tugas uas revisi sosio. aris cahyo p

21
TUGAS MATA KULIAH SOSIO ANTHROPOLOGI KESEHATAN PELAYANAN PASIEN OPERATIF YANG SESUAI DENGAN NILAI KEYAKINAN RELIGI DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA PJMK : Prof. Dr. Hj.Rika Subarniati.Triyoga, dr, SKM. O L E H : ARIS CAHYO PURNOMO 1012144530363 1

Upload: aris-cahyo-purnomo

Post on 21-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

TUGAS MATA KULIAH

SOSIO ANTHROPOLOGI KESEHATAN

PELAYANAN PASIEN OPERATIF YANG SESUAI DENGAN NILAI

KEYAKINAN RELIGI

DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA

PJMK : Prof. Dr. Hj.Rika Subarniati.Triyoga, dr, SKM.

O L E H :

ARIS CAHYO PURNOMO

1012144530363

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI & KEBIJAKAN KESEHATAN

MINAT ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

2014

1

Page 2: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan..............................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................2

Bab II. Tinjauan Pustaka....................................................................................3

2.1. Konsep dasar manusia...............................................................3

2.2. Hak pasien di rumah sakit.........................................................7

Bab III. Tinjauan Kasus dan Pembahasan...........................................................6

3.1. Prosedur pelayanan tindakan operasi SC.................................14

3.2. Rekomendasi pemberian pelayanan sesuai nilai religi pasien.15

Bab IV.Penutup ……………………………………………………………….17

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 18

2

Page 3: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah organisasi yang yang memberikan produk

pelayanan berupa jasa. Sebuah organisasi yang padat karya, teknologi dan

modal yang senantiasa dinamis mengikuti perkembangan need dan demand

masyarakat sebagai kastamer rumah sakit. Paradigma sehat atau paradigm

rumah sakit yang ulai bergeser dari dokter sebagai captain of the ship menuju

patient centre care menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan rumah

sakit dalam rangka usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan,

sehingga rumah sakit sebagai salah satu organisasi bisnis yang dituntut

mampu beroperasional yang factor terbesarnya adalah dengan adanya

kastamer atau pertumbuhan kastamer. Undang – undang sebagai rujukan

tertinggi aturan hukum di republik ini mengatur dan menjamin hak – hak

pasien dan kewajibannya selama menjadi kastamer rumah sakit. Selain itu

hak- hak pasien dalam hal keyakinan, keputusan dan kesimetrisan informasi

yang menuntut keterlibatan pasien sebagai pengambil keputusan dalam proses

pengobatan atau pelayanan kesehatan di rumah sakit diatur dalam salah satu

elemen standar akreditasi rumah sakit, dimana akreditasi ini adalah sebagai

salah satu parameter mutu pelayanan rumah sakit untuk menjamin kualitas

pelayanan kepada masyarakat yang diamanatkan dalam undang-undang

1

Page 4: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

Salah satu nilai atau value dari kastamer yang sangat dipegang dan

menuntut untuk dipenuhi dalam pelayanan rumah sakit adalah nilai- nilai

religi terutama sebagai mayoritas agama di republik Indonesia adalah syariat

Islam sebagai pedoman hidup dalam setiap aktivitas kehidupannya. Di rumah

sakit sangat jamak prosedur tindakan yang dapat beririsan dengan nilai-nilai

religi pasien yang harus dijalani baik dalam kondisi mendesak atau emergensi

maupun kondisi yang dapat di rencanakan.

Dalam makalah ini akan mengambil salah satu kasus yang dapat

digeneralisasikan kepada setiap tindakan selama tidak melanggar atau

membahayakan kesehatan dan keselamatan pasien.

I.2 Tujuan

Tujuan :

1. Memahami tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit yang memandang

pasien secara holistic ( bio –psiko- sosio- spiritual ) yang harus dipenuhi

2. Memberikan gambaran salah satu tindakan atau prosedur palayanan

kesehatan yang dapat memenuhi nilai spititual/ religi pasien yang dapat

dilakukan generalisasi untuk tindakan-tindakan lainnya selama tidak

membahayakan keselamatan atau memperburuk kondisi pasien.

