tumor paru.doc

30
PENDAHULUAN Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan. Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara semua macam kanker. Kanker Paru bahkan

Upload: adwadw

Post on 24-Apr-2015

124 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: tumor paru.doc

PENDAHULUAN

Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma,

hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Kanker paru adalah

pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini meningkat dengan angka

yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara

sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.

Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional

dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru

adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat

jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru. Sebagian besar kanker paru-

paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari

kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan

kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita

Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi

yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya

dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus

kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.

Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara semua

macam kanker. Kanker Paru bahkan menyebabkan kematian melebihi kanker payudara,

kanker prostat dan kanker usus besar, apabila kematian ketiga macam kanker ini bersama-

sama dihitung.

Keganasan di rongga thorak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis

tumor paru dan keganasan di pleura. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit

keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) maupun

metastasis tumor di paru.

Page 2: tumor paru.doc

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang

abnormal. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak menyebabkan suatu gejala atau

tanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan foto toraks atau CT,

namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk darah, nafas pendek, dan panas apabila

mengalami infeksi. Penentuan suatu Tumor benign atau suatu kanker ganas stadium awal

adalah penting sekali karena mempengaruhi prognosis atau kesembuhan dari

penderitanya.

Kanker Paru adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel paru yang tidak

terkontrol. Apabila tidak diobati dan dibiarkan maka pertumbuhan sel Paru akan

berkembang dan menyebar keluar Paru.

II. ETIOLOGI

Seperti kanker pada umumnya penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui

secara pasti, tapi paparan dan inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat

karsinogenik merupakan factor penyebab utama disamping adanya factor lain seperti

kekebalan tubuh, genetic, dan lain-lain.

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat

berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombarg dan Doering (1928), telaj melaporkan

tingginya insiden kanker paru pada perokok dan yang tidak merokok.

Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru pada pria

dan 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk

menderita kanker paru-paru.

Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10% -15% pada pria dan 5% pada

wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat kerja. Bekerja

dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard, dan pancaran

oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun hanya terjadi pada pekerja

yang juga merokok.

Page 3: tumor paru.doc

Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru maih belum jelas. Beberapa

kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.

Kadang kanker paru-paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar)

terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru

yang lain seperti tuberculosis dan fibrosis. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah

rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1

dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru-paru.

Efek rokok bukan saja menyebabkan kanker paru, tapi dapat juga menyebabkan

kanker pada organ lain seperti mulut, laring, esophagus. Etiologi lain dari kanker paru-

paru yang pernah dilaporkan adalah:

1. Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti:

Asbestos, sering menyebabkan mesotelioma

Radiasi ion pada pekerja tambang uranium

Radon, arsen, kromuim, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.

2. Polusi Udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak

polusi udaranyadibandingkan yang tinggal di daerah rural.

3. Genetik. Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam

kanker paru-paru, yakni: Proto oncogen, Tumor suppresser gene, Gene encoding

enzyme.

4. Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap

betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena

kanker paru-paru.

III. KLASIFIKASI

KLASIFIKASI PATOLOGI

Klasifikasi patologi umumnya untuk menentukan terapi dan prognosis.

a) Kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)

Sekitar 20% dari tumor ganas paru adalah karena karsinoma sel kecil. Pada

presentasinya, karsinoma sel kecil hampir selalu bermetastasis ke nodul limfatikus

atau ke tempat yang jauh, oleh karena itu tatalaksana tumor jenis ini adalah

kemoterapi kombinasi

Page 4: tumor paru.doc

b) Kanker paru sel tidak kecil (non small cell lung cancer, NSCLC)

Karsinoma paru yang bukan merupakan karsinoma small cell dikelompokan

menjadi satu karena prognosis serta tatalaksana kanker jenis ini serupa. Ada tiga

tipe utama yaitu karsinoma paru sel skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma

paru sel besar.

KLASIFIKASI HISTOLOGI

Kanker paru dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe histology. Klasifikasi

mempunyai dampak yang penting bagi manajemen klinis serta prognosis dari penyakit.

