paper tulang

28
BAB 1 PENDAHULUAN Tulang memiliki fungsi sebagai penunjang, pelindung organ vital, membantu pergerakan tubuh dengan memberikan tempat perlekatan otot, pembentukan sel darah merah, tempat penyimpanan Ca ++ dan PO4 yang dapat mengalami pertukaran dengan plasma untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit tersebut di dalam plasma. 1 Dalam keadaan normal, tulang mengalami proses pengendapan (deposisi, pembentukan) tulang dan [penyerapan (resorpsi, buangan) tulang yang berlangsung secara bersamaan sehingga tulang secara terus-menerus mengalami remodeling. Perbaharuan tulang ini bertjuan untuk menjaga tulang agar dapat digunakan untuk keperluan mekanis dengan keefektifan maksimum serta membatu mempertahankan kadar Ca ++ dalam darah. 1 Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis. 1

Upload: simplytis

Post on 04-Aug-2015

74 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Tulang

BAB 1

PENDAHULUAN

Tulang memiliki fungsi sebagai penunjang, pelindung organ vital, membantu

pergerakan tubuh dengan memberikan tempat perlekatan otot, pembentukan sel darah

merah, tempat penyimpanan Ca++ dan PO4 yang dapat mengalami pertukaran dengan

plasma untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit tersebut di dalam plasma.1

Dalam keadaan normal, tulang mengalami proses pengendapan (deposisi,

pembentukan) tulang dan [penyerapan (resorpsi, buangan) tulang yang berlangsung

secara bersamaan sehingga tulang secara terus-menerus mengalami remodeling.

Perbaharuan tulang ini bertjuan untuk menjaga tulang agar dapat digunakan untuk

keperluan mekanis dengan keefektifan maksimum serta membatu mempertahankan kadar

Ca ++ dalam darah.1

Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,

sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral

seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak

mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat

dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

1

Page 2: Paper Tulang

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Proses remodelling (deposisi dan resorpsi) pada tulang terjadi untuk

memperbaharui tulang agar dapat menghadapi beban mekanis dengan tahanan yang

maksimum serta menjaga kadar Ca++ dalam plasma. Proses pengaturan Ca ++ plasma

terutama dikontrol oleh Hormon Paratiroid, Hormon Kalsitonin tidak essensial untuk

mempertahankan homeostasis maupun keseimbangan kalsium, tapi hormone ini

berperan sebagai cadangan pada saat terjadi hiperkalsemia yang ekstrim, dan vitamin

D yang berperanmeningkatkan penyerapan kalsium di usus.1

Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif,

sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral

seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak

mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang

padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun 2006

menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas

tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita

osteoporosis sebanyak 14,7%, sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien

dinyatakan positif osteoporosis. Data penelitian Departemen Kesehatan (DEPKES)

tahun 2006 menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang Indonesia rentan terkena penyakit

osteoporosis.2

2

Page 3: Paper Tulang

II. TULANG SECARA MIKROSKOPIS

Tulang terdiri dari sel-sel tulang (osteogenik, osteoblast, osteosit, osteoklas) dan

matriks (organik dan anorganik)

a. Matriks tulang

Organik (30-40%)

Terdiri dari serat kolagen tipe 1 dan substansia dasar (substansia

osteomukoid). Subtansia dasar terdiri dari kompleks mukopolisakarida

(protein non kolagen) 1%, dan protein resisten (protein tahan asam) 5%.

Anorganik (60-70%)

Terdiri dari garam tulang yang berbentuk kristal hidroksi apatit. Unsurnya

adalah kalsium fosfat (80-85% anorganik), kalsium karbonat (7-10%),

kalsium fluorida (5%), magnesium fluorida, sitrat dan klorida (3-5%).

b. Sel-sel tulang

Sel osteoprogenitor (sel osteogenik)

Sel induk pluripoten yang belum berdiferensiasi, berasal dari jaringan ikat

mesenkim. Selama perkembangan tulang, sel osteogenik berproliferasi

melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi osteoblas. Pada tulang dewasa, sel

osteogenik dijumpai di luar pada jaringan ikat periosteum dan di dalam

lapisan tunggaql endosteum internal. Periosteum dan endosteum

menghasilkan osteoblas baru untuk pertumbuhan, remodelling dan perbaikan

tulang.

Sel osteoblas

Terdapat pada permukaan tulang berfungsi untuk membuat,menyekresikan

dan mengendapkan unsur organik matriks tulang baru yang disebut osteoid.

