tutorial bagian 1

4
Muntah pada umumnya didahui oleh rasa mual (nausea), yang bercirikan muka pucat, berkeringat, liur berlebihan, tachycardia dan pernapasan tidak teratur. Pada saat ini lambung mengendur dan di usus halus timbul aktivitas antiperistaltik yang menyalurkan isi usus halus bagian atas ke lambung. Gejala-gejala tersebut kemudian disusul oleh menutupnya glotis (bagian pangkal tenggorok), napas ditahan, katup oesophagus dan lambung merelaks. Akhirnya timbul kontraksi ritmis dari diafragma serta otot-otot pernapasan disusul oleh lambung memuntahkan isinya. Muntah diakibatkan oleh stimulasi dari pusat muntah di sumsum- sambung (medulla oblongata) dan berlangsung menurut beberapa mekanisme, yaitu akibat rangsangan langsung melalui CTZ, atau melalui kulit otak (cortex). a. Akibat rangsangan langsung dari saluran cerna. Bila peristaltik dan perlintasan lambung tertunda, terjadilah dispepsi dan mual. Jika gangguan tersebut menghebat, pusat muntah dirangsang melalui saraf vagus (saraf otak ke-10) dengan akibat muntah. Susunan makanan dalam hal ini memegang peranan penting. Pusat muntah dirangsang pula bila terdapat kerusakan pada mukosa lambung-usus, seperti pada radioterapi dan oleh sitostatika. Organ-organ lain juga dapat secara langsung merangsang pusat muntah, yaitu jantung (infark) dan buah zakar (tekanan). b. Secara tak-langsung melalui CTZ. Chemoreceptor Trigger Zone adalah suatu daerah dengan banyak reseptor, yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah di sumsum-sambung, tetapi di luar rintangan (barrier) darah otak. Dengan bantuan neurotransmitter dopamin (DA), CTZ dapat menerima isyarat- isyarat mengenai kehadiran zat-zat kimiawi asing di dalam sirkulasi. Rangsangan tersebut lalu diteruskan ke pusat muntah. Menurut perkiraan, CTZ juga berhubungan langsung dengan darah dan cairan otak. Obat-obat yang terkenal merangsang kemoreseptor itu sebagai efek samping adalah glikosida digitalis, alkaloida ergot, estrogen, morfin dan sitostika. Menurut mekanisme ini, gangguan pada fungsi labirin (=organ keseimbangan di bagian dalam telinga) juga dapat menimbulkan mual dan muntah, misalnya pada mabuk darat. Gangguan metabolisme keto-acidosis dan uremia (adanya keton/asam dan urea dalam darah) dapat juga menyebabkan

Upload: aya-kinugasa

Post on 31-Jan-2016

244 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Reflek muntah

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial Bagian 1

Muntah pada umumnya didahui oleh rasa mual (nausea), yang bercirikan muka pucat, berkeringat, liur berlebihan, tachycardia dan pernapasan tidak teratur. Pada saat ini lambung mengendur dan di usus halus timbul aktivitas antiperistaltik yang menyalurkan isi usus halus bagian atas ke lambung. Gejala-gejala tersebut kemudian disusul oleh menutupnya glotis (bagian pangkal tenggorok), napas ditahan, katup oesophagus dan lambung merelaks. Akhirnya timbul kontraksi ritmis dari diafragma serta otot-otot pernapasan disusul oleh lambung memuntahkan isinya.

Muntah diakibatkan oleh stimulasi dari pusat muntah di sumsum-sambung (medulla oblongata) dan berlangsung menurut beberapa mekanisme, yaitu akibat rangsangan langsung melalui CTZ, atau melalui kulit otak (cortex).

a. Akibat rangsangan langsung dari saluran cerna. Bila peristaltik dan perlintasan lambung tertunda, terjadilah dispepsi dan mual. Jika gangguan tersebut menghebat, pusat muntah dirangsang melalui saraf vagus (saraf otak ke-10) dengan akibat muntah. Susunan makanan dalam hal ini memegang peranan penting. Pusat muntah dirangsang pula bila terdapat kerusakan pada mukosa lambung-usus, seperti pada radioterapi dan oleh sitostatika. Organ-organ lain juga dapat secara langsung merangsang pusat muntah, yaitu jantung (infark) dan buah zakar (tekanan).

b. Secara tak-langsung melalui CTZ. Chemoreceptor Trigger Zone adalah suatu daerah dengan banyak reseptor, yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah di sumsum-sambung, tetapi di luar rintangan (barrier) darah otak. Dengan bantuan neurotransmitter dopamin (DA), CTZ dapat menerima isyarat-isyarat mengenai kehadiran zat-zat kimiawi asing di dalam sirkulasi. Rangsangan tersebut lalu diteruskan ke pusat muntah. Menurut perkiraan, CTZ juga berhubungan langsung dengan darah dan cairan otak.Obat-obat yang terkenal merangsang kemoreseptor itu sebagai efek samping adalah glikosida digitalis, alkaloida ergot, estrogen, morfin dan sitostika. Menurut mekanisme ini, gangguan pada fungsi labirin (=organ keseimbangan di bagian dalam telinga) juga dapat menimbulkan mual dan muntah, misalnya pada mabuk darat. Gangguan metabolisme keto-acidosis dan uremia (adanya keton/asam dan urea dalam darah) dapat juga menyebabkan muntah. Begitu pula diabetes dan penyakit ginjal, seperti juga naik-turunnya kadar estrogen atau naiknya dengan pesat kadar gonadotropin pada wanita hamil.