Kebanyakan tipe kanker paru adalah karsinoma (malignansi yang berasal dari sel-sel

epitel). Dua tipe histology yang paling sering ditemukan dari karsinoma paru

dikategorikan berdasarkan ukuran dan tampilan dari sel-sel malignan yang terlihat di

bawah mikroskop adalah karsinoma paru non small cell dan karsinoma paru small cell.

Tipe non small cell adalah jenis dengan prevalensi hingga saat ini.

Frekuensi dari tipe histology kanker paru:

Berdasarkan Asal Jaringan

Lebih dari 90% kanker paru berasal dari bronkus, hingga kanker ini disebut

karsinoma bronkogenik yang terdiri dari:

1. Karsinoma sel skuamos

2. Karsinoma sel kecil

3. Karsinoma sel besar

4. Adenokarsinoma paru

Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa

merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di

paru-paru.

Page 5: tumor paru.doc

Tumor paru yang lebih jarang terjadi adalah:

1. Adenoma (bisa ganas, bisa jinak)

2. Hamartoma kondromatous (jinak)

3. Sarkoma (ganas)

Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paru-

paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal daritempat

lain menyebar ke paru-paru. Biasa kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat,

ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang, dan kulit.

Pancoast tumor adalah suatu tumor ganas pada sulcus superior paru berupa massa

yang tumbuh pada dinding dada atau menyerang daerah apikal dari dinding dada.

Pancoast tumor lebih jarang terjadi daripada tumor ganas paru lainnya. Pancoast tumor

berkisar 1-3% dari semua kasus tumor ganas paru.

Permasalahan utama pancoast tumor adalah keterlambatan dalam menegakan

diagnosis, karena dalam stadium awal tidak dapat terlihat kelainan pada foto toraks serta

mempunyai kemiripan gejala dengan penyakit otot dan saraf lainnya.

Lebih dari 95% pancoast tumor adalah jenis non small cell carcinoma, dimana jenis

yang paling sering terjadi adalah squamous cell carcinoma dan adenokarsinoma. Jenis

small cell carcinoma terjadi pada sekitar 5% dari kasus pancoast tumor.

Karsinoma sel skuamous

Disebut squamous cell carcinoma dalam bahasa Inggris atau SCC, jenis kanker ini

bisa terjadi di dalam saluran bronkus utama. Umumnya terjadi perkembangan keratin dan

mutiara keratin.

Adenokarsinoma paru

Adenokarsinoma paru tercatat terjadi sekitar 30%-45% dan nampaknya akan terus

mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada organ paru

dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria, dengan kecendrungan metatasis

pada daerah awal di sekitar nodus limfa dan otak. Memperlihatkan susunan seluler seperti

kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Penderita adenokarsinoma paru biasanya

memiliki riwayat penyakit paru intertitial kronis, sperti skleroderma, penyakit reumatoid,

sarkoidosis, pneumonitis intertitial, tuberkulosis, infeksi paru berulang atau penyakit paru

yang disertai nekrosis. Hal ini menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar

carcinoma.

Page 6: tumor paru.doc

Adenokarsinoma bronkoalveolar

Sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2%-4% dari

total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang

berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis paru idiopatik, granulomata,

asbestosis, alveolitis dengan fibrosis, skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat

terjadinya kanker ini masih terjadi perdebatan. Namun, kemungkinan telah diperkecil

antara populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat sepanjang alveolar septa.

Karsinoma sel besar

Kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9%. Tumor memiliki ciri sel yang cukup

besar dengan inti sel yang besar. Belum ditemukan diferensiasi grandular dan skuamus.

Cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif

dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Karsinoma sel kecil

Seperti tipe sel skuamosa biasanya terletak di tengah dosekitar percabangan utama

bronki. Tidak seperti kanker paru lain, jenis tumor ini timbul dari sel-sel kulchitsky,

komponen normal epitel bronkus.

Gambaran mikroskopis menunjukan terbentuk dari sel-sel kecil (sekitar 2 kali ukuran

limfosit) dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini menyerupai

biji oat. Prognosis dari karsinoma ini yang paling buruk dibandingkan dengan yang lain

(sel kecil memiliki pembelahan yang tercepat).

IV. MANIFESTASI KLINIS

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala klinis. Bila sudah

menampakan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Manifestasi klinis karsinoma bronkogenik beraneka ragam, dapat dibagi atas:

1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal):

- Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum.

Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel

bronkoalveolar (bronchoalveolar cell carcinoma). Susah bernafas (dyspnea)

dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru

- Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus

- Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi

tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada

atau mediastinum

Page 7: tumor paru.doc

- Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan

oleh pasien kanker paru

- Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena

lesi obstruktif dalam saluran nafas

- Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial

obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat

2. Gejala intratorasik ekstrapulmoner

Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan atau merusak struktur-struktur

di dalam mediastinum dengan akibat antara lain:

- n. phrenicus : parese/paralise diafragma

- n. Laringeus recurrens : menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri

- saraf simpatik superior : sindroma Horner

- kompresi esophagus : disfagia

- vena cava superior: akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior,

yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti,

pelebaran vena-vena dada

- Trakea/bronkus : sesak

- Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi perikardial

3. Gejala intratorasik non-metastatik

Dapat dibagi atas:

- Manifestasi neuromuskular, berupa neuropatia karsinomatosa terdiri dari

miopati, neuropati perifer, degenerasi serebellar subakut, ensefalomiopati, dan

mielopati nekrotik. Insiden ini terdapat pada 4-15% kasus.

- Manifestasi endokrin metabolik, dapat berupa sindrom Cushing, sindroma

karsinoid, hiperparatiroid dengan hiperkalsemia, sekresi ADH dengan akibat

hiponatremi, sekresi insulin dengan akibat dapat terjadi hipoglikemia,

ginekomastia karena peningkatan sekresi gonadotropin, hiperpigmentasi kulit

karena sekresi MSH.

- Manifestasi jaringan ikat dan tulang, yang paling terkenal yaitu hypertropic

pulmonary osteoarthropathy, gejala ini dihubungkan dengan peningkatan

growth hormone yang imunoreaktif dalam plasma.

- Manifestasi vaskuler dan hematologik, tidak begitu sering didapatkan, sering

dalam bentuk migratory trombophlebitis, purpura, dan anemia.

Page 8: tumor paru.doc

4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis

Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu

berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut dapat

menyebar hampir pada semua organ, terutama otak, hati, dan tulang. Keterlibatan

organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local.

Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan

sebelumnya) sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis

ke hepar sering mengeluhkan penurunan berat badan. Metastasis ke tulang dapat

terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra,

humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat

gejala-gejala neurologi, seperti confusion, perubahan kepribadian, dan kejang.

Kelenjar getah bening supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada

25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker

paru.

5. Gejala sistemik

Anoreksia, berat badan menurun lebih dari 4 kg dalam kurun waktu 6 bulan, di

RSUD dr. Soetomo, gejala penurunan berat badan ini mencapai 53,1%.

Pancoast Tumor

Walaupun pancoast tumor adalah tumor paru-paru, namun ia jarang menimbulkan gejala

yang berhubungan dengan paru-paru (batuk, batuk berdarah, dan sesak nafas) karena

letaknya di daerah perifer paru. Apabila gejala tersebut terjadi pada orang dengan

pancoast tumor, maka prognosa orang tersebut sangat buruk.

Gejala-gejala yang biasanya terjadi pada Pancoast Tumor yaitu:

- Pada awalnya terasa nyeri yang hebat pada bahu, kemudian menjalar ke daerah

axilla, scapula, hingga distribusi N.ulnar dari lengan atas ,siku,dan akhirnya

sampai pada permukaan lengan bawah dan jari manis tangan. Nyerinya biasanya

berlangsung terus menerus dan tidak berhenti-henti, sehingga membutuhkan obat

bius untuk mengurangi rasa nyerinya.

- Bila tumor meluas ke rantai simpatis maka Sindroma Horner akan terjadi pada sisi

ipsilateral dari wajah dan extremitas atas. Gejala-gejala dari sindroma horner

adalah ptosis (kesulitan dalam mengangkat kelopak mata), miosis pupil ( pupilnya

mengecil oleh karena kontraksi pupil), dan anhidrosis ( kulit yang kering karena

kurangnya sekresi kelenjar keringat).

Page 9: tumor paru.doc

- Otot dari tangan menjadi lemah dan atrofi.

- Iga pertama dan kedua atau tulang belakang bisa dilibatkan oleh penyebaran

tumor sehingga menyebabkan rasa nyerinya menjadi semakin hebat.