2

Page 5: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Manusia

Klien dalam perspektif keperawatan seperti dikemukakan Henderson

(2006) merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah

kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan

dan meningkatkan status kesehatannya. Sebagai manusia, klien selain sebagai

mahluk individu, juga merupakan mahkuk sosial dan mahluk Tuhan. Berdasarkan

hakikat manusia itu, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk

yang holistik yang terdiri atas aspek biologis (fisiologis), psikologis, sosiologis,

kultural dan spiritual. Hal ini seperti di nyatakan Xiaohan (2005) bahwa manusia

merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological),

psikologis (psychological), sosial (social), spiritual (spiritual), dan kultural

(cultural). Hal serupa dikemukakan Dossey & Dossey (1998), Govier (2000), dan

Stoter (1995) dalam Govier (2000) yang menyatakan bahwa manusia merupakan

mahluk unik dan kompleks yang terdiri atas berbagai dimensi.

Dimensi yang komprehensif pada manusia itu meliputi dimensi

biologis (fisik), psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Dalam kata lain, Makhija

(2002) mendeskripsikan bahwa tiap individu manusia adalah mahluk yang holistik

yang tersusun atas body, main dan spirit. Beberapa pandangan pakar di atas,

sesungguhnya memiliki esensi yang sama bahwa manusia adalah mahluk unik

yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri atas aspek fisik, melainkan juga

psikologis, sosial, kultural dan spiritual.

3

Page 6: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi di

atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi

tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan

kultural atau dimensi body, main dan spirit merupakan satu kesatuan yang utuh.

Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa

keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Terkait konsep ini, Plato dalam Makhija

(2002) mengungkapkan bahwa tidak sepatutnya berusaha mengobati dan

menyembuhkan mata tanpa kepala, atau mengobati kepala tanpa badan, demikian

juga badan tanpa jiwa, karena bagian-bagian tersebut tidak akan pernah sejahtera

kecuali keseluruhannya sejahtera.

Kesadaran akan konsep ini melahirkan keyakinan dalam keperawatan

bahwa pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau

holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien.

Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu

diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua

klien. Bahkan, Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan

religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut

dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat

(powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Mengingat pentingnya

peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting

bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat

memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien.

4

Page 7: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

Rankin dan DeLashmutt (2006) dalam penelitiannya yang menemukan

bahwa banyak perawat mengakui belum memahami secara jelas dan mengalami

kebingungan antara konsep spiritualitas dan religius, 2) kesimpulan Rieg, Mason

dan Preston, (2006) dalam studinya juga memperlihatkan terdapat banyak perawat

yang mengakui bahwa mereka tidak dapat memberikan asuhan spiritual secara

kompeten karena selama masa pendidikannya mereka kurang mendapatkan

panduan tentang bagaimana memberikan asuhan spiritual secara kompeten, 3)

Makhija (2002) melihat bahwa praktik asuhan spiritual menjadi sulit ditemukan

akibat terjadinya pergeseran budaya dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran

yang lebih berespon terhadap kepentingan bisnis yang berorientasi material, dan

4) kesimpulan sementara penulis dari hasil observasi penulis selama

melaksanakan praktik di tatanan pelayanan kesehatan yang menyimpulkan bahwa

asuhan spiritual belum dilakukan oleh perawat dalam praktik profesionalnya

sehari-hari dengan dibuktikan oleh sulitnya menemukan dokumen dalam catatan

keperawatan yang memperlihatkan bukti bahwa asuhan spiritual telah dilakukan

dengan baik.

Disamping itu merujuk pada hasil riset yang dilakukan di negara lain

seperti oleh Oswald (2004) dalam disertasinya berjudul Nurses’s Perception of

Spirituality and Spiritual Care di Drake University Amerika, yang

merekomendasikan empat hal untuk dilakukakn penelitian lebih lanjut meliputi 1)

perlunya penelitian lanjutan yang serupa pada populasi dan lokasi (termasuk

negara) berbeda, yang mempunyai latar belakang sosiobudaya berbeda, 2)

penelitian dilakukan dalam kerangka waktu yang lebih panjang, 3) perlunya

memperluas data demografi meliputi tiga area antara lain lokasi dimana perawat

5

Page 8: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

melakukan praktik profesionalnya (location of practice), tingkat pendidikan

perawat (educational level of the nurse), dan lamanya bekerja (years of service in

the profession); dan 4) penelitian spiritualitas dan asuhan spiritual dalam

kurikulum pendidikan keperawatan. Hasil studi tersebut kiranya menjadi

fenomena penting yang perlu dilakukan studi lebih lanjut.

