tutorial banyak kencing
TRANSCRIPT
Skenario
Banyak Kencing
Seorang pria umur 50 tahun, dating ke dokter dengan keluhan sering kencing
yang dialami sejak 2 bulan terakhir. Penderita sering terbangun 4-5 kali semalam
untuk buang air kecil. Penderita juga mengeluh selalu haus dan tenggorokkan tersaa
kering. Sekitar 3 bulan yang lalu penderita mengalami kecelakaan lalu lintas dan
sempat tidak sadar selama 5 hari.
A. KATA KUNCI
Pria 50 tahun
Sering kencing, sejak 2 bulan lalu
Kencing 4-5 kali semalam (nokturia)
Selalu haus dan tenggorokan kering
Mengalami kecelakaan 3 bulan yang lalu
B. PERTANYAAN
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi organ yang berkaitan.
2. Hormon yang berperan dalam produksi urin.
3. Penyebab dan patomekanisme banyak kencing.
4. Patomekanisme sering haus.
5. Apakah ada hubungan antara penyakit yang diderita dengan kecelakaan
yang dialami 3 bulan yang lalu.
6. Apa yang menyebabkan nocturia.
7. Gejala klinis dari kasus diatas adalah.
1
8. Diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diatas.
9. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan.
10. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan.
11. Komplikasi dari penyakit tersebut.
12. Prognosis pada kasus tersebut.
C. PEMBAHASAN
1. Anatomi, fisiologi, dan histologi organ yang berkaitan.
Anatomi ginjal
2
Jumlahnya sepasang. Ginjal kiri dan kanan. Ginjal kiri posisinya lebih
tinggi dibanding ginjal kanan, karena ginjal kanan terdesak oleh hati.
Bentuknya seperti kacang.
Letaknya di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan
kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal
bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang
melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3.
Memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat
sekitar 150 gram.
Terdiri atas lapisan luar (korteks), dimana terdapat nefron yang mana
terdapat badan Malpighi (kapsul bowman dan glomerulus). Lapisan dalam
(medulla adrenal, yang mana terdapat tubulus kontortus (distal dan
proksimal). Selanjutnya terdiri dari pelvis renalis (rongga ginjal).
Fisiologi ginjal
Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit)
sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah,
dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
3
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer)
yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein.
Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa,
natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu,
99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus
kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada
tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa
dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam,
dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-
zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam
urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan
asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal.
Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat
ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada
urin.
4
Tambahan Histologi Ginjal
Sistem urinarius terdiri atas dua ginjal (ren), dua ureter yang menuju ke satu kandung
kemih (vesica urinaria), dan satu uretra (urethra)
Setipa ginjal dilapisi oleh kapsul jaringan ikat padat tidak teratur. Irisan sagital ginjal
menunjukkan korteks yang lebih gelap
5
Histologi ginjal
Pada dasarnya ginjal terdiri atas 2 bagian yaitu :
1. Korteks Renalis
- Kolumna Renalis
Bertini
- Medullary rays
- tubulus uriniferus
2. Medulla
- Tebal 2x korteks
- Membentuk Piramid
- Duktus koligentes
6
2. Hormon yang berperan dalam produksi urin
Pada dasarnya secara normal hormon yang berperann pada produksi
urin adalan ADH (antidiuretik horhon) atau disebut juga vasopressin.
3. Penyebab dan patomekanisme banyak kencing.
Skema patomekanisme polyuria dan polydipsi
Destruksi pada Hypothalamus atau pada traktus supraoptik-hypopysial
Penurunan ADH
Retensi air pada tubulus kolektivus ginjal
Urin yang jernih (polyuria)
Kehabisan elektrolit dan cairan
Dehydrasi
Peningkatan haus
Polydipsia
7
Pada dasarnya yang menjadi penyebab dari banyak kencing yaitu kegagalan
penglepasan ADH yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan sintesis atau
penyimpanan. Secara anatomis kelainan ini terjadi akibat kerusakan nucleus
supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang menyintesis ADH.