- Sindroma vena cava juga dapat terjadi walaupun jarang ditemukan. Sindroma

vena cava menyebabkan sesak nafas, wajah dan extremitas atas menjadi bengkak.

V. DIAGNOSA

Melakukan suatu pemeriksaan radiologis dada adalah langkah pertama jika pasien

melaporkan gejala-gejala yang menimbulkan kecurigaan akan adanya suatu kanker paru.

Pemeriksaan ini mungkin mengungkapkan adanya massa yang jelas, pelebaran

mediastinum (sugestif dari penyebaran ke limfonodus yang ada di sana), atelektasis

(kolaps), konsolidasi (pneumonia), atau efusi pleura. Jika tidak ada temuan radiografi tapi

kecurigaan akan adanya kanker tinggi (seperti perokok berat dengan sputum bercampur

darah), bronkoskopi dan/atau CT-Scan mungkin menyediakan informasi yang

dibutuhkan. Bronkoskopi atau biopsi yang dipandu CT-Scan sering digunakan untuk

mengidentifikasi tipe tumor temuan abnormal.

Pada pasien dengan Pancoast tumor dapat ditemukan Sindroma Horner oleh karena

paralysis saraf simpatis ,yaitu Ptosis (kesulitan dalam mengangkat kelopak mata), miosis

pupil (pupilnya mengecil oleh karena kontraksi pupil), dan anhidrosis ( kulit yang kering

karena kurangnya sekresi kelenjar keringat).

a) Deteksi dini

Pada tahun 1999, di AS diduga didapati 94.000 kasus baru kanker paru pada pria dan

77.600 pada wanita, 658.900 penderita meninggal karena kanker paru. Melihat

besarnya populasi yang menderita kanker paru maka tindakan deteksi dini untuk

mengetahui adanya kanker paru berupa skrinning (penyaringan) perlu dilakukan.

Sasaran penyaringan penderita dengan risiko kanker paru yang tinggi, yaitu:

- Pria, survey epidemiologi kanker paru berdasarkan jenis kelamin pada umumnya

melaporkan bahwa perbandingan kasus pria dan wanita sebesar 5:1, di Surabaya

39:8.

- Umur > 40 tahun, survei epidemiologi kanker paru pada umumnya melaporkan

bahwa kurang lebih 90% kasus didapatkan pada penderita di atas usia 40 tahun. Di

AS 90% berusia diatas 40 tahun sedang angka di Surabaya 84,4%.

- Perokok, beberapa data epidemiologik perihal rokok yang sudah banyak

dilaporkan. Makin banyak merokok/hari (>20 batang/hari) dan makin lama

Page 10: tumor paru.doc

merokok (>10-20 tahun) serta kebiasaan inhalasi dalam, penyalaan kembali

puntung rokok, akan mempertinggi risiko terkena kanker paru sebanyak 4-120

kali.

- Bekerja atau berhubungan dengan asbestos (paparan asbestos akan meningkatkan

risiko 4-5 kali atau lebih banyak lagi hingga 100 kali jika individu yang terpapar

juga seorang perokok); uranium, arsenikum, nikel, coal, tar, petroleum oil, gas

mustard.

- Ada riwayat penyakit paru interstitial, penyakit paru kronis obstruktif

- Pasien dengan infeksi HIV dan memiliki riwayat merokok dapat terkena kanker

paru pada usia relatif muda (<50 tahun). Risiko terkena kanker paru pada pasien

ini meningkat 6,5 kali.

- Mempunyai gejala klinik yang berhubungan dengan kanker paru, batuk-batuk

darah, penurunan berat badan lebih dari 4 kg/6 bulan, stridor unilateral, batuk yang

hebat serta lama atau batuk “rokok” (smoker’s cough)

b) Penyaringan (skrinning)

Untuk penyaringan (skrinning) dilakukan pemeriksaan sitologi dan foto thoraks,

karena kedua pemeriksaan ini saling melengkapi (komplementer). Sitologi sering lebih

peka untuk kanker paru yang letaknya sentral, sedangkan foto toraks lebih baik untuk

kanker yang letaknya perifer. Interval penyaringan dianjurkan tiap 6 bulan sekali. Hal

ini berdasarkan hasil dari “Mayo Lung Project” yang melaporkan bahwa survival rate

meningkat bila kurun waktu antara foto toraks yang negatif dengan foto toraks yang

pertama menunjukkan adanya kanker paru kurang dari setahun.

