tutorial valve disorders fix yos

25
1 Judul: Valvular Heart Disease Nama : Yos Akbar Irmansyah H1A010057 Nama : Aten Aswari P H1A007004

Upload: ardi-widiatmika

Post on 06-Nov-2015

236 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kbkbjjjjjgufhh

TRANSCRIPT

  • 1

    Judul: Valvular Heart Disease

    Nama : Yos Akbar Irmansyah H1A010057

    Nama : Aten Aswari P H1A007004

  • 2

    Pendahuluan

    Penyakit katup jantung merupakan penyakt yang sering didapat dan seringkali

    memerlukan intervensi. Penyakit katup jantung atau yang lebih dikenal sebagai valvular heart

    disease ditandai dengan moblitas atau penutupan abnormal dari katup jantung yang

    menyebabkan terjadinya obstruksi atau regugirtasi aliran darah melalui katup jantung.

    Klasifikasi dan Fisiologi

    Katup jantung memegang peran penting dalam menjaga aliran darah satu arah yang

    melalui sistem kardiovaskuler. Terdapat 4 katup yang terdapat pada jantung manusia yang

    terbagi dalam atrioventricular atau inflow yaitu katup mitral dan tricuspid, dan katup semilunar

    atau outflow yaitu katup aorta dan pulmonal yang dapat diklasifikasikan berdasarkan letak yaitu

    bagian kiri terbagi atas katup mitral dan aorta, sedangkan bagian kanan yaitu katup tricuspid dan

    pulmonal (Jonathan et al, 2011).

    Gambar 1. Jenis Katup dan Fungsinya (A: Katup tricuspid dan mitral membuka, B: Penutupan

    katup tricuspid dan mitral, C: Katup aorta dan pulmonal membuka, D: Penutupan katup aorta dan

    pulmonal) (Theresa C & Judith P, 2013)

    Keempat katup tersebut secara ritmik membuka dan menutup sebagai respon dari

    perubahan tekanan selama fase diastolic dan sistolik untuk tetap menjaga aliran darah untuk terus

    bergerak maju melalui sistim kardiovaskuler. Pada awal dan pertengahan diastole darah mengalir

    secara pasif menuju ventrikel kanan dan kiri melalui katup tricuspid dan mitral, kemudian pada

    akhir diastole atrium kanan dan kiri berkontraksi. Pada awal sistolik, peningkatan tekanan

    venrikuler menyebabkan penutupan katup tricuspid dan mitral tersebut tertutup. Sehingga, ke-4

    katup tersebut tertutup akibat peningkatan tekanan ventrikeluar sebagai respon kontraksi

    ventrikel atau yang disebut sebagai isovolumetric contraction. (Theresa C & Judith P, 2013)

  • 3

    Katup pulmoner dan ktup aorta terbuka selama pertengahan diastolic akibat tekanan

    ventrikel melebihi tekanan pulmonal dan aorta, sehingga darah dapat dipompakan ke sistem

    pulmoner dan aorta. Pada akhir sistolik, otot ventrikel kembali relaksasi sehingga tekanan aorta

    dan pulmonal menyebabkan penutupan dari katup aorta dan pulmonal, ini yang dinamakan

    sebagai isovlumetric relaxation. (Theresa C & Judith P, 2013)

    Secara umum berdasarkan penelitian oleh Bernard et al tahun 2013, ada beberapa 4 tipe

    kelainan katup jantung, namun ada dua yag terbanyak yaitu kelainan pada katup aorta dan

    kelainan pada katup mitral, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini yang meneliti 5000

    populuasi dengan kelainan katup jantung.

    Tabel 1. Prevalensi kejadian kelainan katup berdasarkan lokasi. Sumber: European Heart

    Journal: Euro Heart Survey on Valvular Heart Disease.

    Berdasarkan data tersebut di atas maka kami akan membahas secara terperinci terkait

    dengan kelainan katup aorta dan mitral.

  • 4

    A. Katup Aorta

    Gambar 2. Gambaran Fungsi Biomekanikan dan Kinematik dari Katup Aorta (Jonathan et al,

    2011).

    Normalnya katup aorta membagi antara ventrikel kiri dengan aorta. Memiliki struktur

    yang kompleks yang terdiri atas 3 daun pintu dan sebuah annulus. Pintu ini secara otomatis

    terbuka ketika fase sistolik yang menyebabkan aliran darah keluar dari ventrikel ke aorta, dan

    menutup secara sempurna selama fase diastole untuk mengatasi terjadinya aliran balik dari aorta

    kembali ke dalam ventrikel atau lebih dikenal sebagai regugirtasi (Theresa C & Judith P, 2013).