Selain itu, dapat disebabkan pula karena gangguan pengangkutan ADH akibat
kerusakan pada akson hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk sewaktu-
waktu dilepaskan kedalam sirkulasi jika dibutuhkan
Secara biokimiawi, banyak kencing juga dipengaruhi oleh tidak adanya
sintesis ADH atau sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau
secara kuantitatif cukup tetapi merupakan ADH yang tidak dapat berfungsi
sebagaimana ADH normal.
Dari beberapa keadaan tersebutlan yang menjadi pemicu ADH tidak bekerja
sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan pengumpulan air pada duktus
kolektivus karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan terjadinya
poliuria atau banyak kencing.
4. Patomekanisme sering haus.
Peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dan
sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang
rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi
vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih
dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih
meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut
minum banyak (polidipsia).
8
5. Apakah ada hubungan antara penyakit yang diderita dengan
kecelakaan yang dialami 3 bulan yang lalu.
Pada dasarnya kecelakaan yang dialami oleh penderita pada 3 bulan
yang lalu dapat menyebabkan trauma kepala. Trauma kepala inilah yang menjadi
pemicu kerusakan pada hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya destruksi
nucleus supraoptikus yang merupakan tempat sintesis ADH. Pada akhirnya, terjadi
gangguan sintesis ADH yang kemudian menyebabkan ADH tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Tidak berfunginya ADH inilah yang menyebabkan terjadi
pengumpulan air pada duktus kolektivus ginjal sebagai akibat berkurangnya
permeabilitasnya. Maka, keadaan inilah yang menyebabkan polyuria atau banyak
kencing.
6. Apa yang menyebabkan nocturia.
Penyebab dari nokturia sangat beraneka ragam, antara lain adanya sisa
urin pada kandung kemih yang terkumpul sepanjang hari, instabilitas kandung
kemih dan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urin yang
terkait dengan usia lanjut., obstruksi kandung kemih serta efek diuretik (menarik
air) yang dimiliki oleh obat-obat yang biasa dikonsumsi oleh orang berusia lanjut
yang menderita penyakit kardiovaskuler.
Pengobatan nokturia tergantung dari faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Beberapa jenis faktor penyebab seperti akumulasi diurnal dan penurunan
kemampuan konsentrasi urin oleh ginjal sangat sulit untuk diobati.
9
7. Gejala klinis dari kasus diatas adalah.
Polidipsi
Poliuria
Nocturia
8. Dasar Diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diatas.
Diabetes Insipidus
Definisi
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan
hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi)
dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Yang
disebabkan oleh 2 hal, antara lain :
Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormon
antidiuretik (vasopresin), yaitu hormon yang secara alami mencegah
pembentukan air kemih yang terlalu banyak (diabetes insipidus sentral).
Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar hormon antidiuretik normal
tetapi ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini
(diabetes insipidus nefrogenik).
Hormon ini unik, karena dibuat di hipotalamus lalu disimpan dan
dilepaskan ke dalam aliran darah oleh hipofisa posterior.
Etiologi
Ada beberapa keadaan yang mengakibatkan diabetes insipidus sentral ,
termasuk di dalamnya yaitu beberapa hal:
10
- Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit
hormon antidiuretik
- Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam aliran darah
- Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan
- Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak)
- Tumor
- Sarkoidosis atau tuberkulosis
- Aneurisma atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak
- Beberapa bentuk ensefalitis atau meningitis
- Histiositosis X (penyakit Hand-Schüller-Christian).
Sedangkan Diabetes Insipidus Nefrogenik dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu
1. Penyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal polikistik
Medullary cystic disease
Pielonefretis
Obstruksi ureteral
Gagal ginjal lanjut
2. Gangguan elektrolit
Hipokalemia
Hiperkalsemia
3. Obat –obatan
Amfoterisin B
Litium
Demoksiklin
Asetoheksamid
Tolazamid
11
Glikurid
Loop Diuretic
Methoxyflurane
Propoksifen
4. penyakit sickle cell
5. Kehamilan
6. Multiple mieloma
7. gangguan diet.
Patogenesis
Secara patogenesis diabetes insipidus di bagi atas dua , yaitu,. diabetes
insipidus sentralis dan diabetes insipidus nefrogenik.