Penyaringan orang yang berisiko tinggi (laki-laki diatas usia 45 tahun yang

merokok 40 atau lebih sehari) bagi kanker paru dengan sitologi sputum dan radiograf

toraks setiap 4 bulan telah memperlihatkan angka prevalen kanker paru pada pasien

asimtomatik 4 sampai 8 kasus per 1000 orang.

a. Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan kanker

bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan sebelum

timbul manfestasi klinik penyakit kanker.

Dahak spontan mempunyai nilai diagnostik tinggi terutama pada tumor dengan

kecurigaan klinis yang jelas. Koleksi dahak 24 jam atau dahak pagi sangat banyak

mengandung materi semua lapisan paru bagian dalam. Akurasi akan melebih 90%

bila pemeriksaan dilakukan 3-5 kali berturut-turut. Dahak setelah pemeriksaan

bronkoskopi (post broncoscopic sputum) yaitu 2 jam sesudah atau keesokan

Page 11: tumor paru.doc

harinya, banyak mengandung materi diagnostik dari bagian dalam yang tinggi nilai

diagnostiknya.

Untuk pengeluaran dahak yang representatif, pemberian bahan yang

menginduksi batuk dapat sangat menolong pengeluarannya, yaitu bahan mukolitik

atau salin. Kadang-kadang sekret tumor yang mengering dapat membuntu

pengeluaran dahak di bagian yang dalam, untuk itu dengan bantuan posisi postural

dan mukolitik dahak dapat keluar dengan maksimal.

Untuk tumor yang berada di perifer, materi pemeriksaan dapat dikumpulkan

dengan menggunakan alat bronkoskop fiberoptik yang fleksibel (lentur) misalnya

dengan melakukan aspirasi, bilasan dan sikatan bronkus. Aspirat di sekitar daerah

yang dicurigai adanya tumor, umumnya mengandung sel-sel yang amat

representatif dan banyak mengandung sel ganas daripada yang terdapat pada cairan

bilas atau hasil sikatan bronkus pada kasus yang sama.

Menurut penelitian Risse dkk (1987), ada hubungan yang erat antara hasil

positif dari sitologi dahak yang mengandung darah atau bloody sputum untuk

kanker paru primer maupun sekunder. Nilai positif pada sitologi dahak ini tinggi

pada kanker primer dengan bloody sputum. Persentase diagnosis positif benar lebih

tinggi secara bermakna pada dahak post bronkoskopi daripada prebronkoskopi,

namun bila produksi dahak mengandung darah, persentase nilai positif benar akan

lebih tinggi secara bermakna pada dahak prebronkoskopi.

Pemeriksaan sitologi sputum efektif pada tumor yang letaknya endobronchial

dan biasanya dibuat 3 contoh specimen. Keadaan ini dapat memberikan hasil 30%

pada mereka yang tanpa gejala, 50% bila adanya riwayat batuk dan 70% bila

adanya riwayat batuk darah pada mereka yang kita curigai.

b. Pemeriksaan Radiologis Thoraks

Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai pada bidang radiologi, seperti

computed tomografi, Scintigrafi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan

sebagainya, namun x-foto dada yang rutin dikerjakan masih merupakan metode

yang sangat informatif pada pemeriksaan paru dan struktur-struktur toraks. Standar

pemeriksaan adalah x-foto dada posisi postero-anterior dan lateral. Pemeriksaan

radiologis idealnya memakai film berukuran 66 x 43 cm dengan paparan sinar 140

KV (Hight KV Teknik). Pemeriksaan ini hanya memberi radiasi yang kecil.

Penilaian bentuk kelainan radiologi thoraks dikelompokkan berdasarkan:

Penilaian hilus, meliputi: Pembesaran hilus, Massa di hilus, Massa

perihilus

Page 12: tumor paru.doc

Penilaian parenkim paru meliputi: Massa, Massa apical, Massa

multiple, Emfisema, Ateletaksis, Proses konsolidasi, Pneumonitis,

Kavitas

Penilaian ekstrapulmoner intrakranial meliputi: pelebaran/massa di

mediastinum, dinding toraks termasuk otot dan tulangnya, efusi pleura,

peninggian diafragma

Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral, kelainan dapat dilihat bila massa

tumor berukuran >1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang

ireguler, disertai indentasi pleura, tumor satelit, dan lain-lain. Pada foto toraks

juga dapat ditemukan invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan

metastasis intrapulmoner.