Osteoid adalah matriks tulang belum mengapur yang baru dibentuk yang tidak

mengandung mineral, namun tidak lama setelah deposisi, osteoid segera

mengalami mineralisasi dan menjadi tulang.

3

Page 4: Paper Tulang

Sel osteosit

Sel utama tulang. Terdapat di dalam matriks tulang di sekitarnya dan berada

di dalam lakuna. Terdapat satu osteosit dalam satu lakuna. Osteosit berfungsi

untuk mempertahankan matriks tulang.

Sel osteoklas

Sel multinuklear besar yang terdapat di sepanjang permukaan tulang tempat

terjadinya resorpsi,remodelling dan perbaikan tulang. Fungsi utamanya adalah

meresorpsi tulang selama remodelling. Osteoklas terdapat pada lakuna

howship. Osteoklas mula- mula berada di dalam tulang berasal dari prekursor

mirip monosit. 7 (makalah 3)

4

Page 5: Paper Tulang

Jenis jaringan yang biasa dijumpai pada orang dewasa adalah jaringan tulang

sekunder. Jaringan tersebut secara khas memperlihatkan serat-serat kolagen yang

tersusun dalam lamella yang sejajar satu sama lain atau terususn secara konsetris

mengelilingi kanal vaskuklar seluruh kompleks lamel tulang konsentrik mengelilingi

suatu saluran yang mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat longgar yang

disebut system harvers atau Osteon.

Setiap system havers merupakan suatu silinder panjang, seringkali bercabang dua,

dan sejajar terhadap sumbu panjang diafisis. System ini terdiri atas sebuah saluran di

pusat yang dikelilingi 4-20 lamela konsentris. Setiap saluran yang berlapiskan endosteum

mengandung pembuluh darah,saraf dan jaringan ikat longgar. Kanal havers ini

berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum, dan saling berhubungan melalui kanl

volkman yang melintang atau oblik.

Karena jaringan tulang mengalami remodeling, terdapat variasi besar dalam

diameter kanal havers. Setiap system dibentuk oleh tumpukan lamella, dari luar kedalam

sehingga system yang lebih muda memiliki kanal yang lebih besar.3

III. PERANAN HORMON1

5

Page 6: Paper Tulang

Telah disebutkan di awal, kadar Ca++ dalam plasma diatur oleh tiga hormone

penting yaitu, Paratyroid Hormone, Kalsitonin Hormon, dan vitamin D.

Berikut adalah keterangan dari masing-masing hormone tersebut:

Parathyroid Hormone

Adalah suatu peptide yang disekresikan oleh kelenjar parathyroid. Efek utama

hormone ini pada tulang yang dapat meningkatkan kosentrasi Ca++ dalam

plasma, yaitu menginduksi efluks cepat Ca++ ke dalam plasma dari labile pool

Ca++ yang jumlahnya kecil di cairan tulang serta merangsang pelarutan tulang

dengan meningkatkan transfer lambat Ca++ dan PO4 dari stable pool di dalam

tulang ke plasma. Akibatnya remodelling yang terjadi mengarah pada proses

resorpsi tulang.

Kalsitonin

Dihasilkan oleh sel C kelenjar tiroid. Hormone ini memiliki efek yang

antagonis dengan Parathyroid Hormone. Kalsitonin memberikan efek

menurunkan Ca++ plasma dengan cara menurunkan perpindahan Ca++ dari

tulang ke darah dan menurunkan resorpsi tulang dengan menghambat

osteoclast.

6

Page 7: Paper Tulang

1

Vitamin D

Senyawa mirip steroid esensial untuk penyerapan Ca++ di usus. Bentuk aktif

dari vitamin D ini adalah 1,25-(OH)2D3. Selain itu, vitamin D juga

meningkatkan ketanggapan tulang terhadap Parathyroid Hormon,dengan

demikian, kedua hormone saling ketergantungan.

1

IV. PROSES REMODELLING

7

Page 8: Paper Tulang

Sepanjang umur dewasa, laju pembentukan tulang dan resorpsi kurang lebih

sama, sehingga massa tulang total konstan.1 Untuk mengaktivasi osteoklas diperlukan

beberapa sitokin. Ada 2 sitokin yang dapat menyebabkan aktivasi osteoklas yaitu

osteoprotegerin (OPG) dan receptor activator nuclear factor kB ligand (RANKL) dimana

RANKL ini dapat berikatan dengan reseptor yang dimiliki oleh osteoklas yaitu receptor

activator nuclear factor kB (RANK). Pada remodeling tulang yang lebih berperan adalah

osteoblas. Karena osteoblas ini menghasilkan RANKL yang dapat mengikat reseptor

pada osteoklas yaitu RANK.

