tumor tulangkharisma.fix

54
DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................... 1 BAB I. PENDAHULUAN........................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................... 3 2.1. Anatomi............................................. 3 2.2 Tumor Tulang 2.2.1 Definisi ........................................7 2.2.2 Epidemiologi.....................................7 2.2.3 Etiologi.........................................8 2.2.4 Klasifikasi......................................8 2.2.5 Patofisiologi...................................13 2.2.6 Diagnosis.......................................14 2.2.7 Jenis Jenis Tumor Tulang........................20 BAB III. KESIMPULAN......................................... 37 DAFTAR PUSTAKA.............................................. 38 i

Upload: kharisma-alifah

Post on 12-Jul-2016

225 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hdtdyhg

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3

2.1. Anatomi....................................................................................................................3

2.2 Tumor Tulang

2.2.1 Definisi .............................................................................................................7

2.2.2 Epidemiologi.....................................................................................................7

2.2.3 Etiologi..............................................................................................................8

2.2.4 Klasifikasi.........................................................................................................8

2.2.5 Patofisiologi....................................................................................................13

2.2.6 Diagnosis.........................................................................................................14

2.2.7 Jenis Jenis Tumor Tulang.............................................................................20

BAB III. KESIMPULAN.......................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................38

i

BAB I

PENDAHULUAN

Tulang adalah organ vital yang berfungsi utnuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh,

pembentuk tubuh, metabolisme kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. Sebagaimana

jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel. Fungsi utama tulang

adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh, untuk memberikan

suatu sistem pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut,

dan sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain untuk menghasilkan sel-

sel darah merah dan putih serta trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu. Tumor tulang

adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel tersebut tidak pernah menjadi

dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor Tulang”, yaitu pertumbuhan

abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas. Angka kejadian tumor tulang bila

dibandingkan dengan tumor jenis lain kecil, yaitu hanya kurang dari 1% dari seluruh tumor di

tubuh manusia. Dari seluruh tumor tulang primer, 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas.

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh,

pembentuk tubuh, metabolisme kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. Sebagaimana

jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri

dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas,

oisteosit, dan osteoklas.

a. Bagian-bagian utama tulang rangka

Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan

menyuplai darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-

garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut

adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis.

b. Fungsi utama tulang rangka

- Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.

- Untuk memberikan suatu sistem pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang

melekat pada tulang tersebut.

- Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain.Untuk menghasilkan

sel-sel darah merah dan putih serta trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.

c. Struktur tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :

- Tulang panjang ditemukan di ekstremitas.

- Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan.

- Tulang pipih pada tengkorak dan iga.

- Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang wajah dan

rahang.

Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat, sementara pada

bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian tulang paling ujung dari

tulang panjang dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan metaphysis. Metaphysis

3

merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang secara longitudinal. Bagian tengah

tulang dikenal sebagai diaphysis yang berbentuk silindris.

- Tulang padat (compact bone)

Merupakan lapisan keras yang terdapat pada bagian paling luar dari tulang. Bentuk ini

hampir terdapat pada seluruh tulang panjang.

- Tulang berongga (spongy bone)

Terdiri atas spikula yang berguna untuk membentuk jaringan berpori. Ruang pada tulang

berongga diisi oleh sumsum.

- Rongga medula (rongga sumsum)

Merupakan rongga yang dikelilingi kortek tulang panjang. Diisi dengan sumsum tulang

(jaringan hematopoietik) .

- Epifisis

Terdapat pada kedua ujung tulang panjang. Ujung yang paling dekat denga tubuh disebut

epifisis proksima, dan ujung yang terjauh dari tubuh disebut epiphysis distal.

- Diafisis

Merupakan batang selinder dari tulang panjang antar dua epifisis.

- Metafisis

Metafisis tulang dewasa merupakan daerah yang melebar berdekatan dengan epifisis.

4

-Epifisis tulang rawan

Lapisan tulang rawan hialin dalam metaphysis dari tulang yang belum matang yang

memisahkan diafisis dari epifisis. Ini merupakan satu-satunya daerah pada tulang yang dapat

memperpanjang.

-Artikular tulang rawan

Merupakan lapisan tipis tulang rawan hialin yang menutupi permukaan artikular (sendi) dari

tulang.

-Periosteum

Adalah membran fibrosa yang menutupi permukaan tulang kecuali apabila artikular tulang

rawan berada. Osteoblas (tulang yang memproduksi sel) dari periosteum bertanggung jawab

untuk peningkatan diameter tulang, dan aktivitas sel-sel periosteal penting dalam

penyembuhan patah tulang.

-Endosteum

Adalah membran fibrosa yang melapisi rongga sumsum dan kanal osteonal (osteons) tulang.

Erosi tulang yang sudah ada oleh osteoklas (sel-sel penghancur tulang) di endosteum

menentukan ukuran rongga sumsum dan ketebalan korteks diaphyseal. Periosteum dan

endosteum mengandung osteoblas dan osteoklas

d. Perkembangan dan pertumbuhan tulang

Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :

- Tulang didahului oleh model kartilago.

5

- Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago dalam

korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-ruang.

- Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuki oleh sel-sel pembentuk tulang

(osteoblast), pembuluh darah dan sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam

lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.

- Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada epifisis yang

menghasilkan tiga pusat osifikasi.

- Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago yang sehat dan

hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara vertikal. Pada

awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih

tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua ruang membesar untuk membentuk lorong-

lorong vertikal dalm kartilago yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-

sel pembentuk tulang.

- Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi dengan korpus.

Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormon sebagai

berikut :

Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor.

Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai

contoh, apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar posfor akan

berkurang.

Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar tyroid memilki aksi dalam menurunkan kadar

kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.

Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia

pada usia dewasa.

Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresi

hormone paratiroid akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan

aktivitas osteoplastik dan menyalurkan kalsium ke dalam darah.

Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan

panjang tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masa

sebelum pubertas.

Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein.

6

Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat peran

hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saat menopause,

wanita sangat rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi

langsung terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti

testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang.

2.2 Tumor Tulang

2.2.1 Definisi

Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel tersebut

tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan “Tumor Tulang”,

yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas.

Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat neoplastik.

Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan. Sedangkan setiap pertumbuhan yang baru

dan abnormal disebut neoplasma.

Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer yang berasal

dari unsur-unsur tulang itu sendiri atau sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor

ganas organ lain ke dalam tulang.

Tumor bersifat ganas bila tumor mampu menyebar (metastasis) ke tempat lain dan dikatakan

jinak bila tidak mampu bermetastasis, dan disebut juga dengan istilah kanker. Paru-paru

merupakan organ yang paling sering dihinggapi oleh anak sebar tumor ganas.

2.2.2 Epidemiologi

Angka kejadian tumor tulang bila dibandingkan dengan tumor jenis lain kecil, yaitu hanya

kurang dari 1% dari seluruh tumor di tubuh manusia. Dari seluruh tumor tulang primer,

65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas. Ini berarti dari setiap tiga tumor tulang

terdapat satu yang bersifat ganas. Perbandingan insidens tumor tulang pria dan wanita adalah

sama. Tumor jinak primer tulang yang tersering ditemukan adalah osteoma (39,8%),

osteokondroma (32,5%), kondroma (9,8%), dan sisanya tumor jinak lain. Osteogenik

sarkoma (48,8%) merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering ditemukan,

7

diikuti giant cell tumor (17,5%), kondrosarkoma (10%) dan sisanya adalah tumor ganas yang

lain.

2.2.3 Etiologi

Tulang merupakan organ ketiga yang paling sering diserang oleh penyakit metastatik

(penyakit dari suatu organ yang menyebar ke bagian tubuh lainnya).

Kanker yang paling sering menyebar ke tulang adalah kanker payudara, paru-paru, prostat,

tiroid dan ginjal. Bila dibandingkan antara karsinoma dan sarkoma, maka jenis kanker yang

lebih sering menyebar ke tulang adalah karsinoma. Tulang pertama yang biasanya terkena

adalah tulang rusuk, tulang panggul dan tulang belakang; tulang-tulang distal (ujung tubuh)

jarang terkena.

Penyebaran terjadi jika suatu tumor tunggal atau sekumpulan sel tumor masuk ke dalam

aliran darah dan melalui pembuluh darah di kanalis Harves sampai ke sumsum tulang,

dimana mereka berkembang biak dan membentuk pembuluh darah yang baru. Pleksus vena

Batson di tulang belakang memungkinkan sel-sel kanker masuk ke dalam sirkulasi tulang

belakang tanpa harus melalui paru-paru terlebih dahulu. Aliran darah di dalam pleksus ini

sangat lambat sehingga sel-sel kanker bisa bertahan hidup dan mempertinggi angka kejadian

metastase kanker prostat ke tulang belakang.

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui.

a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.

b. Keturunan.

c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit Paget (akibat pajanan

radiasi).

2.2.4 Klasifikasi

a.Primer

ASAL SEL JINAK GANAS

Osteogenik

Osteoblastoma

Osteoma

Osteoblastoma

Osteoid Osteoma

Osteosarkoma

Parosteal osteosarkoma

8

Kondrogenik

Fibroma kondromiksoid

Kondroma

Osteokondroma

Kondrosarkoma

Kondrosarkoma juksta kortikal

Kondrobalstoma

Fibroma kondromiksoid

Kondrosarkoma mesenkim

Giant cell tumor Osteoklastoma

Mielogenik Sarkoma Ewing

Sarkoma Retikulum

Limfosarkoma

Mieloma

Vaskuler

Intermediate:

Hemangio-endotelioma

Hemangio-peristoma

Hemangimona

Limfangioma

Tumor glomus

Angisarkoma

Jaringan Lunak Fibroma desmoplastik

Lipoma

Fibrosarkoma

Liposarkoma

Mesenkimoma ganas

Sarkoma tak berdiferensiasi

Tumor Lain Neurinoma

Neurofibroma

Kordoma

Adamantimoma

Tumor tanpa klasifikasi Kista Soliter

Kista Aneurisma

Kista juksta-artikuler

Defek Metafisis

Granuloma eosinofil

Displasia fibrosa

Miositis osifikans

Tumor Brown

Hiperparatiroidisme

9

b. Sekunder / metastatik

Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor di bagian

tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.

- Lesi tulang metastatik dibagi menjadi 3 kelompok :

Lesi osteolitik

Lesi osteoblastik

Lesi campuran

Lesi osteolitik paling sering ditemukan pada proses destruktif (penghancuran tulang).

Lesi osteoblastik terjadi akibat pertumbuhan tulang baru yang dirangsang oleh tumor.

Secara mikroskopis, sebagian besar tumor tulang metastatik merupakan lesi

campuran.

- Neoplasma Stimulating Lesions

Simple bone cyst

Aneurysmal bone cyst

Fibrous dysplasia

Eosinophilic granuloma

Brown tumor / hyperparathyroidism

c. Klasifikasi menurut TNM

- T (Tumor induk)

TX. Tumor tidak dapat dicapai

T0. Tidak ditemukan tumor primer

T1. Tumor terbatas dalam periost

T2. Tumor menembus periost

T3. Tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang

- N (Kelenjar limf regional)

N0. Tidak ditemukan tumor di kelenjar limf

N1. Tumor di kelenjar limf regional

- M (Metastasis jauh)

M1. Tidak ditemukan metastasis jauh

M2. Ditemukan metastasis jauh

d. Grading and Staging

10

Tumor yang dinilai tidak hanya pada karakteristik sitologi mereka tetapi juga pada

perilaku klinis, yaitu kemungkinan kekambuhan dan menyebar setelah operasi

pengangkatan.

Lesi jinak, menurut definisi, menempati kelas terendah, meskipun bahkan dalam

kelompok ini ada perbedaan penting dalam perilaku menyerukan pembagian lebih lanjut

ke lesi laten, aktif dan agresif. Tumor agresif paling mungkin hilang secara spontan

(fibroma misalnya non-osteogenik); yang paling agresif sulit dibedakan dari sarkoma

kelas rendah dan kadang-kadang mengalami perubahan ganas (osteoblastoma misalnya

agresif). Sebagian besar setuju untuk lokal (marginal) eksisi dengan sedikit risiko

kekambuhan.