Gambaran radiografik dari kanker paru non small cell dan morbiditas terkait

terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Kanker paru NSC. Lesi sentral yang besar terdiagnosa sebagai karsinoma NSC

Page 13: tumor paru.doc

Gambar 2. Kanker paru NSC. Efusi pleura sinistra dan kehilangan volume sekunder akibat karsinoma

NSC pada lobus kiri bawah. Efusi pleura diambil sebagai sampel dan hasilnya menunjukan keganasan;

sehingga lesinya tidak operable

Gambar 3. Kanker paru NSC. Kolaps pada daerah kiri atas hampir selalu sekunder akibat karsinoma

bronkogenik endobrokial

Gambar 4. Kanker paru NSC. Kolaps paru kiri komplit sekunder akibat karsinoma bronkogenik dari

bronkus cabang utama

Page 14: tumor paru.doc

Gambar 5. Kanker paru NSC. Kavitas pada lobus kanan bawah dari karsinoma sel skuamosa

Gambar 6. Kanker paru NSC. Kavitas lobus kanan bawah. Ini tidak dideskripsikan dengan baik dan

ditemukan sebagai karsinoma sel skuamosa

Gambar 7. Kanker paru NSC. Lesi lobus kanan atas terdiagnosis sebagai adenokarsinoma pada biopsi

perkutaneus

Page 15: tumor paru.doc

Gambar 8. Kanker paru NSC. Kolaps paru kanan atas dengan tanda S dari golden sekunder akibat

karsinoma NSC pada bronkus

Gambaran radiologis pada pancoast tumor, pada posisi PA dapat terlihat:

- Gambaran radioopak berupa suatu massa unilateral atau asimetri di daerah

apeks paru.

- Penebalan pleura

- Destruksi iga 1-3

- Invasi tumor pada tulang belakang

- Pembesaran mediastinum karena massa tumor

Kelemahan menggunakan Xray adalah pada stadium awal, pancoast tumor sulit

terdeteksi dari foto toraks PA karena sulitnya mengidentifikasikan bayangan di

daerah apical paru.

Gambar 9. Pada foto torak posisi PA diatas terlihat massa tumor di daerah apex paru kiri berupa suatu

perselubungan radioopak, dan terlihat destruksi iga 2 dan 3. Kombinasi dari terdapatnya massa di daerah apex

paru dan adanya destruksi iga adalah karakteristik pancoast tumor.

Page 16: tumor paru.doc

c. CT Scan Thoraks

CT scan toraks (Computerized Tomographic Scans) dapat mendeteksi tumor

yang berukuran lebih kecil yang belum dapat dilihat dengan foto toraks, dapat

menentukan ukuran, bentuk, dan lokasi yang tepat dari tumor oleh karena 3

dimensi. CT scan toraks juga dapat mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening

regional.

Tanda-tanda proses keganasan tergambar dengan baik, bahkan bila terdapat

penekanan terhadap bronkus, tumor intrabronkial, atelektasis, efusi pleura yang

tidak massif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa

gejala. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis

intrapulmoner. Pemeriksaan CT scan toraks sebaiknya diminta hingga suprarenal

untuk dapat mendeteksi ada/tidak adanya pembesaran KGB adrenal.

Gambar 10. Pancoast tumor pada CT Scan potongan axial terlihat massa tumor menyerang pleksus

brakialis di apex paru kiri.

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging Scans)

MRI tidak rutin digunakan untuk penjajakan pasien kanker paru. Pada keadaan

khusus, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi area yang sulit diinterpretasikan

pada CT scan toraks seperti diafragma atau bagian apeks paru (untuk

mengevaluasi keterlibatan pleksus brakial atau invasi ke vertebra).