Osteoblas ini tidak hanya menghasilkan sitokin RANKL, tetapi osteoblas

menghasilkan suatu sitokin lain yaitu osteoprotegerin (OPG) , dimana OPG tersebut

dapat mengikat RANKL yang dihasilkan osteoblas itu sendiri. Selain osteoblas, sel

fibroblast dan endotel dapat juga menghasilkan osteoprotegerin. Apabila terjadi ikatan

OPG dengan RANKL ,maka terjadi inaktivasi dimana RANKL tersebut tidak bisa

berikatan dengan RANK reseptor di osteoklas dan menyebabkan osteoklas tidak

teraktivasi.4

Pengaktivasian osteklas dipengaruhi oleh ratio antara OPG dan RANKL, jika RANKL

banyak melebihi OPG maka RANKL dapat berikatan dengan RANK dan dapat terjadi

aktivasi osteoklas.4

5

Ada empat tahap remodeling tulang, yaitu: 4

8

Page 9: Paper Tulang

a. Aktivasi. Permukaan tulang mengalami aktivasi oleh sinyal untuk membawa

precursor osteoklas menjadi sel multinukleus.

b. Resorpsi. Sel multinukleus berdiferensiasi menjadi osteoklas dewasa.sehingga

proses resorpsi tulang terjadi dan diakhiri dengan apoptosis osteoklas tersebut.

c. Reversal. Aktivasi preosteoblas.

d. Formasi. Osteoblas melakukan proses formasi tulang.

4

IV.1 Pembentukan Tulang (deposisi)

Kolagen tipe I perlu untuk proses mineralisasi, juga fosfoprotein asan seperti

sialoprotein tulang yang berperan pada nukleasi mineralisasi. Protein-protein ini yang

mengikat kalsium dan menyediakan suatu scaffold atau rangka awal untuk mineralisasi

beberapa makromolekul seperti proteoglikan dan glikoprotein tertentu dapat berperan

sebagai inhibitor nukleasi. Pengendapan matriks anorganik ini dilakukan oleh osteoblast.

Osteoblast dan osteosit yang terperangkap di dalam tulang yang sedang dalam proses

mineralisasi ini membentuk suatu jaringan sel yang saling berhubungan disebut

membrane tulang osteolitik-osteoblastik, memisahkan tulang yang mengalami

mineralisasi dengan plasma yang berada di kanalis sentralis.1 Osteolitiosteoblast inilah

sebagai tempat pengendapan hidroksiapatit.

9

Page 10: Paper Tulang

1

Pertumbuhan Tulang Pipih4

Pertumbuhan jaringan umumnya di sertai dengan resorpsi parsial jaringan yang

ada dan sekaligus peletakan tulang baru. Proses ini memungkinkan bentuk tulang

Dipertahankan selama pertumbuhan tulang. Tulang tengkorak merupakan salah-satu

contoh daripada tulang pipih. Tulang tengkorak terutama tumbuh akibat pembentukan

jaringan tulang oleh periosteum antara sutura dan permukaan luar tulang. Pada waktu

yang sama terjadi resorbsi paa permukaan dalam tulang. Karena tulang merupakan

jaringan yang sangat plastis, tulang berespons terhadap pertumbuhan otak dan

membentuk tengkorak dengan ukuran yang sesuai. Pada tulang pipih, terjadi proses

osifikasi intramembranosa, disebut demikian karena terjadi di dalam kondensasi jaringan

mesenkim. Tulang frontal dan parietal tengkorak, selain bagian tulang oksipital dan

temporal dan mandibula serta maksila, dibentuk melalui osifikasi intramembranosa.

Proses ini juga ikut dalam pertumbuhan tulang-tulang pendek, dan penebalan tulang

panjang.

Pada lapisan kondensasi mesenkim, titik awal osifikasi disebut pusat osifikasi

primer. Proses ini diawali saat sekelompok sel berkembang menjadi osteoblas. Osteoblas

menghasilkan matriks tulang dan diikuti kalsifikasi, berakibat sebagian osteoblas

10

Page 11: Paper Tulang

dibungkus simpai, yang kemudian menjadi osteosit. Pulau-pulau pembentuk tulang ini

membentuk dinding yang membatasi rongga-rongga panjang yang berisi kapiler, sel sum-

sum tulang dan sel-sel prakembang. Beberapa kelompok demikian hampir serentak

muncul di pusat osifikasi sehingga penyatuan dinding menghasilkan struktur mirip spons

pada tulang. Jaringan ikat yang tertinggal diantara dinding tulang disusupi pembuluh

darah dan sel mesenkim tambahan, yang akan membentuk sel-sel sum-sum tulang.