Diabetes Insipidus Sentralis ( DIS )
DIS disebabkan oleh berapa hal diantaranya adalah :
pengangkutan ADH/AVP yang tidak bekerja dengan baik akibat
rusaknya akson pada traktus supraoptikohipofisealis
sintesis ADH terganggu
kerusakan pada nucleus supraoptik paraventricular
Gagalnya pengeluaran Vasopresin
Diabetes Insipidus Nefrogenik ( DIN )
DIN adalah diabetes insipidus yang tidak responsive terhadap ADH
eksogen.
12
Patofisiologi
Central Diabetes Insipidus
13
Destruksi pada Hypothalamus atau pada traktus supraoptik-hypopysial
Penurunan ADH
Retensi air pada tubulus kolektivus ginjal
Urin yang jernih (polyuria)
Kehabisan elektrolit dan cairan
Dehydrasi
Peningkatan haus
Polydipsia
Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di
nucleus supraoptik, paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama dengan
pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan-badan sel
neuron tempat pembuatannya, melalui akson menuju ke ujung-ujung saraf yang
berada di kelenjar hipofisis posterior, yang merupakan tempat penyimpanannya.
Secara fisiologis, vasopressin dan neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan bila
ada rangsang tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada
reseptor volume dan osmotic. Suatu peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau
penurunan volume intravaskuler akan merangsang sekresi vasopresin. Vasopressin
kemudian meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air
melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan
AMP siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum
menurun. Osmolalitas serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang
sempit antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O.
Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air
pada duktus pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan
menyebabkan poliuria atau banyak kencing.
Selain itu, peningkatan osmolalitas plasmakan merangsang pusat haus, dan
sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang
rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi
vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih
dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih
meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut
minum banyak (polidipsia).
Secara patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes
insipidus sentral, dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes
14
insipidus nefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus
ginjal terhadap vasopresin.
Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan
hormone antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan.
Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan
filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, DIS juga timbul karena
gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus
supraoptikohipofisealis dan aksin hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk
sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH
yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak
berfungsi normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena
terbentuknya antibody terhadap ADH.
15
Manifestasi klinis
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia.
Jumlah cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak , dapat
mencapai 5 – 10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat rendah , berkisar antara
1001 – 1005 atau 50 – 200 mOsmol/kg berat badan. Selain poliuria dan polidipsia ,
biasanya tidak terdapat gejala –gejala lain kecuali jika ada penyakit lain yang
menyebabkan timbulnya gangguan pada mekanisme neurohypophyseal renal reflex.(10)
Jika merupakan penyakit keturunan, maka gejala biasanya mulai timbul
segera setelah lahir. Gejalanya berupa rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan
pengeluaran sejumlah besar air kemih yang encer (poliuri).
Bayi tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa mengalami
dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan muntah dan
kejang-kejang.
Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati, bisa terjadi kerusakan otak,
sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang
juga akan menghambat perkembangan fisik.
Diagnosis
Ada sebuah cara untuk mendiagnosa penyebab suatu poliuria adalah akibat
Diabetes Insipidus, bukan karena penyakit lain. Caranya adalah dengan menjawab
tiga pertanyaan yang dapat kita ketahui dengan anamnesa dan pemeriksaan.
Pertama, apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan
bahan tersebut (dalam hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang
berlebihan. Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak,
maka wajar apabila poliuria itu terjadi.
16
Kedua, apakah penyebab poliuria ini adalah factor renal atau bukan. Poliuria
bisa terjadi pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika
penyembuhan. Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal akut,
maka akan ada riwayat oligouria (sedikit kencing).
Ketiga, Apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut
adalah air tanpa atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat
Diabetes Insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup kemungkinan
ditemukan adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat terlarut berupa kadar
glukosa yang tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai bahwa poliuria tersebut akibat
DM yang merupakan salah satu Differential Diagnosis dari Diabetes Insipidus.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya.
Untuk menyingkirkan diabetes melitus (kencing manis) dilakukan
pemeriksaan gula pada air kemih. Pemeriksaan darah menunjukkan kadar berbagai
elektrolit yang abnormal. Pemeriksaan yang paling sederhana dan paling dapat
dipercaya untuk diabetes insipidus adalah water deprivation test. Selama menjalani
pemeriksaan ini penderita tidak boleh minum dan bisa terjadi dehidrasi berat. Oleh
karena itu pemeriksaan ini harus dilakukan di rumah sakit atau tempat praktek dokter.
