tugas studi lapangan

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini merupakan kajian tentang pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan lahan pertanian yang menjadi sasaran penelitian di Dusun 3 Desa Banyuresmi Kecamatan Sindangsari kabupaten Sumedang yang berada didekat kaki gunung Manglayang. Karena Dusun 3 cara pengelolaan lahan pertaniannya menggunakan pengetahuan lokal yaitu pengetahuan yang diwariskan oleh para orang tua jaman dulu kepada anak-anaknya yang sampai sekarang pengetahuan tersebut masih dipertahankan oleh mereka. Dan Dusun 3 ini berbeda dengan Dusun-dusun yang berada di Desa Banyuresmi seperti Dusun 1, Dusun 2, Dusun 4 dan Dusun 5 yang sudah menggunakan pengetahuan dan teknologi modern, sedangkan Dusun 3 masih memegang pengetahuan lokal yang diwariskan oleh orang tua mereka dahulu. Pengetahuan lokal adalah pengetahuan kolektif suatu masyarakat yang hidup di suatu wilayah dalam jangka waktu lama dan selaras dengan lingkungannya(Sunaryo & Joshi, 2003).

Upload: msugiharto1

Post on 30-Jun-2015

256 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS STUDI LAPANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian ini merupakan kajian tentang pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan

lahan pertanian yang menjadi sasaran penelitian di Dusun 3 Desa Banyuresmi Kecamatan

Sindangsari kabupaten Sumedang yang berada didekat kaki gunung Manglayang. Karena Dusun

3 cara pengelolaan lahan pertaniannya menggunakan pengetahuan lokal yaitu pengetahuan yang

diwariskan oleh para orang tua jaman dulu kepada anak-anaknya yang sampai sekarang

pengetahuan tersebut masih dipertahankan oleh mereka. Dan Dusun 3 ini berbeda dengan

Dusun-dusun yang berada di Desa Banyuresmi seperti Dusun 1, Dusun 2, Dusun 4 dan Dusun 5

yang sudah menggunakan pengetahuan dan teknologi modern, sedangkan Dusun 3 masih

memegang pengetahuan lokal yang diwariskan oleh orang tua mereka dahulu. Pengetahuan lokal

adalah pengetahuan kolektif suatu masyarakat yang hidup di suatu wilayah dalam jangka waktu

lama dan selaras dengan lingkungannya(Sunaryo & Joshi, 2003).

Menurut Nur Asiah (2009), Pengetahuan lokal berperan penting dalam kehidupan

masyarakat baik secara ekonomi, ekologi maupun sosial. Secara ekonomi pengetahuan lokal

penting untuk membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan menanam tanaman yang

bernilai ekonomis dan menentukan perlakuan yang harus diberikan pada tanaman agar hasilnya

meningkat. Secara ekologi pengetahuan lokal penting untuk membimbing masyarakat dalam

menjaga kesuburan lahan dan kelestarian lingkungan. Secara sosial pengetahuan lokal penting

untuk meningkatkan kebersamaan dan sikap saling tolong menolong antar masyarakat. Dengan

demikian pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat berperan penting dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan dan hubungan sosial

Page 2: TUGAS STUDI LAPANGAN

diantara masyarakat. Atau menurut Warren (1991) dalam Knowledge and Learning Center

Africa Region World Bank (1998), yang mendefinisikan pengetahuan lokal sebagai berikut:

Pengetahuan lokal ini merupakan dasar pengambilan keputusan pada tingkat lokal dalam

pertanian (agriculture), kesehatan (health care), penyediaan makanan (food preparation),

pendidikan (education), pengelolaan sumberdaya alam (natural-resource management ), apabila

ditinjau dari strategi lahan pertaniannya lahan yang berada di daerah Dusun 3 sangat subur dan

lahannya yang berada diatas lempengan kaki gunung manglayang. Masyarakat Dusun tiga pada

dasarnya sangat mengantungkan pada lahan pertanian yang dekat gunung manglayang tersebut.