Pusat-pusat osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu, yang

akan menggantikan jaringan ikat asal. Ubun-ubun bayi yang baru lahir, misalnya,

merupakan daerah lunak pada tengkorak yang sesuai dengan bagian jaringan ikat yang

belum mengalami osifikasi.

Pada tulang pipih tengkorak terdapat lebih banyak pembentukan tulang daripada

resorbsi tulang pada permukaan dalam maupun luar. Jadi, 2 lapisan tulang kompakta

(lempeng dalam dan luar) terbentuk, sedangkan bagian pusat tetap mempertahankan ciri

sponsnya.

Bagian lapisan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan

endosteum dan periosteum di tulang intramembranosa.

6

11

Page 12: Paper Tulang

Pertumbuhan Tulang Pipa

Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula

sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari

sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung

pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah

akan mengandung osteoblast. 6

6

Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan

(kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah

batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas.

Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah

menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di

daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar

kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur

didepositkan yang dibantu oleh fosfatase, dengan demikian terganggulah nutrisi semua

sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.6

Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan

dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh

darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang. Pada tahap

selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat

osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang

12

Page 13: Paper Tulang

rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu

tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus

membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise,

dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang.

Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan

oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan

osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.

Zona lempeng epifisis

1. Zona istirahat / tenang/ cadangan

- Tulang rawan hialin + kondrosit

2. Zona proliferasi

- Kondrosit mitosis cepat dan sel isogen berbentuk gepeng

3. Zona maturasi

- Terdapat sel-sel yang lonjong

4. Zona hipertrofi

- Terdapat sel-sel yang hipertrofi berbentuk kubis

13

Page 14: Paper Tulang

5. Zona kalsifikasi/pengapuran dan degenerasi

- Terdapat sel-sel mati + pengendapan hidroksiapatit

- Pengapuran matriks tulang rawan

6. Zona osifikasi/ penulangan

IV.2 Penyerapan Tulang (resorpsi)

Ion-ion H dari suatu proton Translocating ATPase akan menurunkan Ph local

menjadi kurang dari sama dengan 4 sehingga meningkatkan kelarutan kristal

hidroksiapatit dan terjadi demineralisasi. Protease asam dari lisosom osteoklast

dilepaskan untuk mencerna protein matriks.

Pada osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap-permukaan terlipat

secara tak teratur , seringkali berupa tonjolan dan membentuk “ruffled border”.

Ruffled border ini dikelilingi oleh zona sitoplasma yang tidak mengandung organel,

namun kaya akan filamen aktifn. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas pada

matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang.

4

14

Page 15: Paper Tulang

Setelah terjadi ikatan antara RANKL ( dihasilkan oleh osteoblas) dengan RANK

(reseptor osteoklas), maka terjadilah diferensiasi dan fusi yang menyebabkan osteoklas

teraktivasi dan terjadi resorpsi tulang.

4

V. PATOGENESIS OSTEOPOROSIS

Pada osteoporosis tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya. Namun pada hal

ini terjadi proses remodeling yang terganggu. Proses Remodeling tulang berlangsung

15

Page 16: Paper Tulang

terus-menerus. Pada proses remodeling terjadi perombakan tulang yang lama

(resorpsi) dan pembentukan tulang kembali (formasi). Proses ini melibatkan

osteoblas, osteoklas dan baru-baru ini telah dibuktikan bahwa sitokin turut serta

dalam proses ini.

Pada keadaan osteoporosis terjadi ketidakseimbangan antara resorpsi dan formasi

tulang. Kekuatan tulang bergantung pada ukuran dan densitasnya. Densitas tulang

bergantung pada mineral seperti kalsium, fosfor, dan mineral lainnya yang

terkandung dalam tulang. Jika tulang mendapatkan mineral kurang dari normal.

Tulang akan menjadi rapuh dan kehilangan struktur yang menguatkan tulang tersebut.

