - perubahan fisiologi sebagai berikut:

2.1.5.1 Perubahan fisiologis respirasi

Bayi prematur berisiko mengalami masalah respirasi. Masalah yang terjadi

disebabkan karena paru-paru belum sepenuhnya matang dan belum siap untuk proses

pertukaran oksigen dan karbondioksida sebelum usia gestasi 37 atau 38 minggu. Jalan napas

hidung masih terbatas dan mudah mengalami obstruksi. Dinding toraks masih lembut,

sehingga nampak retraksi hanya dengan tekanan negatif selama inspirasi. Jalur respirasi juga

terbatas sehingga memberikan resistensi yang lebih besar pada aliran udara. Pernapasan bayi

irregular dan menggunakan diafragma dibandingkan dada. Refleks batuk juga masih lemah.

Bayi prematur memiliki pertukaran gas yang tidak efisien . Hal ini disebabkan karena

alveoli yang dilapisi oleh epitel kuboidal berbeda dengan sel yang ada pada paru -paru yang

matur dan dikelilingi oleh sedikit kapiler, di mana kapiler ini akan mulai bertambah secara

signifikan pada usia kehamilan setelah 28 minggu. Produksi surfaktan pulmonar oleh sel

alveolar masih minimal sehingga menyebabkan kolapsnya alveoli secara progresif.

Mekanisme yang mengatur kedalaman dan irama pernapasan melalui stimulasi pusat respirasi

pada otak, belum sepenuhnya berkembang dan bayi dapat mengalami periode apnea.

2.1.5.2 Perubahan kardiovaskular

Bayi prematur memiliki adaptasi sirkulasi yang lebih lambat dan kurang sempurna

dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi prematur memiliki tonus arteriol pulmonar

yang tinggi, berkurang lebih lambat, dan labil. Tekanan darah pulmonar tinggi dan

bervariasi , berbeda dengan tekanan darah sistemik yang relatif rendah. Duktus arteriosus

tidak tertutup rapat dan kemungkinan terbuka lagi, ketika terjadi pertemuan darah antara

sirkulasi sistemik dan pulmonar. Ketidakstabilan ini menyebabkan terjadinya variasi yang

signifikan saturasi oksigen pada sirkulasi perifer.

Page 19: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

2.1.5.3 Perubahan termoregulasi

Bayi prematur rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Pusat regulasi suhu mulai matur

saat usia gestasi 28 minggu, sedangkan lemak subkutan dan cadangan lemak serta kulit mulai

matur pada usia gestasi 32 – 34 minggu. Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan

suhu adalah; kehilangan panas yang sangat besar akibat luas permukaan tubuh terhadap berat

badan, lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (sumber internal untuk

menghasi lkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan normal) terbatas, kontrol refleks pada

kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon mengigil), aktivitas massa otot (sehingga bayi

prematur tidak dapat menghasilkan panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, dan

pengaturan suhu di otak tidak matur.

2.1.5.4 Perubahan fisiologis gastrointestinal

Mekanisme mengisap dan menelan belum berkembang dengan baik pada bayi

prematur. Mekanisme ini hanya dapat dikoordinasi oleh bayi, untuk memulai menyusu pada

payudara sekitar 32 -34 minggu gestasi dan menjadi sangat efektif pada usia gestasi 36 -37

minggu. Kemampuan untuk mencerna makanan telah matur lebih awal dan hanya bayi yang

berusia kurang dari 25 minggu gestasi yang memiliki enzim digestif yang tidak mencukupi.

2.1.5.5 Perubahan fisiologis renal

Bayi prematur memiliki sistem ginjal yang belum matur. Immaturitas ini

menyebabkan kemampuan bayi prematur dalam mengsekresi zat-zat metabolit dan obat-

obatan secara adekuat. Bayi prematur juga memiliki keterbatasan kemampuan untuk

mengkonsentrasikan urin. Masalah lain yang ditimbulkan dari immaturitas ginjal adalah

ketidakmampuan bayi dalam Mempertahankan keseimbangan asam basa, cairan , dan

elektrolit.

2.1.5.6 Perubahan fisiologis hepatik dan hematologi

Kelahiran prematur ini menyebabkan immaturitas hepar. Immaturitas hepar pada bayi

prematur dapat menyebabkan beberapa masalah pada bayi yaitu:

1) Glikogen dikumpul kan di hati dan kemudian secara cepat digunakan untuk membentuk

energi. Kemampuan bayi prematur mengumpulkan glikogen menurun pada saat lahir. Bayi

prematur memiliki persediaan glikogen yang terbatas, sementara bayi lebih sering mengalami

stress. Masalah ini mengakibatkan bayi prematur berisiko mengalami hipoglikemi dan

komplikasinya.

Page 20: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

2) Bayi prematur mengalami gangguan konjugasi bilirubin dihati. Tingkat bilirubin

meningkat dengan cepat dan lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Pengkajian dini

jaundice dengan tingkat bilirubin non-toksik sulit dilakukan karena lemak subkutannya yang

tipis .

3) Zat besi juga terkumpul ke hati, khususnya pada trimester ketiga. Bayi prematur yang baru

lahir memiliki persediaan zat besi yang rendah. Jika bayi mengalami perdarahan,

pertumbuhan cepat, dan pengambilan sampel darah, maka bayi prematur lebih sering menjadi

kekurangan zat besi lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan.

2.1.5.7 Perubahan fisiologis imunologi

Bayi prematur memiliki risiko terkena infeksi lebih besar dibandingkan bayi cukup

bulan. Peningkatan kepekaan ini sebagian dihubungkan dengan belum berkembangnya sistem

imun selular, tapi mungkin juga dihasilkan dari infeksi dalam uterus yang merupakan faktor

presipitasi kelahiran prematur. Bayi prematur memiliki immaturitas yang spesifik dan

nonspesifik. Di dalam uterus , bayi menerima immunitas pasif untuk menjaganya dari infeksi

dengan imunologi IgC maternal. IgC ini diperoleh melalui plasenta. Namun, immunitas ini

banyak diberikan pada trimester terakhir, maka bayi yang lahir prematur memiliki antibodi

yang sedikit pada saat lahir. Hal inilah yang menyebabkan bayi memiliki perlindungan yang

rendah dan immunoglobinnya lebih cepat habis dibandingkan bayi cukup bulan. Hal inilah

yang memberikan kontribusi terhadap kejadian infeksi bakteri pada tahun pertama

kehidupannya.

2.1.5.8 Perubahan neurologis

Otak terbentuk selama 6 minggu pertama gestasi. Pada bulan kedua dan keempat

gestasi, otak telah memiliki komplemen total proliferasi neuron; kemudian neuron bermigrasi

ke tempat-tempat yang lebih spesifik pada sistem saraf pusat dan mengatur jalur impuls saraf.

Langkah terakhir dari perkembangan neurologis adalah terbentuknya mielin yang dimulai

pada trimester kedua dan berlanjut setelah dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan otak

yang cepat dimulai pada trimester tiga dan berakhir pada saat bayi lahir. Kelainan

perkembangan neurologis pada bayi prematur disebabkan oleh intraventicular hemorrhage

(IVH) dan intracranial hemorrhage (ICH).