Pembentukan air kemih, kadar elektrolit darah (natrium) dan berat badan
diukur secara rutin selama beberapa jam. Segera setelah tekanan darah turun atau
denyut jantung meningkat atau terjadi penurunan berat badan lebih dari 5%, maka tes
ini dihentikan dan diberikan suntikan hormon antidiuretik.
Diagnosis diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon
antidiuretik:
- pembuangan air kemih yang berlebihan berhenti
- tekanan darah naik
17
- denyut jantung kembali normal.
Pemeriksaan penunjang
Jika kita mencurigai penyebab poliuria ini adalah Diabetes Insipidus, maka
harus melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan
apakah jenis Diabetes Insipidus yang dialami, karena penatalaksanaan dari dua jenis
diabetes insipidus ini berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus,
antara lain:
1. Fluid deprivation menurut martin Goldberg
Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung
kencingnya kemudian ditimbang berat badannya, diperiksa volum dan jenis atau
osmolalitas urin oertama. Pada saat ini pasien diambil sampel plasma untuk
diukur osmolallitasnya.
Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam.
Pasien ditimbang setiap jam bila dieresis lebih dari 300aml/jam atau setiap 3 jam
bila dieresis kurang dari 300ml/jam.
Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan segar
atau kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus disimpan dalam
botol yang tertutup rapat serta disipan dalam lemari es.
Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung
mana yang terjadi lebih dahulu.
2. Hickey Hare atau Carter-Robbins test
Cairan NaCl hipertonis diberikan intravena dan akan menunjukkan bagaimana
respon osmoreseptor dan daya pembuatan ADH. Caranya (williams)
a. Infuse dengan dextrose dan air sampai terjadi dieresis 5 ml/menit
(biasanya 8-10 ml/menit).
18
b. Infuse diganti dengan NaCl 2,5 % dengan jumlah 0,25 ml/menit/kgbb.
Dipertahankan selama 45 menit.
c. Urin ditampung selama 15 menit.
Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
Perhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya.
3. Uji haus
Dilihat berapa lama penderita bisa tahan tanpa minum. Biasanya tidak lama
anak akan menjadi gelisah, banyak kencing dan terjadi bahaya dehidrasi.
Berat jenis urin tetap rendah, sedangkan pada compulsive water drinker berat
jenis urin akan naik.
4. Masukan air
Diukur jumlah minum kalau diberi kesempatan bebas.
5. Uji nikotin
Produksi vasopressin oleh sel hipotalamus langsing dirangsang oleh nikotin.
Obat yang dipakai adalah nikotin salisilat secara intravena. Akibat
sampingnya adalah mual dan muntah.
Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
Perhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya.
6. Uji Vasopresin
Pemeriksaan ini untuk membuktikan bahwa ginjal dapat memberikan respons
terhadap ADH. Obat yang dipakai adalah pitresin.
a. Untuk intravena diberikan pitresin dalam akua 5 ml unit/menit dalam infus
lambat selama 1 jam.
b. Untuk pemberian intramuscular diberikan vasopressin tanat dalam minyak
5 U. untuk penilaiannya lihat gambar 5.
19
Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat
jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan
memberikan vasopresin sintetis, pada Diabetes Insipidus Sentral akan terjadi
penurunan jumlah urin, dan pada Diabetes Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.
Komplikasi
Diabetes insipidus nefrogenik primer disertai dengan retardasi mental.
Retardasi tersebut lebih mungkin merupakan akibat dari episode dehidrasi hipertonik
berulang daripada akibat penyakitnya sendiri. Retardasi pertumbuhan secara seragam
terdapat pada laki-laki dengan gangguan primer dan biasanya tidak ada wanita.
Biasanya, kegagalan pertumbuhan diduga diakibatkan oleh masukkan kalori yang
tidak cukup karena masukan cairan yang berlebihan, tetapi sekarang tampaknya
kegagalan pertumbuhan tersebut bersifat intrinsic karena keadaan homozigot. Dilatasi
20
sistem pengumpul urin dapat diakibatkan dari produksi yang berlebihan. Karenanya,
anatomi saluran urin harus diperiksa untuk membuktikan adanya hidronefrosis setiap
beberapa tahun dengan scan ginjal (pielografi intravena mungkin tidak
memvisulisasikan sistem pengumpulnya bila ada aliran cepat urin encer dalam
volume yang besar).