Cara pengolahan lahannya juga masih sangat tradisional dengan pengetahuan lokalnya. Dengan

demikian para petani yang berada di Dusun 3 dalam pengelolaan lahan pertaniannya juga masih

saling tolong menolong dalam pengarapan lahan mereka, pada dasarnya petani yang berada di

Dusun 3 yang rata-rata masih mempunyai tali persaudaraan diantara warga kampung sekitar

yang khususnya pada Dusun 3 tersebut.

Masyarakat yang berada di Dusun 3 lebih banyak lahan pertaniannya ditanami lebih

kepada sayuran seperti menanam kol dan kentang, yang menjadi andalan pendapatan mereka

dalam memenuhi kebutuhan mereka, adapun mereka menanam padi hanya untuk kebutuhan

makan sehari-hari. Dan tidak lupa juga masyarakat Dusun 3 dalam menanam lahan pertaniannya

yang menjadi ciri khas selain kentang dan kol ada juga yang menarik seperti dalam menanam

bako yang khas yang ada hanya pada Dusun 3 tersebut, yang mungkin tidak ada pada Dusun-

dusun yang lainya. Dalam masyarakat Dusun 3 terkadang tidak dipungkiri dalam menanam

benih terkadang mereka merasa kesulitan membunuh hama yang ada disawah mereka tersebut.

Page 3: TUGAS STUDI LAPANGAN

1.2. Rumusan Masalah

Pengetahuan lokal secara umum diartikan sebagai pengetahuan yang digunakan oleh

masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang khusus (Warren, 1991).

Pengetahuan seperti ini berkembang dalam lingkup lokal, menyesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan masyarakat. Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan uji coba secara

terus-menerus dengan melibatkan inovasi internal dan pengaruh eksternal dalam usaha untuk

menyeasuakan dengan kondisi baru. Karenanya salah jika kita berpikir bahwa pengetahuan lokal

itu kuno, terbelakang, statis atau tak berubah. Berbeda dengan penyebaran pengetahuan ilmiah

yang sudah ada medianya, penyebaran pengetahuan lokal biasanya dari mulut ke mulut ataupun

melalui pendidikan informal dan sejenisnya. Akan tetapi sebagaimana didapatkannya tambahan

pengalaman baru, kehilangan pegetahuan juga mungkin terjadi. Pengetahuan-pengetahuan yang

tidak relevan dengan perubahan keadaan dan kebutuhan akan hilang tak berbekas. Sebetulnya,

kapasitas petani dalam mengelola perubahan juga merupakan bagian dari pengetahuan lokal .

Dengan demikian pengetahuan lokal dapat dilihat sebagai sebuah akumulasi pengalaman

kolektif dari generasi ke generasi yang dinamis dan yang selalu berubah terus-menerus.

Berdasarkan pernyataan tersebut, muncul beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini :

1. Seperti apa pengetahuan lokal yang dimiliki oleh petani-petani di Dusun 3 Desa

Banyuresmi dalam mengelola lahan pertanian mereka?

2. Bagaimana Pengetahuan lokal petani dalam mengelola lahan pertaniannnya?

Page 4: TUGAS STUDI LAPANGAN

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana eksistensi pengetahuan lokal didalam masyarakat

khususnya masyarakat Banyuresmi yang rata-rata mata pencahariannya adalah

petani.

Mendapatkan suatu pemahaman dari fungsi-fungsi pengetahuan lokal itu dalam

menjaga kehidupan masyarakat petani secara ekonomi, ekologi dan sosial.

Mengetahui bagaimana pengetahuan lokal bertahan dan berkembang melalui

pengetahuan-pengetahuan modern yang ditemukan oleh orang-orang dari dinas

pendidikan atau pertanian.

1.5. Manfaat Penelitian

Diharapkan menjadi suatu pengetahuan yang bernilai bagi orang-orang yang

berkecimpung dalam pertanian atau pendidikan serta bertugas dalam

mengembangkan masyarakat pedesaan.

Diharapkan pula pengetahuan lokal dihargai eksistensinya di dalam masyarakat

yang berkembang secara modern.

