kasus responsi perinatologi

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologis seperti perubahan sistem peredaran darah, saluran cerna, fungsi ginjal, hati, sistem imunologik, dan sistem kardiovaskular. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen 1

Upload: biologi13071993

Post on 21-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

Bab 1-4

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Responsi Perinatologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada

masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis

agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari

tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3

kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan

dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan

biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses

fisiologis seperti perubahan sistem peredaran darah, saluran cerna, fungsi ginjal,

hati, sistem imunologik, dan sistem kardiovaskular.

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan

atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh

prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam

kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Masalah pada neonatus

biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak

hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul

sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang

memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya

perawatan bayi baru lahir.

Kematian prenatal di Indonesia merupakan kematian nomor 2 setelah

maternal, penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi

dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan kurang baiknya

penanganan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.

Misalnya sebagai akibat hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress

yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan

mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2007).

Gejala awal hipotermi apabila suhu tubuh di bawah norma (kurang dari

36,50C) atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Hipotermi merupakan salah

satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat

1

Page 2: Kasus Responsi Perinatologi

badan kurang dari 2,5 kg. Pada bayi yang mengalami hipotermi, tubuh dengan

cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi

memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan

terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metabolis

anerobik meningkatkan kebutuhan oksigen, berkurangnya aliran oksigen ke

jaringan yang dapat menyebabkan terjadinya asidosis metabolik (keasaman

darah), hipoglikemia atau hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah).

Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal

yang tidak diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Adaptasi dari

tubuh bayi setelah kelahirannya perlu mendapat pengawasan dan asuhan yang

tepat untuk mempertahankan kondisi bayi tetap dalam batas normal. Pada bayi

yang setelah kelahirannya mengalami penurunan kondisi, diperlukan pengawasan

dan asuhan yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kondisi bayi tersebut.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain:

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

khususnya asuhan pada kasus patologis dimana disini dikaji bayi dengan

hipotermi, di Ruang Perinatologi RSUD Sanjiwani Gianyar.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir

b. Menggambarkan hasil analisa data asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir

c. Mengidentifikasi diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir khususnya

asuhan 11 jam bayi baru lahir

d. Merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir khususnya asuhan

11 jam bayi baru lahir

e. Menggambarkan hasil implementasi dan evaluasi pada bayi baru lahir

khususnya asuhan 11 jam bayi baru lahir

2

Page 3: Kasus Responsi Perinatologi

C. Sistematika Penulisan

Laporan ini terdiri atas 5 bab, dimana bab I merupakan pendahuluan yang

terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

Selanjutnya bab II merupakan kajian pustaka, bab III ialah tinjauan kasus, bab IV

pembahasan dan bab V penutup yang meliputi simpulan dan saran.

3

Page 4: Kasus Responsi Perinatologi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Konsep Dasar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah

Neonatus merupakan masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)

sesudah kelahiran. Neonatus terdiri atas neonatus dini (usia 0-7 hari) dan neonatus

lanjut (usia 7-28 hari). Bayi adalah masa sejak 28 hari sampai umur 12 bulan

(menurut psikologis sampai umur 18/24 bulan). Balita (bawah lima tahun) ialah

masa umur 3-5 tahun/36-60 bulan dan ini merupakan periode usia manusia

setelah bayi sebelum anak awal. Anak prasekolah adalah anak pada rentang usia

5-6 tahun, usia ini merupakan usia dimana anak belum memasuki usia sekolah.

Lingkup asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah meliputi:

a. BBL Normal, Bayi, Balita, prasekolah

b. BBL bermasalah

c. Kelainan-kelainan pada BBL

d. Trauma

e. Neonatus resiko tinggi

f. Kegawatdaruratan

Berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam

sesudah lahir:

a. Bayi berat lahir cukup: berat lahir > 2500 gram

b. BBLR : BBL 1500-2500 gram

c. BBLSR : BBL 1000-1500 gram

d. BBLASR : < 1000 gram

Menurut masa kehamilan neonatus diklasifikasikan ke dalam 3 kategori:

a. Kurang bulan (preterm infant) : kurang dari 259 hari (< 37 mgg)

b. Cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari ( 37 – 42 mgg)

c. Lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 mgg)

Menurut Berat Lahirnya, neonatus terdiri atas :

a. Berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram

b. Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 gram

4

Page 5: Kasus Responsi Perinatologi

c. Berat lahir lebih : > 4000 gram

Adapun klasifikasi neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi dibagi atas:

a. Neonatus cukup bulan/kurangbulan/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

b. Sesuai masa kehamilan /kecil masa kehamilan/besar untuk masa

kehamilan (SMK/KMK/BMK)

Adapun cirri-ciri BBL normal antara lain:

a. UK 37-42 minggu

b. BBL 2500-4000 gram

c. Mampu melewati masa transisi (AS 7-10)

d. Tanpa kelainan kongenital

e. BB 2500-4000 g

f. PB 48-52 cm

g. LD 30-38 cm

h. LK 33-35 cm

i. HR 120-160 kali/menit

j. Pernafasan 40-60 kali/menit

k. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

l. Rambut lanugo tdk terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

m. Kuku agak panjang dan lemas

n. Genetalia : Perempuan ; labia mayor sudah menutup labia minor

Laki-laki; testis sudah turun, skrotum sdh ada

o. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dg baik

p. Reflek morrow dan graps sudah baik

q. Eliminasi baik, mekonium keluar dlm 24 jam pertama

Perilaku BBL

a. Periode I transisi (fase I reatifitas): 0-30 menit, HR dan pernafasan

meningkat masih dalam batas normal, kadang rales dan ronchi terlihat,

akral kebiruan, dan bayi terjaga siap menyusui.

b. Periode II transisi: 30 menitt-2 jam, bayi tertidur, fase pemulihan dari

proses persalinan yang traumatic, HR <140 x/mt, dan Px fisik lengkap dan

memandikan ditunda sampai kondisi stabil

5

Page 6: Kasus Responsi Perinatologi

c. Periode III transisi (fase II adaptasi): 2-6 jam, bayi terjaga, HR tidak stabil,

aliran darah meningkat, dan bayi siap menyusui.