Penatalaksanaan
Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang
ditimbulkannya. Pada pasien diabetes insipidus sentral parsial dengan mekanisme
rasa haus yang utuh tidak diperlukan terapi apa-apa selama gejala nokturia dan
poliuria tidak mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari. Tetapi pasien dengan
gangguan pada pusat rasa haus, diterapi dengan pengawasan yang ketat untuk
mencegah terjadinya dehidrasi. Ini juga berlaku bagi orang-orang yang dalam
keadaan normal hanya menderita diabetes insipidus sentral parsial tetapi pada suatu
saat kehilangan kesadaran atau tudak dapat berkomunikasi.
Pada diabetes insipidus sentral yang komplit biasanya diperlukan terapi
hormone pengganti (hormonal replacement). DDAVP (1-desamino-8-d-arginine
vasopressine) merupakan obat pilihan utama untuk diabetes insipidus sentral. Obat ini
merupakan analog arginine vasopressine manusia sintetik, mempunyai lama kerja
yang panjang dan hanya mempunyai sedikit efek samping jarang menimbulkan
alergi dan hanya mempunyai sedikit pressor effect. Vasopressin tannate dalam
minyak (campuran lysine dan arginine vasopressin) memerukan suntikan setiap 3-4
hari. Vasopressin dalam aqua hanya bermanfaat untuk diagnostic karena lama
kerjanya yang pendek.
Selain terapi hormone pengganti dapat juga dipakai terapi adjuvant yang
secara fisiologis mengatur keseimbangan air dengan cara :
Mengurangi jumlah air ke tubulus distal dan collecting duct
21
Memacu penglepasan ADH endogen
Meningkatkan efek ADH endogen yang masih ada pada tubulus ginjal.
Obat-obatan yang biasa dipakai adalah antara lain:
1. Diuretik tiazid
menyebabkan suatu antineuresis sementara, deplesi ECF ringan dan
penurunan GFR. Hal ini menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ dan air
pada nefron yang lebih proksimal sehingga menyebabkan berkurangnya
air yang masuk ke tubulus distal dan collecting duct. Tetapi penurunan
EAVB (effective arterial blood volume) dapat menyebabkan terjadinya
hipotensi ortostatik. Obat ini dapat dipakai pada diabetes insipidus baik
sentral maupun nefrogenik.
2. Klorpropamid
Meningkatkan efek ADH yangmasih ada terhadap tubulus ginjal dan
mungkin pula dapat meningkatkan penglepasan ADH dari hipofisis.
Dengan demikian obat ini tidak dapat dipakai pada diabetes inipidus
sentral komplit atau diabetes insipidus nefrogenik. Efek samping yang
harus dipehatikan adalah timbulnya hipoglikemia. Dapat dikombinasi
dengan tiazid untuk mencapai efek ,aksimal. Tidak ada sulfonylurea yang
lebih efektif dan kurang toksik dibandingkan dengan klorpropamid
pengobatan diabetes insipidus.
3. Klofibrat
Seperti klorpropamid. Klofibrat juga meningkatkan penglepasan ADH
endogen. Kekurangan klofibrat dibandingkan dengan klorpropamid adalah
harus diberikan 4 kali sehari, tetapi tidak menimbulkan hipoglikemia. Efek
samping lain adalah ganguan saluran cerna, miositis, gangguan fungsi
hati. Dapat dikombinasi dengan tiazid dan klorpropamid untuk dapat
memperoleh efek maksimal dan mengurangi efek samping pada diabetes
insipidus sentral parsial.
22
4. Karbamazepin
Suatu anti konvulsan yang terutama efektif dalam pengobatan tic
douloureux, mempunyai efek seperti klofibrat tetapi hanya mempunyai
sedikit kegunaan dan tidak dianjurkan untuk dipakai secara rutin.