Page 21: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

2.1.5.9 Perubahan status periode reaktivitas dan tingkah laku

Respon bayi baru lahir pada kehidupan ekstrauterin dikarakteristikkan menjadi dua

periode reaktivitas yang terdiri dari reaktivitas pertama dan reaktivitas kedua. Kedua periode

ini dipisahkan oleh periode inaktivitas untuk fase tidur, yaitu:

1) Periode reaktivitas pertama; terjadi sekitar 30 menit setelah bayi lahir. Selama periode ini,

bayi bangun dan aktif dan mungkin merasakan lapar dan mempunyai refleks isap yang kuat.

Pada periode ini respirasi cepat dan mungkin ada retraksi dada, denyut jantung cepat dan

irregular, dan bising usus juga telah ada.

2) Periode inaktivitas untuk fase tidur; setelah setengah hingga 1 jam bayi aktif kemudian

dimulai fase tidur. Fase tidur terjadi sekitar beberapa menit hingga 2 sampai 4 jam. Selama

periode ini bayi sulit terbangun.

3) Periode reaktivitas kedua; pada periode ini bayi bangun dan waspada. Respon fisiologis

yang dapat diamatai adalah peningkatan denyut jantung dan pernapasan. Perawat harus

waspada terhadap periode apnea pada periode ini. Periode reaktivitas pada bayi prematur

tertunda. Pada bayi yang sangat sakit, periode ini secara keseluruhan tidak dapat di observasi

karena bayi kemungkinan hipotonik dan tidak reaktif selama beberapa hari setelah lahir.

Secara neurologis, respon bayi prematur (sucking, tonus otot, states arousal) lebih lemah

dibandingkan bayi cukup bulan.

2.1.6 Komplikasi pada Bayi Prematur

Bayi prematur sering mengalami masalah yang berhubungan dengan komplikasi.

Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas yang diberikan intervensi klinik adalah

Anemia of prematurity, Kernicterus, respiratory distress syndrome (RDS), retinopaty of

prematurity (ROP), patent duktus arteriosus (PDA) , intraventicular hemorthage (IVH),

necrotizing Enterocolitis (NEC), dan apnea. Masalah jangka panjang meliputi

bronchopulmonary Dysplasia (BPD), pulmonary interstitial emphysema (PIE), dan

posthemorrhagic hydrocephalus, defek bicara, defek neurologi, dan defek audiotori.

2.1.6.1 Anemia of prematurity

Banyak sel darah bayi prematur berkembang normokromik sehingga mengalami

anemia normositik. Sel darah merah mungkin mengalami fragmentasi atau bentuknya tidak

biasa. Jumlah retikulosit rendah karena sumsum tulang tidak meningkatkan produksinya

sebelum usia gestasi 32 minggu. Bayi akan nampak pucat, kemungkinan letargi dan anoretik,

dan biasanya gagal untuk tumbuh. Hal ini di pengaruhi oleh immaturitas sistem hematopoetik

Page 22: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

ditambah dengan adanya destruksi sel darah merah yang dapat menurunkan level vitamin E,

yang normalnya bertugas untuk melindungi sel darah merah untuk mengalami oksidasi.

Produksi sel darah merah dapat distimulasi dengan pemberian DNA recombinant

erythropoietin dan mungkin juga memerlukan transfusi darah.

2.1.6.2 Kernicterus

Kernicterus terjadi akibat invasi billirubin indirek. Invasi ini mengakibatkan destruksi

otak. Invasi ini merupakan efek dari tingginya konsentrasi bilirubin indirek dalam darah

akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bayi prematur juga memiliki serum

albumin yang rendah, serum ini digunakan untuk mengikat bilirubin indirek.

2.1.6.3 Respiratory distress syndrome (RDS)

Bayi prematur memiliki perkembangan paru yang masih immatur. Immaturitas ini

menyebabkan ganggauan paru. Gangguan paru ini dinamakan RDS, yang juga disebut

sebagai hyaline membrane desease (HMD) . RDS terjadi jika paru-paru bayi kekurangan

surfaktan yang digunakan untuk respirasi. Surfaktan merupakan lipoprotein yang berada di

permukaan paru -paru yang membantu paru-paru untuk ekspansi dan kontraksi dengan

mudah selama respirasi melalui modifikasi tekanan permukaan paru. Surfaktan juga

mencegah alveoli untuk kolaps.

2.1.6.4 Retinopaty of prematurity (ROP)

ROP merupakan proses penyakit pada pembuluh darah retina di mata. ROP terjadi

pada neonatus terutama bayi prematur yang menerima oksigen dalam konsentrasi tinggi pada

minggu -minggu atau bulan awal kehidupannya. Retina mata belum sepenuhnya berkembang

pada usia gestasi 28 minggu. Pada usia gestasi 32 minggu, pembuluh darah di area temporal

perifer pada retina masih immatur. Area temporal perifer pada pembuluh darah retina

menjadi sangat peka dan berbahaya jika diberikan oksigen dalam konsentrasi tinggi. Oksigen

yang tinggi menyebabkan arteriol pada retina menjadi konstriksi dan terbatas. Konstriksi ini

menurunkan aliran volume darah ke retina mata. Jika konstriksi tidak teratasi maka pembuluh

darah retina s ecara permanen dapat rusak.

2.1.6.5 Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)

Komplikasi yang terjadi pada bayi prematur dapat disebabkan oleh perawatan yang

diberikan misalnya ventilator. BPD merupakan kondisi kronik yang terjadi sekitar 30% dari

Page 23: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

bayi yang mendapatkan perawatan dengan ventilasi mekanik. Akan tetapi , BPD dapat terjadi

pada bayi yang tidak menggunakan ventilator. BPD terjadi karena kombinasi beberapa faktor,

termasuk oksigen, tekanan yang tinggi pada ventilasi pulmonar, inflamasi, infeksi , dan faktor

nutrisi, yang mana berbahaya bagi alveoli dan traktus respiratory.

2.1.6.6 Defek bicara

Efek jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah defek bicara. Defek

bicara yang paling sering di observasi meliputi keterlambatan perkembangan pada

kemampuan menerima dan mengekspresikan. Defek bicara ini sering terjadi pada anak usia

sekolah.

2.1.6.7 Defek neurologis

Komplikasi jangka panjang lain yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah defek

neurologis. Defek neurologi yang paling umum terjadi adalah cerebral palsy, hidrocephalus,

seizure disorder, nilai IQ rendah, dan ketidakmampuan belajar. Dukungan keluarga

merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi penampilan sekolah terhadap

ada atau tidaknya sebagian besar defek neurologi.

2.1.7 Suhu Tubuh Bayi Prematur

2.1.7.1 Fisiologi Suhu tubuh

Suhu lingkungan manusia lebih dingin daripada tubuhnya. Manusia memiliki

kompensasi tubuh berupa sistem panas secara internal yang berguna untuk menyeimbangkan

suhu tubuh. Suhu internal ini merupakan suhu yang berasal dari jaringan tubuh dalam yang

selalu konstan yaitu sekitar ± 1°F(±0,6°C) setiap harinya kecuali keadaan demam.