c. Melalui kulit otak (cortex cerebri), misalnya adakala pada waktu melihat, mencium, atau merasakan sesuatu sudah cukup untuk menimbulkan mual dan muntah. Makanya orang menggunakan kata-kata ‘nauseating smells’ dan ‘sickening sights’.

Obat antimual adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan tiga kelompok besar dan beberapa obat tambahan, sbb:

1. Antikolinergika: skopolamin dan antihistaminika tertentu (siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin dan dimenhidrinat). Obat-obat ini ampuh pada mabuk darat, penyakit Meniere dan mual kehamilan (antihistamika). Efek-efek berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkin juga karena blokade reseptor-H₁ di CTZ.

2. Antagonis dopamin. Terdapat sejumlah obat yang menyebabkan mual dan muntah sebagai efek samping akibat rangsangan langsung CTZ dan rangsangan mukosa lambung. Zat-zat ini berdaya melawan mual berdasarkan perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan blokade reseptor dopamin. Yang terpenting adalah:

Page 2: Tutorial Bagian 1

a. Propulsiva (prokinetika): metoklopramida dan domperidon. Karena DA berkhasiat pula mengurangi motilitas lambung-usus, makan zat-zat antagonis ini juga bekerja menstimulasi motilitas itu dan dengan demikian memperkuat efek antatiemetisnya. Obat ini banyak digunakan pada segala jenis muntah.

b. Derivat butirofenon: haloperidol dan droperidol terutama digunakan pada muntah-muntah sebagai efek samping zat-zat opioid atau setelah pembedahan.

c. Derivat fenotiazin: proklorperazin dan thietilperazin (Torecan). Efek sampingnya (sedasi, efek ekstrapiramidal) membatasi penggunaannya.

d. Antagonis serotonin: granisetron, ondansetron dan tropisetron. Mekanisme kerja kelompok zat ini belum begitu jelas, tetapi mungkin karena blokade serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus dan rangsangan terhadap CTZ. Terutama efektif selama hari pertama dari terapi dengan sitostatika yang bersifat emetogen kuat, juga pada radioterapi.

e. Lainnya Kortikosteroida, a.l. deksametason dan metilprenisolon ternyata efektif untuk

muntah-muntah yang diakibatkan oleh sitostatika dan radioterapi. Maka sering digunakan sebagai obat tambahan pada antiemetika lain. Mekanisme kerjanya tidak diketahui. Penggunaannya sering kali bersamaan dengan suatu antagonis serotonin.

Dronabinol (marihuana, THC=tetrahidrocanabinol). Efektif dalam dosis tinggi pada muntah akibat sitostatika (MTX, kombinasi siklosfamida, adriamisin dan fluorurasil). Juga digunakan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien AIDS. Di banyak negara zat ini termasuk di dalam Daftar Narkotika. Dosis tinggi menimbulkan a.l. halusianasi dan gejala-gejala paranoida.

Alizaprida (Litican) digunakan setelah pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Khasiatnya berdasarkan penghambatan refleks muntah secara sentral. Juga bersifat anksiolitis.

Benzodiazepin memengaruhi sistem kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasien terhadap peristiwa muntah. Terutama lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah.

Secara skematis, mekanisme muntah dari pengobatannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 3: Tutorial Bagian 1

Pusat muntah berada pada formasio retikuilaris lateral medula pada tingkat nukleus olivarius. Pusat muntah menerima serabut aferen dari daerah –daerah berikut.

1. Korteks limbik. Daerah ini dianggap bertanggung jawab atas mual yang berhubungan dengan bau serta penglihatan yang tidak sedap. Aferen kortikal juga terlibat dalam refleks muntah yang dikondisikan, yang bisa terjadi ketika pasien melihat atau mencium bau obat sitotoksik yang akan menerimanya.

2. CTZ.3. Nukleus solitarius. Nukleus solitarius termasuk dalam lengkung refleks muntah (yaitu refleks

yang timbul dengan memasukkan jari ke dalam mulut).4. Medula spinalis (Serabut spinoretikular). Medula spinalis terlibat dalam mual yang

menyertai trauma fisik.5. Sistem vestibular. Sistem ini terlibat dalam mual dan muntah yang berhubungan dengan

penyakit vestibular dan motion sicknessmTransmittor yang terlibat dalam jalur emesis tidak diketahui dengan lengkap. Akan tetapi, CTZ kaya akan reseptor dopamin D₂ dan 5HT₃. Sinaps kolinergik dan histaminergik terlibat dalam transmisi dari aparatus vestibular ke pusat muntah.