tulang

10
1. Tulang a. Anatomi 1. 2. 3. Articulatio Istilah sendi atau articulatio digunakan untuk tempat di mana dua atau lebih tulang skelet bertemu satu dengan yang iain. Tipe sendi Sendi datar (articulatio plana): Pada articulatio plana, permukaan sendinya rata atau hampir rata, sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran antara tulang yang satu dengan lainnya. Contoh sendi plana adalah articulatio stemoclavicularis dan articulatio acromioclavicularis Sendi engsel (articulatio ginglymus): Sendi ini menyerupai engsel pintu, sehingga memberi kemungkinan untuk gerakan fleksi dan ekstensi. Contoh ginglymus adalah articulatio cubiti, articulatio genus, dan articulatio talocruralis.

Upload: sadamhsn

Post on 10-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tulang

1. Tulang a. Anatomi

1. 2.3. Articulatio

Istilah sendi atau articulatio digunakan untuk tempat di mana dua atau lebih tulang skelet bertemu satu dengan yang iain.

Tipe sendi Sendi datar (articulatio plana): Pada articulatio plana, permukaan

sendinya rata atau hampir rata, sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran antara tulang yang satu dengan lainnya. Contoh sendi plana adalah articulatio stemoclavicularis dan articulatio acromioclavicularis

Sendi engsel (articulatio ginglymus): Sendi ini menyerupai engsel pintu, sehingga memberi kemungkinan untuk gerakan fleksi dan ekstensi. Contoh ginglymus adalah articulatio cubiti, articulatio genus, dan articulatio talocruralis.

Page 2: Tulang

Sendi pasak (articulatio trochoidea): Pada articulatio trochoidea, terdapat pasak tulang yang dikelilingi oleh cincin ligamentum bertulang hanya mungkin dilakukan gerakan rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini adalah articulatio atlantoaxialis dan articulatio radioulnaris superior.

Sendi (articulatio) condyloidea: Articulatio condyloidea mempunyai dua permukaan konveks yang bersendi dengan dua permukaan konkaf. Gerakan yang mungkin dilakukan adalah fleksi, ekstensi, abduksi, dan aduksi, dan sedikit rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini adalah articulationes metacarpophalangeae atau articulationes interphalangeae.

Page 3: Tulang

Sendi (articulatio) elipsoidea: Pada articulatio elipsoidea, facies articularis berbentuk konveks elips yang sesuai dengan facies articularis berbentuk konkaf elips. Gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan aduksi dapat dilakukary tetapi rotasi tidak dapat dilakukan. Contoh yang baik adalah articulatio radiocarpalis.

Sendi pelana (articulatio sellaris): Pada articulatio sellaris, facies articularis berbentuk konkaf konveks yang saling berlawanan dan mirip dengan pelana pada punggung kuda. Sendi ini dapat melakukan

Page 4: Tulang

fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, dan rotasi. Contoh yang paling baik dari tipe sendi ini adalah articulatio carpometacarpalis pollicis.

Sendi peluru (articulatio spheroidea): Pada sendi ini, kepala sendi yang berbentuk bola pada satu tulang cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk socket pada tulang yang lain. Susunan ini memungkinkan pergerakan yang luas, termasuk fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, rotasi medial, rotasi lateraf dan sirkumduksi. Contoh yang baik untuk sendi ini adalah articulatio humeri dan articulatio coxae.

Sumber : Snell Richard S. 2012. Anatomi Klinis. Jakarta: EGC

Page 5: Tulang

b. Histologi 1. 2. 3.

c. Fisiologi1. Osteogenesis

Proses pembentukan tulang disebut osteogenesis atau osifikasi.

Perkembangan sel prekusor tulang dibagi ke dalam tahapan perkembangan

yakni 1. mesenkimal stem sel 2. Sel-sel osteoprogenitor 3. Pre-osteoblas 4.

Osteoblas, dan 5. Osteosit matang. Setelah sel progenitor membentuk garis

osteoblastik, kemudian dilanjutkan dengan tiga tahap perkembangan

diferensiasi sel yaitu proliferasi, pematangan matrik, dan mineralisasi. Faktor

pertumbuhan tulang tergantung pada herediter, nutrisi, vitamin, mineral,

hormon, dan latihan atau stres pada tulang (Scalon dan Sanders 2007).

Osifikasi adalah istilah lain untuk pembentukan tulang. Osifikasi

(osteogenesis) berdasarkan asal embriologisnya terdapat dua jenis osifikasi,

yaitu ossifikasi intramembran yang terjadi pada sel mesenkim yang

berdiferensiasi menjadi osteoblas di pusat ossifikasi secara langsung tanpa

pembentukan kartilago terlebih dahulu dan osifikasi endokondral yaitu

mineralisasi jaringan tulang yang dibentuk melalui pembentukan kartilago

terlebih dahulu (Junqueira dan Carneiro 2005).

a. Osifikasi intramembran

Pada osifikasi intramembran, perkembangan tulang terjadi secara

langsung. Selama ossifikasi intramembran, sel mesenkim berproliferasi ke

dalam area yang memiliki vaskularisasi yang tinggi pada jaringan

penghubung embrionik dalam pembentukan kondensasi sel atau pusat

osifikasi primer (Junqueira dan Carneiro 2005). Sel ini akan mensintesis

matriks tulang pada bagian periperal dan sel mesenkimal berlanjut untuk

berdiferensiasi menjadi osteoblas. Setelah itu, tulang akan dibentuk

kembali dan semakin digantikan oleh tulang lamela matang/dewasa.