Sedangkan, suhu yang berasal dari lingkungan dinamakan suhu kulit. Kenaikan dan

penurunan suhu kulit tergantung pada lingkungan. Suhu kulit ini menunjukkan kemampuan

kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan.

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh ditentukan oleh laju pembentukan panas dan

laju kehilangan panas. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar dari laju

kehilangan panas maka temperatur tubuh meningkat. Bila laju pembentukan panas dalam

tubuh lebih kecil dari laju kehilangan panas maka temperatur akan menurun.

Produksi panas tergantung pada oksidasi dari bahan bakar metabolisme yang berasal

dari makanan. Produksi panas juga dihasilkan oleh respirasi sel. Respirasi sel merupakan

suatu mekanisme untuk menghasilkan ATP yang berasal dari makanan, di mana juga

Page 24: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

menghasilkan panas sebagai salah satu produk energi. Produksi panas tubuh dihasilkan pada

organ dalam, terutama hati, otak, jantung, dan otot rangka selama kerja.

Laju produksi panas yang disebut juga laju metabolisme tubuh. Faktor- faktor yang

menentukan laju tersebut adalah:

(1) Laju metabolisme bara sal dari semua sel tubuh.

(2) Laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot . Kontraksi otot akan

meningkatkan suhu inti hingga (40°C).

(3) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin (dan hormon lain

misalnya hormon pertumbuhan dan testosteron) terhadap sel. Hormon tiroksin ini diproduksi

oleh glandula tiroid, di mana meningkatkan respirasi sel dan produksi panas. Mekanisme ini

merupakan umpan balik dari hipothalamus dan gladula pituitari anterior. Jika laju

metabolisme menurun maka glandula tiroid akan mensekresi tiroksin (T4) . Toroksin ini akan

meningkatkan respirasi sel.

(4) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh efek epinefrin dan norepinefrin (disekresi

oleh medula adrenal), dan perangsangan simpatis terhadap sel. Epinefrin akan meningkatkan

respirasi sel terutama organ jantung, otot rangka, dan hati. Stimulasi simpatis juga akan

meningkatkan aktivitas organ.

(5) Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam

sel sendiri (misalnya asupan makanan). Asupan makanan akan meningkatkan laju

metabolisme dari traktus digestif. Panas akan diproduksi oleh digestif sebagai akibat dari

pembentukan ATP yang digunakan untuk peristaltik dan sintesis enzim.

Panas yang berasal dari produksi panas dihantarkan dari organ dan jaringan yang

lebih dalam ke kulit. Panas ini akan hilang ke udara dan sekitarnya. Dua faktor yang

mempengaruhi hilangnya panas adalah: (1) kecepatan konduksi panas dari tempat panas yang

dihasilkan di inti tubuh ke kulit; (2) kecepatan penghantaran panas dari kulit ke sekitarnya.

Semua kehilangan panas dan peningkatan panas antara tubuh dan lingkungan

eksternal terjadi diantara permukaan tubuh dan sekitarnya. Pengaturan pertukaran panas

antara kulit dan lingkungan diatur oleh sistem saraf simpatis. Saraf simpatis akan

mempengaruhi tingkat vasokonstriksi arteriol dan anastomosis arteriovenosa yang mensuplai

darah ke pleksus venosus kulit. Vasokonstriksi ini dikontrol oleh sistem saraf simpatis dalam

memberikan respon terhadap perubahan suhu tubuh inti dan suhu lingkungan. Tubuh

menggunakan 4 mekanisme untuk mengatur pertukaran panas antara permukaan tubuh dan

lingkungannya, yaitu radiasi , konduksi, konveksi , dan evaporasi.

Page 25: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Hipotalamus berperan dalam regulasi suhu dan bertanggungjawab sebagai termostat

tubuh . Hipotalamus berperan penting dalam keseimbangan antara mekanisme kehilangan

panas, mekanisme produksi panas, dan mekanisme pertukaran panas. Kerja hipotalamus

mengatur mekanisme antara suhu inti dan suhu kulit dibantu oleh reseptor suhu yang sensitif

dinamakan termoreseptor. Termoreseptor perifer bertugas untuk memonitor suhu kulit dan

mentransfer informasi ke hipotalamus tentang suhu permukaan terdapat dua pusat regulasi

suhu yang dimiliki oleh hipotalamus. Region posterior diaktivasi oleh dingin dan kemudian

memicu produksi panas dan konservasi panas. Region anterior di aktivasi oleh kehangatan, di

mana akan memicu kehilangan panas.

Penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar. Pada saat memasuki medula spinalis

maka sinyal akan menjalar ke traktus lissauer sebanyak beberapa segmen di atas dan bawah.

Sinyal ini akan berakhir pada lamina I, II, III radiks dorsalis. Setelah ada satu atau lebih

percabangan neuron dalam medula spinalis, maka sinyal akan dijalarkan ke serabut termal

asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan dan akan berakhir

di (1) area retikular batang otak dan (2) kompleks ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal

suhu dari kompleks ventrobasal akan dipancarkan menuju korteks somatosensorik. Pada

akhirnya sinyal ini akan berespon pada stimulus dingin atau panas pada daerah kulit yang

spesifik.

Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dari suhu lingkungan intaruterin (37,7°C) ke

suhu ruangan (21°C hingga 25°C). Panas ditransfer gradien internal dari suhu inti ke

permukaan kulit, kemudian ke gradien eksternal dari permukaan tubuh ke lingkungan.

Kecepatan kehilangan panas dari gradien internal ini tergantung pada aliran darah kapiler dan

lemak subkutaneus yang dimiliki. Sekitar 2 – 7% berat badan bayi baru lahir berasal dari

brown adipose tissue (BAT). BAT terdapat di sekitar ginjal, mediastinum, lipatan leher, dan

skapula, sepanjang kolumna spinal, dan sekitar pembuluh darah besar di leher. Sel BAT

mulai diproliferasi pada usia 26 – 30 minggu gestasi dan berlanjut setelah 4 minggu

kelahiran.

Adipocytes (sel lemak) BAT dibedakan dari Adipocytes normal oleh besarnya

peningkatan proses metabolik dan produksi panas. Sel ini mengandung vacula lemak kecil,

beberapa mitokondria, jaringan yang menyuplai kapiler darah (memberikan warna coklat)

dan nervus simpatis. Nervus simpatis akan mengaktivasi glandula adrenal untuk mensekresi

katekolamin ketika stress dingin. Pengeluaran lokalnya berupa noreadrenalin (norepinefrin)

yang menstimulasi glandula pituitari sehingga mengeluarkan thyroid -stimulating hormone

Page 26: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

(TSH). Hal ini akan menyebabkan peningkatan produksi tiroksin (T4). Adrenalin dan tiroksin

akan meningkatkan metabolisme lemak coklat dan memproduksi panas.