2. Hak pasien di rumah sakit

Salah satu hak pasien yang harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam

memberikan pelayanan kepada pasien adalah Pelayanan Kerohanian di rumah

sakit. Standar akreditasi KARS versi 2012 menempatkan standar ini dalam Bab

Hak Pasien dan Keluarga, Standar 1.1. Pelayanan dilaksanakan dengan penuh

perhatian dan menghormati budaya dan kepercayaan pasien. Standar 1.1.1. Rumah

sakit mempunyai proses untuk berespon terhadap permintaan pasien dan

keluarganya untuk pelayanan rohaniwan atau sejenisnya berkenaan dengan agama

dan kepercayaan pasien. Maksud dan tujuan dari standar ini adalah bahwa setiap

pasien memiliki budaya dan kepercayaan masing-masing dan membawanya

kedalam proses pelayanan. Beberapa nilai dan kepercayaan yang ada pada pasien

sering bersumber dari budaya dan agama. Terdapat pula nilai dan kepercayaan

yang sumbernya dari pasien saja.

Semua pasien didorong untuk mengekspresikan kepercayaan

mereka dengan tetap menghargai kepercayaan pihak lain. Oleh karena itu

keteguhan memegang nilai dan kepercayaan dapat mempengaruhi bentuknya pola

pelayanan dan cara pasien merespon. Sehingga setiap praktisi pelayanan

kesehatan harus berusaha memahami asuhan dan pelayanan yang diberikan dalam

konteks nilai-nilai dan kepercayaan pasien.

6

Page 9: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

Apabila pasien atau keluarganya ingin bicara dengan seseorang

berkenaan dengan kebutuhan keagamaan dan rohaninya, rumah sakit memiliki

prosedur untuk melayani hal permintaan tersebut. Proses tersebut dapat

dilaksanakan melalui staf bidang kerohanian, dari sumber lokal atau sumber

rujukan keluarga. Proses merespon dapat lebih rumit, misalnya, rumah sakit atau

negara tidak mengakui sumber agama atau kepercayaan tertentu yang justru

diminta.

7

Page 10: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus pelayanan

Prosedur tindakan medis yang dilakukan di rumah sakit sangat banyak dan

bervariasi. Salah satu yang diangkat di makalh ini adalah prosedur operatif elektif

tindakan Sectio Caesaria. Secara umum tindakan operatif SC elektif merupakan

kondisi pasien yang tidak dalam kondisi sakit, tetapi dalam pertimbangan medis

maupun perferensi/ keinginan pasien menghendaki proesdur operatif ini. Secara

ringkas di rumah sakit Universitas Airlangga dalam pendekatan proses pasien

masuk sampai tindakan operasi dan keluar rumah sakit adalah sebagai berikut;

1. Pasien datang di rumah sakit dengan pengantar untuk MRS atau opname

dari dr Obgyn; dapat dilakukan di IGD maupun Rawat Jalan

2. Di IGD maupun Rawat jalan secara procedural adalah pemeriksaan TTV

standar : Pemeriksaan Tekanan darah, Nadi, Pernafasan , Timbang Berat

badan dan pemeriksaan DJJ ( Denyut Jantung janin )

3. Di Rawat Inap dilakukan pemasangan infus sebelum pasien dibawa ke

ruang Operasi

4. Di ruang perpindahan pasien, dilakukan pergantian baju pasien dengan

baju khusus operasi dan timbang terima pasien antara perawat rawat inap

dengan perawat kamar operasi

5. Pasien di dalam OK, dilakukan pemasangan kateter urine oleh dokter

anestesi

6. Dilakukan prosedur pembiusan di lumbal

7. Dilakukan drapping/ penutupan bidang oeprasi dengan kain steril

8

Page 11: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

8. Tindakan operasi dilakukan sampai dengan selesai

9. Selesai prosedur dilakukan pelepasan seluruh drapp dan pembersihan kulit

di area perut dari bekas isodine dan cairan lainnya.