2. Perubahan-Perubahan yang Segera Terjadi Sesudah Kelahiran

a.  Perubahan metabolisme karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan menurun,

energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir

diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat

mencapai 120 Mg/100 museum Lampung. Bila ada gangguan metabolisme akan

lemah. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan

besar bayi akan menderita hipoglikemia.

b.  Perubahan suhu tubuh

Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang > rendah

dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar maka akan

kehilangan panas mil konveksi. Evaporasi sebanyak 200 kal/kg/BB/menit.

Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini

menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Akibat

suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O2 pun

meningkat.

c.  Perubahan pernafasan

Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas mill

plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Rangsangan

gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama.

1) Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.

2) Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang

kemoreseptor karohd.

3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang, permukaan gerakan

pinafasa.

4) Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah

persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalan lahir

mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan

tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara. Paru-

6

Page 7: Kasus Responsi Perinatologi

paru mengembang menyebabkan rongga dada troboli pada bentuk semula,

jumlah cairan paru-paru pada bayi normal 80 - 100 museum Lampung.

d.   Perubahan struktur

Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat

tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh

darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke pembuluh darah tersebut

meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke

paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dan menciutnya arteri dan vena

umbilikasis kemudian tali pusat dipotong sehingga aliran  darah dari plasenta

melalui vena cava inverior dan foramen oval atrium kiri terhenti sirkulasi

darah bayi sekarang berubah menjadi seperti semula.

e.   Perubahaan lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.

3. Asuhan Segera pada Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada

bayi tersebut selama bayi pertamanya setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang

baru lahir akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan

atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :

a. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.

1)   Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan kontak antara kulit bayi dengan

kulit ibu.

2)   Ganti handuk / kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut dan

memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah

keluarnya panas tubuh.

3)   Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15

menit.

a)      Bila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksilah bayi.

b)      Bila suhu bayi < 36,5oC, segera hangatkan bayi tersebut.

b. Kontak dini dengan bayi

1).     Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk :

a)   Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir.

7

Page 8: Kasus Responsi Perinatologi

b)   Ikatan batin dan pemberian ASI.

2)   Dorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan

menunjukkan refleks rooting) jangan paksa bayi untuk menyusu.

4. Asuhan Neonatus Normal 1 Jam Setelah Kelahiran

Asuhan neonatus normal yang dilaksanakan 1 jam setelah kelahiran meliputi:

1) Penilaian APGAR skor

Penilaian ini meliputi penilaian Apppereance, Pulse, Grimace, Activity,

dan Respiration.

Tabel 1. Penilaian Apgar Skor (Saifuddin, 2002)

Nilai

Tanda 0 1 2

Denyut jantung (pulse)

Tidak ada Lambat < 100 >100

Usaha nafas (respisration)

Tidak adaLambat, tidak

teraturMenangis dengan

keras

Tonus otot (activity) LemahFleksi pada ekstremitas

Gerakan aktif

Kepekaan reflek (gremace)

Tidak ada Merintih Menangis kuat

Warna (apperence)Biru pucat

Tubuh merah muda,

ekstremitas biru

Seluruhnya merah muda

Dengan Interpretasi hasil pemeriksaan :

a) Nilai 7 – 10 : bayi sehat/vigorous baby

b) Nilai 4 – 6 : asfiksia sedang

c) Nilai 0 – 3 : asfiksia berat

2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Merupakan suatu proses membiarkan bayi menyusu dini segera setelah

kelahiran. Keuntungannya antara lain meliputi:

8

Page 9: Kasus Responsi Perinatologi

a) Keuntungan kontak kulit dan kulit untuk bayi

b) Keuntungan kontak kulit dan kulit untuk ibu

c) Keuntungan menyusu dini untuk bayi

d) Keuntungan menyusu dini untuk ibu

3) Menjaga kehangatan bayi

Mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir

a) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi

terjadi karena menguapkan air ketuban yang tidak cepat dikeringkan,

atau terjadi setelah bayi dimandikan.

b) Kondiksi adalah kehilangan panas melalui kontrak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.

c) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar

dengan udara di sekitar yang lebih dingin.

d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan

dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari

temperatur tubuh bayi.

Cara mencegah kehilangan panas

a) Keringkan bayi secara seksama.

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

c) Tutup bagian kepala bayi.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

4) Identifikasi Bayi

Identifikasi ini dilakukan segera setalah lahir dan masih berdekatan dengan

ibu. Meliputi hal-hal seperti mengambil tanda pengenal bayi seperti cap

jari atau telapak kaki bayi/tanda pengenal. Bertujuan untuk mencegah

terjadinya kekeliruan di kemudian hari. Adapun prinsip-prinsip

penggunaan alat pengenal ialah, kebal terhadap air, memiliki tepi yang

halus, tidak mudah sobek dan lepas dan tercantum nama bayi dan ibunya,

tanggal lahir, jenis kelamin dan unit.

9

Page 10: Kasus Responsi Perinatologi

5) Perawatan Mata

Bertujuan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Pemberian

obat mata yakni berupa obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk mencegah penyakit mata oleh karena ibu yang

mengalami IMS.

