tugas terstrukstur tutorial ryan fix

Upload: ryan-nightwalker

Post on 09-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TUGAS TERSTRUKSTUR TUTORIALMATA KULIAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAHResume Jurnal “Korelasi antara pH, Eh dan EC dengan dinamika Nitrogen di Tanah Sawah Pasang Surut”TUGAS TERSTRUKSTUR TUTORIALMATA KULIAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAHResume Jurnal “Korelasi antara pH, Eh dan EC dengan dinamika Nitrogen di Tanah Sawah Pasang Surut”TUGAS TERSTRUKSTUR TUTORIALMATA KULIAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAHResume Jurnal “Korelasi antara pH, Eh dan EC dengan dinamika Nitrogen di Tanah Sawah Pasang Surut”TUGAS TERSTRUKSTUR TUTORIALMATA KULIAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAHResume Jurnal “Korelasi antara pH, Eh dan EC dengan dinamika Nitrogen di Tanah Sawah Pasang Surut”

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKSTUR TUTORIAL

MATA KULIAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAH

Resume Jurnal Korelasi antara pH, Eh dan EC dengan dinamika Nitrogen di Tanah Sawah Pasang Surut

Nama : RYAN KASHENANIM : 125040201111010Kelas : E

Asisten : NikawidaPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014Dinamika N yang meliputi N -yang termineralisasi, N -yang tersedia, N-yang diserap tanaman dan N -biomassa mikrobia pada tanah yang kondisinya anaerob akan dikontrol oleh pH, Eh dan EC yang berkembang di dalam tanah selama pertumbuhan tanaman. Berdasarkan penelitian yang terdapat di jurnal mempunyai tujuan untuk : mempelajari keterkaitan pH, Eh dan EC dengan dinamika N yang berkembang selama pertumbuhan tanaman di lahan sawah pasang surut.Untuk mengetahui dinamika N terlebih dahulu mengetahui parameter pH, Eh dan EC. Parameter pengukuran Eh berkaitan dengan Bentuk kimia N tanah. Bentuk tersebut termasuk interaksi sederhana dengan sistem biologi di dalam tanah terkait erat dengan nilai potensial redoks (Eh) dan pH yang berkembang pada tanah tersebut. Proses mineralisasi N-organik di dalam tanah merupakan proses redoks yang melibatkan donor dan akseptor elektron (Bohn et al., 1985). Penentuan senyawa yang bertindak sebagai akseptor elektron terka it erat dengan perkembangan nilai Eh di dalam tanah. Pada tanah-tanah yang kondisinya aerob (nilai Eh berkisar antara 0,3 hingga 0,8 V), oksigen bertindak sebagai akseptor elektron, sedangkan pada tanah tanah yang kondisinya anaerob (nilai Eh umumnya berkisar antara 0,2 hingga 0,4 V), yang bertindak sebagai akseptor elektron adalah senyawa senyawa akseptor elektron sekunder seperti NO3- , MnO 2, FeOOH dan SO4-2.

Sebagai contoh : menggunakan hasil analisa kimia tanah daerah Lawang dimana hasil pengukuran Eh yang kami lakukan tidak termasuk dalam kondisi aerob namun termasuk dalam kondisi anaerob yaitu berkisar antara 160 mV hingga 416 mV dengan hasil pengukuran Eh kami adalah 197 mV. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH meter (pengekstrak air 1: 2,5), Eh tanah dilakukan dengan menggunakan Eh meter langsung di lapangan, dan EC tanah dilakukan dengan menggunakan EC meter (pengekstrak air 1: 5), masing-masing untuk setiap waktu pengamatan (interval 1 bulan). Sedangkan untuk pengukuran EC menunjukkan bahwa nilai EC =121,7 Scm-1 masih tergolong dalam kisaran nilai standard dari analisa EC 35 Scm-1 hingga 382,9 Scm-1. Nilai EC pada kisaran tersebut masih belum membahayakan bagi tanaman padi. Secara umum tanaman padi yang ditanam pada tanah sawah kebergantunganhidup tergantung dengan kondisi masamnya tanah. Apabila tanah sawah mengandung asam tinggi ( kandungan garam tinggi ) menyebabkan tanaman padi kesulitan tumbuh sempurna. Semua pengukuran pH , Eh dan EC berkaitan erat dengan reaksi redoks yang terjadi dalam biologi maupun yang terjadi didalam tanah melibatkan ion H+ sehingga pH berpengaruh terhadap Eh (Bohn et al., 1985).

Selanjutnya mengetahui proses mineralisasi N yang berhubungan erat dengan pengukuran kimia tanah. Mineralisasi N sangat tergantung pada sumber atau bahan yang akan dimineralisasi, kondisi lingkungan dan aktivitas dari organisme yang terlibat (Cadisch et al., 1998),. Pada Tanah pasang surut yang ditanami padi , kondisi lingkungan yang anaerob nampaknya merupakan faktor penentu pola N yang termineralisasi selama pertumbuhan tanaman. Meningkatnya kebutuhan N tanaman padi hingga mencapai umur pertumbuhan vegetatif maksimal (sekitar 2 bulan setelah tanam) menyebabkan serapan N juga semakin meningkat (Purnomo, 2000) dan untuk lahan yang tidak dipupuk, pemenuhan N tanaman hanya bersumber dari mineralisasi. Sedangkan bahan organik selain sebagai sumber makanan dan energy untuk aktifitas mikrobia juga mampu memperbaiki kondisi lingkungan di dalam tanah. Berdasar pendapat dari beberapa literature dan berdasar analisa kimia tanah yang dilakukan bahwa Sifat Tanah (pH, Eh dan EC) Terhadap Dinamika N menunjukkan tetap terjadinya proses mineralisasi pada lahan pasang surut karena terdapatnya akseptor electron didalam tanah. Seperti yang kita ketahui bahwa proses kimia tanah masih berhubungan erat dengan proses pertukaran electron sehingga tanah bisa dalam keadaan anaerob maupun aerob. DAFTAR PUSTAKA

Bohn, H.L., B.L. McNeal., and G.A. OConnor. 1985. Soil Chemistry (second edition). John Wiley & Sons Inc. New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. pp. 135 -141, 248-249.Cadisch, G., E. Handayanto., C. Malama., F. Seyni., & K. E. Giller. 1998. N recovery from legume prunings and priming effects are governed by the residue quality. Plant and Soil. Kluwer Academic Publishers. Netherland. 205:125 - 134.Purnomo, E., A.S. Black., & K. Conyers. 2000. The distribution of net mineralisation within surface soil : Factors influencing the distribution of ne t N mineralisation. Aust. J. Soil Res. 38:643- 652.Sutami dan Djakamihardja, 1990. Kenaikan berikutnya bersamaan dengan reduksi tanah dan ditentukan oleh: (a) pH awal dari tanah; (b) macam dan kandungan komponen tanah teroksidasi terutama besi dan mangan; serta (c) macam dan kandungan bahan organik (Sutami dan Djakamihardja, 1990)