1.6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode kualitatif yang meliputi wawancara

terhadap informan-informan yang memiliki pemahaman terhadap pengetahuan lokal serta

observasi dan pengamatan terhadap apa-apa yang dilakukan seperti perilaku-perilaku yang sesuai

dengan pengetahuan lokal di masyarakat petani Dusun 3 desa Banyuresmi, kecamatan Sukasari.

Adapun pengertian tentang pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang tidak menggunakan

analisis uji statistik dalam menganalisis data yang diperoleh (Gunawan, 2007). Menurut

Page 5: TUGAS STUDI LAPANGAN

penyajian seperti ini, akan digambarkan tentang cara yang berlaku pada suatu situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung

dan pengaruh tertentu di dalam gejala itu (Nazir, 1985).

Tinjauan Pustaka

Sunaryo dan L. Joshi. 2003. "Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem Agroforestri".

World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office. Bogor, Indonesia.

Asiah, Nur, 2009. Pengetahuan Lokal Dalam Pengelolaan Hutan. Bogor : Institut Pertanian

Bogor.

Hefner, Robert W. 1990. The Political Economy of Mountain Java. Berkeley: University

California Press.

Noorginayuwati, A. Rafieq, M. Noor, dan A. Jumberi. 2007. "Kearifan Lokal dalam

Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian di Kalimantan". Dalam Kearifan Budaya Lokal

Lahan Rawa. Banjarbaru/Bogor: Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian.

Wisnubroto, S. dan R. Attaqi. 1997. "Pengenalan Waktu Tradisional 'Bulan Berladang'

Page 6: TUGAS STUDI LAPANGAN

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Letak Desa dan Keadaan Alam

Secara administrasi Desa Banyuresmi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak didaerah kaki

Gunung Manglayang. Desa ini pun tidak terlalu jauh dari Universitas Unpad Jatinangor. Jarak

desa ini bila ditinjau dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) Jatinangor menempuh waktu sekitar

20 menit. Desa ini dapat dicapai dengan menggunakan ojeg yang berada disekitar kilometer

Jalan Raya Jatinangor. Adapun desa-desa lain yang berada disekitar desa Banyuresmi seperti

desa Nanggarang dan desa Sindangsari. Dan desa Banyuresmi ini berada di atas desa-desa

tersebut atau dengan kata lain desa Banyuresmi terletak didaerah yang lebih tinggi dari desa-desa

yang disebutkan tadi. Selain itu desa ini termasuk desa pamekaran dari desa Sindangsari.

Kawasan permukiman desa Banyuresmi terbagi menjadi empat Dusun yaitu Dusun I

yang didalamnya terdapat RW 01 meliputi RT 01 dan RT 02; Dusun II yang didalamnya terdapat

RW 02 yang meliputi RT 03, RT 04, RT 05 dan RT 06; Dusun III yang didalamnya terdapat RW

03 yang meliputi RT 07, RT 08, RT 09 dan RT 10; Dusun IV yang didalamnya terdapat RW 04

yang meliputi RT 11 dan RT 12. Hampir semua rumah penduduk terletak berderet di sepanjang

jalan desa dan sebagian lagi mengelompok di beberapa tempat. Jarak antara rumah kadang

berdempetan dan juga terpisah akibat dari lahan-lahan tegalan yang dimiliki oleh penduduk desa

Banyuresmi. Antara dusun satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jalan desa yang

membujur dari utara ke selatan. Penggunaan lahan di desa Banyuresmi oleh masyarakat terdiri

dari sawah tegalan, sawah tadah hujan, perkebunan, fasilitas umum dan pemukiman.

Page 7: TUGAS STUDI LAPANGAN

Desa ini tidak memiliki sistem irigasi yang baik sebab daerah desa Banyuresmi berada di

daerah yang cukup tinggi sehingga air tidak bisa menetap lama atau mudah meresap di lahan-

lahan persawahan mereka. Sehingga masyarakat desa lebih banyak menanam sayur-sayuran

seperti kol, tomat, kentang, cabai dan tembakau yang kebutuhan airnya tidak terlalu banyak

seperti lahan persawahan.