2.1.7.2 Regulasi Suhu Bayi Prematur

Bayi prematur ini rentan terhadap ketidakstabilan suhu. Faktor-faktor yang

menyebabkan ketidakstabilan suhu adalah; kehilangan panas yang sangat besar akibat luas

permukaan tubuh terhadap berat badan, penyekatan lemak subkutan yang minimal, cadangan

lemak coklat (sumber internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi cukup bulan

normal) terbatas, kontrol refleks pada kapiler kulit tidak ada atau lemah (respon mengigil),

aktivitas massa otot tidak adekuat (sehingga bayi prematur tidak dapat menghasilkan

panasnya sendiri), kapiler-kapiler mudah rusak, dan pengaturan suhu di otak tidak matur.

Rentang normal suhu tubuh neonatus berbeda antara bayi yang cukup bulan dan bayi

prematur. Rentang normal suhu tubuh bayi cukup bulan berkisar 36,5ºC - 37ºC ; sedangkan

bayi prematur berkisar 36,3ºC - 36,9ºC. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25 ºC) maka

bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak

200 kalori/kgBB/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya per

sepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan

menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2ºC dalam waktu 15 menit. Keadaan ini

sangat berbahaya untuk neonatus terlebih bagi bayi prematur dan BBLR, bayi dapat

mengalami asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan

produksi panas yang dibuat sendiri.

Suhu yang rendah mengakibatkan metabolisme jaringan akan meningkat dan

berakibat lebih mudah terjadinya asidosis metabolik berat sehingga kebutuhan oksigen akan

meningkat. Jika oksigen tidak tersedia maka akan terjadi hipoksia pada sel tubuh.

Penyimpanan oksigen untuk fungsi essensial tubuh dilakukan dengan cara vasokonstriksi

pembuluh darah. Jika proses ini berlangsung lama, maka pembuluh darah pulmonar menjadi

terancam dan perfusi pulmonar akan menurun. Tingkat PO2 akan menurun dan PCO2 akan

meningkat. Peningkatan PO2 akan menyebabkan terbukanya fetal right-to-left shunt.

Produksi surfaktan juga akan menurun, sehingga akan mempengaruhi fungsi paru.

Suplai glukosa juga akan meningkat akibat peningkatan metabolisme. Bayi akan

memenuhi kebutuhan glukosanya melalui proses glikolisis anaerob, di mana zat asam akan

masuk ke dalam aliran darah. Bayi akan menjadi asidosis dan dengan asidosis akan

memperbesar risiko terjadinya kernikterus (masuknya bilirubin tidak terkonjugasi ke dalam

sel otak). Selain itu hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan hipoglikemia.

Page 27: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Usaha mengurangi kehilangan panas tersebut di atas dapat dapat ditanggulangi dengan

mengatur suhu lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat, membungkus

kepala bayi, disimpan ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau dimasukkan sementara ke

dalam inkubator.

2.1.8 Berat badan Bayi Prematur

2.1.8.1 Fisiologi Berat Badan Bayi

Berat badan merup akan hasil peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada pada

tubuh, antara lain tulang, otot, lemak cairan tubuh , dan lain -lain. Bayi -bayi yang lahir

dengan berat badan rendah, akan lebih cepat bertambah berat badannya, seakan-akan

mengejar ketinggalannya. Sedangkan, bayi -bayi yang besar pada waktu lahir, umumnnya

sering tumbuh lambat. Pertambahan ini akan sangat dipengaruhi oleh banyaknya makanan

dan keaktifan pencernaan, jenis makanan, dan lain-lain.

Hipotalamus berperan dalam regulasi asupan makanan, di mana merupakan

komponen yang penting dalam keseimbangan energi. Asupan makanan ini dipengaruhi oleh

pusat lapar dan pusat kenyang. Inti lateral hipotalamus merupakan pusat lapar atau pusat

makan; sedangkan inti ventromedialis hipotalamus berperan dalam pusat kenyang .

Hipotalamus lateral bekerja dengan membangkitkan perangsangan motorik terhadap semua

aktivitas dan khususnya perangsangan emosional untuk mencari makanan. Sedangkan, pusat

kenyang menstimulasi perasaan kepuasan akan makanan.

Keseimbangan energi diatur oleh dua mekanisme yaitu pemasukan energi dan

pengeluaran energi. Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran ini di pengaruhi oleh

komponen kimia tubuh yaitu H2O dan garam. Pemasukan energi berasal dari pemasukan

makanan. Sel mengambil energi dari makanan kemudian dibentuk ATP. Pengeluaran energi

atau pemakaian energi terjadi melalui dua mekanisme yaitu kerja internal dan eksternal.

Kerja eksternal merupakan pemakaian energi melalui kontraksi otot rangka. Kerja internal

merupakan semua pemakaian energi secara biologi . Jumlah energi yang dikeluarkan selam a

kerja internal dan kerja eksternal dinamakan laju metabolik.

Daerah otak yang terlibat dalam penginderaan keadaan nutrisi dalam tubuh atau pusat

saraf yang merangsang pencarian makanan. Lesi nukleus paraventrikuler meyebabkan makan

karbohidrat yang berlebihan. Sebaliknya, lesi pada nukleus dorsomedial hipotalamus

menekan makan. Perangsangan pada batang otak bagian bawah, seperti area posterma,

nukleus media kaudal, traktus solitaries, atau saraf vagus akan mempengaruhi derajat makan.

Pusat yang lebih tinggi dari hipotalamus juga memainkan peranan penting dalam

Page 28: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

mengendalikan makan. Pusat ini khususnya mencakup amigdala dan korteks prefrontal, di

mana keduanya berdekatan dengan hipotalamus.

Asupan makanan juga dipengaruhi oleh reseptor mulut. Faktor mulut ini terdiri dari

pengunyahan, saliva, penelanan, pengecapan, dan pengukuran jumlah makanan yang masuk

dalam mulut. Setelah sejumlah makanan masuk ke dalam mulut maka terjadi penghambatan

di pusat makan di hipotalamus. Temperatur tubuh dan asupan makanan juga memiliki

hubungan. Bila seseorang terpapar dengan udara dingin, maka akan cenderung untuk makan

berlebihan. Sedangkan, jika terpapar udara panas maka akan cenderung makan sedikit.

Keadaan ini disebabkan oleh interaksi antara sistem pengatur temperatur dengan sistem p

engatur makan dalam hipotalamus.

2.1.8.2 Berat badan bayi prematur

Bayi prematur lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi prematur

memiliki berat badan kurang pada saat lahir karena bayi ini mengalami gangguan

pertumbuhan intrauterin atau pemendekan usia gestasi. Penyebab umum BBLR adalah

intoleransi glukosa selama masa hamil, maternal diabetes militus, nutrisi berlebihan , dan

juga hereditas. Selain itu, kelahiran BBLR juga berhubungan dengan kehamilan multijanin,

kehamilan kembar yang berbeda, anomali kongenital, infeksi tinggi rubella, dan infeksi

intrauterin.