6) Pemberian Injeksi Vit.K

Pemberian injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mencegah perdarahan

karena defisiensi vitamin K .Vit. K diberi secara injeksi 1 mg IM setelah 1

jam kontak ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan

7) Bounding Attachment

Merupakan suatu prose yang menghasilkan interaksi , dimana bersifat

terus menerus dan melibatkan bayi dan orang tua dimana dimainkan secara

aktif oleh kedua pihak.juga dapat dikatakan sebagai hubungan yang

bersifat saling mencintai dan mantap. Bonding attachment memberikan

keduanya pemenuhan emosional, percaya diri, stabilitas. Hubungan ini

bersifat saling membutuhkan.

8) Penimbangan Berat Badan Bayi

9) Merawat Tali Pusat

a) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh

lainnya.

b) Bilas tangan dengan air matang / desinfeksi tingkat tinggi.

c) Keringkan tangan tersebut dengan handuk / kain bersih dan kering.

d) Ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang diinfeksi tingkat tinggi / klem plastik tali pusat.

e) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling

puntung tali pusat dan lakukan pengikatan ke 2 dengan simpul kunci

dibagian tali pusat pada hasil yang berlawanan.

f) Lepaskan menjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin

0,5%.

10

Page 11: Kasus Responsi Perinatologi

g) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa

bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

h) Jangan membungkus, mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke

puntung tali pusat dan nasihati keluarga agar tidak memberikan

apapun pada pusat bayi.

i) Pemakaian alkohol ataupun beladin masih diperkenankan sepanjang

tidak menyebabkan tali pusat basah / lembab.

j) Beri nasihat kepada ibu / keluarga sebelum penolong meninggalkan

bayi :  Lipat popok di bawah putung tali pusat, jika putung tali pusat

kotor, cuci dengan lembut menggunakan air matang, dan sabun

keringkan dengan kain bersih. Kemudaian jelaskan pada ibu bahwa

ibu harus mencari bantuan perawatan jika pusat menjadi merah atau

mengeluarkan nanah / darah dan segera rujuk bayi kefasilitas yang

lebih memadai.

10) Mulai Pemberian ASI

Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi

lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk

menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan dipotong

berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.

5. Asuhan Neonatus Normal 6 Jam Setelah Kelahiran

a. Antropometri lengkap

b. Imunisasi

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau

resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit

lain diperlukan imunisasi lainnya. Bertujuan untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu

pada populasi. Pada bayi baru lahir, imunisasi yang diberikan adalah

Hepatitis B. Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi

Hepatitis  B yang diberikan pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan

uniject) di suntik, IM dipaha kanan dan selanjutnya di berikan ulangan

sesuai imunisasi dasar lengkap.

11

Page 12: Kasus Responsi Perinatologi

c. Memandikan bayi

Bayi harus selalu dijaga agar tetap bersih, hangat, dan kering.

Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini

dimaksudkan agar bayi tidak hipotermi. Selain itu juga meminimalkan

resiko infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi

antara lain :

1) Menjaga bayi agar tetap hangat

2) Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat

3) Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin

d. Memberi Minum/Menyusui pada Bayi

Pada bayi sebaiknya masih diberi ASI eksklusif sampai ia berumur 6

bulan. ASI eksklusif artinya, bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan

tambahan selama 6 bulan tersebut.

e. Menyendawakan Bayi

Menyendawakan bayi penting dilakukan dan berfungsi untuk

mengeluarkan udara yang ada di dalam perut bayi atau agar tidak

kembung. Biasanya udara masuk ke perut bayi bersamaan ketika bayi

menyusu.Makin banyak udara yang masuk, semakin kembunglah perut

bayi. Akibatnya bayi merasa tidak nyaman dan akan menyebabkan rewel.

f. Pijat Bayi

Bayi akan merasakan kasih sayang dan kelembutan dari orang tua saat

dipijat. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa membuat bayi

merasakan pernyataan kasih sayang orang tua, selain itu :

1) Menguatkan otot

2) Pijatan terhadap bayi sangat bagus untuk menguatkan otot bayi.

3) Membuat bayi lebih sehat

4) Memijat bayi bisa memerlancar sistem peredaran darah, membantu

proses pencernaan bayi, dan juga memerbaiki pernapasan bayi. Bahkan

memijat bayi bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh si bayi.

5) Membantu pertumbuhan

12

Page 13: Kasus Responsi Perinatologi

6) Menurut penelitian, pertumbuhan bayi seperti berat badan akan lebih

baik dengan memijat bayi.

7) Dengan merangsang indra peraba, indra penglihatan dan pendengaran

si bayi, akan meningkatkan daya ingat dan kesanggupan belajar sang

bayi.

8) Membuat bayi tenang.

B. Hipotermi

1. Pengertian

Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal (2002:M-122) hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh

36,5oC pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit. Bayi hipotermi

adalah bayi dengan suhu tubuh dibawah normal (kurang dari 36,50C). Hipotermi

merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama

dengan berat badan kurang dari 2,5 kg. Hipotermia bisa menyebabkan

hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman

darah) yang tinggi dan kematian. Karena tubuh dengan cepat menggunakan energi

agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak

oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen

ke jaringan.

Sudarti (2012: 96) menjelaskan tentang pengertian hipotermi pada bayi

baru lahir atau neonatus adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal biasa di

sebut dengan bayi hipotermia. Hipotermia ini biasaya menyerang bayi yang baru

saja lahir. Pada bayi neonatus suhu normalnya adalah 36,5 – 37,5 derajat Celsius

(suhu ketiak). Apabila suhu < 36,5 derajat Celsius, kedua kaki dan tangan terasa

dingin kita mesti mewaspadainya karena ini merupakan gejala awal

hipotermia.Bila suhu bayi 32 – <36,5 derajat Celsius ini biasa disebut hipotermi

sedang. Bila suhu < 32 derajat Celcius biasa disebut hipotermi berat, pada

hipotermi berat ini biasanya diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat

mengukur sampai 25 derajat Celsius.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir : (Wiknjosastro,1994)

a.   Radiasi : dari objek ke panas bayi. Contoh: timbangan dingin tanpa alas.

13

Page 14: Kasus Responsi Perinatologi

b.   Epavorasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air

ketuban pada bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan.

c.   Konduksi : panas tubuh di ambil oleh suatu permukaan yang melekat di

tubuh. Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat dig anti.

d.   Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin dari tubuh bayi

baru lahir.

2. Klasifikasi Hipotermi

Beberapa jenis hipotermia, yaitu:

a. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga

<35°c.>

b. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung

terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat

c. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik

(seluruh tubuh) yan serius. sebagian besar terjadi pada musin di usim dingin

(salju) dan iklim dingin.

Berdasarkan kejadianya kejadiannya hipotermia pada bayi baru lahir

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:

a. Hipotermia Akut

Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6 -12 jam.

Umumnya terjadi pada bayi yang lahir di ruang bersalin yang dingin, inkubator

yang tidak cukup panas, kelainan terhadap bayi yang akan lahir, misalnya diduga

mati dalam kandungan tetapi ternyata masih hidup. Gejalanya biasanya lemah,

gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Langkah

awal yang harus dilakukan adalah dengan cara memasukkan bayi ke dalam

inkubator yang suhunya telah di atur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan

telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

b. Hipotermia Sepitas

Merupakan penurunan suhu tubuh 1 -2 derajat celcius sesudah lahir. Suhu

tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4 – 8 jam, bila suhu

lingkungan diatur sebaik-baiknya.

c. Hipotermia Sekunder

14

Page 15: Kasus Responsi Perinatologi

Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang

dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan

hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial tranfusi tukar, penyakit

jantung bawaan yang berat. Pengobatan bisa dilakukan dengan cara memberikan

antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.

d. Hipotermi Cold Injury

Biasanya terjadi pada bayi yang terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih

dari 12 jam). Gejalanya adalah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu

berkisar antara 29,5 – 35 derajat celsius, tak banyak bergerak, edema, serta

kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;

pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi

infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatan bisa dilakukan dengan

memanaskan secara perlahan-lahan, pemberian antibiotik, pemberian larutan

glukosa 10 persen, dan kartikosteroid.

3. Penyebab dan Resiko Hipotermi

Penyebab utama terjadinya hipotermia pada bayi adalah kurang

pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan

bayi secepat mungkin (Dep.kes RI, 1992). Berikut penyebab terjadinya penurunan

suhu tubuh pada bayi baru lahir :

a. Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan,

tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada

ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari

ibunya, tidak segera disusui ibunya.

b. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5

kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan

tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.

c. Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.

d. Jaringan lemak subkutan tipis.

e. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

f. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

15

Page 16: Kasus Responsi Perinatologi

g. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)

pada reaksi kedinginan.

h. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko

tinggi mengalami hipotermi.

Menurut Dep.kes RI (1992) factor penyebab terjadinya hipotermia adalah

lingkungan, syok, infeksi, gangguang endokrin metabolic, kurang gizi, obat-

obatan, dan perubahan cuaca.

Resiko untuk terjadinya hipotermia: (Dep.kes RI, 1992)

a.       Perawatan yang kurang tepat setelah bayi baru lahir

b.      Bayi di pisahkan dari ibunya segera setelah lahir

c.       Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan premature

d.      Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat)

e.       Bayi asfiksi, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengn

pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra cranial.

4. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir

Gejala hipotermia yang ditimbulkan akibat hipotermia pada bayi adalah:

a. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian

dada

b. Aktivitas berkurang, bayi tampak lesu atau mengantuk

c. Kemampuan menghisap lemah, bayi tidak mau minum atau menetek

d. Tangisan lemah

e. Ujung jari tangan dan kaki kebiruan

f. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit bayi

mengeras (sklerema).

Tanda – tanda hipotermia sedang adalah aktifitas berkurang (letargis),

tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata), kemampuan

menghisap lemah, kaki teraba dingin, dan jika hipotermia berlanjut akan timbul

cidera dingin. Tanda – tanda hipotermia berat adalah aktifitas berkurang (letargis),

bibir dan kuku kebiruan, pernafasan lambat, pernafasan tidak teratur, bunyi

jantung lambat, selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic,

dan resiko untuk kematian bayi. tanda – tanda stadium lanjut hipotermia adalah

16

Page 17: Kasus Responsi Perinatologi

muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat,

dan kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan

tangan (sklerema) (Saifudin, 2002).

5. Prinsip Dasar Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir dan

Mencegah Hipotermia

a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah bayi lahir

Bayi lahir dengan tubuh basah dengan air ketuban. Aliran udara melalui

jendela pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi

lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cols

stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Untuk mencegah terjadinya

serangan dingin, setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang

kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu).

Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi atau tutup

kepala, kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakan dengan terlungkup di

atas dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan ibu.

b. Menunda memandikan bayi bari lahir sampai tubuh bayi stabil

untukmencegah terjadinya serangan dingin, ibu atau keluarga dan penolong

persalinan harus menunda memandikan bayi baru lahir.

1)     Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bylan, berat > 2500 gram,

langsung menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda ±24 jam setelah

kelahiran.

2)     Pada bayi baru lahir dengan resiko, keadaan bayi lemah atau bayi dengan

berta lahir < 2500 gram, sebaiknya bayi jangan di mandikan di tunda

beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh bayi

stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

(Dep.kes RI, 1992)

6. Tindakan pada Bayi Hipotermi

Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti

incubator gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia incubator cara ilmiah

adalah: (Dep.kes RI, 1992)

17

Page 18: Kasus Responsi Perinatologi

a. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan

tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena

terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa

ditambahkan selimut.

b. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau

dihangatkan diatas tungku.

c. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan

pada jarak setengah meter diatas bayi.

d. Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering,

memakai topi dan selimut yang hangat.

e. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah

metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan

keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.

f. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang

diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.

Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-

buli panas, bahaya luka bakar.

g. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi

ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap

beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

h. Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada batas normal

(36,5-37,5o C), berarti usaha meenghangatkan berhasil.

i. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta

tidak ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak perlu

dirujuk.

j. Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.

k. Dirujuk ke rumah sakit. Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada

kenaikan suhu (membaik),bila bayi tidak dapat minum, terdapat gangguaan

nafas atau kejang.Dan bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis

atau ada bagian tubuh bayi yang mengeras.

7. Pencegahan Hipotermi

18

Page 19: Kasus Responsi Perinatologi

Pencegahan hipotermia merupakan asuhan neonatal dasar agar BBL tidak

mengalami hipotermia. Disebut hipotermia bila suhu tubuh turun di bawah 36,5 C.

suhu normal pada neonatus adalah 36,5-37,5 C pada pengukuran suhu melalui

ketiak BBL mudah sekali terkena hipotermia hal ini disebabkan karena :

a. Pusat pengaturan panas pada bayi belum berfungsi dengan sempurna

b. Permukaan tubuh bayi relative luas

c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas

d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dari pakaiannya agar ia tidak

kedinginan

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan hipotermia adalah

mengeringkan bayi sedini mungkin, menutup bayi dengan selimut atau topi dan

menempatkan bayi diatas perut ibu (kontak dari kulit ke kulit). Jika kondisi ibu

tidak memungkinkan untuk menaruh bayi diatas dada (karena ibu lemah atau

syok) maka hal-hal yang dapat dilakukan : (Dep.kes RI, 1994)

a. Mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain yang hangat

b. Meletakan bayi di dekat ibu

c. Memastikan ruang bayi yang terbaring cukup hangat

19

Page 20: Kasus Responsi Perinatologi

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BY NY “DA” UMUR 11 JAM NEONATUS ATERM

VIGOROUS BABY DALAM MASA ADAPTASI DENGAN HIPOTERMI

SEDANG

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD SANJIWANI GIANYAR

TANGGAL 20 NOVEMBER 2013

Tanggal 19 November 2013 Jam 11.10 WITA

A. DATA SUBYEKTIF

1. IDENTITAS

BAYI

a. Nama By Ny “DA”

b. Umur/tgl/jam lahir 11 jam / 19 november 2013/pk 00.10 Wita

c. Jenis Kelamin Perempuan

d. Anak ke- Dua

e. Status Anak Anak Kandung

ORANG TUA

IBU SUAMI

a. Nama : Ny “AD” Tn “ KT”

b. Umur : 25 tahun 27 tahun

c. Agama : Hindu Hindu

d. Pendidikan : SMP SMP

e. Pekerjaan : Tidak bekerja Swasta( Tukang Gas)

f. Status Perkawinan : Sah Sah

g. Alamat : Br. Sidan gianyar Br. Sidan gianyar

20

Page 21: Kasus Responsi Perinatologi

B. Keluhan Utama/ Alasan Dirawat

Bayi dalam masa perawatan 11 jam dengan hipotermi

C. Riwayat Prenatal

1. G3P1011 masa gestasi 40 minggu 6 hari.

2. Kehamilan ini direncanakan dan diterima oleh keluarga.

3. Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya di bidan dan

puskesmas sebanyak 7x dengan hasil dalam batasan normal. Ibu

melakukan USG 1x di dokter SpOG.

4. Selama masa prenatal ibu tidak pernah mengalami penyulit dan

komplikasi.

5. Selama hamil ibu mengkonsumi obat dari bidan, yaitu : SF, B6, B1

dan Kalk.

6. Selama kehamilan ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1x di

bidan.

7. Keluarga dan ibu tidak mempunyai perilaku atau kebiasaan yang dapat

mempengaruhi kesejahteraan janin nya.

D. Riwayat Intranatal

1. Persalinan ini ditolong oleh dokter dan bidan dan tempat lahir di

Ruang Kunti RSUD Sanjiwani Gianyar.

2. Kala I selama 8 jam dengan KPD, kala II selama 10 menit tanpa

penyulit dan komplikasi, jenis persalinan spontan belakang kepala.

Bayi lahir pukul 00.10 WITA tanggal 19 November 2013. Jenis

kelamin perempuan, keadaan saat lahir gerak aktif, bayi menangis

kuat, dan kulit kemerahan.

E. Riwayat Postnatal

1. Bayi lahir pukul 00.10 Wita pada tanggal 19 November 2013. Dengan

berat lahir 4000 gram, bayi lahir secara spontan belakang kepala, jenis

21

Page 22: Kasus Responsi Perinatologi

kelamin perempuan. Suhu bayi 36,5 o C. HR: 120 x/mnt, RR: 40

x/mnt, BAB/BAK : - / + .

APGAR skor saat lahir 8-9. Tidak dilakukan IMD ( Inisiasi Menyusu

Dini) karena terjadi KPD. Bayi mengalami Hipoglikemi (BS: 38 mg/dl

(00.30 WITA)). Tidak terjadi rooming in karena bayi mendapatkan

perawatan intensif berupa perawatan incubator diruang perinatologi

dan dilakukan pemasangan infuse dextrose 10% 6 tetes/menit.

2. Asuhan bayi setelah 1 jam

Gerak/aktifitas aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada turgor, HR :

120x/mnt RR: 40x/mnt S: 36,50C BB: 4000 gram, daerah mata

bersih,jenis kelamin perempuan. Injeksi Neo K 0,5 ml dan pemberian

salep mata gentamicin 0,3 %. BS pk 02.00 WITA : 35 mg/dl, BS pk.

04.00 WITA : 85 mg/dl.

3. Asuhan bayi setelah 6 jam

Keadaan umum : baik

Gerak/ aktifitas : aktif

Tangis : kuat

Warna kulit : kemerahan

Turgor : tidak ada

HR : 120 x/menit

RR :40 x/menit

S : 35,20C

BB : 4000 gram

PB : 52 cm

LK : 36 cm

LD : 36 cm

Kepala :bentuk simetris,ubun-ubun datar, sutura terpisah,

tidak terdapat cepal hematoma dan caput

sucedanium .

Wajah : simetris, tidak pucat dan tidak terdapat odema.

22

Page 23: Kasus Responsi Perinatologi

Mata :simetris, reflex glabella positive, tidak ada

pengeluaran, warna konjungtiva merah muda,

sclera putih, tidak ada kelainan.

Hidung :lubang hidung ada 2, tidak ada pengeluaran dan

pernafasan cuping hidung.

Mulut :bibir lembab, tidak ada palatum, lidah merah

muda,gusi merah muda, reflex rooting, sucking,

swallowing positive, dan tidak ada kelainan.

Telinga :simetris, tidak ada pengeluaran, dan tidak ada

kelainan.

Leher :tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, reflex tonic neck

positive, dan tidak ada kelainan.

Dada :tidak ada retraksi otot dada,keadaa payudara

normal, putting susu menonjol, tidak ada benjolan,

dan tidak ada pengeluaran.

Abdomen : tidak ada distensi, tidak ada bising usus, kondisi

tali pusat bersih dan kering, dan tidak ada kelainan.

Punggung : punggung datar, dan tidak ada kelainan.

Genitalia : testis jumlahnya 2, ada lubang penis, ada anus dan

tidak ada kelainan.

Ekstremitas (tangan) : warna merah muda, simetris, jumlah jari

ada 10, gerak aktif, reflex moro positive, reflex

genggam positive, dan tidak ada kelainan.

Ekstremitas (kaki) : warna merah muda, simetris, jumlah jari ada 10,

gerak aktif, reflex babyski positive, reflex steping

positive dan tidak ada kelainan.

Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk memberikan bayi injeksi

per set pada pukul 08.00 WITA, telah dilakukan injeksi cefotaxime

175 mg dan metil prednisolon 10 mg dan tidak terjadi reaksi alergi.

23

Page 24: Kasus Responsi Perinatologi

Kemudian bayi dilap di dalam incubator dan diganti pakaiannya. Pada

pukul 09.00 WITA bayi diberikan ASI oleh ibunya.

F. Riwayat Bio-Psiko-Spiritual

1. Biologi

Pernafasan bayi tidak mengalami gangguan, bayi menyusui secara On

Demand dan tidak terdapat keluhan. Bayi BAK 1x dengan warna

kuning jernih,bau khas. Bayi BAB 1x warna kehitaman,konsistensi

lembek. Bayi istirahat ± 8 jam, aktifitas dan pergerakan aktif.

2. Psikologis

Orang tua dan keluarga menerima dan mendukung dengan kelahiran

bayi.

3. Sosial

Dalam keluarga pengambilan keputusan dilakukan oleh suami dan

istri. Tidak terdapat kebiasaan dalam keluarga yang mempengaruhi

kesehatan anak,seperti: merokok, mengkonsumsi NAPZA dll.

Pola asuh anak secara demokratis. Tidak terdapat sibling rivalry dan

tidak terdapat spiritual dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

anak.

G. Pengetahuan Orang Tua

Ibu belum mengetahui tentang:

1. Posisi menyusui dan pelekatan yang benar

DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik

Gerak/ aktifitas : aktif

Tangis : kuat

24

Page 25: Kasus Responsi Perinatologi

Warna kulit : kemerahan

Turgor : tidak ada

HR : 118 x/menit

RR :40 x/menit

S : 35,90C

BAK/BAB : +/+

B. Bounding attachment : skor 12 (ibu melihat, menyapa dan meraba

bayinya dengan masing-masing skor 4)

C. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada.

ANALISA

Bayi usia 11 jam, neonatus aterm vigorous baby dalam masa adaptasi dengan

hipotermi sedang

PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan

suami mengerti dan menerima hasil pemeriksaan yang disampaikan.

2. Mngobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan sudah sesuai

dengan suhu perawatan bayi.

3. Membimbing ibu tentang posisi menyusui dan pelekatan yang benar, ibu

memahami dan sudah mampu melakukan sendiri tanpa bimbingan.

4. Menginformasikan kepada ibu untuk memberikan ASI secara On Demand

kepada bayinya. Bayi telah diberikan ASI dan bayi menyusui secara aktif.

5. Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda vital pada pukul

13.00-19.30 WITA, hasil observasi tercatat dalam lembar catatan

perkembangan.

25

Page 26: Kasus Responsi Perinatologi

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/Waktu Penatalaksanaan Paraf

Tgl. 19-11-2013

Pk.13.00 WITA

Pk. 15.00 WITA

Pk.16.00 WITA

S: Bayi “AD” umur 12 jam 50 menit, tanggal lahir 19-11-

2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl

(Pk.04.00WITA), S: 35,60C (Pk. 05.00WITA), IVFD

Glukosa 10% dosis 6 tpm

O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis, , Menyusu: +,

Muntah: -, BAB/BAK: +/+

A: Bayi “AD” umur 12 jam 50 menit neonatus aterm dengan

hipotermi sedang

P:

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan

suami, ibu dan suami menerima dan memahami

informasi yang diberikan.

2) Mengobservasi pemberian nutrisi pada bayi, bayi sedang

disusui oleh ibunya

3) Mengobservasi TTV pada bayi, observasi TTV telah

dilaksanakan dengan hasil ku; baik, kesadaran: compos

mentis HR: 120 x/menit, RR: 61 x/menit, S: 360C

4) Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk

memberikan injeksi cefotaxim 175 mg dan metil

prednisolon 10 mg per set pada bayi, injeksi telah

dilakukan, obat telah masuk dan tidak ada reaksi alergi

5) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes

lancar dengan dosis 6 tpm.

26

Page 27: Kasus Responsi Perinatologi

6) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan

telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.

7) Mengevaluasi pemberian ASI on demand oleh ibu, ibu

mengatakan telah menyusui bayinya setiap dua jam

sekali

8) Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda

vital pada Pk.19.30-08.00 (20-11-2013) WITA, hasil

tercatat pada lembar catatan perkembangan.

Tgl. 19-11-2013

Pk.19.30 WITA

Pk.21.00 WITA

Tgl. 20-11-2013

Pk. 05.00 WITA

S: Bayi “AD” umur 19 jam 20 menit, tanggal lahir 19-11-

2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl

(Pk.04.00WITA), S: 360C (Pk. 16.00WITA), IVFD

Glukosa 10% dosis 6 tpm

O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis, Menyusu: +,

Muntah: -, BAB/BAK: +/+

A: Bayi “AD” umur 19 jam 20 menit neonatus aterm dengan

hipotermi sedang

P:

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan

suami, ibu dan suami menerima dan memahami

informasi yang diberikan.

2) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes

lancar dengan dosis 6 tpm.

3) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan

telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.

4) Mengobservasi TTV bayi, observasi telah dilaksanakan

dengan hasil ku baik, kesadaran compos mentis, HR:

120x/menit, RR: 78 x/menit, S: 360C

5) Meminta ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya, ibu

bersedia memberikan ASI dan ibu sedang menyusui

bayinya.

6) Mengobservasi TTV pada bayi, observasi telah dilakukan

dengan hasil KU bayi baik, kesadaran: compos mentis,

27

Page 28: Kasus Responsi Perinatologi

HR: 120 x/menit, RR: 69 x/menit, S: 36,20C, Menyusu:

+, Muntah: -, BAB/BAK: +/+

7) Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda

vital pada tanggal 20-11-2013 Pk.08.00-13.00 WITA,

hasil tercatat pada lembar catatan perkembangan.

Tgl. 20-11-2013

Pk.08.00 WITA

Pk.11.00WITA

S: Bayi “AD” umur 1 hari 7 jam 50 menit, tanggal lahir 19-

11-2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl

(Tgl. 19-11-2013, Pk.04.00WITA), S: 36,20C (Pk.

05.00WITA), IVFD Glukosa 10% dosis 6 tpm

O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis, Menyusu: +,

Muntah: -, BAB/BAK: +/+

A: Bayi “AD” umur 1 hari 7 jam 50 menit neonatus aterm

dengan hipotermi sedang

P:

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan

suami, ibu dan suami menerima dan memahami

informasi yang diberikan.

2) Membersihkan badan bayi di dalam incubator dan

mengganti pakaian bayi, bayi telah dilap dan berpakaian

bersih.

3) Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk

memberikan injeksi cefotaxim 175 mg dan metil

prednisolon 10 mg pada bayi per set, injeksi telah

dilakukan, obat telah masuk dan tidak ada reaksi alergi

4) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes

lancar dengan dosis 6 tpm.

5) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 360C dan

telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.

6) Mengobservasi TTV bayi, observasi TTV telah dilakukan

dengan hasil observasi ku baik, kesadaran compos

mentis, HR: 142 x/menit, RR: 48 x/menit, S: 36,40C

7) Melanjutkan observasi kondisi bayi termasuk tanda-tanda

28

Page 29: Kasus Responsi Perinatologi

vital pada Pk.13.00-16.00 WITA, hasil tercatat pada

lembar catatan perkembangan.

Tgl. 20-11-2013

Pk.13.00 WITA

Pk.15.00 WITA

Pk.16.00WITA

Pk.16.00 WITA

S: Bayi “AD” umur 1 hari 12 jam 50 menit, tanggal lahir 19-

11-2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl

(Tgl.19-11-2013 Pk.04.00WITA), S: 36,40C (Pk.

11.00WITA), IVFD Glukosa 10% dosis 6 tpm

O: KU: baik, Kesadaran: Compos Mentis, , Menyusu: +,

Muntah: -, BAB/BAK: +/+

A: Bayi “AD” umur 1 hari 12 jam 50 menit neonatus aterm

vigerous baby dalam masa adaptasi dengan hipotermi

sedang

P:

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan

suami, ibu dan suami menerima dan memahami

informasi yang diberikan.

2) Mengevaluasi pemberian ASI on demand oleh ibu, ibu

sedang menyusui bayinya

3) Mengobservasi TTV bayi, observasi TTV telah

dilaksanakan dengan hasil ku baik, kesadaran compos

mentis HR: 124 x/menit, RR: 64 x/menit, S: 36,80C

4) Menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk

memberikan injeksi cefotaxim dengan dosis 175 mg per

set, injekksi telah dilakukan, obat telah masuk, dan reaksi

alergi negative.