Staging Tumor Jinak berdasarkan Enneking

Tumor ganas dibagi menjadi 'kelas rendah'/low grade dan 'bermutu tinggi'/high grade

yang pertama hanya cukup agresif dan membutuhkan waktu yang lama untuk

bermetastasis (misalnya chondrosarcoma sekunder atau parosteal osteosarkoma),

sedangkan yang kedua biasanya sangat agresif dan bermetastasis awal (misalnya

osteosarkoma atau fibrosarcoma).

Dengan asumsi bahwa tidak ada metastasis, tingkat lokal tumor adalah faktor yang paling

penting dalam menentukan berapa banyak jaringan yang akan dihapus. Lesi yang terbatas

ruang jaringan tertutup (misalnya tulang, rongga sendi atau kelompok otot dalam fasia

nya) disebut 'intracompartmental'. Mereka yang meluas ke interfascial atau extrafascial

planes tanpa penghalang alami untuk penyebaran ke proksimal atau distal (misalnya

pembungkus perivaskular, panggul, aksila) yang ditunjuk 'extracompartmental'. Sarkoma

tulang secara garis besar dibagi menjadi:

Stage I : Seluruh low-grade sarcoma

Stage II : Lesi histologi high-grade

11

Stage III : Sarkoma dengan metastasis

2.2.5 Patofisiologi

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul

reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran

tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang

lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan

periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang

yang abortif.

Faktor resiko: keturunan, radiasi, tidak diketahui pasti

Etologi

Adanya tumor tulang

Jaringan lunak diinvasi oleh tumor

Reaksi tulang normal

Osteolitik (destruksi tulang), Osteoblastik (pembentukan tulang).

Pertumbuhan tulang yang abortif

Satu hal yang harus dipahami ialah bahwa sel neoplasma tidak menghancurkan tulang, tetapi

merangsang reabsorpsi tulang di tempat tersebut secara osteoklastik. Selain itu sel neoplasma

12

tertentu merangsang pembentukan tulang secara osteoblastik sehingga terjadi apa yang

dinamakan “reactive bone”.

Neoplasma yang bersifat osteogenik (membentuk tulang) dapat menghabiskan osteoid dan

tulang ini disebut “tumor bone” atau neoplastic bone”. Maka suatu lesi yang mengenai ulang

akan terlihat gambaran radiologis berupa resorbsi dan deposisi tulang dengan perbandingan

tertentu. Resorbsi tulang akan terlihat sebagai osteolisis dan deposisi tulang akan terlihat

sebagai osteosclerosis.

Suatu lesi tulang yang tumbuh lambat akan menyebabkan reaksi dalam tulang disekitarnya

dimana reactive bone yang terbentuk dapat menyelubungi/menutupi neoplasma dibawahnya.

Dalam lesi seperti ini yang lambat tumbuhnya, permukaan cortex sebelah dalam mengalami

erosi secara lambat, sementara periosteum membentuk tulang aru pada permukaan cortex

sebelah luar. Keadan ini menyebakan bertambah besarnya tulang.

2.2.6 Diagnosis

Untuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu:

a. Anamnesis

Anamnesis penting artinya untuk mengetahui riwayat kelainan atau trauma sebelumnya.

Perlu pula ditanyakan riwayat keluarga apakah ada yang menderita penyaki yang sejenis

misalnya diafisial aklasia yang bersifat herediter.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah:

- Umur

Umur penderita sangat penting untuk diketahui karena banyak tumor tulang yang

mempunyai kekhasan dalam umur terjadinya, misalnya osteogenik sarkoma ditemukan

pada anak sampai sebelum dewasa muda, kondrosarkoma pada umur 40 tahun, giant

cell tumor jarang ditemukan dibawah umur 20 tahun.

- Lama dan perkembangan (progesifitas) tumor

Tumor jinak biasanya berkembang secara perlahan dan bila terjadi perkembangan

yangcepat dalam waktu singkat atau suatu tumor yang jinak tiba-tiba menjadi besar

maka perlu dicurigai adanya keganasan.

- Nyeri

13

Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Adanya nyeri menunjukan tanda

ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, perdarahan atau

degenerasi.

- Pembengkakan

Kadang-kadang penderita mengeluhkan adanya suatu pembengkakan, yang timbul

secara perlahan-lahan dalam jangka yang lama atau secara tiba-tiba.

- Riwayat trauma

Kemungkinan, trauma dapat menginisiasi terjadinya tumor, atau hanya menyadarkan

bahwa ada tumor yang memang sebelumnya sudah ada.

- Gejela neurologis (kesemutan atau kebal)

Dapat terjadi karena penekanan atau tertariknya syaraf perifer. Kelainan fungsi yang

progresif menunjukan invasi oleh tumor yang agresif.

- Fraktur patologis

Fraktur patologis dapat menjadi gejala kilinis pertama atau satu-satunya. Kita dapat

mencurigai fraktur patologis apabila cedera yang didapat ringan. Pada usia tua, fraktur

biasanya pada cortico-cancellous junction. Jika terdapat fraktur pada bagian tengah

tulang dianggap fraktur patologis sampai terbukti bukan.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain meliputi;

Inspeksi

Lokasi tumor, ukuran tumor, kondisi tumor, hiperemis/tidak, pelebaran pembuluh

darah/tidak, ada ulkus/tidak

Palpasi

Besarnya massa, ada nyeri/tidak, permukaan, konsistensi, hangat/tidak

Gerakan

Ada gangguan pergerakan/tidak, terfiksasi/dapat digerakan, ada/tidaknya fluktuasi,

ada/tidaknya spasme otot, ada/tidaknya kekuan tulang, ada/tidaknya fraktur.

Hal-hal yang penting pada pemeriksaan klinik adalah:

a. Lokasi

Beberapa jenis tumor mempunyai lokasi yang klasik dan tempat-tempat

predileksi tertentu seperti di daerah epifisis,metafisis tulang atau menyerang

14

tulang-tulang tertentu misalnya osteoma pada daerah tengkorak, osteogenik

sarkoma pada daerah metafisis, osteoblastoma di daerah vertebra.

b. Besar, bentuk, batas dan sifat tumor

Tumor yang kecil kemungkinan suatu tumor jinak, sedangkan tumor yang besar

kemungkinan adalh tumor ganas. Penting pula diperhatikan bentuk tuor apakah

disertai pelebaran pembuluh darah atau ulkus yang merupakan karakteristik suatu

tumor ganas. Tanda-tanda efusi sendi mungkin dapat ditemukan pada tumor yang

berdekatan dengan sendi.

c. Gangguan pergerakan sendi

Pada tumor yang besar di sekitar sendi akan memberikan ganguan pergerakan

sendi.

d. Sapasme otot dan kekakuan tulang belakang

Apabila tumor terdapat pada daerah tulang belakang, baik jinak atau ganas, dapat

memberikan spasme/kekakuan otot tulang belakang.

e. Fraktur patologis

Beberapa tumor ganas dapat memberikan komplikasi fraktur patologis oleh

karena terjadi kerapuhan pada tulang sehingga akan datang dengan gejala fraktur.

c. Pemeriksaan Neurologis

Bila terdapat gejala gangguan neurologis pada penderita, maka pemeriksaan neurologis

perlu dilakukan secara cermat untuk menentukan apakah gangguan ini timbul oleh karena

penekanan tumor pada saraf tertentu. Kemudian kita lihat pada saraf sensorik, kita lihat

dermatomnya sedangkan pada saraf motorik kita lihat reflek dan kekuatannya.

Kriteria kekuatan otot:

Derajat 0 : Tidak bergerak sama sekali

Derajat 1 : Hanya kontraksi otot saja

Derajat 2 : Dapat menggeser anggota geraknya

Derajat 3 : Dapat mengangkat anggota geraknya tanpa beban

Derajat 4 : Dapat mengangkat anggota geraknya dengan tahanan ringan

Derajat 5 : dapat mengangkat anggota geraknya dengan tahanan berat

d. Pemeriksaan Radiologis

15

Pemeriksaan radiologis merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting dalam

menegakan diagnosis tumor tulang. Dilakkan foto polos lokal pada lokasi lesi atau foto

survei seluruh tulang (bone survey) apabila dicurigai adanya tumor yang bersifat

metastasis atau tumor primer yang dapat mengenai beberapa bagian tulang.

Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:

Lokasi lesi yang lebih akurat apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis atau

pada organ-organ tertentu.

Apakah jenis tumor bersifat soliter atau multiple

Jenis tulang yang terkena

Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor yaitu:

Batas: apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak

Sifat-sifat tumor: apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah jaringan

lunak sekitarnya terinfiltrasi, apakah memberikan reaksi pada periosteum

yang berupa:

Codman’s Triangle → pertumbuhan neoplasma yang cepat, yang

mengakibatkan terangkatnya periosteum dan tulang reaktif terbentuk

antara periosteum yang terangkat dengan tulang (periosteum tulang yang

baru dapat tertimbin dekat tempat lesi)

Soap Bubble Apearence → lesi kistik pada ujung-ujung tulang yang

dibatasi tulang subkondrol, kortex tulang terlihat menipis dan

menggelembung (berbentuk balon), biasanya pada satu sisi permukaan

sendi bayang tumor bersifat radiolusen dan dapat ditemukan adanya

trabekulasi berbentuk seperti gelembung sabun, yang terlihat sebagai

daerah yang radiolusen.

Onion Skin Appearence → efek kulit bawang yang terbentuk dari tepi

lesi yang tidak tegas, menunjukan bahwa adanya proses invasi tumor ke

jaringan tulang, lesi ini tumbuh cepat sehingga tulang tidak mempunyai

cukup waktu untuk mengadakan respon penebalan untuk bereaksi

melawan massa tersebut, tumor menembus kortex lalu periosteum

terkelupas lalu mengadakan respon dengan menimbun suatu lapisan tipis

16

tulang teaktif lalu tulang akan terangkat dan reaksi periosteal ini

berulang kembali.

Sun Burst Appearence → suatu keadaan dimana terjadi penjalaran sel

tumor yang mengikuti pertumbuhan pembuluh darah, sehingga pada

rontgen terlihat seperti pancaran sinar matahari.

Sifat lesi : apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun

Pemeriksaan radiologis lain yang dapat dilakukan yaitu:

Radionuklida scanning

Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti

osteoma.

CT-Scan

Pemeriksaan Ct-Scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan

tumor apakah intraoseus atau ekstraoseus.

MRI

MRI dapat memberikan informasi apakah tumor berada dalam tulang,

apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.

e. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/penunjang dalam membantu

menegakan diagnosis tumor

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:

Darah

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, hemoglobin, serum

alkali fosfatase, serum elektroforesis protein , serum asam fosfatase yang

memberikan yang mempberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.

Urin

Pemeriksaan urin yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-Jones

f. Pemeriksaan Biopsi

Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan

histologis, untuk membantu menetapkan diagnosis serta stagging tumor. Waktu

pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

radiologis yang dipergunakan pada stagging. Apabila pemeriksaan CT-Scan dibuat setelah

17

dilakukan biopsi, maka akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan

kesan gambaran suatu keganasan pada jaringan lunak.

Dikenal dua metode pemeriksaan biopsi yaitu biopsi secara tertutup dan secara terbuka:

- Biopsi Tertutup

Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA)

untuk melakukan sitodiagnosis, merupakan salah satu cara biopsi untuk

melakukan diagnosa pada tumor.

Keuntungan dari FNA adalah :

Tidak perlu perawatan penderita

Resiko komplikasi seperti perdarahan dan infeksi dapat dihindarkan

Mencegah penyebaran tumor\dibandingkan dengan biops terbuka, maka

dengan biopsi jarum dapat diambil material dari beberapa bagian tumor.

Hasil awal dapat diketahui dalam 15-20 menit setelah biopsi

Dapat ditentukan rencana pemeriksaan selanjutnya serta anjuran terapi

sessat setelah hasil biopsi yang diketahui dengan cepat.

Biopsi tertutup dilakukan pada:

Tumor sumsum tulang, misalnya pada mieloma multiple

Untuk konfirmasi pada metastasis suatu tumor

Untuk mendiagnosis suatu kisat tulang yang sederhana

Membedakan infeksi dan penyakit granuloma eosinofilik

Konfirmasi penemuan histologik sarkoma

Konfirmasi rekuren lokal

Yang perlu diingat pada pemeriksaan ini adalah biopsi tertutup dengan jarum

tidak dianjurkan pada tumor ganas tulang primer lainnya.

- Biopsi Terbuka

Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.