Prosedur tindakan yang dilakukan dalam keseluruhan proses berpotensi dalam

kebutuhan dan hak pasien terkait dengan nilai/ value yang diyakini, yaitu terkait

dengan aurot / bagian tubuh yang terbuka dan bersentuhannya kulit dengan selain

mahramnya. Hak pasien terkait keyakinan religinya dalam contoh kasus di atas

dapat dikondisikan untuk dapat dipenuhi karena tidak sampai membahayakan

pasien atau mengancam nyawa . Dalam hal ini rekomendasi yang bias dilakukan

selama prosedur tindakan di atas adalah

1. Pemasangan infuse baik di IGD, Rawat Jalan atau rawat inap, dilakukan

oleh petugas perempuan, sesuai dengan keyakinan religinya yang tidak

diperbolehkan bersentuhan kulit dengan yang bukan mahramnya,dan

dalam kondisi tersebut di atas apabila yang sedang bertugas hanya laki-

laki bias dipanggilkan petugas dari ruang lain karena bukan merupakan

kondisi emergency dan bisa ditunda

2. Pemasangan kateter urine dilakukan di rawat inap, bukan di kamar operasi.

Karena di rawat Inap dapat dikondisikan privasi pasien dan petugas yang

melakukan tindakan pemasangan kateter. Apabila dilakukan di kamar

operasi, maka akan banyak staf yang dapat melihat , karena dalam posisi

seluruh tim operasi berada di meja operasi.

3. Perpindahan pasien di ruang kamar operasi dilakukan oleh petugas

perempuan karena harus berganti pakaian.

9

Page 12: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

4. Rambut pasien yang diyakini sebagais alah satu aurot yang harus dijaga,

maka dapat diberikan jilbab atau penutup rambut khusus sesuai dengan

syariat. Karena pada dasarnya pemasangan jilbab selama prosedur operasi

tidak menghalangi prosedur

5. Proses drapping dilakukan oleh petugas perempuan, terutama pada daerah-

daerah yang pribadi, baru petugas laki-laki dapat memasuki ruangan.

Sejauh kaidah emergency menjadi pertimbangan utama

10

Page 13: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pasien merupakan manusia dengan aspek holistik baik bio-psiko-sosio dan

spiritual yang setiap aspek menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-

pisahkan terutama saat terjadi gangguan kesehatan. Penanganan pasien sebagai

individu yang unik dan pendekatan secara holistik akan mempengaruhi proses

kesembuhan dan kepuasan pasien sebagai individu kastamer pelayanan kesehatan

di rumah sakit

4.2 Saran

Pelayanan kesehatan di Ruman Sakit dapat menghargai dan memberikan

pelayanan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini oleh pasien. Bentuk pelayanan

ini dapat dilaksanakan dalam penataan fasilitas dan standar pelayanan bagi

petugas kesehatan.

11

Page 14: Tugas UAS Revisi Sosio. Aris Cahyo P

DAFTAR PUSTAKA

Davis &Newstrom, Human BehavioratWork: OrganizationalBehavior, McGraw-

Hill, 1989.

Goldberg, A.A., Carl E. Larson, Kelompok Komunikasi: Proses-proses diskusi

dan penerapannya (penterjemah : Koesddarini S, Gary R. Yusuf), Edisi I,

Cetakan I, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 1985.

Johnson & Johnson, JoiningTogether: Group Theoryand Group Skills, Third

edition, Prentice Hall. 1987.

Luft, J., Group Processes: AnIntroductiontoGrouup Dynamics, Third edition,

MayfieldPublishing.

Pareek, Udai., Perilaku Organisasi : Pedoman Ke Arah Pemahaman Proses

Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja, Seri Manajemen No. 98,

PT Midas Surya Grafindo, 1984.

http://www.holisticmed.com/whatis.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Holistic_health

12