5) Memastikan kelancaran tetesan infuse, infuse menetes

lancar dengan dosis 6 tpm.

S : Bayi “AD” umur 1 hari 16 jam 20 menit, tanggal lahir 19-

11-2013, Pk. 00.10 WITA, BBL: 4000 gram, BS : 85 mg/dl

(Tgl.19-11-2013 Pk.04.00WITA), IVFD Glukosa 10%

dosis 6 tpm

O: Ku baik, Kesadaran: compos mentis, HR: 124 x/menit,

29

Page 30: Kasus Responsi Perinatologi

RR: 64 x/menit, S: 36,80C

A : Bayi “AD” umur 1 hari 16 jam 20 menit neonatus aterm

vigorous baby dalam masa adaptasi dengan riwayat

hipotermi sedang

P:

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan

suami, ibu dan suami menerima dan memahami

informasi yang diberikan.

2) Mengobservasi suhu incubator, suhu incubator 330C dan

telah sesuai dengan suhu perawatan bayi.

3) Melanjutkan pemantauan terhadap kondisi bayi, kondisi

bayi sementara stabil hingga pukul 19.30 WITA

30

Page 31: Kasus Responsi Perinatologi

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif pada tanggal 19

November 2013 pukul 07.00 WITA sampai dengan tanggal 20 November 2013

pukul 19.30 WITA terhadap By NY “AD” diperoleh data bahwa By Ny “AD”

mengalami hipotermi dan memiliki riwayat hipoglikemi.

Berdasarkan data riwayat persalinan ibu, ibu mengalami ketuban pecah

dini. Yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan yang

dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu. Hal ini dapat

disebabakan oleh berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan adanya

infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks atau beberapa penyebab

lainnya. Pecahnya ketuban sebelum waktunya menyebabkan stress pada bayi.

Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang dimiliki bayi karena

terjadi peningkatan penggunaan cadangan glukosa dalam kehamilan. Hal inilah

yang menyebabkan bayi lahir dengan cadangan glukosa yang rendah

(hipoglikemi). By NY “AD” lahir dengan kadar gula darah kurang yaitu 38 mg/dl

(hasil laboratorium) pada Pk.00.30 WITA. Setelah diberikan asuhan berupa

pemberian terapi infuse dextrosa 10% dengan dosis 6 tpm, methyl prednisolon

dengan dosis 10 mg dan perawata di inkubator terjadi peningkatan kadar gula

darah bayi yaitu 85 mg/dl pada Pk 04.00 WITA.

Adanya riwayat hipoglikemi pada By Ny “AD” menjadi salah satu faktor

penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh bayi yaitu 35,60C (hipotermi sedang)

pada Pk.05.00 WITA. Untuk itu diperlukan asuhan komprehensif yang bertujuan

meningkatkan suhu tubuh bayi. Asuhan yang kami lakukan adalah dengan

31

Page 32: Kasus Responsi Perinatologi

menginformasikan kepada ibu untuk memberikan ASI on demand kepada bayi.

Setelah diberikan ASI, bayi kembali dihangatkan di dalam inkubator. Melakukan

pemantauan suhu incubator untuk memastikan suhu incubator telah sesuai dengan

suhu perawatan bayi. Mengganti pakaian bayi yang dingin atau basah dengan

pakaian yang hangat, memakaikan topi, sarung tangan, sarung kaki, dan pengalas

yang hangat. Memeriksa kondisi bayi termasuk tanda-tanda vital bayi sesuai

waktu yang telah ditentukan yaitu pada Pk.05.00, Pk 11.00, Pk 16.00, dan Pk.

21.00 WITA. Selain itu juga menjalankan tugas delegasi dari dokter untuk

memberikan injeksi obat kepada bayi.

Setelah asuhan diberikan, Bayi mengalami perubahan kondisi suhu bayi

mengalami peningkatan menjadi 36,8 OC dan suhu tersebut masih tetap stabil

hingga pukul 19.30 WITA ( 20-11-2013 ). Setelah suhu bayi normal, dilakukan

perawatan lanjutan untuk bayi serta memantau bayi selama 12 jam dan mengukur

suhunya tiap 3 jam. Suhu bayi masih tetap dalam batas normal sampai pukul

19.30 ( 20-11-2013 ) dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain

yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

32

Page 33: Kasus Responsi Perinatologi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus di atas adalah :

1. By NY “AD” lahir dengan kadar gula darah kurang yaitu 38 mg/dl

(hasil laboratorium) pada Pk.00.30 WITA sehingga dapat memacu

terjadinya hipotermia.

2. By NY” AD” di berikan asuhan berupa pemberian terapi infuse

dextrosa 10% dengan dosis 6 tpm, methyl prednisolon dengan dosis

10 mg dan perawata di inkubator terjadi peningkatan kadar gula

darah bayi yaitu 85 mg/dl pada Pk 04.00 WITA.

3. By NY” AD” Setelah diberikan asuhan, Bayi mengalami perubahan

kondisi suhu bayi mengalami peningkatan menjadi 36,8 OC dan

suhu tersebut masih tetap stabil hingga pukul 19.30 WITA ( 20-11-

2013 ). Setelah suhu bayi normal, dilakukan perawatan lanjutan

untuk bayi serta memantau bayi selama 12 jam dan mengukur

suhunya tiap 3 jam.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan kasus yang dikaji ialah,

penulis berharap dengan adanya pemantauan berkala terhadap bayi dengan

kegawatdaruratan maka tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dapat ikut

menyukseskan program pemerintah terkait penurunan AKB (Angka Kematian

Bayi).

33

Page 34: Kasus Responsi Perinatologi

34