Faktor lainnya seperti kadar hormon, juga mempengaruhi densitas tulang. Pada

wanita, kadar estrogen pada saat menopause akan menurun dan hal ini akan

mempercepat proses osteoporosis. Petanda resorpsi tulang dan formasi

tulang ,keduanya meningkat menunjukkan adanya peningkatan turnover. Estrogen

juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells

dan sel-sel mononuclear, seperti IL-1, IL-6, dan TNF α yang berperan meningkatkan

kerja osteoklast. Dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan

meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas

meningkat

16

Page 17: Paper Tulang

Selain peningkatan aktifitas osteoklas,menopause juga menurunkan absorpsi

kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal . selain itu,menopause juga

menurunkan sintesis berbagai protein yang membawa 1,25 (OH)2D,sehingga pemberian

estrogen akan meningkatkan konsentrasi 1,25 (OH)2D, di dalam plasma. Tetapi

pemberian estrogen transdermal tidak akan meningkatkan sintesis protein tersebut,karena

estrogen transdermal tidak diangkut melewati hati. Walaupun demikian,estrogen

transdermal tetap dapat meningkatkan absorpsi kalsium di usus secara langsung tanpa

dipengaruhi vitamin D. untuk mengatasi keseimbangan negative kalsium akibat

menopause,maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause,sehingga

osteoporosis akan semakin berat. Pada menopause,kadangkala didapatkan peningkatan

HIL-1, TNF α ,IL-6, M-CSF

Sel endotel Osteoklas

↓Estrogen

Osteoblast ↓ Absorpsi kalsium

↓ reabsorpsi kalsium di ginjal

Bone marrow stromal cell + cell mononukleat

↓ TGF-β ↓ NOHipokalsemia

↑ PTH

Osteoporosis

↑ Resorpsi tulang

↑ diferensiasi dan maturasi osteoklas

17

Menopause

Page 18: Paper Tulang

kadar kalsium serum,dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume

plasma,meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat,sehingga meningkatkan kadar

kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks.

Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan rangsang

respirasi,sehingga terjadi relative asidosis respiratorik. Walaupun terjadi peningkatan

kadar kalsium yang terikat albumin dan kalsium dalam garam kompleks,kadar ion

kalsium tetap sama dengan keadaan premenopausal.

Jika terjadi ketidakseimbangan antara resorpsi dan formasi tulang maka tulang akan

mengalami penurunan densitas tulang. Hal ini yang akan menyebabkan terjadinya

osteoporosis.

Berdasarkan penyebab terjadinya, osteoporosis dibagi menjadi empat, yaitu:5

a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama

pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang

pada wanita.

Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa

mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis

postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita

penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

18

Page 19: Paper Tulang

b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium

yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan

hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa

keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia

diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali

menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

c. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang

disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit

osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal

(terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,

barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan

osteoporosis.

d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya

tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki

kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak

memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

19

Page 20: Paper Tulang

BAB III

KESIMPULAN

Tulang terdiri dari matriks dan sel-sel tulang. Matriks pada tulang terdii dari

matriks organik dan matriks anorganik (termasuk kalsium dan fosfat). Sel-sel tulang

terdiri dari sel osteoblast yang memiliki peran dalam mineralisasi atau deposisi atau

pembentukan tulang, osteoklast yang berperan dalam penyerapan atau resorpsi tulang

dan osteosit merupakan osteoblast yang terprangkap diantara tulang yang sedang

dalam proses mineralisasi. Jaringan osteositik-osteoblastik merupakan tempat dari

pengendapan hidroksiapatit yang akan membentuk tulang padat. Tulang selama

hidupnya akan mengalami remodelling (proses pembentukan dan penyerapan tulang

secara seimbang) yang bertujuan untuk mempertahankan Ca++ dalam plasma serta

perbaharuan tulang agar dapat menghadapi tekanan mekanis dengan maksimal.

Terdapat hormon yang berperan dalam pengaturan Ca++ plasma yang akan

berpengaruh kepada tulang itu sendiri,hormon tersebut adalah Parathyroid Hormon,

Kalsitonin, dan vitamin D.

20

Page 21: Paper Tulang

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2th ed. Jakarta:

EGC.2001.p.678;680-1;683

2. Osteoporosis. Available at http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/.

Accessed on October 26, 2010

3. Eroschenko VP. Atlas Histologi. 9th ed. Jakarta: EGC; 2003

4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007

5. William, wilskin. Bone Resorption. Available at www.medscape.com. Accessed at

October 31, 2010

6. Slomianka L. Bone. Available at

http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/bone/bone.htm. Accessed on

October 31, 2010

21