Keunggulan biopsi terbuka dibanding dengan biopsi tertututp yaitu dapat diambil

jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologik dan pemeriksaan

ultramikroskopik, mengurangi kecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak

dan tumor ganas seperti antara enkondroma dan kondrosarkoma, osteoblastoma

18

dan osteosarkoma. Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan

kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi en-bloc.

Untuk itu, biopsi terbuka dilakukan dengan cara seperti berikut:

Sekecil mungkin tetapi jaringan yang diambil tepat

Diambil secara longitudinal dan tidak secara horizontal

Menghindari struktur-struktur neovaskuler yang besar

Biopsi terbuka dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

Biopsi Insisional

Biopsi insisional dilakukan melalui pengambilan sebagian jaringan tumor

Biopsi Eksisional

Dilakukan dengan mengeluarkan seluruh tumor baik dengan hanya seluruh

jaringan tumor saja dikeluarkan bersama-sama dengan anggota gerak

(amputasi)

g. Mikroskop elektron

Disamping pemeriksaan histopatologik dengan mikroskop biasa, pemeriksaan juga dapat

mempergunakan mikroskop elektron. Pemeriksaan dengan mikroskop elektron

mempunyai peran arti diagnostik yang kecil dan biasanya untuk memberikan dukungan

bila diagnosis secara histolis meragukan, misalnya pada sel mieloma plasma dimana

dibutuhkan identifikasi sel yang tepat.

2.2.6 Jenis-Jenis Tumor Tulang

a. Osteokondroma

Osteokondroma termasuk tumor jinak tersering dan terutama ditemukan pada remaja

yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Gejala nyeri terjadi bila terdapat

penekanan pada bursa atau jaringan lunak disekitarnya. Nyeri karena tumor dapat

menimbulkan fraktur, bursitif, dan penekanan pembuluh darah atau saraf. Benjolan

yang keras dapat ditemukan pada daerah sekitar lesi. Pertumbuhan tumor ini terus

berlanjut selama masa pertumbuhan, namun setelah akhir masa pertumbuhan, tumor

berhenti membesar. Terdapatnya pembesaran tumor setelah masa pertumbuhan

selesai merupakan gambaran sugestif kearah transformasi keganasan.

19

(a) Seorang gadis muda dengan benjolan ini di kakinya. Tulang terasa keras. (b)

pemeriksaan X-ray menunjukkan fitur khas dari cartilage-capped exostosis; tentu saja

tutup tulang rawan tidak tampil di x-ray kecuali kalsifikasi. Bagian tulang mungkin

sessile, bertangkai atau seperti. kembang kol (c) bagian histologis menunjukkan

bahwa exostosis selalu ditutupi oleh topi tulang rawan hialin dari mana tulang

tumbuh.

- Lokasi

Osteokondroma biasanya pada daerah metafisis tulang panjang khususnya femur

distal, tibia proksimal, dan humerus proksimal. Osteokondroma juga dapat

ditemukan pada tulang skapula dan ilium. Tumor bersifat soliter dengan dasar

lebar atau kecil seperti tangkai dan bila multiple dikenal sebagai diafisal aklasia

(eksostosis herediter multiple) yang bersifat hereditary dan diturunkan secara

dominan gen mutan.

- Pemeriksaan Radiologis

Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis

yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat lebih kecil dibandingkan yang

ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh karena sebagian besar tumor ini diliputi

oleh tulang rawan. Tumor dapat bersifat tunggal ataupun multiple tergantung dari

jenisnya. Osteoma sentral baik digambarkan lesi sklerotik dengan batas yang

halus, sedangkan osteoma perifer lesi radiopak dengan batas luas yang mungkin

sessile atau bertangkai.

20

- Patologi

Ditemukan adanya tulang rawan hialin di daerah sekitar tumor dan terdapat

eksostosis yang berbentuk tiang didalamnya. Lesi yang besar dapat berbentuk

gambaran bunga kol dengan degenerasi dan kalsifiksai di tengahnya.

Ada tiga jenis osteoma jenis sentral yang timbul dari endosteum, jenis perangkat

yang timbul dari periosteum, dan osteoma jaringan lunak ekstra-skeletal yang

biasanya berkembang dalam otot.

- Tatalaksana

Jika tumor menyebabkan gejala pada pasien, maka harus dilakukan eksisi. Jika

pada pasien dewasa terdapat pembesaran tumor dalam waktu sebentar dan ada

rasa nyeri hebat sehingga diperlukan operasi segera, maka gambaran ini

meyakinkan kearah keganasan. Hal ini sering terjadi pada pelvic exostoses

(bukan karena berbeda namun karena pada pembesaran dalam waktu lama

biasanya tidak diketahui). Jika pada gambaran histologi adalah tumor jinak

jaringan kartilago, namun tumor tetap membesar setelah akhir masa pertumbuha

maka perlu diterapi sebagai chondrosarkoma.

b. Osteoma

Osteoma merupakan tumor jinak mesenkim osteoblas yang terdiri dari diferensiasi

jaringan tulang matur. Osteoma pada bagian kepala dan leher sering ditemukan pada

daerah frontal-etmoid. Pada tulang temporal, liang telinga merupakan lokasi yang

tersering, dan jarang pada daerah mastoid, skuamous tulang temporal, telinga tengah.

21

Insiden osteoma 0,1-1 % dari seluruh tumor jinak tulang tengkorak.

Osteoma lebih sering terjadi pada wanita dengan insiden terbanyak pada dekade

kedua dan ketiga serta jarang sebelum usia pubertas

Osteoma sering tanpa gejala, tumbuh lambat dan dapat stabil dalam beberapa

tahun dan secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan radiologi.

- Lokasi

Osteoma dilaporkan terjadi di setiap bagian dari tulang temporal termasuk di

skuama, mastoid, liang telinga, kavum glenoid, telinga tengah, tuba eustasius,

apeks petrous dan prosesus stiloideus.

- Etiologi

Penyebab pasti osteoma belum diketahui, tetapi ada beberapa teori :

Teori perkembangan:

Conheim, seperti yang dilaporkan Akamatsu mengatakan bahwa tumor

biasanya terbentuk di antara dua jaringan tulang yang berdekatan dengan

asal embrionik yang berbeda. Di antara dua tulang yang berbeda ini

terdapat sel embrionik yang terperangkap yang memicu proliferasi tulang

yang berlebihan.