Perubahan berat badan yang sangat cepat terjadi pada masa bayi, perubahan ini lebih

cepat dibandingkan dengan waktu-waktu lain setelah lahir. Hal ini terjadi baik pada bayi

cukup bulan maupun bayi prematur. Berat badan bayi akan mengalami penurunan secara

fisiologis pada tiga hari pertama kehidupannya. Bayi cukup bulan mengalami penurunan

sebesar 5% dari berat badan lahirnya; sedangkan bayi prematur mengalami penurunan

sebesar 6% - 8% dari berat badan lahirnya . Bayi mengalami peningkatan berat badan sebesar

15 – 20 gram/kg/hari pada hari-hari awal kehidupannya . Namun, pada bayi prematur yang

sakit yang dirawat di NICU, peningkatan sebesar 15 – 20 gram/kg/hari tidak akan terlihat

pada 2 minggu pertama kehidupannya karena komplikasi yang dialami bayi.

Pola peningkatan berat badan bayi prematur dan bayi cukup bulan berbeda. Bayi

prematur mulai mengejar peningkatan berat badannya pada 1 tahun hingga 2 tahun pertama

kehidupannya mendekati bayi yang lahir cukup bulan. Sedangkan, pada bayi yang lahir

cukup bulan berat badanwaktu lahirnya akan kembali pada hari ke - 10. Berat badan menjadi

2 kali berat badan lahir saat usia 5 bulan, pada umur 1 tahun berat badan naik menjadi 3 kali

lipat berat badan lahir, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Anak masa

Page 29: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

prasekolah mengalami kenaikan berat badan rata-rata 2kg/tahun. Pertumbuhan konstan

berakhir dan dimulai pre-adolescent growth spurt dengan rata-rata kenaikan berat badan 3-3,5

kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan adolescent growth spurt. Pengukuran berat

badan bayi prematur dihitung sesuai dengan koreksi usianya. Kenaikan berat badan rata-rata

bayi prematur dalam satu tahun pertama sama dengan bayi cukup bulan, yaitu 6 – 7 kg.

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Prematur

Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan.

Bayi prematur berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Gangguan

pertumbuhan dan perkembangan bayi prem atur dikaitkan dengan kecilnya usia kehamilan

(<32 minggu) dan kecilnya berat lahir bayi (<1500 gram). Namun, banyak bayi prematur

dapat berkembang dalam rentan normal, menjadi anak-anak yang sehat dan dapat mengejar

ketinggalan pertumbuhan dan perkembangannya sama dengan bayi yang lahir cukup bulan

pada usia 2 tahun pertama kehidupannya.

Cooke dan Hughes (2003) melakukan penelitian pada 280 anak yang lahir prematur

dan 210 anak yang lahir cukup bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara kohort

bayi permatur pada usia 7 tahun dikaitkan dengan pengukuran pertumbuhan, motorik dan

kognitif, serta menginvestigasi keterlambatan pertumbuhan pada prestasi sekolah anak. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terd apat keterlambatan pertumbuhan bayi prematur

khususnya kepala, dihubungkan dengan peningkatan level keterlambatan motorik dan

kognitif pada usia 7 tahun. Pola pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat

bergantung kepada interaksi banyak faktor. Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak

adalah faktor genetik yang sangat berhubungan erat dengan faktor lingkungan. Faktor lain

yang juga mempengaruhi tumbuh kembang adalah faktor prenatal, faktor persalinan, gizi,

sosio-ekonomi, emosi, dan lain-lain. Yang termasuk faktor persalinan adalah komplikasi

persalinan pada bayi seperti trauma lahir, dan asfiksia yang menyebabkan kerusakan otak.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah

asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas spontan pada saat lahir

dan beberapa saat setelah lahir. Asfiksia neonatorum diukur dengan menggunakan nilai

APGAR. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Pin, Eldrige & Galea (2008) tentang A review

of developmental outcomes of term infants with post-asphyxia neonatal encephalopathy.

Penelitian ini melihat adanya pengaruh neonatus yang mengalami post-asfiksia

encephalopathy merupakan penyebab dari terjadinya disabilitas pada bayi. Hasil penelitian

Page 30: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

ini menunjukkan bahwa 47% bayi mengalami gangguan perkembangan seperti kematian,

keterlambatan kognitif, dan keterlambatan sensorik-motorik.

Anamnesis pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur harus dibedakan dengan

bayi dismatur karena bayi prematur telah terjadi retardasi pertumbuhan intrauterin. Pada bayi

prematur, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal, maka harus dip ertimbangkan

pertumbuhan uterin yang tidak sempat dilalui tersebut. Anmnesis tersebut misalnya; bayi

lahir 3 bulan prematur (umur kehamilan 6 bulan), kalau bayi ini dilakukan pemeriksaan 6

bulan setelah lahir, maka dia tidak dapat dibandingkan dengan bayi usia 6 bulan, tetapi harus

dengan bayi usia 3 bulan (setelah koreksi 3 bulan masa pertumbuhan intrauterin yang tidak

sempat dilaluinya).

2.2.1 Pertumbuhan

Pertumbuhan anak-anak yang lahir prematur dengan berat badan lahir yang rendah

lebih lambat dibandingkan dengan anak yang lahir cukup bulan di awal-awal kehidupannya.

Keterlambatan pertumbuhan itu meliputi kepala, berat badan dan panjang badan. Delapan

puluh lima persen bayi prematur menyelesaikan pengejaran ketinggalan pertumbuhannya

sama dengan anak sebayanya sampai umur 2 tahun. Banyak bayi prematur tidak memiliki

masalah dengan pengejaran pertumbuhannya, akan tetapi bayi yang sangat prematur

membutuhkan waktu yang lebih lama. Pengejaran pertumbuhan ini dibagi dalam 3 fase

kecepatan pertumbuhan yaitu pertumbuhan kepala sejalan dengan perkembangan otaknya,

pertumbuhan berat badan, dan terakhir pertambahan panjang badan. Sel ama 2 tahun pertama

kehidupan bayi prematur, pertumbuhan diukur menggunakan koreksi usia prematuritas.

Grafik pertumbuhan untuk bayi prematur telah tersedia dan dibuat secara khusus

untuk tujuan ini (lampiran 8) . Grafik pertumbuhan neonatus spesial juga tersedia untuk bayi

sakit atau kecil untuk usia gestasi. Setelah bayi mencapai usia 2 tahun, grafik yang digunakan

adalah grafik pertumbuhan standar untuk usia kronologis . Pengukuran antropometri anak

yang lahir prematur, koreksi umur tidak diperlukan pada pengukuran lingkar kepala mulai

umur 18 bulan, berat badan mulai umur 24 bulan, dan tinggi badan mulai umur 3,5 tahun,

karena mulai umur ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur yang dikoreksi

dengan yang tanpa koreksi.

2.2.2 Perkembangan

Meskipun pada waktu lahir, bayi prematur memperlihatkan penampilan yang lebih

hidup dan aktif namun dalam kurun waktu yang lebih lanjut 1 tahun, ia akan tetap tertinggal

Page 31: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

dari tingkat perkembangannya oleh bayi cukup bulan. Kesenjangan ini akan menghilang

dalam kurun waktu 2 tahun, bila tidak ada pengaruh negatif lainnya. Kelainan perkembangan

lebih banyak ditemukan pada bayi prematur daripada cukup bulan, yang biasanya meliputi

kelainan fungsi intelektual atau motorik.

