askep pasien tumor paru.doc

21
Asuhan Keperawatan Sindroma Hiperaktivitas (HIPERAKTIF) A. Pengertian Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994) B. Etiologi Pandangan-pandangan serta pendapat–pendapat mengenai asal usul, gambaran–gambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih berbeda–beda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari gangguan–gangguan di dalam 1

Upload: adinda-gerrits

Post on 03-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep pasien tumor paru.doc

Asuhan Keperawatan Sindroma Hiperaktivitas

(HIPERAKTIF)

A. Pengertian

Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian

menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang

sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan

otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994)

B. Etiologi

Pandangan-pandangan serta pendapat–pendapat mengenai asal usul,

gambaran–gambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih

berbeda–beda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang

berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari

gangguan–gangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf

pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh

banyak orang diyakini sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut

diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun racun, bahaya–bahaya

yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa,

anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.

Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai kemungkinan

merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan tersebut,

1

Page 2: askep pasien tumor paru.doc

sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta perawatan anak dan

kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua anak yang bersangkutan. Sampai

sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab pasti yang tidak dapat

diperlihatkan.

C. Patofisiologi

Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan

konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang

meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan

biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang

mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik

terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan

yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,

sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur

dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang

diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini

mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan,

lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu

pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih

mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka

memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

2

Page 3: askep pasien tumor paru.doc

D. Manifestasi Klinik

Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini

memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan

anak–anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–gerakan yang mereka lakukan

kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka

mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat

impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau

merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah

terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–orang yang

labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk

bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara

sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap

bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap

permasalahan–permasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang

lainnya sangat bergantung secara berlebih–lebihan, namun yang lain lagi bersikap

begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono.

Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya

sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-

anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan

pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik

mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak

diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri

3

Page 4: askep pasien tumor paru.doc

sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai

gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga

diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian

tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika, mengeja serta

tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih

sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang

diukur.

E. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis

gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan

memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak

pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang

penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai

makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat

membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada

anak itu.

F. Komplikasi

1. Diagnosis sekunder- gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.

2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan

mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).

4

Page 5: askep pasien tumor paru.doc

3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan

kata-kata yang diungkapkan).

G. Penatalaksanaan Medis

Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan

psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga.

Orang tua mungkin mengutarakan kekhawatirannya tentang penggunaan obat.

Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang tua, termasuk

pencegahan skolastik dan gangguan sosial yang terus menerus karena pengunaan

obat-obat psikostimulan. Rating scale Conners dapat digunakan sebagai dasar

pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari pengobatan.

Psikostimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine), dan

dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian dan

konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak

dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.

5

Page 6: askep pasien tumor paru.doc

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.

Data yang dapat diperoleh apakah anak tersebut lahir premature, berat badan

lahir rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnyan atau ada faktor genetik

yang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.

2. Kaji riwayat perilaku anak.

Riwayat perkembangan, dimana dulu seorang bayi yang

gesit, aktif dan banyak menuntut, yang mempunyai tanggapan – tanggapan

yang mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan – kesulitan makan dan

tidur, kerap kali pada bulan – bulan pertama kehidupannya, sukar untuk

menjadi tenang pada waktu akan tidur serta lambat untuk membentuk irama

diurnal. Kolik dilaporkan agak umum terjadi pada mereka.

Laporan guru tentang permasalahan – permasalahan

akademis serta tingkah laku di dalam kelas.

B. Diagnosa Keperawatan

Kerusakan interaksi sosial

Gangguan konsep diri

Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif

6

Page 7: askep pasien tumor paru.doc

Resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua

Resiko tinggi kekerasan

Resiko tinggi mencederai diri sendiri

C. Perencanaan

Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan dan

komunitas.

1. Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku agar

mencakup penguatan yang positif.

Latih kefokusan anak

Jangan tekan anak, terima keadaannya. Perlakukan anak dengan hangat

dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.

Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya

dengan lembut, kemudian ajak untuk duduk dan diam. Mintalah agar anak

menatap mata anda ketika bicara atau diajak berbicara. Berilah arahan

dengan nada lembut.

Telatenlah

Jika anak telah betah untuk duduklebih lama, bimbinglah anak untuk

melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik –

titik yang membentuk angka atau huruf. Selanjutnya anak diberi latihan

menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bisa pula mulai diberikan

latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan,

7

Page 8: askep pasien tumor paru.doc

perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau

pengurangan dengan angka-angka di bawah 10. Setelah itu baru

diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.