Prognosis
Diabetes insipidus nefrogenik primer merupakan penyakit seumur hidup
dengan prognosis baik jika dehidrasi hipernatremik dapat dihindari. Konseling
genetic harus diberikan pada keluarganya. Prognosis bentuk penyakit sekunder
tergantung pada sifat gangguan primer. Sindrom ini dapat sembuh sesudah koreksi
lesi obstruktif.
Diabetes Mellitus
Defenisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Klasifikasi
Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
23
Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Etiologi
1. Diabetes Tipe I
Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
24
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
Patofisiologi DM
Diabetes Melitus Type I (DMTI)
Melitus Type I ini dapat hidup normal selagi dia selalu menerima
suntikan insulin dan ia dapat meninggal bila sekiranya dia tidak mendapatkan
suntikan insulin dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan oleh karena
penguraian sumber bahan tenaga lain oleh tubuh yaitu lemak yang dapat
menggantikan fungsi glukosa. Karena penguraian sumber bahan tenaga lain ini
akan menghasilkan bahan sampingan seperti ketones yang menyebabkan
hiperglisemia. Ketones merupakan molekuk asid yang mampu menyebabkan
kegagalan metabolisme dan sel-sel dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik.
Bila keadaan ini dibiarkan terus akan mengakibatkan penderita Diabetes Melitus
menjadi koma dan bisa juga mengakibatkan kematian jika tidak dirawat secara
intensif.
Diabetes Melitus jenis pertama ini terjadi apabila sistem imunisasi badan
menghancurkan sel beta kelenjar pankres yang merupakan satu-satunya sel yang
dapat menghasilkan hormon insulin yang berfungsi untuk menghancurkan
glukosa yang nantinya akan menjadi sumber tenaga. Diabetes melitus ini sering
dijumpai pada anak-anak dan remaja yang memerlukan suntikan insulin setiap
harinya, atau menggunakan pam insulin agar dapat bertahan hidup. 5 % sampai
10 % pengidap diabetes melitus merupakan jenis diabetes melitus tipe I ini.
Orang yang berisiko mengidap diabetes melitus ini disebabkan oleh serangan
25
imunisasinya sendiri (autoimun), genetik dan pengaruh lingkungan atau alamnya
sendiri.
Penderita diabetes melitus tergantung insulin perlu disuntikan insulin
sebelum makan dan kadang-kadang diperlukan insulin tambahan pada malam
hari sebelun tidur. Sebaiknya para orang tua yang anaknya menderita diabetes
melitus tipe I ini harus membuat catatan tentang makanan dan minuman yang
dikonsumsi anaknya agar didapat seberapa banyak kadar gula yang terdapat pada
minuman dan makanan yang ia konsumsi. Catatan ini juga penting bagi dokter
yang merawatnya agar si dokter memberikan insulin yang tepat sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh sipenderita. Hal ini disebabkan oleh karena kekurangan
dan kelebihan kadar gula darah dapat memberi kesan yang jelek dan timbulnya
berbagai gejala kepada sipenderita disbetes melitus.
Jika terlalu banyak insulin diambil dan disuntikan, keadaan sebaliknya
bisa terjadi yaitui terjadinya hipogliksemi yang diasebabkan oleh gukosa dalam
darah dan hal ini dini dapat diatasi dengan pemberian makanan atau minuman
yang mengandung gula.
Diabetes Melitus Type II (DMTTI)
Hampir 90 % sampai 95 % penderita diabetes melitus ini tergolong dalam
diabetes militus tipe II ini atau diabetes militus tidak tergantung isulin. Diabetes
melitus tipe II ini disebabkan oleh daya tahan insulin dimana kebutuhan insulin
di dalam tubuh meningkat sementara kelenjar pankreas tidak sanggup lagi
memproduksi insulin secara berlebihan untuk mencukupi kebutuhan insulin
dalam tubuh.
26
Biasanya diabetes melitus tipe II ini dimulai karena faktor usia lanjut,
gemuk (obesitas) ketahan glukosa, keturunan/bangsa (genetik) dan kurang
berolah raga.
Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
27
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
28
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur,
atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia
kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap
dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat
pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien
mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif
sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala
khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan
hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada
hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak
umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi
sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
29
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral
tampak lebih jelas.