2.2. Mata Pencaharian

Bila ditinjau dari tata guna lahan mata pencaharian penduduk Desa Banyuresmi adalah

bertani dan berladang. Hampir 85 % pemanfaatan lahan di desa tersebut digunakan untuk

pertanian dan perladangan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan

penting dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat Desa Banyuresmi. Lahan

pertanian di lokasi penelitian semuanya merupakan lahan tegalan yang merupakan lahan yang

tidak menggunakan sistem pengairan/irigasi dalam mengolah pertaniannya dan hanya

mengandalkan air hujan untuk pengairan sawahnya. Dalam pengolahan tanah tegalan ini masih

banyak yang ditanami palawija, seperti menanam singkong, umbi, kentang, selain itu juga

masyarakat Desa Banyuresmi menanam tembakau yang menjadi penting bagi masyarakat

tersebut. Karena tembakau menjadi kebutuhan yang kedua selain padi dan tembakau ini sebagai

mata pencaharian utama mereka dalam pertaniannya, karena tembakau bisa mereka jual dengan

harga yang lumayan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Setiap masyarakat Desa

Banyuresmi pasti mereka menanam tembakau dalam setiap rumahnya, selain tanahnya yang

sangat subur dan tanahnya sangat ngeprul (lembek) dan cocok untuk ditanami tembakau. Banyak

jumlah pertanian tembakau di Desa Banyuresmi ini adalah karena kebanyakan petani tersebut

merupakan petani biasa yang lahannya tidak terlalu luas, seperti tanaman tembakau yang diolah

oleh mereka sendiri untuk memenuhi mata pencaharian mereka sendiri, adapun mereka

Page 8: TUGAS STUDI LAPANGAN

menanam padi hanya untuk kebutuhan makan sehari-hari saja sedangkan kalau tembakau mereka

lebih untuk dijual keluar kota ataupun ke pasar Tanjungsari. Dan dari empat dusun ini rata-rata

mereka sebagai petani tembakau dan sayuran yang mereka andalkan dalam pertanian mereka.

Selain daerah ini dekat dengan kaki gunung kaki manglayang yang tanahnya pertaniannya tidak

rata semua tanah yang ada terdapat tegalan yang berbentuk bukit-bukit, maka dari itu masyarakat

menggunakan lahan pertaniannya untuk menanam tembakau. Karena masyarakat Desa

Banyuresmi sangat mengetahui lahan pertaniannya mau ditanami apa, khusus dusun 3 yang

sangat dekat dengan kaki gunung manglayang sehingga dusun tiga mengetahui kontur tanah

yang berada dilingkungan mereka sehingga mereka mengetahui cocok atau tidak ditanami

tanaman apa. Maka dari itu masyarakat Banyuresmi dusun 3 lebih banyak menanam tembakau

dalam pertaniannya dengan pengetahuan lokalnya mereka, dengan pengetahuan mereka yang

diwariskan oleh orang tuanya dulu dan sampai sekarang masih mereka memakainya. Selain dari

pengetahun lokal mereka yang diberikan oleh orang tuanya pada zaman dulu tetapi mereka juga

dengan pengalaman mereka dalam pertanian itu sendiri.

Dalam pengolahan lahanya pertaninya mereka mengarap sendiri yang dengan

pengetahuan lokalnya itu sendiri dan hasil dari pertaninya seperti padi yang hanya untuk

dikonsumsi oleh mereka sendiri, Selain petani pemilik lahan, terdapat pula buruh tani. Buruh tani

ini pekerjaannya menggarap lahan pertanian milik orang lain. Buruh tani ini biasanya

mengerjakan pekerjaan pengolahan sawah padi, singkong, ubi, dsb. Dalam perkebunan kentang

dan tembakau buruh tani sangat diperlukan untuk pemupukan, penanaman. Sehingga dalam

penanaman sangat dibutuhkan orang dan ini suka diborongkeun atau dibedugkeun ke tetangga

mereka sendiri yang ada di dusun 3 sendiri. Dalam ngaburuhkeun biasanya mereka membayar

buruh 25 ribu yang kerjanya dari pagi sampai jam 12 siang. Dan ini sudah sepakat dalam