Perkembangan anak yang lahir prematur lebih lambat dibandingkan dengan anak yang

cukup bulan. Perhatian spesial diberikan pada perkembangan refleks bayi, tonus otot,

keterampilan motorik, tingkah laku, respon sensorik, dan perkembangan bicara. Banyak bayi

prematur dapat mengejar perkembangannya sama dengan kelompok usianya selama 2 tahun

pertama kehidupannya, namun ada beberapa yang membutuhkan waktu lebih lama terutama

bayi yang lahir > 2 bulan prematur.

Perkembangan pada bayi diukur dengan menggunakan Denver Prescreening

Developmental Questionnaire, the Denver Developmental Screening Test dan the Gesell

Screening Inventory yang merupakan semua tes perkembangan yang disetujui. Penggunaan

tes perkembangan yang distandarisasi lebih penting dibandingkan dengan pemilihan tes itu.

Perkembangan bayi prematur pada satu dua tahun pertama kehidupannya juga diukur

menggunakan koreksi usia.

2.3 Perawatan di Rumah Sakit

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan lebih intensif, karena

sebenarnya bayi masih membutuhkan lingkungan yang tidak jauh berbeda dari

lingkungannya selama dalam kandungan. Maka dengan demikian, di rumah sakit bayi dengan

BBLR biasanya akan mendapatkan perawatan sebagai berikut:

a. Dimasukkan dalam inkubator

Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil. Akibat sistem pengaturan

suhu dalm tubuh bayi belum sempurna, maka suhunya bisa naik atau turun secara drastis. Hal

ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Otot-ototnya juga relatif lebih lemah,

sementara cadangan lemaknya juga lebih sedikit dibandingkan bayi yang lahir normal.

b. Pencegahan infeksi

Mudahnya bayi BBLR terinfeksi menjadikan hal ini salah satu fokus perawatan

salama di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan memastikan jangan sampai terjadi infeksi

karena bisa berdampak fatal.

Page 32: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

c. Minum cukup

Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk itulah selama dirawat, pihak

RS harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum

bisa mengisap dengan benar, minum susu digunakan menggunakan pipet.

d. Memberikan sentuhan

Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan dengan orang tua

terputus. Orang tua terutama ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada

bayinya. Bayi BBLR yang mendapat sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan

berat badan yang lebih cepat daripada jika bayi jarang disentuh.

e. Membantu beradaptasi

Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi

beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada

infeksi, bayi biasanya boleh dibawa pulang. Namun, ada juga sejumlah RS yang

menggunakan standar berat badan. Misalnya, bayi baru boleh pulang kalau beratnya

mencapai 2 kg.

2.4 Sindrom HELLP

2.4.1 Definisi

Sindrom HELLP yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver enzymes

and Low Platelet counts, pertama kali dilaporkan oleh Louis Weinstein tahun 1982 pada

penderita PEB. Sindroma ini merupakan kumpulan gejala multi sistem pada penderita PEB

dan eklampsia yang terutama ditandai dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzim

hepar dan trombositopeni.

2.4.2 Insiden

Insiden sindroma HELLP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Hal ini

disebabkan karena onset sindroma ini sulit di duga, gambaran klinisnya sangat bervariasi dan

perbedaan dalam kriteria diagnosis. Insiden sindroma HELLP berkisar antara 2 – 12% dari

pasien dengan PEB, dan berkisar 0,2 – 0, 6% dari seluruh kehamilan.

2.4.3 Patogenesis

Page 33: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Karena sindroma HELLP adalah merupakan bagian dari pre eklampsia, maka

etiopatogenesisnya sama dengan pre eklampsia. Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti

patogenesis pre eklampsia atau sindroma HELLP.

Ada perbedaan yang nyata antara kehamilan normal dan pre eklampsia, yaitu pada

tekanan darah pada trimester II (kehamilan normal) menurun, sedangkan kadar plasma renin,

angiotensin II, prostasiklin dan volume darah meningkat. Lain halnya pada pre eklampsia,

tekanan darah pada trimester II meningkat, sedangkan kadar plasma renin, angiotensin II dan

prostasiklin menurun. Beberapa ahli menitikberatkan pada gangguan fungsi endotel atau

trofoblast dan teori ini dikenal dengan teori kerusakan endotel.

2.4.4 Klasifikasi

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, Martin mengelompokkan penderita

sindroma HELLP dalam 3 kategori, yaitu :8,10

- Kelas I : jumlah platelet ≤ 50.000/mm3

- Kelas II : jumlah platelet 50.000 – 100.000/mm3

- Kelas III : jumlah platelet 100.000 – 150.000/mm3

Menurut Audibert dkk. (1996), dikatakan sindroma HELLP partial apabila hanya

dijumpai satu atau lebih perubahan parameter sindroma HELLP seperti hemolysis (H),

elevate liver enzymes (EL) dan low platelets (LP); dan dikatakan sindroma HELLP murni jika

dijumpai perubahan pada ketiga parameter tersebut.

2.4.5 Gambaran Klinis

Gejala klinis sindroma HELLP merupakan gambaran adanya vasospasme pada sistem

vaskuler hepar yang menurunkan fungsi hepar. Oleh karena itu gejala sindroma HELLP

memberi gambaran gangguan fungsi hepar yang dapat berupa: malaise, nausea, kadang-

kadang disertai vomitus dan keluhan nyeri di epigastrium kanan atas.

Karena gejala dan tanda bervariasi maka seringkali terjadi salah diagnosis, sehingga

ada peneliti yang merekomendasikan bahwa semua ibu hamil yang memiliki salah satu dari

gejala tersebut hendaknya dilakukan pemeriksaan apusan darah, jumlah trombosit dan enzim

hepar serta tekanan darah ibu.

2.4.6 Pemeriksaan Penunjang

Page 34: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Pemeriksaan laboratorium pada sindroma HELLP sangat diperlukan karena diagnosis

ditegakkan berdasarkan hasil laboratorium, walaupun sampai saat ini belum ada batasan yang

tegas tentang nilai batas untuk masing-masing parameter.

1. Hemolisis

Menurut Weinstein (1982) dan Sibai (1986) gambaran ini merupakan gambaran yang

spesifik pada sindroma HELLP. Hemoglobin bebas dalam sistem retikulo endothelial

akan berubah menjadi bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin menunjukkan terjadinya

hemolisis. Hemolisis intravaskuler menyebabkan sumsum tulang merespon dengan

mengaktifkan proses eritropoesis, yang mengakibatkan beredarnya eritrosit imatur.

2. Peningkatan kadar enzim hepar

Serum aminotransferase yaitu aspartat aminotransferase (SGOT) dan glutamat piruvat

transaminase (SGPT) meningkat pada kerusakan sel hepar. Pada pre eklampsia, SGOT

dan SGPT meningkat 1/5 kasus, dimana 50% diantaranya adalah peningkatan SGOT.

Pada sindroma HELLP peningkatan SGOT lebih tinggi dari SGPT terutama pada fase

akut dan progresivitas sindroma ini. Peningkatan SGOT dan SGPT dapat juga merupakan

tanda terjadinya ruptur hepar.

Laktat dehidrogenase (LDH) adalah enzim katalase yang bertanggungjawab terhadap

proses oksidasi laktat menjadi piruvat. LDH yang meningkat menggambarkan terjadinya

kerusakan sel hepar. Peningkatan kadar LDH tanpa disertai peningkatan kadar SGOT dan

SGPT menunjukkan terjadinya hemolisis.

3. Jumlah platelet yang rendah

Kadar platelet dapat bervariasi dan nilainya menjadi acuan untuk dikelompokkan dalam

kelas yang berbeda.

2.4.7 Diagnosis

Kriteria diagnosis sindroma HELLP menurut Sibai adalah sebagai berikut:

1. Hemolisis

- Schistiosit pada apusan darah

- Bilirubin ≥ 1,2 mg/dl

- Haptoglobin plasma tidak ada

2. Peningkatan enzim hepar

- SGOT > 72 IU/L

- LDH > 600 IU/L

3. Jumlah trombosit rendah

Page 35: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

- Trombosit < 100.000/mm3

2.4.8 Penatalaksanaan

Mengingat kejadian sindroma HELLP pada kehamilan muda, maka terdapat

kontroversi pada penanganan sindroma HELLP. Prioritas utama adalah menstabilkan kondisi

ibu terutama jika terjadi gangguan pembekuan darah. Tahap berikutnya adalah melihat

kesejahteraan janin, kemudian keputusan segera apakah ada indikasi untuk dilahirkan atau

tidak.

Sebagian setuju untuk melakukan perawatan secara konservatif sampai kematangan

paru janin tercapai dalam upaya meningkatkan kualitas bayi yang dilahirkan. Sebagian

lainnya melakukan tindakan agresif untuk melakukan terminasi secepatnya apabila gangguan

fungsi hati dan koagulasi diketahui. Beberapa peneliti menganjurkan terminasi kehamilan

dengan segera tanpa memperhitungkan usia kehamilan, mengingat besarnya risiko maternal

serta jeleknya luaran perinatal apabila kehamilan diteruskan. Namun semua peneliti sepakat

bahwa terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi yang definitif.

Penanganan pertama sesuai dengan penanganan PEB. Kemudian dilakukan evaluasi

dan koreksi kelainan faktor-faktor pembekuan.

Untuk perawatan konservatif dianjurkan tirah baring total dengan infus plasma

albumin 5–25%. Tujuannya untuk menurunkan hemokonsentrasi, peningkatan jumlah

trombosit dan pengurangan beberapa gejala toksemia. Jika cervix memadai dapat dilakukan

induksi oksitosin drip pada usia kehamilan ≥ 32 minggu. Apabila keadaan cervix kurang

memadai, dilakukan elektif seksio Caesar. Apabila jumlah trombosit < 50.000/mm3

dilakukan tranfusi trombosit.

2.4.9 Prognosis

Penderita sindroma HELLP mempunyai kemungkinan 19-27% untuk mendapat risiko

sindrom ini pada kehamilan berikutnya dan mempunyai risiko sampai 43% untuk mendapat

pre eklampsia pada kehamilan berikutnya. Angka morbiditas dan mortalitas pada bayi

tergantung dari keparahan penyakit ibu. Anak yang menderita sindroma HELLP mengalami

perkembangan yang terhambat (IUGR) dan sindroma kegagalan napas.

Page 36: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

BAB IV

PEMBAHASAN

Fakta Teori

Bayi Perempuan

Usia gestasi = 34 minggu

Berat badan = 1300 gram

Panjang Badan = 37 cm

Lahir di RSUD AWS Samarinda,

dibantu oleh dokter spesialis kandungan

Lahir secara perabdominal atas indikasi

HELLP Sindrom

Riwayat Ibu :

1. Usia 40 tahun

2. Berat badan = 55 kg

3. Tinggi Badan = 158 cm

4. P4A0

5. Ibu memiliki riwayat tekanan darah

tinggi sebelum kehamilan

6. Tidak pernah mengalami keluhan yang

serupa pada kehamilan sebelumnya

7. Tidak pernah merokok

8. Tidak pernah minum minuman

beralkohol

HELLP Sindrome

Sindroma HELLP yang merupakan

singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver

enzymes and Low Platelet counts.

Sindroma ini merupakan kumpulan gejala

multi sistem pada penderita PEB dan

eklampsia yang terutama ditandai dengan

adanya hemolisis, peningkatan kadar

enzim hepar dan trombositopeni.

Faktor Resiko

1. Nulipara

2. Kehamilan ganda

3. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun

4. Riwayat preeklampsia, eklampisia

pada kehamilan sebelumnya

5. Riwayat dalam keluarga pernah

menderita preeklampsia

6. Penyakit ginjal, hipertensi, dan

diabetes mellitus yang sudah ada

sebelum kehamilan

7. Obesitas

Pengaruh terhadap Janin

1. Fetal Distres

2. Pertumbuhan janin Intrauterin

terhambat

3. Prematuritas

4. Infeksi

5. Asifiksia

Page 37: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Pemeriksaan Fisik

Fakta Teori

Keadaan Umum : sakit sedang

Berat Badan : 1300 gram

Tinggi badan : 37 cm

Lingkar Kepala : 28 cm

Lingkar Dada : 24,5 cm

Nadi : 120 x/ menit,

regular, kuat angkat

Pernafasan : 41 x/menit

Suhu : 36,3 C

Pemeriksaan fisik :

Kepala :

Ubun – ubun datar

Mata/telinga :

Normal

Kulit :

Kemerahan, sianosis (-), ikterik (-)

Thorax :

Simetris, retraksi (-), suara nafas

lemah

Abdomen :

Datar, distensi (-), bising usus kesan

normal

Ekstremitas :

Akral hangat, edema (-/-)

Neonatus Kurang Bulan :

Neonatus yang dilahirkan dengan masa gestasi kurang

dari 37 minggu.

Sesuai Masa Kehamilan :

Jika neonatus lahir dengan BB diantara persentil ke-

10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin menurut

grafik Lubchenco.