Diagnosis
Kriteria diagnosis diabetes melitus dan gangguan toleransi Glukosa pada
penderita diabetes melitus adalah :
a. Diagnosis diabetes melitus apabila :
1. Terdapat gejala khas diabetes melitus ditambah
2. Salah satu dari : GDP > 126 mg/dl, 2 jam PP > 200 mg/dl atau glukosa
darah random > 200 mg/dl.
b. Diagnosis Diabetes melitus apabila :
1. Tidak terdapat gejala diabetes melitus
2. Terdapat dua hasil : GDP > 126 mg/dl, 2 jam PP > 200 mg/dl atau
glukosa darah random 200 mg/dl.
3. Gangguan toleransi glukosa (GTG) apabila :
GDP < 126 mg/dl dan 2 jam PP antara 140 – 200 mg/dl
Untuk kasus meragukan dengan hasil
GDP < 126 mg/dl dan 2 jam PP > 126 mg/dl maka diulangi pemeriksaan
laboratorium sekali lagi dengan persiapan minimal 3 hari dengan diet karbohidrat
lebih dari 150 gr per hari dengan kegiatan fisik seperti biasa kemungkinan hasil
adalah :
1. Diabetes militus, apabila hasilnya sama atau tetap, yaitu GDP < 126 mg/dl
dan 2 jam PP > 200 mg/dl atai apabila hasilnya memenuhi kriteria A atau B
30
2. GTG, apabila hasilnya cocok dengan kriteria C.
Komplikasi Kronik
1. Makroangiopati
Makroangipati disebut juga dengan arterioselerosis diabetik yaitu penebalan
dan hilangnya elastisitas dinding arteri yang melibatkan pembuluh darah besar,
pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, serta pembuluh darah otak. Pasien
diabetes melitus dengan kelainan makrovaskuler dapat memberikan gambaran
kelainan pada tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun gangren diabetik. Pasien
dengan gangguan serebrovaskuler dapat memberikan gambaran sisa berupa
kelumpuhan. Infark jantung juga dapat terjadi akibat kelainan makrovaskuler.
Berbeda dengan biasanya, pasien pada diabetes melitus rasa nyeri dada sering
tidak dijumpai (silent infarction) akibat adanya neuropati.
2. Mikroangiopati
Makroangiopati terjadi pada kapiler dan arteriol biasanya mengenai pembuluh
darah kecil. Proses adhesi dan egregasi trombosit yang kemudian terbentuk
mikrotrombus merupakan basis biokimiawi utama. Disfungsi endotel dan
trombosis merupakan biang keladinya.
a. Retinopati diabetik
Pasien dengan retinopati diabetik akan dapat mengalami gejala penglihatan
kabur sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan oleh
retinopati. Katarak pada pasien Diabetes Melitus terjadinya lebih dini dibanding
pada populasinormal.
b. Nefropati diabetika
31
Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukan gambaran gagal ginjal
menahan seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat
penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin/ureum serum. Adanya proteinuria pada persistensi tanpa adanya
kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetika
Keluhan yang tersering adalah berupa kesemutan dan rasa lemah. Pada pasien
dengan neuropati autonom diabetika mungkin dapat dijumpai gejala berupa mual,
gembung, muntah dan diare terutama pada malam hari. Manifestasi neuropati
otonom diabetik lain adalah adanya hipotesis orthostatik serta adanya keluhan
gangguan pengeluaran keringat. Terkadang pula dapat terjadi inkontinensia fatal
maupun urin.
Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran kemih.
Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil survei : National Healt Interview Survey th 1997 – 1999
bahwasanya di Amerika 17 % penderita Diabetes Melitus hanya perlu menjaga
makan dan minum, 49 % penderita diabetes melitus memakan obat hipoglikemi oral,
22 % penderita diabetes melitus memakai insulin saja dan 11 % penderita diabetes
melitus memakai insulin dan obat hipoglikemi oral.