    Katup aorta memiliki 3 lapisan unik yang secara sinergis membantu kompetensi dan

    fungsi sinergis katup. Setiap lapisan memiliki interstisial sel yang membantu menyeimbangkan

    struktur katup dan fungsi katup dalam menghambat angiogenesis serta membantu menjaga dari

    keruskan sel. Lapisan katup juga terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang tersusun atas kolagen dan

    membantu mendistribusikan tekanan secara merata keseluruh katup. Bagian tengah terdiri atas

    jaringan spongiosa yang tersusun atas glicosaminoglican dan proteoglycan, yang mampu

  • 5

    meminimalisir gesekan dan stress-related damage antara jaringan fibosa dengan ventrikel

    (Theresa C & Judith P, 2013).

    Katup tersebut terikat dengan sisi-sisinya oleh ikatan kolagen dinamakan commisura.

    Commisura ini melekat jauh ke dalam dinding aorta dimana dapat membantu mengurangi

    tekanan/beban kerja katup selama sistolik dan diastolic (Theresa C & Judith P, 2013).

    A

    B

    C

    Gambar 3. A. Aliran darah ventrikel menuju aorta, dengan B. Pembukaan katup aorta dan C.

    Penutupan katup aorta (Theresa C & Judith P, 2013).

    Etiopatogenesis

    Kelainan katup aorta dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik itu secara kongenital

    (spontaneous acquiring) dan akibat inflamasi. Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan

    kelainan katup aorta berdasarkan penelitan Jonathan et al pada tahun 2011, yaitu:

  • 6

    a. Secara spontan

    Kelainan katup secara spontan muncul sekitar 45%. Kelainan ini menunukkan

    terjadinya penebalan pada katup sehingga mengganggu fleksibilitas katup.

    b. Diet-induced

    Diet tinggi lemak, kolesterol, dan/ atau karbohidrat dan pada umur lanjut dapat

    menyebabkan kelainan pada katup yang disebabkan oleh lesi atherosclerosis. Akibat

    adanya penumpukan lipid, kalsifikasi, kolesterol, sel-sel radang, akan mengurangi

    elastisitas katup yang menyebabkan gangguan penutupan-pembukaan katup.

    Gambar 4. Patogenesis terjadinya proses kelainan katup akibat inflamasi (Jonathan et al, 2011)

    c. Chemical-induced

    Kelainan katup aorta juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang lama

    seperti di antaranya obat-obatan yang mirip dengan serotonin (5-hydroxytryptamine,

  • 7

    5-HT) and activate the 5-HT yang berkaitan dengan perkembangan katup abnormal.

    Obat-obatan penurun berat badan seperti fenfluramine dan dexfenfluramine,

    mengatasi sakit kepala golongan ergot, alkaloid diduga dapat mengganggu proses

    regenerasi jaringan katup aorta.

    d. Kalsifikasi aorta

    Progress akhir dari jalur CAVD ialah adanya proses nukleasi dan proses mineralisasi

    matriks pada stroma katup. Hal ini muncul hampir pada permukaan jaringan fibrosa

    katup. Hal ini juga dikaitkan dengan adanya proses osteogenic differentiation yang

    menyebabkannya diproduksinya gen osteoblast termasuk osteoclin dan osteonectin

    yang hampir sama dalam proses pembentukan tulang.

    e. Sindroma marfan

    Sindroma marfan merupakan kelainan dominan autosomal yang menyerang jaringan

    ikat terutama akibat defek pada kode gen fibrilin (FBN 1). Pada sindom ini kelaianan

    ini menyebabkan katup aorta menjadi prolapse akibat tidak terproduksinya matriks

    ekstraseluler.

    f. Demam reumatik

    Hal ini akibat tidak adekuatnya pengobatan pada infeksi tenggorokan atau rongga

    mulut yang menyebabkan karditis yang merupakan komplikasi serius pada demam

    rematik dengan prevalensi 40-50% mengalami kelainan katup, gagal jantung, dan

    kematian. Hal ini sebi akibat proses autoimun yang menyebabkan proses mimikri gen

    bakteri yaitu sprotein streptokokus M dan karbohidrat grup A yang menyerupai

    jaringan manusia.