Teori kongenital

Manifestasi klinis terjadi ketika pertumbuhan tulang meningkat dengan

adanya tulang embrionik misalnya pada saat pubertas.

Teori trauma

Komplikasi dari trauma pada tulang temporal dapat menimbulkan proses

inflamasi pada tulang seperti periostitis, yang merangsang pembentukan

osteoma.

Teori infeksi

Infeksi dapat memicu pertumbuhan osteoma dengan merangsang

proliferasi osteoblas pada garis mukoperiostium.

Teori hormonal

Peningkatan aktifitas osteoblas periostium, dirangsang oleh mekanisme

endokrin

Faktor herediter

22

- Radiologi

Pemeriksaan penunjang untuk osteoma pada tulang temporal adalah rontgen

kranium, tomografi komputer dan magnetik resonansi. Pada rontgen kranium

tampak gambaran radiolusen dengan kalsifikasi sentral dan dapat meluas keluar

dari tulang aslinya.

Tomografi komputer merupakan pemeriksaan untuk diagnosis, dengan

rekonstruksi tiga dimensi akan menghasilkan lokasi anatomi yang lebih baik,

ukuran dan rencana pengangkatan tumor. Gambaran osteoma menunjukkan

radiolusen, terbatas pada jaringan tulang dan diliputi oleh bagian sklerotik pada

radioopak.

Pencitraan resonansi magnetik berguna untuk melihat inflamasi jaringan di

sekitar lesi

CT Scan potongan aksial

- Patologi

Ada dua bentuk gambaran osteoma yaitu:

Compact osteoma

Dimana gambaran histologisnya merupakan jaringan tulang yang padat

dan relative sedikit osteosit.

Cancellous

Dimana ruang trabeculae tulang lebih lebar dengan cortex lamella tulang.

23

- Terapi

Penatalaksanaan osteoma pada tulang temporal tergantung pada beberapa faktor

seperti ukuran tumor, gejala dan komplikasi. Jika tumor kecil dan tidak

mempunyai gejala maka dilakukan tindakan konservatif dengan memantau gejala

klinik dan diikuti dengan pemeriksaan tomografi. Pada kasus yang terdapat gejala

neurologi, perluasan ke struktur yang berdekatan, dan perubahan estetik maka

diindikasikan untuk pengangkatan tumor

- Prognosis

Osteoma mempunyai prognosis yang baik. Tumor ini jarang rekuren dan tidak

berpotensi menjadi ganas.

c. Giant Cell Tumor/Osteoklastoma

Osteoklastoma merupakan tumor tulang yang mempunyai sifat dan kecenderungan

untuk berubah menjadi ganas dan agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai

suatu tumor ganas.

Tumor sel raksasa menempati urutan ke dua dari seluruh tumor ganas tulang,

terutama ditemukan pada umur 20-40 tahun dan jarang sekali di bawah umur 20

tahun dan lebih sering pada wanita dari pada pria.

Gejala utana yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama pada lutut

dan mungkin ditemykan efusi sendi serta gangguan gerakan sendi. Mungkin juga

penderita berobat dengan gejala gejala fraktur.

- Lokasi

Osteoklastoma terutama ditemukan pada daerah epifisis tulang panjang,

khususnya pada daerah lutut yaitu pada daerah tibia proksimal, femur distal,

humerus proksimal, radius distal. Sisanya ditemukan pada daerah pelvis dan

sacrum.

- Pemeriksaan Radiologis

Pada foto rontgen terlihat daerah radioulsen, lesi kistik yang eksentrik pada ujung

ujung tulang yang dibatasi oleh tulang subkondral. Korteks tulang terlihat

menipis dan menggembung (berbentuk balon) biasanya pada satu sisi permukaan

24

sendi. Bayangan tumor bersifat radioulsendan dapat ditemukan adanya

trabekulasi berbentuk seperti gelembung.

- Patologi

Tumor sel raksasa yang konvensional merupakan lesi soliter dan ditemukan sel

raksasa yang multinukleus menyerupai osteoklas serta sel sel stroma pada daerah

epifisis pada tulang orang dewasa, bersifat agresif dengan sel sel atipik dan

gambaran mitosis. Ditemukan jaringan yang kaya vaskularisasi tapi ganya sedikit

jaringan kolagen.

Pandangan-daya rendah biopsi menunjukkan sel-sel raksasa berinti banyak

berada di stroma terdiri dari sel-sel tumor bulat dan polyhedral. Ada banyak

angka mitosis.

- Diagnosis Banding

Hiperparatiroidisme

25

Granuloma yang sudah sembuh

Kedua kelainan ini dapat membingungkan oleh karena terdapat perdarahan,

sel sel raksasa serta destruksi tulang.

- Pengobatan

Pengobatan yang diberikan tergantung dari staging tumor. Tumor yang berbatas

tegas pertumbuhannya lambat serta mempunyai sifat sifat histologis yang jinak,

dapat diobati dengan kuretase yang baik dan ruang yang tersisa diisi dengan bone

graft atau semen metilmetakrilat.

Tumor yang lebih agresif dimanat terdapat kecenderungan mengalami rekurensi

dilakukan eksisi diikuti dengan bone graft atau pemakaian protesis. Tumor sel

raksasa adalah jenis tumor yang mempunya sifat sifat ganas dan cenderung untuk

bermetastasis sehingga diperlukan reseksi radikal atau amputasi.

(a) Eksisi dan bone graft. (b) Blok reseksi dan penggantian dengan allograft

besar.

d. Aneurysm Bone Cyst (ABC)

Aneurisma Bone Cyst (ABC) adalah kondisi seperti tumor jinak pada pembuluh

darah yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya, ABC adalah lesi kistik yang

26

bersifat ekspansif yang paling sering mengenai setiap individu dalam dekade kedua

kehidupan dan kemungkinan terjadi pada setiap tulang pada tubuh.

Etiologi yang sebenarnya dari ABC tidak diketahui. Kebanyakan peneliti percaya

bahwa ABC adalah hasil dari suatu kelainan pembuluh darah dalam tulang. Tiga teori

umum ABC disebabkan oleh reaksi sekunder lain lesi tulang, timbul de novo

(pembentukan proses awal penyakit), timbul di daerah trauma sebelumnya.