Untuk lebih lanjutnya kita akan membahas satu persatu penatalaksanaan
penyakit diabetes melitus ini :
1. Berolah raga dan menjaga makanan dan minuman.
32
Untuk penderita diabetes melitus dianjurkan untuk berolah raga secara teratur,
3 – 4 kali seminggu selama lebih kurang setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE
(Continous, Rismical, Interval, Progesive, dan Endurance Training). Olah raga
dilakukan terus-menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara
teratur selang-seling antar gerak cepet dan gerak lambat, berangsur-angsur dari
sedikit menjadi olah raga yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam
waktu tertentu. Olah raga yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging,
renang, bersepeda dan melayang. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau
zona olah raga yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal. Hal yang perlu dilakukan
dalam olah raga adalah jangan memulai olah raga sebelum makan, memakai sepatu
pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus
selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai pasien diabetes
melitus dalam pengobatan dan pemeriksaan kaki secara cermat setelah berolah
raga.
Pada konsensus Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI) telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan karbohidrat (60
– 70 %) Protein (10 – 15 %) dan lemak (20 – 25 %). Jumlah kalori disesuaikan
dengan pertumbuhan, status gizi, dan umur, stress akut dan kegiatan olah raga
untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari.
Jumlah kandungan serat lebih kurang dari 25 gr/hari, diutamakan jenis serat larut.
Komposisi garam dibatasi apabila terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan
secukupnya.
2. Obat Hipoglikemi Oral (OHO)
a. Golongan sulfonilurca (generasi I dan generasi II)
b. Golongan biguanide
33
Atas dasar paruh waktu masing-masing obat hipoglikemi oral dan adanya
berbagai jenis obat hipoglikemi oral dipasaran Indonesia, maka untuk keperluan
praktis, obat hipoglikemi oral dapat dibagi atas 3 kelompok :
Short Acting
Mempunyai waktu paruh sekitar 4 jam, kerja cepat, diberikan 1 – 3 kali
sehari yaitu pagi, siang, dan sore. Yang termasuk kelompok ini adalah
golongan tolbutamid dan sulfonilurea generasi I, kecuali golongan
chlorporpamide. Jenis ini sudah jarang digunakan karena toksik untuk hati dan
ginjal.
Intermediate
Mempunyai waktu paruh antara 5 – 8 jam, diberikan 1 – 2 kali sehari yaitu
pagi dan siang. Jangan pagi dan malam. Yang termasuk jenis ini adalah
golongan glibenclamide, gliquidone, dan glipizide.
Long acting
Mempunyai waktu paruh antara 24 – 36 jam, diberikan sekali saja setiap
pagi, jangan diberikan dalam dosis terbagi.
3. Suntikan insulin
Ada beberapa indikasi untul pemberian preparat insulin pada penderita diabetes
melitus.
1. Diabetes Melitus tipe I
2. Ketoasidosis diabetik/koma hiperosmolar non ketotil
3. Diabetes dengan berat badan berkurang
34
4. Diabetes yang mengalami stress (infeksi, operasi, dll)
5. Diabetes Melitus dengan kehamilan
6. Kegagalan pemakaian obat hipoglikemik oral
4. Pembedahan
Pembedahan pada penderita Diabetes Melitus sampai sekarang ini masih
dalam penelitian para ahli. Tetapi pada binatang percobaan yaitu pencangkokan sel
kelenjar pada binatang percobaan telah berhasil dilakukan dan hal ini akan
memungkinkan untuk dilakukan pada manusia agar tubuhnya kembali
menghasilkan insulin secukupnya atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh
kita.
Prognosis
Sekitar 60 % pasien diabetes melitus tipe I yang mendapatkan insulin dapat
bertahan hidup seperti orang nermal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal
kronik dan kemungkinan meninggal lebih cepat.
Polydipsi Psikogenik
35
Skema poliuria yang disebabkan oleh factor psikogenik yaitu :
Peningkatan level asosiasi hormon pada stres
Peningkatan glucagon Peningkatan Katekolamin,cortisol dan H.Pertumbuhan
Peningkatan level glukosa darah Peningkatan produksi glukosa
Diuresis
Polyuria Hyperosmolality
Dehydrasi
Peningkatan Haus
Polydipsia
36
Berdasarkan keseluruhan informasi yang telah diperoleh maka diagnosa
penyakit yang muncul yaitu :
Penyakit Usia (50 thn) Polyuria Polydipsi Tenggorokan
kering
Nocturia Traumatik
DM Tipe 1 - + + + + -
DM Tipe 2 + + + + + -
DIS + + + + + +
DIN + + + + + -
Polydipsi
Psikogenik
+ + + + - -
37