Bangkitkan kepercayaan diri anak

Gunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat

positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib.

Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.

Kenali arah minatnya

Jika anak bergerak terus jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-baik,

kemana sebenarnya tujuan keaktifan dari anak. Yang paling penting

adalah mengenali bakat anak secara dini.

Minta anak bicara

Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisasi.

Karena itu Bantu anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai –

nilai apa saja yang diterima di kelompoknya.

2. Sediakan struktur kegiatan harian

Anak hendaknya mempunyai daftar kegiatan harian yang berjalan dengan

teratur menurut jadwal yang ditetapkan dan hendaknya segera mengikuti serta

melaksanakan kegiatan rutinnya itu, sebagaimana iharkn dari dirinya dan

untuk itu anak dihadiahi kata – kata pujian.

Perangsangan yang berlebihan serta kelelahan yang sangat hebat hendaknya

dihindarkan. Anak membutuhkan saat santai setelah bermain, terutama setelah

8

Page 9: askep pasien tumor paru.doc

ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras. Periode sebelum tidur harus

merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara televisi yang

merangsang, permainan yang keras dan jungkir balik.

3. Beri obat stimulans sesuai instruksi.

a. Stimulans dapat dihentikan sementara pada akhir

pekan dan hari libur. Di mana untuk menentukan apakah kemampuan

pengendalian yang dimiliki oleh anak itu sendiri telah mengalami suatu

kemajuan.

b. Stimulans tidak diberikan sesudah pukul 3 atau 4 sore,

dimana efek samping stimulans adalah insomnia. Insomnia dapat dicegah

dengan tidak lagi memberikan pengobatan perangsang setelah jam 3 sore

serta mengatur sedemikian rupa, sehingga periode sebelum tidur itu

merupakan saat yang tenang serta tidak merangsang.

D. Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) dan Perawatan di

Rumah

1. Didik dan bantu orang tua dan anggota keluarganya.

2. Berkolaborasi dengan guru dan libatkan orang tua. Dorong orang tua untuk

menjamin bahwa guru dan perawat sekolah mengetahui tentang nama, dosis

dan waktu minum obat.

3. Pastikan bahwa anak mendapatkan evalusi dan bimbingan akademik yang

diperlukan. Memasukkan anak dalam kelas pendidikan khusus sering kali

diperlukan.

9

Page 10: askep pasien tumor paru.doc

4. Pantau kemajuan dan respons anak terhadap pengobatan.

5. Rujuk ke spesialis perilaku dan orang tua untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan rencana perilaku.

E. Hasil yang Diharapkan

1. Prestasi di sekolah meningkat, dibuktikan oleh nilai dan tugas-tugas yang

diselesaikan anak.

2. Perilaku anak semakin baik menurut penilaian guru dan orang tua.

3. Anak menunjukkan hubungan yang positif dengan teman sebaya.

10

Page 11: askep pasien tumor paru.doc

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas defisit

perhatian. Anak-anak dengan gangguan ini memperlihatkan kurang perhatian,

impulsivitas dan hiperaktivitas. Gangguan ini sering dijumpai dan dapat terjadi

sampai 3% dari anak-anak, dengan rasio laki-laki terhadap perempuan sebesar 6:1

sampai 9:1.

Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan tersebut meliputi

kerusakan interaksi sosial, gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan

program terapeutik tidak efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua,

resiko tinggi kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri.

Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat jalan

dan komunitas, meliputi bantu orang tua dalam mengimplementasikan program

perilaku agar mencakup penguatan yang positif, sediakan struktur harian, dan beri

obat stimulans sesuai instruksi.

11

Page 12: askep pasien tumor paru.doc

B. Saran

Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan hiperaktivitas

ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita

serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang

bersangkutan, dengan disertai pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat harus

memberikan penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut kepada

kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

12

Page 13: askep pasien tumor paru.doc

DAFTAR PUSTAKA

L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Alih

Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC, 2002

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta, Widya

Medika, 2002

Nelson, Ilmu Pediatri Perkembangan. Alih Bahasa Moelia Radja Siregar. Jakarta,

EGC, 1994

Pilliteri, Adelle, Child Health Nursing Care of The Child and Family. Philadelphia,

Lippincott, 1999

Mengarahkan Anak Hiperaktif . 2004. HTTP://WWW.SUARAMERDEKA.COM

Penanganan Anak Hiperaktif. 2004. http://www.republika,co.id

13