- Klinis

Pada ABC 1-6% kejadian dari semua kasus tumor primer pada tulang. Penyakit

ini diderita oleh orang yang muda (tapi jarang pada orang yang sangat muda).

Sekitar 50-70% ABC muncul pada dua dekade kehidupan, dengan 70-86%

muncul pada pasien lebih muda 20 tahun. Rata-rata umur pasien berkisar antara

13-17 tahun.

- Lokasi

Aneurysma Bone Cyst (ABC) adalah tumor jinak, biasanya muncul sebelum

kematangan dari tulang. ABC sering terjadi melibatkan daerah metafisis tulang

panjang atau vertebra.

- Radiologi

Pada X-rays ABC akan tampak gambaran eksentris, litik, dan ekspansif, dengan

karakteristik destruksi kortikal dan elevasi periosteal. Tampak gambaran balloon

expansion yang mengenai tulang. Mineralisasi matriks tidak tampak pada lesi,

Yang sering akan terlihat adanya sebuah pinggiran sklerotik atau cangkang tulang

yang halus di periosteal sekitar lesi.

27

Gambaran ekspansi lesi yang radiolusen pada metafisis di distal kanan Os

tibia. Periosteum dan pinggir tulang tampak intak

CT-Scan memungkinkan kita untuk menilai secara cermat keberadaan tepi

periosteal tulang disekitar lesi. CT-Scan sering menunjukkan tingkat cairan

dalam lesi.

CT-Scan dari ABC pre surgery. Tampak lesi hipodens pada Os Talus Kanan.

MRI dapat memungkinkan kita mengetahui berapa banyak ekspansi dari jaringan dan

keterlibatan kecil dari lesi yang menekankan sejauh mana lesinya.

28

- Patologi

Secara patologis, kista tulang aneurismal biasanya tampak sebagai lesi destruktif

besar yang menyebabkan ekspansi tulang. Kista ini biasanya multikistik dan

hemoragik, dengan batas tipis pada tulang dan permukaan luarnya. Pemeriksaan

mikroskopik patologi menunjukkan adanya ruang hemoragik yang luas, dibatasi

endotel, dikelilingi sel-sel yang mengalami proliferasi yang sangat menyerupai

tumor sel raksasa pada tulang. Terdapat banyak sel-sel raksasa seperti osteoklas

dan sel-sel kumparan yang lebih kecil.

(A) sel spindle yang reaktif, osteoclast-like giant cells, dan makrofag yang terdiri

dari degradasi sebagian produk eritrosit. (B) sebuah septum fibrous yang terdiri

dari sel-sel stroma yang reaktif.

29

A

- Diagnosis banding

Unicameral Bone Cyst (UBC)

Giant cell tumor

Fibrous dysplasia

- Pengobatan

Pengobatan operasi pada kista tulang aneurismal melibatkan eksisi kuretase,

Korteks menggelembung dengan kauterisasi kimia dari dinding kista, dan

cangkok tulang. Jika kista dalam tulang dibuang (tulang rusuk atau fibula),

reseksi lesi dapat dilakukan,

Terapi radiasi harus digunakan hanya ketika ada pilihan bedah. Embolisasi

mungkin efektif sebagai tambahan untuk mengontrol perdarahan atau mengontrol

lesi di lokasi sulit seperti panggul, sakrum, atau corpus vertebra.

Terapi Fisik mungkin diperlukan untuk mendapatkan kembali gerakan sendi atau

untuk membantu dalam pelatihan gaya berjalan setelah operasi.

e. Osteosarkoma

Merupakan neoplasma tulang ganas primer yang paling sering didapat. Terjadi pada

dekade ke-2 dari kehidupan dimana masa tersebut merupakan masa aktif

pertumbuhan tulang, hanya kurang dari 5% terjadi pada anak-anak usia kurang dari

10 tahun. Bersifat sangat ganas, cepat bermetastase ke paru-paru dengan melalui

aliran darah.

- Klinis

Pria lebih banyak diserang daripada wanita dengan perbandingan 2:1.

Didapat terutama pada usia muda, berusia 10-20 tahun.

Keluhan utama penderita ialah perasaan sakit pada bagian tulang yang

terkena disertai adanya benjolan.

Didapat pula tanda-tanda keganasan umum seperti anemia, berat badan

menurun.

- Lokasi

Didapat pada metafisis tulang-tulang panjang terutama pada bagian distal femur,

proksimal tibia dan proksimal humerus.

30

- Radiologi

Didapat 3 macam gambaran radiologi, yaitu:

Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama.

Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan

tumor tulang.

Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan

tumor tulang.

Gambaran radiologis didapat adanya gambaran osteolitik dan osteoblatik,

pada MRI ditemukan garis destruksi.

Pada MRI ditemukan garis akibat proses destruksi dan ekstensi jaringan lunak

sel-sel tumor. Pertumbuhan neoplasma yang cepat mengakibatkan

terangkatnya poriosteum dan tulang reaktif terbentuk antara periosteum yang

terangkat dengan tulang dan padaX-Ray terlihat sebagai segitiga Codman.

Kombinasi antara tulang reaktif dan tulang neoplastik yang dibentuk

sepanjang pembuluh darah berjalan radier dari kortek tulang ke arah masa

tumor membentuk gambaran Sunbrust.

- Patologi

Gambaran histologinya bervariasi. Kriteria untuk diagnosis adalah didapatnya

stroma sarkoma dengan pembentukan osteoid neoplastik dari tulang disertai

gambaran anaplasia yang mencolok. Sel-sel ganas menembus rongga antara

kumpulan osteoid.

31

 Gambaran patologis ditemukannya stroma sarcoma dan anaplasia.

- Terapi

Penderita dengan Osteosarkoma membutuhkan terapi operatif berupa amputasi.

Amputasi dapat dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau melalui

sendi (disartikulasi) proksimal dari tumor. Menurut penyelidikan, antara teknik

amputasi melalui tulang dengan disartikulasi tidak ada perbedaan yang bermakna

dalam hasil Survival Rate. Selain terapi operatif, maka pada penderita

osteosarkoma diperlukan juga terapi adjuvan berupa pemberian kemoterapi atau

radio terapi. Para ahli berpendapat bahwa pada saat diagnosis osteosarkoma

ditegakkan, maka dianggap kebanyakan penderita sudah mempunyai mikro

metastase di paru-paru sehingga setelah amputasi walaupun X-Ray paru-paru

masih belum nampak metastase, perlu diberikan kemoterapi untuk memberantas

mikrometastase.