Masalah lebih sering dijumpai pada Neonatus Kurang

Bulan :

1. Ketidakstabilan suhu, akibat :

a. Peningkatan hilangnya panas

b. Kurangnya lemak subkutan

c. Rasio luas permukaan terhadap berat

badan yang besar

d. Produksi panas berkurang akibat lemak

coklat yang tidak memadai dan

ketidakmampuan untuk menggigil

2. Ketidakstabilan pernafasan

a. Defisiensi surfaktan paru yang mengarah

ke PMH

b. Resiko aspirasi akibat belum

terkoordinasinya refleks batuk, refleks

menghisap, dan refleks menelan

c. Thoraks yang dapat menekuk dan otot

pembantu respirasi yang lemah

d. Pernafasan yang periodik dan apnea

3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

a. Refleks hisap dan telan yang buruk

terutama sebelum 34 minggu

b. Motilitas usus yang menurun

c. Pengosongan lambung yang menurun

Page 38: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

d. Pencernaan dan absorpsi vitamin yang

larut dalam lemak berkurang

e. Defisiensi enzim laktase pada brush

border

f. Menurunnya cadangan kalsium, fosfor,

protein dan zat besi dalam tubuh

g. Meningkatnya risiko EKN (Enterokolitis

Nekrotikans)

4. Imaturitas hati

a. Konjugasi dan ekskresi bilirubin

terganggu

b. Defisiensi faktor pembekuan yang

bergantung pada vitamin K

5. Imaturitas ginjal

a. Ketidakmampuan untuk megekresikan

solute load besar

b. Akumulasi asam anorganik dengan

asidosis metabolik

c. Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya

hiponatremia atau hipernatremia,

hiperkalemia atau glikosuria ginjal

6. Imaturitas imunologis

a. Resiko infeksi tinggi akibat :

- Tidak banyak transfer IgG maternal

melalui plasenta selama trimester

ketiga

- Fagositosis terganggu

- Penurunan faktor komplemen

7. Kelainan Neurologis

a. Refleks hisap dan telan yang imatur

b. Penurunan motilitas usus

c. Apnea dan bradikardia berulang

d. Perdarahan intraventrikel dan

leukomalasia periventrikel

Page 39: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

e. Pengaturan perfusi serebral yang buruk

f. Hypoxic ischemic encelophaty (HIE)

g. Retinopati prematuritas

h. Kejang

i. Hiponatremia

8. Kelainan kardiovaskular

a. Patent Ductus Arteriousus

b. Hipotensi atau hipertensi

9. Kelainan hematologis

a. Anemia

b. Hiperbilirubinemia

c. Disseminated Intravaskular Coagulatio

(DIC)

d. Hemorrhagic disease of the newborn

10. Metabolisme

a. Hipoglikemia atau hiperglikemia

b. hipokalsemia

Pemeriksaan Penunjang

Fakta Teori

Darah Lengkap 28 Mei 2013

WBC 13.800

Hb 23,2

PLT 212.000

HCT 63,7

Imaturitas imunologis

Resiko infeksi tinggi akibat :

- Tidak banyak transfer IgG maternal

melalui plasenta selama trimester

ketiga

- Fagositosis terganggu

- Penurunan faktor komplemen

Diagnosis

Page 40: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Fakta Teori

Neonatus Kurang Bulan (NKB),

Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Neonatus Kurang Bulan :

Neonatus yang dilahirkan dengan masa gestasi

kurang dari 37 minggu.

Sesuai Masa Kehamilan :

Jika neonatus lahir dengan BB diantara persentil ke-

10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin menurut

grafik Lubchenco.

Grafik Lubchenco :

Penatalaksanaan

Fakta Teori

- IVFD D10% 104 cc/24 jam

- IVFD KAEN 4A 130cc/24 jam

- Pemasangan OGT

- Inj. Ampisilin 2x35 mg iv

- Inj. Gentamisin 8 mg/24 jam

- Amoxan drop 3x0,5 mg

Penatalaksanaan Neonatus Kurang Bulan:

1. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada bayi

barulahir dengan umur kehamilan

35 minggu perlu perhatian ketat,

bayi dengan BBL 2000 garm

dirawat dalam inkubator atau

dengan boks kaca menggunakan

Page 41: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

lampu.

2. Awasi frekwensi pernafasan pada

24 jam pertama untuk mengetahui

sindroma aspirasi mekonium.

3. Setiap jam hitung frekwensi

pernafasan, bila > 60x/mnt lakukan

foto thorax.

4. Berikan oksigen sesuai dengan

masalah pernafasan yang didapat.

5. Pantau sirkulasi dengan ketat

(denyut jantung, perfusi darah,

tekanan darah).

6. Awasi keseimbangan cairan.

7. Pemberian cairan dan nutrisi bila

tidak ada masalah pernafasan dan

keadaan umum baik:

a. Berikan makanan dini  early

feeding untuk menghindari

terjadinya hipoglikemia.

b. Periksa kadar gula darah 8–12 jam

post natal.

c. Periksa refleks hisap dan menelan.

d. Motivasi pemberian ASI.

e. Pemberian nutrisi intravena jika

ada indikasi, nutrien yangdapat

diberikan meliputi; karbohidrat,

lemak, asam amino, vitamin, dan

mineral.

6. Berikan multivitamin jika minum

enteral bisa diberikan secara kontinyu.

Tindakan pencegahan infeksi:

a. Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum

dan sesudah memegang bayi.

b. Mencegah terlalu banyak bayi dalam

Page 42: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

satu ruangan.

c. Melarang petugas yang menderita

infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.

d. Pemberian antibiotik sesuai dengan

pola kuan.

e. Membatasi tindakan seminimal

mungkin

IVFD D10

Glukosa/dextrosa merupakan suatu gula

(monosakarida) yang diperoleh dari

hidrolisis pati, mengandung satu molekul

air hidrat atau anhidrat. Dapat diberikan

secara per oral atau melalui infus i.v

sebagai treatment deplesi cairan dan

karbohidrat. Di samping itu, glukosa juga

digunakan untuk menurunkan metabolisme

lemak, mencegah ketonemia, mengatasi

hipoglikemia, dan diberikan secara oral.

IVFD KAEN 4A

Indikasi :

o   1. Merupakan larutan infus rumatan untuk

bayi dan anak.

2. Tanpa kandungan kalium, sehingga

dapat diberikan pada pasien dengan

berbagai kadar konsentrasi kalium serum

normal.

3. Tepat digunakan untuk dehidrasi

hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L

K 0 mEq/L

Cl 20 mEq/L

Page 43: Tutorial Perinatologi Nkb-smk

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 40 gr/

Inj. Ampisilin

Dosis : 50-100 mg/kgBB/hr dibagi 4 dosis

BSO : inj. 1 gr/vial

Indikasi :

Pengobatan infeksi yang peka (non-

betalaktamase-producting organisme);

bakteri yang peka yang disebabkan oleh

streptococci, pneumococci

nonpenicillinase-producting staphilocochi,

listeria, meningococci; turunan

H.Influenzae, salmonella, Shigella, E.coli,

Enterobacter, dan Klebsiella .

Inj. Gentamisin :

Dosis : 2,5 – 5 mg/kgBB/hari dibagi 2

5 – 7,5 mg/kgBB/hari dibagi 3

BSO : inj. 40 mg/2ml, 80 mg/2ml

Indikasi :

Gram negatif (Pseudomonas, Proteus,

Serratia) dan Gram positif 

(Staphylococcus),  infeksi tulang, infeksi

saluran nafas,  infeksi kulit dan jaringan

lunak, infeksi saluran urin, abdomen,

endokarditis dan septikemia , penggunaan

topical, dan profilaksis untuk bakteri

endokarditis dan tindakan bedah.