  • 8

    Demam Rematik (DR) dan Penyakit Jantung Rematik (PJR)

    Pendahuluan

    Definisi

    Demam rematik (DR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang

    digolongkan pada kelainan vaskuler kolagen atau kelainan jaringan ikat. Terdapat istilah lain

    yang biasa digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dalam penyakit demam rematik seperti

    DR akut dan DR inaktif. Demam rematik akut merupakan DR dengan penekanan akut,

    sedangkan DR inaktif merupakan suatu DR tanpa disertai tanda-tanda peradangan (Sudoyo

    2006).

    Demam rematik dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, tetapi maifestasi

    akut dapat timbul secara berulang-ulang. Bila proses akut tersebut terjadi berulang ulang dan

    selama lebih dari 6 bulan maka disebut juga DR menahun.

    Permasalah yang penting dari penyakit jantung rematik akut ini adalah dalam hal

    kemampuaanya menyebabkan katup-katup jantung mengalami fibrosis, yang akan menimbulkan

    gangguan hemodinamik dengan penyakut jantung yang kronis dan berat. Penyakit jantung

    rematik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi akibat demam rematik atau kelainan kelainan

    karditis rematik. Insidensi penyakit jantung rematik banyak didapatkan pada anak usia muda dan

    PJR juga merupakan penyebab kematian oleh karena penyakit jantung untuk usia dibawah 45

    tahun (Sudoyo 2006).

    Diagnosis

    Anamnesis

    Umumnya pasien yang sering mengalami DR dan PJR berada pada kelompok usia muda

    (5-15 tahun). Adapun keluhan atau gejala klinis yang dapat ditemukan yaitu:

    Artritis

    Karditis

    Chorea

    Eritema marginatum

  • 9

    Nodul subkutan

    Dalam melakukan siagnosis DR akut, dapat digunakan kumpulan gejala klinis yang dapat

    digunakan yaitu berupa Kriteria Jones. Kriteria Jones terdiri dari beberapa gejala klinis seprti

    berikut

    Gejala Mayor Gejala Minor

    Poliartritis

    Karditis

    Korea

    Nodul subkutan

    Eritema marginatum

    Suhu tinggi

    Atralgia

    Riwayat menderita DR/PJR

    Laboratorium: tanda reaksi fase

    akut; leukositosis, peningkatan

    LED

    Anemia

    Diagnosis DR/PJR dapat didasarkan pada :

    Dua gejala mayor, atau

    Satu gejala mayor dan dua gejala minor

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik digunakan untuk memcari tanda-tanda yang mendukung kearah

    DR/PJR sesuai dengan kriteria Jones (Sudoyo 2006). Poliartitis sering ditemukan pada sendi-

    sendi besar pada tubuh seperti lutut, siku, pada, pergelangan kaki. Muncul tiba-tiba dengan nyeri

    miningkat dalam 12-24 jam dan hilang perlahan.

    Pemeriksaan jantung didapatkan adanya regurgitasi mitral dengan bising sistolik dan

    kadang disertai dengan mising mid-diastolik (Carey Coombs). Keluhan lainnya ang dapat dilihat

    yaitu eritema marginatum yang tidak nyeri atau gatal. Nodul subkutan dengan ukuran 0,5-2cm

    bentuk bundar, tidak nyeri, namun jarang menjadi suatu keluhan utama.

  • 10

    Pemeriksaan menunjang

    Laboratorium

    Untuk melakukan diagnosis menyangkut bukti adanyainfeksi kuman streptokokus grup A

    dapat dilakukan tindakan pemeriksaan :

    Lakukan pemriksaan hapusan tengorok pada fase akut,

    Pemeriksaan ASTO dan Anti DNA-se B. Nilai rujukan positif bila ASTO 210 Todd pada

    dewasa 320 Todd pada anak-anak, dan Anti DNA-se B 120 Todd pada dewasa dan 240 Todd

    pada anak-anak. Titier ini muncul pada minggu ke 2-3 pada fase akut atau 4-5 minggu

    setelah teinfeksi

    EKG

    Tidak ada pola khusus atau khas pada gambaran EKG, namun adanya bising sistolk

    dappat dibantu dengan EKG dimana didapatkan pada interval PR yang memanjang atau ST-T

    yang tidak spesifik.

    Echocardiografi

    Dapat digunakan untuk menentukan adanya kelainan anatomi dan fungsional jantung.

    Kelainan yang seringkali ditemukan yaitu kelainan pada katup mitral dan katup aorta meskipun

    jarang ditemukan.

    Penatalaksanaan

    Penangan DR dan PJR lebih ditekankan dalam melakukan pencegahan sekunder, yaitu

    dengan menggunakan protokol pencegahan sekunder sebagai berikut:

    Untuk pasien 20 tahun, harus mendapatkan suntikan Benzatin Penisilin G(long acting)

    selama 5 tahun

    Bila pasien selesai dengan protokol 1 dan 2 sedangkan terjadi kekambuhan lagi maka

    mendapatkan kembali suntikan Benzatin Penisilin G dosis 1,2 juta unut tiap 4 minggu

    selama 5 tahun, bila kasus berat setiap 3 minggu (Sudoyo 2006).

  • 11

    Komplikasi dan Prognosis

    Komplikasi

    Pasien dengan DR dengan gejala ringan akan sembuh, tetapi bila karditi yang disertai

    dengan demam dan takikardia sering berlanjut dengan kardiomegali dan bising katup akan mulai

    terdengar, serta dekompensasio kordis dapat terjadi selama karditis masih aktif (Sudoyo 2006).

    Prognosis

    Prognosis pasien dengan DR baik bila karditis pada saat permulaan fase akut DR.

    Prognosis memburuk jika gejala karditis memberat, dan DR dengan payah jantung akan sembuh

    30% pada 5 tahun pertama dan 40% setelah 10 tahun. Angka kesembuhannya juga akan

    meningkat bila pencegahan sekunder dilakukan dengan baik. Kejadian Stenosis mitral sangat

    bergantung dari beratnya karditis yang terjadi, dan kerusakan katup mitral sendiri sangat

    menentukan angka kematian DR pada 5 tahun pertama (Sudoyo 2006).

  • 12

    A.1. Stenosis Aorta

    Stenosis aorta dapat dilihat sebagai sclerosis aorta hingga stenosis aorta berat. Proges dari

    stenosis aorta dihubungkan dengan seberapa besar aliran darah yang dapat mengalir melalui

    obstruksi atau stenosis yang terjadi. Dari keseluruhan kejadian, hanya 10% pasien dengan

    stenosis aorta memiliki gangguan hemodynamic yang hebat. Pada stenosis aorta terjadi

    penebalan katup hingga kalsifikasi pada daun katup (Theresa C & Judith P, 2013).

    Gambar 5. Gambaran stenosis aorta akibat kalsifikasi katup (Theresa C & Judith P, 2013)

    Sebagai akibat progresivitas sclerosis dan stenosis, ventrikel kiri menahan resistensi

    kronik sistolik. Ventrikel harus dapat menghasilkan tekanan sistolik yang lebih tinggi untuk

    melawan tahanan aliran dan kalsifikasi katup. Sebagai akibatnya ventrikel kiri jantung menjadi

    tebal, dan ukurnnya bertambah. Penebalan ini dinamakan concentric hypertrophy sebagai

    kompensasi untuk mengoptimalkan stroke volume dan cardiac output. Namun kompensasi ini

    menyebabkan penurunan elastistas miokardial dan penurunan aliran darah coroner serta

    peningkatan beban otot jantung, oksigen konsumsi, dan kematian (Theresa C & Judith P, 2013).

    Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan peningkatan tekanan diastolic dan keterlambatan

    pengisian aliran darah dari atrium ke ventrikel, sehingga atrium membutuhkan tekanan yang

    harus lebih kuat yang dinamakan sebagai atrial kick yang dibutuhkan untuk mengoptimalisasi

    stroke volume dan kardiak output. Manifestasi lanjut menyebabkan ukuran ventrikel berkurang

  • 13

    sehingga mengurangi preload dan disfungsi sistolik. Sehingga semakin lama menyebabkan

    kontraksi jantung meningkat hingga menjadi atrial fibrasi, congesti pulmonal, hipotensi dan

    angina. Atrial aritmia juga sebagai kompensasi akibat infiltrasi dari kalsium dari katup aorta ke

    sistim konduksi (Theresa C & Judith P, 2013).

    Grading stenosis aorta menjadi salah satu manifestasi dalam menentukan prognosis.

    Dengan menggunakan ekokardiografi, Doppler dapat mengukur aortic jet velocity, mean aortic

    valve pressure gradient, dan aortic valve area. Grading tersebut dibagi menjadi 3 berdasarkan

    derajat hemodinamik, seperti pada tabel dibwah ini (Theresa C & Judith P, 2013):

    Tabel 2. Grading stenosis aorta (Theresa C & Judith P, 2013)

    Diagnosis

    Anamnesis

    Secara umum keluhan akan muncul jika penutupan dari katup mencapai batas minimal <

    1 cm2. Biasanya pasien datang dengan keluhan beraktifitas, dispneu saat beraktifitas, exertional

    dizziness, dan lightheadedness. Nyeri dada juga bisa menjadi keluhan pada pasien dengan

    CAVD sebagai konsekuensi adanya penyakit jantung coroner atau akibat iskemi jantung.

    Keluhan-keluhan lain yang mungkin muncul akibat stenosis aorta dapat dilihat di tabel bawah ini

    (Theresa C & Judith P, 2013):

  • 14

    Tabel 3. Manifestasi klinis pada stenotic aorta (Theresa C & Judith P, 2013)

    Pemeriksaan Fisik

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan pula beberapa kelainan, seperti: (Isyana, 2011)

    Pulsus arteri carotis parvus (melemah) dan tardus (lama mencapai puncak). Tekanan vena

    jugular normal, kecuali ada kemungkinan gagal jantung. Palpasi iktus kordis bergeser minimal,

    difus, dan prominen (left ventricle heave). Sedangkan pada auskultasi didapatkan bunyi S2 suara

    tunggal (P2) atau terjadi prodoksiska S2 spliting, dan kadang terdapat gallop serta bising ejeksi

    sistolik, terdengar terkeras di area aorta bisa menjalar ke area karotis, dan dapat terdengar

    ejection click.

    Pemeriksaan Penunjang

    Gold standar yang digunakan dalam penegakkan diagnosis pada stenosis aorta ialah

    dengan menggunakan non-invasif 2 dimensional Doppler ekokardiografi. Pemeriksaan ini dapat

    memeriksa atau menentukan derajat stenosis aorta. Namun adapun pemeriksaan penunjang lain

    yang dapat digunakan seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini (Theresa C & Judith P,

    2013):

  • 15

    Tabel 4. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dalam penegakkan diagnosis stenosis aorta

    (Theresa C & Judith P, 2013)

    Diagnosis Banding (Medscape, 2013):

    a. Sindrom coroner akut

    b. Regugirtasi mitral

    c. Stenosis mitral

    d. Prolapse katup mitral

    e. Infark miokard

    f. Syok, hipovolemik

    Penatalaksanaan

    Sampai saat ini tidak ada obat yang diketahui dapat mengobati stenosis aorta. Yang

    paling penting ialah focus dalam pengobatan dalam mengurangi resiko kardiovaskuler seperti

    hipertensi, diabetes mellitus, merokok, kolesterol tinggi, berat badan, dan kurangnya aktivitas

    (Theresa C & Judith P, 2013).

  • 16

    Namun untuk terapi definitive ialah dengan tindakan operatif yaitu dengan menggunakan

    pergantian katup. Selain itu dapat juga dipertimbangkan balloon valvuloplasty. Adapun terapi

    medis yang digunakan pada stenosis aorta yang asimptomatis ialah terapi profilaksis antibiotic

    (Isyana, 2011).

    Prognosis dan Komplikasi

    Stenosis aorta sebenarnya memiliki progresivitas yang lambat, berdasarkan penelitian

    hanya 20% pasien yang meningkat menjadi stenosis aorta simtomatis atau berat. (Isyana, 2011).

    Komplikasi yang terjadi ialah biasanya akibat gangguan hemodinamik, seperti sudden cardiac

    death, gagal jantung, gangguan konduksi, dan kalsifikasi emboli (Medscape, 2013).

  • 17

    A.2. Regugirtasi Aorta

    Definisi-Klasifikasi

    Regugirtasi aorta merupakan baliknya aliran darah dari aorta ke ventrikel kiri selama fase

    diastolic (Yasmin et al, 2012). Secara umum regugirtasi aorta diklasifikasikan menjadi 2 yaitu

    regugirtasi aorta kronik biasanya terjadi akibat proses kronik seperti penyakit jantung rematik,

    sehingga jantung masih bisa melakukan kompensasi dan regugirtasi aorta akut yang timbul

    secara akut dan banyak, sehingga jantung tidak sempat melakukan kompensasi yang sempurna

    seperti regugirtasi aorta kronik (Saharman, 2010).

    Patofisiologi

    Gambar 6. Patofisiologi Regugirtasi Aorta (Saharman, 2010)

    Sebagian darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri ke aorta selama sistolik kembali ke

    ventrikel kiri saat diastole melalui katup yang inkompeten, sehingga terjadi volume afterload

    pada ventrikel kiri. Dengan regugirtasi, tekanan aorta turun secara cepat dan tekanan diastolik

    aorta bisa sangat rendah. Sehingga mekanisme kompensasi terdiri atas dilatasi ventrikel kiri atau

    hiperrofi ventrikel kiri tipe eksentrik (dilatasi dan hipertrofi) (Isyana, 2011).

  • 18

    Diagnosis

    Anamnesis

    Dari anamnesis dapat diambil data-data sesuai dengan tipe regugirtasi aorta yang terjadi,

    yaitu pada keadaan regugirtasi aorta akut biasanya pasien mengeluhkan sesak nafas dengan onset

    yang berat secara tiba-tiba, disertai dengan edema pulmo. Sedangkan pada regugirtasi aorta

    kronik akibat sudah terjadinya kompensasi maka pasien biasanya mengeluh sesak saat

    beraktifitas dan sekali-kali timbul nocturnal dyspnea artificial, mudah capek, dan sensasi tidak

    nyaman dari detak jantung yang kuat terkait dengan tekanan denyut jantung yang tinggi. Nyeri

    dada sering kali juga dirasakan, dan ini merupakan tanda dari tahap akhir regugirtasi aorta

    (Isyana, 2011),(Saharman, 2010).

    Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan pulsasi perifer didapatkan: peningkatan mendadak tekanan arteri

    selama sistol yang diikuti penurunan cepat tekanan arteri selama diastole. Suara korotkof bisa

    mencapai 0 mmHg. Selain itu gallop dan bising artifisial bisa timbul akibat besarnya curah

    sekuncup dan regugirtasi darah dari aorta ke ventrikel kiri. Kadang juga ditemukan bising

    sistolik dan thrill akibat curah sekuncup meningkat. Tabrakan antara regugirtasi aorta yang besar

    dan aliran darah dari katup mitral menyebabkan bising mid/late diastolic atau yang dikenal

    sebagai bising Austin Flint (Isyana, 2011),(Saharman, 2010).

    Pada palpasi: pada regugirtasi aorta berat, apex cordis dapat bergeser ke lateral karena

    pembesaran ventrikel kiri. Ictus kordis dapat terlihat dan hiperdinamik (Isyana, 2011).

    Pemeriksaan Penunjang

    Pada pemeriksaan EKG ditemukan hipertrofi ventrikel kiri dengan strain diikuti dengan

    pemeriksaan foto thoraks yang menunjukkan gambaran pembesaran ventrikel kiri, elongasi aorta,

    dan pembesaran atrium kiri. Sedangkan pada pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan adanya

    volume berlebih pada ventrikel kiri dengan dimensi ventrikel kiri yang sangat melebar dan

    gerakan septum dan dinding posterior ventrikel kiri yang hiperkinetik. Kadang dapat terjadi

    getaran halus atau fluttering pada daun katup mitral anterior atau septum interventrikular

    (Saharman, 2010).

  • 19

    Diagnosis Banding

    Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Stanley S, 2013, beberapa diagnosis banding untuk

    regugirtasi aorta berdasarkan keluhan yang tampak ialah (Medscape, 2013):

    a. Sindrom coroner akut

    b. Trauma abdomen tumpul

    c. Gagal jantung

    d. Infeksi endocarditis

    e. Stenosis mitral

    f. Infark miokard

    g. Regugirtasi pulmonal

    h. Stenosis tricuspid

    Penatalaksanaan

  • 20

    Gambar 7. Alur manajemen pasien dengan regugirtasi aorta (Yasmin et al, 2012)

    Secara umum pengobatan regugirtasi aorta terbagi menjadi 2 yaitu medikamentosa dan

    pembedahan. Pengobatan regugirtasi aorta dengan medikamentosa didasari pada penyakit yang

    mendasarinya. Pada regugirtasi aorta yang berat dapat diberikan golongan digitalis, dan pada

    penyakit jantung reumatik dapat diterapi dengan antibiotic. Sedangkan untuk pengobatan

    pembedahan hanya diindikasikan pada pasien asimtomatik dengan regugirtasi aorta berat hingga

    menimbulkan keluhan sesak. Selain itu terapi pembedahan diindikasikan pada pembesaran

    ventrikel kiri yang progresif dengan dimensi diastolic akhir lebih dari 70 mm, dimensi sistolik 50

    mm dan ejeksi fraksi 50% (Isyana, 2011),(Saharman, 2010).

    Komplikasi dan Prognosis

    Prognosis pasien dengan regugirtasi aorta berat tegantung dari derajat keparahan

    disfungsi ventrikel kiri dan gejala yang tampak. Pada simptomatik regugirtasi aorta prognosisnya

    kurang dari 6%/tahun, asimptomatik regugirtasi aorta 3.5%/tahun, dan mati mendadak sekitar

    0,2%/tahunnya. Sedangkan komplikasi yang muncul dapat berupa gagal jantung kongestif,

    iskemia miokardial, aritmia, dan mati mendadak (Medscape, 2013).

  • 21

    B. Katup Mitral

    B.1 Stenosis mitral

    Pendahuluan

    Stenosis mitral merupakan penyakit kelainan katup jantung yang jarang ditemukan dalam

    praktek sehari-hari. Penyebab paling banyak yaitu oleh karena demam rematik. Kelainan ini juga

    dapat disebabkan oleh kelainan kongenital, kalsifikasi katup, dan endokarditis dengan vegetasi

    yang cukup besar .

    Definisi

    Merupakan suatu keadaan terjadinya gangguan dari atrium kiri melaluikatup mitral oleh

    karena obstruksi pada level katup mitral. Kelainanan ini menyebabkan gangguan pengisian

    ventrikel pada saat diastol.

    Diagnosis

    Anamnesis

    Kebanyakan pasien dengan stenosis mitral bebas keluhan dan biasaanya saat muncul,

    keluhan umumnya berupa sesak naoas dan juga fatigue. Pada stenosis mitral yang bermakna

    keluhan yang muncul dapat berupa sesak saat aktifitas sehari-hari, paroksisimal nokturnal

    dispneu, orthopneu,suara serak, dan edema paru (Sudoyo 2006). Faktor pencetus keluhan

    tersebut yaitu latihan, stres emosi, kehamilan, infeksi, atau atriall fibrilasi dengan respon

    ventrikel yang cepat dapat memperburuk gejala (Budhi 2011).

    Pemeriksaan fisik

    Dari inspeksi didapatkan malar facial flush/mitral facies atau gambaran warna merah

    meuda keunguan pada pipi yang disebabkan ioleh cardic output (CO) yang rendah terutama pada

    stenosis mitral yang berat.

    Pasien dengan stenosis mitral sering kali dapat ditemukan adanya pulsasi ireguler pada

    pemeriksaan pulsasi perifer, hal ini terjadi karena adanya atrial fibrilasi dan tanda gagal jantung.

    Pada pemeriksaan apeks kordis sering kali tidak teraba biasanya disebabkan oleh pengisian cepat

    disatolik terutama pada stenosi yang berat.

    Pemeriksaan auskultasi didapatkan S1 yang mengeras jika katup masih fleksibel, opening

    snap dan mid-diastolik nada rendah, pada posisi left lateral decubtus (Budhi 2011).

  • 22

    Pemeriksaan menunjang

    Ekg

    Stenosis mitral sedang dan berat dapat ditemukan gelombang P mitral, atrial fibrilasi,

    dana dapat ditemukan adanya pembesaran ventrikel.

    Radiologi

    Pada foto thoraks dapat ditemukan adanya pembesaran atrium kiri, pembesaran ventrikel

    kanan/atrium kanan dan atau dilatasi arteri-arteri pulmonalis, kalsifikasi katup mitral atau

    annulus.

    Echocardiografi

    Pemeriksaan dengan ekokardiografi merupakan pemeriksaan yang paling spesifik dan

    sensitif untuk melakukan diagnosis. Penentuan derajat berat ringnnya stenosis mitral dapat

    ditentukan dengan menentukan gradien transmitral, area katup mitral serta besarnya tekanan

    pulmonal.

    Penatalaksanaan

    Terapi medikamentosa dapat diberikan obat-obatan seperti diuretik, penyekat beta,

    penyekat kanal kalsium untuk pengaturan frekuansi jantung. Sedangkan terapi pembedahan

    dapat dilakukan tindakan balloon mitral valvulotomy mitral valve commissurotomy atau mitral

    valve replacement (Budhi,2011).

    Komplikasi prognosis

    Saat keluhan muncul pada pasien dengan stenosis mitral, oenyakit tersebut sudah ada 10

    tahun sebelumnya dan diperkiran angka survival dalam 10 tahun hanya 15%.

  • 23

    B.2 Regurgitasi mitral

    Pendahuluan

    Definisi

    Regurgitasi mitral merupakan suatu keadaan dimana terdapat aliran darah balik dari

    ventrikel kiri kedalam atrium kiri saat sistol oleh karena tidak menutupnya katup mitral secara

    sempurna. Kelainan yang dapat terjadi berupa kalsifikasi annulus, degenerasi miksomatus,

    penyakut rematik, ekdokarditis, kardiomiopati, dilatasi kavitas ventrikel kiri.

    Diagnosis

    Anamnesis

    Pada regurgitasi mitral dengan onset akut, kleuhan yang timbul berupa edema pulmo dan

    gagal jantung, sehingga pada serangan akut ini diperlukan penanganan yang segera. Hal ini bisa

    disebabkan oleh adanya kerusakan yang disebbkan oleh infeksi endokarditis.

    Pada onset yang kronis, pasien jarang menunjukkan gejala atau asimtomatis sampai

    bertahun-tahun. Gejala utama yang muncul pada regurgitasi mitral kronis yaitu menurunnya

    kardiak output seperti keluhan kelelahan dan mudah capai. Selain itu, dilatasi kronis pada atrium

    dapat pula menjadi predisposisi atrial fibrilasi (Budhi, 2011).

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan pulsasi perifer didapatkan pulsasi arteri karotis teraba kuat, volum pengisian

    normal atau berkurang jika ada gagal jantung.

    Palpasi jantung pada MR akut didapatkan impul apikal tidak bergeser, sedangkan pada

    MR kronis impuls apikal bergeser ke arah lateral karena pembesaran ventrikel kiri.

    Pada auskultasi didapatkan denyut jantung sangat takikardia, dan early systolic murmurs

    pada onset akut, sedangkan pada MR kronis sedikit takikardia, bisa ireguler jika terdapat atrial

    fibrilasi, S1 melemah, dapat terdengar S3, bising holosistolik.

    Pemeriksaan menunjang

    EKG

    Didapatkan gambaran hipertrofi ventrikel kiri pada MR kronis

  • 24

    Radiologis

    Foto thoraks pada MR akut didapatkan gambaran jantung normal dan adanya edema

    pulmo. Sedangakan pada MR kronis didapatkan kardiomegali, dan atau sedikit kongesti pulmo.

    Echocardiografi

    Dapat digunakan untuk menentukan gambaran katup mitral secara jelas untuk menetukan

    derajat atau beratnya MR. Serta untuk mengevaluasi fungsi atrium kiri dan ventrikel kiri.

    Penatalaksanaan

    Tindakan operasi berupa mitral valve repair maupun mitral valve replacement, dan

    tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum terjadi perburukan. Terpai medikamentosa dapat

    diberikan untuk mengurangi sesak napas atay gejala lainnya yang mungkin terjadi. Pada MR

    dengan resiko tinggi endokarditis diberikan terapi antibiotikprofilaksif sebelum dilakukan

    prosedur tindakan medis tertentu.

    Komplikasi prognosis

    Dapat menyebabkan gagal jantung kongestif, aritmia, dan kenatian mendadak

  • 25

    Daftar Pustaka

    Jonathan et al. 2011. Aortic valve disease and treatment: The need for naturally engineered

    solutions. Advanced Drug Delivery Reviews. Vol. xxx, No. xxx:1-9. Elsevier Saunders: USA.

    Yasmin et al. 2012. Clinician Update: Acute Aortic Regurgitation. Journal of American Heart

    Association. Vol. 126:1121-24. AHA: USA.

    Theresa C & Judith P. 2013.Aortic Stenosis: Pathophysiology, Diagnosis, and Medical

    Management of Non Surgical Patients. Critical Care Nurse, Vol. 33 (2):58-62. American

    Association of Critical Nurse: USA.

    Bernard et al. 2003. A prospective survey of patients with valvular heart disease in Europe: The

    Euro Heart Survey on Valvular Heart Disease. European Heart Journal, Vol. 24: 1231-1240.

    European Society of Cardiology, Elsevier: Paris.

    Isyana. 2011. Penyakit Katup Jantung. Buku Saku Jantung Dasar. Pp. 44-55. Ghalia Indonesia:

    Jakarta.

    Medscape. 2013. Valvular Heart Disease. Medscape journal collection. (Available on

    http://www.medscape.com access on 26th

    August 2014).

    Aru et al. 2010. BAB Kardioogi: Kelainan Katup Jantung. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed.

    5, Jilid II. Interna Publishing PAPDI: Jakarta.