- Prognosis

Pada permulaannya prognosis Osteosarkoma adalah buruk 5 years Survival Rate-

nya hanya berkisar antara 10-20%. Belakangan ini dengan terapi adjuvan berupa

sitostatik yang agresif dan intensif yang diberikan prabedah dan pasca bedah

maka Survival Rate menjadi lebih baik dapat mencapai 60-70%. Berkat terapi

adjuvan juga terapi amputasi belakangan ini sudah berkurang, sekarang pada

pusat-pusat pengobatan kanker yang lengkap, maka terapi non amputasi atau

Limb Salvage lebih sering dilakukan.

f. Kondrosarkoma

Konrosarkoma merupakan tumor yang sangat ganas, terbagi atas kondrosarkoma

primer dan kondrosarkoma sekunder. Kondrosarkoma sekunder kurang ganas

disbanding yang primer dan merupakan degenerasi ganas dari endokondroma.

32

- Gambaran Klinis

Frekuensi kondrosarkoma sebesar 10% dari seluruh tumor ganas tulang, lebih

sering pada laki laki daipada wanita dan terutama ditemukan pada umur 30-45

tahun. Perkembangan kondrosarkoma lambat. Gejala dini biasanya berupa nyeri

yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan lahan.

- Lokasi

Lokasi kondrosarkoma terutama pada panggul, bahu, dan lutut.

- Pemeriksaan Radiologis

Pada foto rontgen terlihat bayangan tumor yang besar dan kadangkala meluas ke

luar dari korteks sampai ke dalam jaringan lunak. Gambaran khas yang dapat

ditemukan adalah perkabutan yang ireguler dengan translusen yang ringan serta

bintik bintik kalsifikasi dengan jumlah dan ukuran yang bervariasi. Sering

ditemukan pembentukan jaringan periosteal dan pembentukan segitiga Codman.

- Patologi

Gambaran patologis yang khas adalah terbentuknya tulang rawan oleh sel sel

tumor tanpa disertai posteogenesis. Ditemukan jaringan dengan banyak sel

pkeomorf serta mitosis yang banyak.

33

- Pengobatan

Kondrosarkoma adalah tumor dengan perkembangan dan metastasis yang lambat.

Pengobatan tergantung staging tumor. Bila tumor belum menyebar dapat

dilakukan eksis luas. Apabila kondrosarkoma terjadi pada panggul dapat

dilakukan hemipelviktomi dengan mempertimbangkan penggunaan protesis

untuk mempertahankan fungsi anggota gerak.

g. Sarkoma Ewing

Sarkoma Ewing adalah tumor ganas yang berasal dari sumsum tulang dengan

frekuensi sebanyak 5% dari seluruh tumor ganas tulang, terutama ditemukan pada

umur 10-20 tahun dan lebih sering pada laki-laki dari pada wanita.

Gejala terutama berupa nyeri dan pembengkakan pada daerah tumor dan terdapat

gejala umum lainnya seperti kaheksia, nyeri tekan pada tumor dan peninggian laju

endap darah. 95% meninggal pada tahun tahun pertama.

- Lokasi

Tumor ini terutama terdapat pada daerah diafisis dan metafisis tulang panjang

seperti femur, tibia, humerus, dan fibula atau pada tulang pipih seperti pelvis dan

skapula.

- Pemeriksaan Radiologis

34

Terlihat destruksi tulang pada daerah lesi terutama pada diafisis disertai dengan

pembentukkan suatu tanda khas yang disebut onion skin appearance. Tumor

dapat meluas sampai ke jaringan lunak dengan garis garis osifikasi yang berjalan

radier disertaidengan reaksi periosteal tulang yang memberikan gambaran yang

disebut sunray appearance serta terdapat segi tiga Codman sehingga tumor dapat

disalah interpretasikan sebagai osteogenik sarkoma. Pemeriksaan radiologis lain

yang dapat dilakukan adalah scanning radiosotop dimana daerah lesi akan

memperlihatkan peninggian aktivitas.

Contoh tumor Ewing dalam (a) humerus, (b) pertengahan poros dari fibula dan

(c) ujung bawah fibula.

- Patologi

Tumor terdiri atas jaringan denga gambaran histologi uniform dengan sel kecil

dan nucleus yang bulat yang sulit ditentukan batasnya dengan batas sitoplasma.

Sel sel ini berbentuk polihidral tanpa aturan dan tidak ditemukan substansi

dasarnya.

35

- Diagnosis Banding

Osteomyelitis

Granuloma eosinofilik

Sarcoma sel reticulum tulanh

Osteogenik sarcoma

Metastasis dari neuroblastoma

- Pengobatan

Radioterapi merupakan pilihan pertama dan tindakan amputasi dapat

dipertimbangkan. Pemberian sitostatika dapat dilakukan tetapi hasilnya biasanya

mengecewakan.

36

BAB III

KESIMPULAN

Tumor tulang merupakan kelainan pada tulang yang bersifat neoplastik. Dengan istilah

lain “Tumor Tulang” adalah pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas.

            Dari seluruh tumor tulang primer; 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas. Ini

berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang bersifat ganas. Perbandingan insidens

tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama.

            Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel, yaitu: primer (osteogenik,

kondrogenik, fibrogenik, mielogenik, tumor asal vaskuler, tumor tulang lainnya) dan

sekunder/metastatik (tumor yang berasal dari organ lain yang menyebar ke tulang).

Untuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu: anamnesis,

pemeriksaan klinik, pemeriksaan neurologis, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium,

dan pemeriksaan biopsi.

Metode pengobatan pada neoplasma tulang antara lain dengan operasi, radioterapi, dan

kemoterapi. Ada beberapa teknik operasi, yaitu: intralesional atau intrakapsuler, eksisi marginal,

eksisi luas, serta operasi radikal.

37

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

2. Rasjad, Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang

Lamimpatue

3. Price Silvia A,Wilson L. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta: EGC

4. Doherty, Gerard M. Current Surgical Diagnosis & Treatment 12th Chapter 42 page 1201

– 1205. Mc Graw Hill

5. Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

6. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Badan Penerbit FK UI.

7. Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta: EGC.

38