MRI sangat akurat dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya dalam menilai

invasi Pancoast tumor pada dinding dada dan pleksus brakialis, memeriksa struktur

pembuluh darah, bahkan anatomi apeks paru dapat terlihat lebih bagus dengan

MRI karena saraf dari pleksus brachialis dan pembuluh darah bertemu pada apeks

paru.

Page 17: tumor paru.doc

Gambar 11. Pancoast tumor pada potongan axial T1-weighted menunjukkan kompresi tulang belakang

karena luasnya massa tumor

Gambar 12. Pancoast tumor pada MRI potongan sagital spin-echo T2-weighted menunjukkan kolaps

tulang belakang dan kompresi dari C7, T1, dan T2 karena massa tumor.

Gambar 13. Pancoast tumor pada MRI potongan sagital gradien-echo T2-weighted menunjukkan adanya

massa tumor yang mengenai C7, T1 dan T2 dengan kolaps dan kompresi tulang belakang yang cukup berat

Page 18: tumor paru.doc

Gambar 14. Pancoast tumor pada MRI potongan coronal T1-weighted menunjukkan destruksi tulang

belakang.

VI. STADIUM KANKER PARU

Tabel 3. Status Tumor Paru

Page 19: tumor paru.doc

Tabel 4. Keterlibatan KGB Regional

Tabel 5. Metastasis Jauh

Tabel 6. Stadium Kanker Paru

VII. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan kanker paru:

1. Kuratif:

Menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan

angka harapan hidup pasien

2. Paliatif:

Mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup

3. Rawat Rumah (Hospice Care) pada kasus terminal:

Mengurangi dampak fisik maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun

keluarga

4. Suportif

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi,

transfusi darah dan komponen darah, growth factor, obat anti nyeri, dan obat anti

infeksi

Page 20: tumor paru.doc

Pembedahan

Pada kasus karsinoma bronkogenik, pembedahan dapat sebagai terapi kuratif

maupun paliatif. Setiap kasus dengan karsinoma bronkogenik yang akan dilakukan

pembedahan kuratif, harus ditentukan stadium pra bedah. Pembedahan hanya dilakukan

pada penderita kanker paru stadium I, II, dan III-a tanpa IV-2. Status faal paru penderita,

serta syarat-syarat operasi besar lainnya dikerjakan pada pra bedah. Dari faal paru pra

bedah, bila FEV1 penderita 60% nilai predicted dan VC 50% atau diatas 1,7 L, umumnya

penderita tahan terhadap tindakan pneumectomi. Bila FEV1 kurang dari 40% nilai

predicted risiko terjadi gagal napas besar.

Radiasi

Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi

kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neo adjuvan untuk stadium III A.

Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan

keluhan penderita, seperti sindrom vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor

ke dinding dada & metastasis tumor di tulang atau otak. Dosis radiasi yang diberikan

secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/kali, 5 hari

seminggu.

Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat utama harus

ditentukan jenis histologis dan tampilan (performance status) yang harus lebih dari dosis

skala Karnofsky atau mempunyai nilai 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan

dengan menggunakan satu jenis obat anti kanker atau kombinasi beberapa jenis obat

dalam sebuah regimen kemoterapi. Berdasar konsensus PDPI yang telah disepakati,

prinsip pemilihan jenis panduan obat anti kanker adalah: (1) Platinum based therapy

(sisplatin atau karboplatin); (2)Respon obyektif satu obat anti kanker > 15%; (3)

Toksisitas obat tidak lebih dari grade 3 skala WHO; (4) Harus dihentikan atau diganti bila

setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif.

VIII. PROGNOSIS

Ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival rate)

- untuk karsinoma bronkogenik tipe small cell = 0%

- untuk karsinoma bronkogenik tipe non-small cell tergantung pentahapannya

dan dilakukan pembedahan atau tidak.

Page 21: tumor paru.doc

Tahap I + operasi : untuk karsinoma epidermoid = 54% adenokarsinoma dan

sel besar = 51%.

Tahap II + operasi: Ca epidermoid = 35% adenokarsinoma dan sel besar = 18%

Tanpa operasi : ketahanan hidup 5 tahun, kurang dari 10%

Page 22: tumor paru.doc

DAFTAR PUSTAKA

Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Edisi 4 Jilid 2. Jakarta:Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga.

Davin Sutton. 1992. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2. Churcill

Livingston.

www.dorlandkita.files.wordpress.com