Proses osifikasi ini merupakan sumber pembentukan tulang pipih, salah

satu diantaranya yaitu tulang pipih kepala. Pada awal perkembangan

tulang pipih atap kepala, tulang yang baru dibentuk diendapkan pada

pinggir dan permukaan tulang tersebut. Untuk tetap menjaga adanya ruang

bagi pertumbuhan otak, rongga kranium harus membesar yaitu dengan

Page 6: Tulang

cara resorpsi tulang pada permukaan luar dan permukaan dalam oleh

osteoklas, bersamaan dengan terjadinya pengendapan tulang yang terus

menerus pada kedua permukaan tulang (Junqueira dan Carneiro 2005).

b. Osifikasi endokondral

Semua sel tulang lainnya di dalam tubuh dibentuk melalui proses

osifikasi endokondral. Proses ini terjadi secara tidak langsung yaitu

melalui pembentukan model tulang rawan terlebih dahulu dan kemudian

mengalami penggantian menjadi tulang dewasa. Ossifikasi endokondral

dapat dilihat pada proses pertumbuhan tulang panjang. Pada proses

pertumbuhan tulang panjang akan terbentuk pusat osifikasi primer dimana

penulangan pertama kali terjadi yaitu proses dimana kartilago memanjang

dan meluas melalui proliferasi kondrosit dan deposisi matriks kartilago.

Setelah pembentukan tersebut, kondrosit di daerah sentral kartilago

mengalami proses pemasakan menuju hypertropic kondrosit (Junqueira

dan Carneiro 2005).

Setelah pusat osifikasi primer terbentuk maka rongga sumsum mulai

meluas ke arah epifise. Perluasan rongga sumsum menuju ke ujung-ujung

epifisis tulang rawan dan kondrosit tersusun dalam kolom-kolom

memanjang pada tulang dan tahapan berikutnya pada osifikasi

endokondral berlangsung pada zona-zona pada tulang secara berurutan

(Junqueira dan Carneiro 2005).

Sumber :

1. Scalon VC, Sanders T. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology. Ed. 5. Philadelphia: F. A. Davis Comp.

2. Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Basic Histology: Text and Atlas. Ed.11. Poule; McGraw-Hill Medical.

2. Degenerasi tulang rawand. Biokimia

1. 2. Metabolisme fosfor

2. Osteosporosisa. Definisi b. epidemologi

Page 7: Tulang

c. Patofisiologid. Faktor yang mempengaruhi

1. Hormon estrogen pada wanita menopous Penurunan kadar osterogen akan memacu aktivitas remodeling tulang

semakin tidak seimbang karena osteoblas tidak dapat mengimbangi kerja osteoklas, sehingga masa tulang akan menurun dan tulang akan menjadi osteporosis.

Defisiensi estrogen pada laki-laki juga berperan pada kehilangan massa tulang. Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan osteoporosis. Kehilangan massa tulang trabekula pada laki-laki berlangsung linier, sehingga tejadi penipisan trabekula, tanpa disertai putusnya trabekula seperti pada wanita. Penipisan pada laki-laki terjadi karana panurunan formasi tulang, sedangkan putusnya trabekula pada wanita disebakan karena peningkatan resopsi yang berlebihan akibat penurunan kadar esterogen yang drastis pada menopause.

2. Faktor nutrisiYang paling sering adalah defisiensi kalsium dan vitamin D.

Kekurangan kalsium dan vitamin D akan menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder dan meningkatkan resorpsi tulang. Selain itu defisiensi vitamin K juga akan meningkatkan resiko fraktur tetapi patogenesisnya masih belum jelas.

3. Faktor keturunan dan lingkungan Faktor genetik diduga berperan pada proses osteoprosis pada usia lanjut. Demikian juga faktor lingkungan, seperti merokok, alkohol, konsumsi obat-obatan tertentu, separti glukolortikoid dan anti konvulsan.

Sumber : Setiati siti, Alwi Idrus,dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

e. Klasifikasif. Terapi g. Pencegahan

1. Jaga asupan kalsium 1.000-1.500 mg/hari, baik melalui makanan sehari-hari maupun suplemen.

2. Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan (glukokortikoid) yang dapat menimbulkan osteoporosis.

3.h. Diagnosis banding

3. Perbedaan nutrisi pada tulang normal dengan tulang yang mengalami osteoporosis4. Perbedaan struktur tulang normal dengan tulang yang mengalami osteoporosis

Jumlah trabekula ternyata sangat penting dalam menentukan kekuatan tulang dibandingkan dengan ketebalan trabekula. Penelitian silva dan Gibson mendapatkan bahwa penurunan jumlah trabekula sampai batas penurunan densitas massa tulang 10% akan menurunkan kekuatan tulang sampai 70%, sedangkan penurunan ketebalan

Page 8: Tulang

trabekula sampai batas penurunan densitas massa tulang 10%, hanya akan menurunkan kekuatan tulang 25%.

Sumber : Setiati siti, Alwi Idrus,dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing