tutorial yg fix

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga (Masjoer, A, 2005). Fraktu adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks; biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi (A,Graham,A & Louis, S, 2005). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiridan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur Tutorial Sistem Muskuloskeletal 1

Upload: bayykum

Post on 12-Apr-2016

75 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jhdfbkqufgbjhdf

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan

penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut

osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan

karena kecelakaan yang tidak terduga (Masjoer, A, 2005).

Fraktu adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi

mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;

biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya

masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau

salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau

compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi

(A,Graham,A & Louis, S, 2005).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiridan

jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu

lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L. Wilson, 2005)

Penyebab dari fraktur femur terbagi menjadi dua bagian yaitu fraktur

fisiologis dan patologis. Fraktur fisiologis ini terjadi akibat kecelakaan, olahraga,

benturan benda dan trauma. Sedangkan fraktur patologis terjadi pada daerah

tulang yang lemah oleh karena tumor, osteoporosis, osteomielitis,osteomalasia

dan rakhitis. (Rasjad,C, 2007).

1.2.Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari fraktur terbuka ?

b. Apa saja klasifikasi dari fraktur terbuka ?

c. Bagaimana patofisiologi fraktur terbuka ?

d. Bagaimana penanganan fraktur terbuka ?

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 1

e. Apa saja komplikasi dari fraktur terbuka ?

f. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fraktur terbuka

b. Untuk mengetahui klasifikasi dari fraktur terbuka

c. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur terbuka

d. Untuk mengetahui komplikasi dari fraktur terbuka

e. Untuk mengetahui penanganan dari fraktur terbuka

f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan

bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system

musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot,

tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan

struktur-struktur ini.

A. Tulang

1. Bagian-bagian utama tulang rangka

Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah

jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung

bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang

keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang

membuatnya kuat dan elastis.

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :

Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh

Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja

otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system

pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.

Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain

Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam

sumsum merah tulang tertentu.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 3

2. Struktur tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :

Tulang panjang ditemukan di ekstremitas

Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan

Tulang pipih pada tengkorak dan iga

Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang

wajah, dan rahang.

lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,

sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian

tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyseyang berbatasan

dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh

memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal

sebagai diaphysisyang berbentuk silindris.

Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu

jaringan (network) saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-

pembuluh darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang,

lacuna, dan ruang-ruang kecil dimanaosteosit berada. Jaringan lunak di

dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang merah dan kuning.

Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis, sementara sumsum

kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke aliran

darah.Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast (sel

pembentuk tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan

terdalam dari periosteum.Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri

atas banyak pembuluh darah. Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya

akan vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap

tulang memiliki arteri penyuplai darah yang membawa nutrient masuk didekat

pertengahan tulang, kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 4

pembuluh-pembuluh darah mikroskopis. Pembuluh darah ini

mensuplaicortex, marrow, dan system haverst. Persarafan, serabut syaraf

sympathetic dan afferent (sensori) mempersyarafi tulang. Dilatasi kapiler darah

dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf afferent

mentransmisikan rangsangan nyeri.

3. Perkembangan dan pertumbuhan tulang

Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :

Tulang didahului oleh model kartilago.

Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus.

Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati

dan meninggalkan ruang-ruang.

Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel

pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel

pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur

dalam bentuk kartilago.

Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada

epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.

Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago

yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel

kartilago memisah secara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan

kartilago sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian

sel-sel mati. Kemudian semua runag mebesar untuk membentuk lorong-

lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang

ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.

Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis

berfusi dengan korpus.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 5

Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan

hormone sebagai berikut :

Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan

90% posfor. Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam

hubungan terbalik. Sebagai contoh, apabila kadar kalsium tubuh

meningkat maka kadar posfor akan berkurang. Calcitonin,

diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi dalam menurunkan

kadar kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.

Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan

osteomalacia pada usia dewasa.

Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum

menurun, sekresi hormone paratiroid akan meningkat dan

menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoplastic dan

menyalurkan kalsium kedalam darah. Growth hormone (hormone

pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan panjang

tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada

masa sebelum pubertas.

Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme

protein.

Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan

menghambat peran hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen

menurun seperti pada saat menopause, wanita sangat rentan

terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi langsung

terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti

testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa

tulang.

B. Sendi

Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.

Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi,

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 6

pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai

dengan strukturnya.

a. Sendi fibrosa (sinartrodial)

Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan

oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura

tulang tengkorak.

b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)

Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh

jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus

vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit

bebas.

c. Sendi synovial (diartrodial)

Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya

memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,

dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi

sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran

sinovial tipis. Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk

melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak

berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi

normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini

normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear.

Cairan synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.

Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras

dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 7

terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang

sendi (mis., lutut, rahang)

Jenis sendi synovial :

a)      Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan

gerakan bebas penuh.

b)      Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan

contohnya adalah siku dan lutut.

c)      Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak

lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.

d)      Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan

rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.

e)      Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan

contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.

C. Otot

a. pengertian otot ( musculus)

Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan

tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel

terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini

merupakan benang – benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot

mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot

akan memendekkan dirinya kearah tertentu (berkontraksi).

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 8

b. Ciri-ciri Otot

1. Kontraktilitas

Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga

tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi

pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan

pemendekan yang terbatas.

2. Eksitabilitas

Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.

3. Ekstensibilitas

Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot

saat relaks.

4. Elastilitas

Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau

meregang.

Otot Dan Kerja Otot

Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi

utamanya adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan

memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot

memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 9

Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian

terbesarnya mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan

langsung dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot

dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau

bahkan seperti lembaran (mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang

bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah

control system saraf.

Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot

bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya

tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot

dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui

sebagai insersio dari otot.

Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat

ia memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan

telapak tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas

adalah otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang

berlawanan dengan otot bisep.

Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :

a)      Bisep kontraksi ini adalah penggerak utama

b)      Trisep rileks secara refleks ini adalah antagonis

c)      Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling

d)      Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 10

 Struktur Otot Rangka

Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris

tidak bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak

suplai darah dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai

penampilan lurik. Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang

dibungkus dengan rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak

mitokondria. Warna merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu

protein seperti hemoglobin dalam sarkoplasma. Setiap miofibril mempunyai lurik

(striasi) terang dan gelap secara bergantian, disebut pita I dan A secara berurutan.

Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu mengandung proteinaktin, dan lainnya

mengandung protein myosin.

Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama

lain, seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel

otot saling mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari

panjangnya saat kontraksi. Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah

tarikan, baik tanpa tendon (otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon

pada ujungnya (otot fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang

gerak yang besar tetapi relative lemah.

Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai

rentang gerak lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut

terhadap arah tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon

pengimbang.

  Histology  Otot

Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri

fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 11

Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)

Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm

dengan inti terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak

mempunyai corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel

otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik

fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak.

Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)

Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100

µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak

dipinggir, dibawah sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot.

Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan

ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan ikat

disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang

disebut epimycium (fascia). Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan

dapata dikendalikan. Otot lurik terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian

atas dinding oesophagus.

Otot Jantung

Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat

otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang,

saling berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang

dan terletajk di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.

Persarafan Otot Rangka

Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :

1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor

regangan khusus, gelondong otot

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 12

2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot

Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior

substansia grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama

atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua

korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla

spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,

pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan

simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate. Asetilkolin bekerja untuk

memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik

untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot

berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang

terstimulasi. Bila impuls berhenti maka otot rileks.

D. Tendon

Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke

tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang.

serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.

E. Ligament

Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang,

biasanya di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.

F. Bursae

Adalah  kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran sinovial

dan mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-

bagian yang bergerak seperti pada olekranon bursae terletak antara prosesus

olekranon dan kuli

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 13

2.2. Pengertian Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur

dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari

dalam hingga kepermukaan kulit atau kulit dipermukaan yang mengalami

penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam ( Salter ,1994). Fraktur

terbuka sering tmbul komplikasi berupa infeksi. Infeksi bisa berasal dari flora

normal di kulit ataupun bakteri pahthogen khususnya bakteri gram (-). Golongan

flora normal kulit, seperti Staphylococus, Propionibacterium acne , Micrococus

dan dapat juga Corynebacterium (Gustilo ,1993 ). Selain dari flora normal kulit ,

hasil juga menunjukan gambaran bakteri yang bersifat pathogen, tergantung dari

paparan (kontaminasi ) lingkungan pada saat terjadinya fraktur. Seperti cedera

pada lingkungan perkebuna , sering terjadi, bakteri golongan Clostridium

perfringens. Tapi berbeda lagi Jika terpapar lingkungan berair akan dijumpai

bakteri golongan Pseudomonas.Infeksi nosokomial juga sering sebagai penyebab

infeksi luka pada fraktur terbuka. Kuman yang paling sering dijumpai

Staphylococus aureus ( Gustilo , 1993 ).

2.3. Klasifikasi

Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga kelompok :

1. Grade I :

Fraktur terbuka dengan luka kulit kurang dari 1 cm dan bersih .Kerusakan

jaringan minimal, frakturnya simple atau oblique dan sedikit kominutif .

2. Grade II :

Fraktur terbuka dengan luka robek lebih dari 1 cm, tanpa ada kerusakan jaringan

lunak, flap kontusio avulsi yang luas serta fraktur kominutif sedang dan

kontaminasi sedang .

3. Grade III :

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 14

Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan lunak yang luas atau amputasi

traumatic,derajad kontaminasi yang berat dan trauma dengan kecepatan tinggi .

Fraktur grade III dibagi menjadi tiga yaitu :

grade IIIa : Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan tulang

dengan jaringan lunak cukup adekuat.

grade IIIb : Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang

cukup luas, terkelupasnya daerah periosteum dan tulang tampak terbuka ,

serta adanya kontaminasi yang cukup berat.

grade IIIc : Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.

2.4. Patofisiologi

Secara klinis, fraktur femur terbuka serinh menyebabkan kerusakan

neurovaskuler yang menimbulkan manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok

hipovolemik karena kehilngan darah ( pada siap patah satu tulang femur,

diperdiksi hilangnya darah 500 cc dari sistem vaskuler ) maupun syok neorogenik

karna nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan

dibawah tulang femur.

Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sidrom kompartemen.

Sindrom konpartemen adalah suatu keadaan otot, pembuluh darah, jaringan  saraf

akibat pembengkakan lokal yang melebihi kemampuan suatu kopar temen / ruang

lokal dengan manisfestasi gejala yang has, meliputi keluhan nyeri hebat pada area

pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara unilateral pada sisi distal

pembengkakan, CRT ( capillary refill time ) lebih dari 3 detik pada sisi distal

pembengkakan, penuruna denyut nadi pada sisi distal pembengkakan. Konplikasi

yang terjadi akibat situasi ini adalah kematian jaringan bagian distal dan

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 15

memberikan implikasi pada peran perawat dalam kontrol yang optimal terhadap

pembengkakan yang hebat ada klien fraktur femur.

Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan mebilitas fisik dan diikuti

dengan spasme otot paha yang menimbulkan defomitas khas pada paha, yaitu

pemendekan tungkai bawah. Apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan

intervensi yang optimal, akan menimbulkan resiko terjadinya malunion pada

tulang femor.

Kondisi klinis fraktur femur terbuka pada fase awal menyababkan berbagai

masalah keperawatan pada klien, meliputi respon nyeri hebat akibat kerusakan

veskuler dengan pembengkakan lokal yang menyebabkan sindrom kopartemen

yang sering terjadi pada fraktur suprakondilus, kondisi syok hopovolemik

sekunder akibat cereda vaskuler dengan pendarahan yang hebat, hambatan

mobilitas fisik sekunder akibat kerusakan fragmen tulang, dan resiko tinggi

infeksi sekunder akibat port de entree luka terbuka. Pada fase lanjut, fraktur femur

terbuka menyebabkan kondisi malunion, non-union, dan delayed union akibat

cara mobilisasi yang salah. Intervensi medis dengan penatalaksanaan pemasangan

fiksasi interna dan fikasi eksterna memberikan implikasi pada masalah resiko

tinggi infeksi.

2.5. Penanganan fraktur terbuka

Prinsip penanganan fraktur terbuka

1. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi .

2. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa .

3. Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat .

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 16

4. Lakukan debridement dan irigasi luka .

5. Lakukan stabilisaasi fraktur .

6. Lakukan rehabilitasi ektremitas yang , mengalami fraktur . (Gustilo ,1993 )

2.6. Antibiotika

Pemberian antibiotika adalah efektif mencegah terjadinya infeksi pada fraktur

terbuka .Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar. Untuk

fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan cephalosporin,dan

dikombinasi dengan golongan aminoglikosida.

2.7. Komplikasi Fraktur Terbuka

1. perdarahan, syok septik sampai kematian

2. septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik

3. tetanus

4. gangrene

5. perdarahan sekunder

6. osteomielitis kronik

7. delayed union

8. non union dan malunion

9. kekakuan sendi

10. komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama (chairuddin

rasjad,2008).

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 17

BAB III

TUTORIAL

Ny Z berusia 47 tahun , sudah 10 tahun bekerja sebagai pemulung yang setiap

harinya harus berkelililing mengumpulkan barang bekas . 1 tahun yang lalu Ny Z

mengalami fraktur terbuka pada osce femur karena kecelakaan. Sampai sekarang

Ny Z masih beraktifitas sebagai pemulung. Ny Z sering merasakan flaccid pada

daerah ekstrimitas bagian bawah khususnya pada musculus femoris. Nyeri skala 7

kadang dirasakan dan inflamasi pun mulai tampak persendian. Keluarga Ny Z

mengatakan sangat ingin sholat, tapi terhalang karena fraktur yang ada.

3.1. Identify the problem

No Data DS DO

1. 1 tahun yang lalu Ny Z mengalami fraktur

terbuka pada osce femur karena kecelakaan

2. Ny Z sering meerasakan flaccid pada daerah

ekstrimitas bagian bawah khususnya pada

musculus femoris

3. Nyeri skala 7

4. inflamasi pun mulai tampak persendian

5. Ny Z mengatakan sangat ingin sholat, tapi

terhalang karena fraktur yang ada.

3.2. Hipotesis

Masalah keperawatan yang muncul :

Nyeri

Hambatan Mobilitas Fisik

Gangguan Citra Tubuh

Defisiensi Pengetahuan

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 18

Data Mayor dan Minor

No Data Data

Mayor

Data Minor

1. 1 tahun yang lalu Ny Z mengalami fraktur

terbuka pada osce femur karena kecelakaan

2. Ny Z sering merasakan flaccid pada daerah

ekstrimitas bagian bawah khususnya pada

musculus femoris

3 Nyeri skala 7

4. inflamasi pun mulai tampak persendian

5. Ny Z mengatakan sangat ingin sholat, tapi

terhalang karena fraktur yang ada.

Prioritas Masalah Keperawatan

Nyeri

Hambatan Mobilitas Fisik

Gangguan Citra Tubuh

Defisiensi pengetahuan

3.3. Mecanism (Pathway)

Fraktur terbuka

Infasi (masuknya) mikroorganisme/bakteri melalui sirkulasi darah

Leukosit memfagositosis bakteri

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 19

Gangguan Citra Tubuh

Proses inflamasi

Mengeluarkan sitokinin

Merusak jaringan otot peningkatan tekanan jaringan tulang

Penurunan tonus otot

Kelemahan fisik

Kurangnya penanganan medis penumpukan organisme

3.4. More Info

- Tanda – tanda vital

- Respon pasien (wajah tampak meringis)

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 20

Nyeri

Hambatan Mobilitas Fisik

Defisiensi Pengetahuan

3.5. Don’t Know

1. Mengapa pada klien terjadi flaccid pada daerah ekskremitas bawah?

2. Kenapa terjadinya nyeri, apa penyebab nyeri pada kasus tersebut?

3. Apa yang menyebabkan inflamasi pada persendian?

4. Pada kasus tersebut Ny. Z mengalami kejadian 1 tahun lalu, tetapi kenapa

nyeri masih kadang-kadang dirasakan?

5. Bagaimana cara mengatasi nyeri?

6. Bagaimana cara penanganan pada pasien fraktur terbuka?

Jawaban :

1. Inflamasi akan mengeluarkan proinflamasi berupa sitokinin, sitokinin

merupakan benda asing pada tubuh kita. Secara otomatis sistem imun kita

pasti akan melawan benda asing pada tubuh kita. Leukosit akan

menyerang sitokinin sehingga akan terjadi kerusakan jaringan pada otot

yang menyebabkan tonus otot menurun. Hal itulah yang menyebabkan

flaccid.

2. Akibat reaksi autoimun antara sitokinin dan leukosit yang menyebakan

kematian jaringan/kerusakan disekitar daerah reaksi sehingga

menyebabkan nyeri.

3. Akibat fraktur terbuka menyebabkan bakteri masuk ke pembuluh darah

sehingga menyebabkan reaksi autoimun. Leukosit akan memfagositosis

bakteri, maka akan terjadi proses inflamasi di persendian.

4. Akibat penanganan yang kurang tepat atau tanpa pengobatan sama sekali

menyebabkan penumpukan organisme. Sehingga leukosit tidak mampu

memfagositosis organisme yang begitu banyak. Hal inilah yang

menyebabkan sampai sekarang masih terasa nyeri. Selain itu juga nyeri

masih dirasakan karena immobilitas yang tidak dilakukan Ny. Z dan masih

terus melakukan aktifitas fisik.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 21

5. Cara mengatasi nyeri yaitu dengan dilakukannya mangement nyeri seperti

distraksi atau pengalihan yang merupakan pengalihan terhadap rasa nyeri

tersebut, lalu teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh

berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi

penyakitnya.

6. Cara penanganannya adalah :

obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan.

berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan

setelah operasi.

stabilisasi fraktur.

rehabilitasi anggota gerak yang terkena

3.6. Learning Issue

1. Mengapa pada klien terjadi flaccid pada daerah ekskremitas bawah?

2. Kenapa terjadinya nyeri, apa penyebab nyeri pada kasus tersebut?

3. Apa yang menyebabkan inflamasi pada persendian?

4. Pada kasus tersebut Ny. Z mengalami kejadian 1 tahun lalu, tetapi kenapa

nyeri masih kadang-kadang dirasakan?

5. Bagaimana cara mengatasi nyeri?

6. Bagaimana cara penanganan pada pasien fraktur terbuka?

Jawaban :

1. Terjadinya fraktur, periosteum tulang terkelupas dari tulang dan terobek

terus kesisi berlawanan dari sisi yang mendapat truma, akibatnya darah

keluar melalui celah- celah periosteum dan ke otot disekitarnya dan

disertai dengan edema, selain keluar melalui celah periosteum yang rusak,

darah juga keluar akibat terputusnya pembuluh darah didaerah terjadinya

fraktur.Akibatnya akan terjadi kerusakan serabut saraf pada otot yang

menyebabkan tonus otot menurun atau hilang sehingga kekuatan otot

menurun (paresis) atau tidak ada kekuatan otot (paralysis). Hal inilah yang

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 22

menyebabkan terjadinya flaccid. (Sumber : Guyton & Hall .1997. Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC)

2. Akibat terjadinya fraktur akan terjadi pendarahan. Perdarahan terjadi

karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula

tulang. Periosteum akan terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan

hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam

jaringan lunak. Akibat adanya tekanan yang hematoma akan menimbulkan

respon nyeri. (Sumber : Crowin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku

Patofisiologi. Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta)

3. Apabila terjadi fraktur, maka pembuluh darah kecil yang melewati

kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah

fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur.

Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong

dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga

dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak. Tahap inflamasi

berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya

pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera

dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang

mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera

kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan

membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan

nyeri. (Sumber : Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC)

4. Akibat penanganan fraktur terbuka yang kurang tepat atau tanpa

pengobatan sama sekali menyebabkan penumpukan organisme. Bakteri

mencapai daerah metafisis tulang melalui darah, menyebabkan

terbentuknya hematoma diduga berperan dalam menentukan timbulnya

infeksi didaerah metafisis yang kaya akan pembuluh darah. Hematoma

tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang

mencapai tulang melalui aliran darah. Di daerah hematoma tersebut

terbentuk suatu fokus kecil infeksi bakteri sehingga terjadi hyperemia dan

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 23

edema. Tulang merupakan jaringan yang kaku dan tertutup sehingga tidak

dapat menyesuaikan diri dengan pembengkakan yang terjadi akibat edema

dan oleh karena itu, edema akibat peradangan tersebut menyebabkan

kenaikan tekanan intraseus secara nyata dan menimbulkan rasa nyeri yang

hebat . (Sumber : Guyton & Hall .1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Jakarta : EGC)

5. Cara mengatasi nyeri yaitu dengan dilakukannya mangement nyeri seperti

distraksi atau pengalihan yang merupakan pengalihan terhadap rasa nyeri

tersebut, lalu teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh

berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi

penyakitnya. Selain itu , kolaborasi dengan pemberian analgesik.

(Sumber : Guyton & Hall .1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :

EGC)

6. Prinsip penanganan fraktur terbuka

Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi .

Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam

jiwa .

Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat .

Lakukan debridement dan irigasi luka .

Lakukan stabilisaasi fraktur .

Lakukan rehabilitasi ektremitas yang , mengalami fraktur .(Gustilo ,1993 )

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 24

3.7. Problem solving

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 25

Infasi mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalui sirkulasi

darah

Fraktur terbuka

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang

Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de entree

Infasi kuman ke tulang dan sendi

fagositosis

Proses inflamasi: hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan

Keterbatasan pergerakanPenurunan

kemampuan pergerakan

Hambatan mobilitas fisik

Peningkatan tekanan jaringan

tulang dan medula

Iskemia dan nekrosis tulang

Pembentukan abses tulang

Komplikasi infeksi

Kurang terpajan

pengetahuan dan informasi

Defisiensi pengetahua

n dan informasi

NyeriInvoluctum (pertumbuhan tulang baru)

pengeluaran pus dari luka

Deformitas, bau dari

adanya luka

Kerusakan integritas kulit

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan penurunan kemampuan

pergerakan.

3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di

tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan

informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.

Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi

Kriteria hasil :

- Mampu

mengontrol

Mandiri

a. Kaji skala nyeri

b. Atur posisi imobilisasi pada

daerah nyeri sendi atau nyeri

di tulang yang mengalami

infeksi.

c. Bantu klien dalam

mengidentifikasi factor

pencetus.

d. Jelaskan dan bantu klien

terkait dengan tindakan

peredaran nyeri non

farmakologi dan noninvasi.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 26

Gangguan Citra Tubuh

(Sumber : Arif mutaqqin, 2008)

nyeri (tahu

penyebab nyeri,

mampu

menggunakan

teknik

nonfarmakologi

untuk

mengurangi

nyeri)

- Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang

dengan

menggunakan

manajemen

nyeri

- Mampu

mengenali nyeri

(skala,

intensitas,

frekuensi dan

tanda nyeri)

- Menyatakan

rasa nyaman

setelah nyeri

berkurang

- Tanda – tanda

vital dalam

rentang normal

e. Ajarkan relaksasi: teknik

mengurangi ketegangan otot

rangka yang dapat

mengurangi intensitas nyeri

dan meningkatkan relaksasi

masase.

f. Ajarkan metode distraksi

selama nyeri akut.

g. Beri kesempatan waktu

istirahat bila terasa nyeri dan

beri posisi yang nyaman

(misal: ketika tidur,

punggung klien diberi bantal

kecil).

h. Tingkatkan pengetahuan

tentang penyebab nyeri dan

hubungan dengan beberapa

lama nyeri akan berlangsung.

i. Kolaborasi

Pemberian analgesik

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 27

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan penurunan

kemampuan

pergerakan.

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

3 x 24 jam,

diharapkan mobilitas

fisik yaitu klien

mampu beradaptasi

dan mempertahankan

mobilitas

fungsionalnya

Kriteria Hasil:

Ny. Z mampu:

Meningkatkan

atau

mempertahankan

mobilitas,

mempertahankan

posisi fungsional,

meningkatkan

kekuatan atau

fungsi yang sakit

mengkompensasi

kan bagian tubuh.

a. Kaji derajat imobilitas yang

dihasilkan oleh

cedera/pengobatan dan

perhatikan persepsi pasien

terhadap imobilisasi

b. Dorong partisipasi pada

aktivitas terapeutik/rekreasi.

c. Instruksikan pasien

untuk/bantu dalam rentang

gerak pasien

d. Dorong penggunaan latihan

isometrik mulai dengan

tungkai yang tak sakit.

e. Bantu/dorong perawatan

diri/kebersihan (contoh:

mandi, mencukur.

f. Berikan/bantu dalam

movilizáis dengan cursi roda,

kruk, tongkat, sesegera

mungkin. Instruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat mobilitas.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 28

g. Awasi TD dengan melakukan

aktivitas. Perhatikan keluhan

pusing.

h. Kolaborasi:

Konsul dengan ahli terapi

fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi

spesialis.

3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses

supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi

inflamasi tulang.

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Kerusakan integritas

jaringan yang

berhubungan dengan

proses supurasi di

tulang, luka fraktur

terbuka, sekunder

akibat infeksi

inflamasi tulang.

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

3 x 24 jam,

diharapkan tidak

terjadi kerusakan

integritas jaringan

Kriteria Hasil :

Perfusi

jaringan

normal

Tidak ada

tanda-tanda

infeksi

Ketebalan dan

tekstur

a. Jaga kulit agar tetap

bersih dan kering

b. Monitor kulit akan

adanya kemerahan

c. Monitor aktivitas dan

mobilisasi pasien

d. Monitor status nutrisi

pasien

e. Observasi luka fraktur

terbuka

f. Ajarkan keluarga

tentang luka dan

perawatan luka

g. Lakukan teknik

perawatan luka dengan

steril

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 29

jaringan

normal

h. Berikan posisi yang

mengurangi tekanan

pada luka

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Gangguan citra

tubuh

berhubungan

dengan deformitas

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3 x 24 jam,

diharapkan tidak terjadi

gangguan citra tubuh

Kriteria Hasil :

Body image positif

Mampu

mengidentifikasi

kekuatan personal

Mendiskripsikan

secara factual

perubahan fungsi

tubuh

Mempertahankan

interaksi sosial

- Kaji secara verbal

dan non verbal

respon klien terhadap

tubuhnya

- Monitor frekuensi

mengkritik dirinya

- Jelaskan tentang

pengobatan,

perawatan, kemajuan

dan prognosis

penyakit

- Dorong pasien

mengungkapkan

perasaannya

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan

keterbatasan informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi

DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

Defisit pengetahuan

tentang pengobatan

berhubungan dengan

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan

a. kaji ulang patologi, prognosis

dan harapan yang akan datang

b. Memberikan dukung an cara-

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 30

keterbatasan

informasi,

interpretasi yang

salah terhadap

informasi.

keperawatan 3 x 24

jam, pasien

menyatakan

pemahaman kondisi,

prognosis, dan

pengobatan.

Kriteria Hasil :

Pasien mampu:

melakukan

prosedur yang

diperlukan dan

menjelaskan

alasan dari suatu

tindakan

memulai

perubahan gaya

hidup yang

diperlukan

ikut serta dalam

regimen

perawatan

cara mobilisasi dan ambulasi

sebagaimana yang dianjurkan

oleh bagi- an fisioterapi.

c. Memilah-milah aktif- itas

yang bisa mandiri dan yang

harus dibantu.

d. identifikasi tersedianya

sumber pelayanan di

masyarakat , contoh tim

rehabilitasi, pelayanan

perawatan dirumah

e. Ajarkan cara teknik balutan

secara steril dan dan teknik

kompres hangat.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 31

BAB IV

LAMPIRAN

Keterkaitan Kasus dengan AIK

Sebagaimana diketahui bahwa shalat adalah kewajiban islamiyah yang tidak dapat

ditambahkan atau dikurangi selama manusia mampu melaksanakan ibadah shalat

yang ditetapkan oleh agama. Maka orang muslim yang sehat dan mukim

mengerjakan shalat sebagaimana telah terinci, dan jika dalam keadaan perjalanan

maka shalat rubaiyah atau shalat yang berjumlah empat rakaat disingkat menjadi 2

rakaat oleh musafir, karena jika dalam perjalanan dikatakan terpotong oleh adzab.

Jika orang muslim dalam dalam keadaan sakit, maka shalat dengan cara duduk,

jika tidak mampu maka dengan cara berbaring. Sebagaimana firman Allah SWT :

خلق في رون ويتفك جنوبهم وعلى وقعودا قياما ه الل يذكرون ذين ال

) ار الن عذاب فقنا سبحانك باطال هذا خلقت ما نا رب واألرض ماوات الس١٩١(

Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk

atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini

dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Abdullah Ibnu Mas’ud berkata : Ayat ini diturunkan berkaitan dengan

pelaksanaan shalat, dengan kata lain shalatlah dalam keadaan berdiri jika mampu,

dan shalat dengan duduk jika tidak mampu berdiri, atau dengan cara berbaring

jika tidak mampu duduk.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 32

Suatu waktu Umran bin Husain dalam keadaan sakit, kemudian ia menanyakan

kepada nabi cara shalat, Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya :

جنب فعلى تستطع لم فإن فقاعدا تستطع لم فإن قائما صل

“Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak

mampu juga maka berbaringlah“

Orang yang melaksanakan shalat tetap melaksanakan shalat dalam keadaan

keadaan berdiri jika mampu,  walaupun bersandar pada sesuatu atau dinding,

karena sesungguhnya Rasulullah melaksanakan shalat dalam keadaan duduk jika

sedang sakit.

Cara shalat orang sakit dalam keadaan duduk

Cara shalat orang sakit dengan cara duduk yaitu :

1. Niat shalat

2. Membaca fatihah dan surah atau sebagian ayat setelahnya

3. Menundukkan kepala kedepan sebagai pengganti ruku’ dan sujud

4. Menundukkan kepala disertai membungkukkan badan sebagai pengganti

sujud pertama, kemudian menegakkan badan lalu menundukkan kepala

dan membungkukkan badan kembali sebagai pengganti sujud kedua.

5. Jika point 4 terlaksana maka sudah dianggap sebagai rakaat pertama,

kemudian orang sakit melanjutkan cara seperti ini hingga jumlah rakaat

shalatnya lengkap.

Cara shalat orang sakit dalam keadaan berbaring

Cara shalat orang sakit dengan cara berbaring,  yaitu :

1. Shalat dalam keadaan berbaring dengan menindih rusuk kanan menghadap

kiblat, atau dengan rusuk kiri jika tidak mampu.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 33

2. Shalat dalam keadaan berbaring terlentang menghadap kiblat, dengan

menyanggah kepala agar juga menghadap kiblat

3. Shalat dengan menggunakan isyarat gerakan, dan jika dengan cara shalat

ini tetap tidak mampu, maka shalatlah dengan hati.

Dari penjelasan mengenai cara shalat orang sakit sesungguhnya Allah senantiasa

memberi alternatif dan kemudahan agar tetap beribadah kepadanya

ال ربنا اكتسبت ما وعليها كسبت ما لها وسعها إ�ال نفسا الله يكلف ال

ربنا أخطأنا أو ينا نس� إ�ن ذنا على تؤاخ� حملته كما إصرا علينا تحمل وال

لنا واغفر ا عن واعف به لنا طاقة ال ما تحملنا وال نا رب قبلنا من ذين ال

الكافرين ( القوم على فانصرنا موالنا أنت )٢٨٦وارحمنا

 Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia

mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan

Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya

Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat

sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan

Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami

memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.

Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”

وجل عز الله أمر إال جسده في ببالء يصاب الناس من إحد من ما

: كان ما وليلة يوم كل في لعبدي اكتبوا فقال يحفظونه الذين المالئكة , له المانع العذر عنده دام ما أي وثاقي في كان ما خير من يعمل

Tiada seseorang dari hambaku yang terkena musibah / bala di badannya kecuali

Allah memerintahkan kepada malaikat untuk  menjaganya lalu berkata: catatlah

perbuatan dari hambaku baik itu amal yang baik atau yang tersirat di setiap siang

dan malam . atau selama ada uzur dan penghalang baginya.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 34

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi

mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;

biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya

masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau

salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau

compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.

Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur

dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari

dalam hingga kepermukaan kulit atau kulit dipermukaan yang mengalami

penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam.

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 35

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall .1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Crowin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Arif, Mutaqqin. 2008. Asuhan Keperawatan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba

Tutorial Sistem Muskuloskeletal 36