Page 9: TUGAS STUDI LAPANGAN

pembiayaan buruh tani tersebut, biasanya mereka menyuruh tetangga yang masih ada

persaudaraan sehingga yang mempunyai lahan itu dalam memperkerjakan buruh tani itu bisa

nganjuk tanaga heula dulu. Selain itu juga mata pencaharian selain bertani yang banyak diminati

oleh penduduk desa adalah wiraswasta khususnya berdagang dan buruh bangunan yang

kebanyakan pemudanya menjadi buruh bangunan dan berdagang. Selain itu juga ada beberapa

yang menjadi penjual jasa angkutan barang seperti angkutan kol, kentang, cabe, singkong, dan

sayuran yang ada di daerah tersebut. Keterlibatannya dengan pekerjaan non-pertanian seringkali

mereka bekerja di luar desa bahkan sampai kota besar. Biasanya mereka tidak menetap dalam

kurun waktu yang lama, tetapi hanya tinggal beberapa hari saja setiap seminggu sekali atau

seminggu dua kali mereka pulang.

Dusun III, Sebagai Fokus Studi Mengenai Pengetahuan Lokal

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya Dusun 3 termasuk salah satu dusun yang ada

di Desa Banyuresmi. Dusun ini terletak di daerah yang paling tinggi apabila dibandingkan

dengan dusun-dusun lain yang ada di Desa Banyuresmi, seperti Dusun 1, Dusun 2, dan Dusun 4.

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh kepala Dusun 3, Pak Eman, dusun ini terbagi

menjadi 4 RT yaitu RT 07, RT 08, RT 09, dan RT 10. Selain itu dalam tatanan RW, dusun ini

pun termasuk kedalam RW 03 wilayah Desa Banyuresmi. Berdasarkan penamaan daerah yang

dilakukan oleh penduduk setempat di dusun 3, maka daerah dusun 3 ini terbagi menjadi 3

tempat, yaitu : Sampeugan, Ciawitali, dan Babakan Koneng. Cakupan daerah Sampeugan

meliputi RT 07 dan RT 08, Babakan Koneng meliputi RT 09, dan yang terakhir Ciawitali

meliputi RT 10. Untuk mengetahui jumlah Kepala Keluarga dan berapa jumlah penduduk baik

laki-laki ataupun perempuan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 10: TUGAS STUDI LAPANGAN

Data Kepala Keluarga dan Jumlah Warga Dusun 3

Masyarakat dusun 3 lebih banyak menanam tembakau daripada tanaman-tanaman lain.

Karena tanaman ini memiliki daya jual yang lumayan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka

sehari-hari. Sistem pertanian berdikari atau mandiri merupakan salah satu cara yang mereka

gunakan didalam mengelola lahan pertanian mereka. Dusun 3 ini berbeda dengan dusun-dusun

lain yang berada di desa Banyuresmi. Dusun 3 ini tidak memiliki kelompok tani untuk

membantu aktivitasnya dalam bertani. Sehingga didalam mengelola pertaniannya dusun 3 ini

masih bergantung kepada pengalaman-pengalaman bertani yang diwariskan oleh sesepuh atau

nenek moyang mereka, yang dalam penelitian ini kami sebut dengan pengetahuan lokal.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa memang ada sebagian warga yang menggunakan

produk-produk dari dinas pertanian seperti pupuk-pupuk kimia dan bantuan-bantuan pertanian

lainnya yang bercorak modern. Tetapi warga dusun 3 ini kebanyakan masih menggunakan

pengetahuan lokal didalam mengolah pertaniannya. Meskipun alat-alat yang modern sudah

RW 03 Kepala Keluarga

Laki-Laki Perempuan Jumlah

RT 07 ( Sampeugan)

35 59 54 113

RT 08 ( Sampeugan)

36 59 41 100

RT09 (Babakan Koneng)

34 45 52 97

RT 10 (Ciawitali)

55 88 74 162

Total 160 251 221 471

Page 11: TUGAS STUDI LAPANGAN

masuk ke desa banyuresmi tetapi masyarakat dusun 3 masih tetap menggunakan pengetahuan

lokal mereka yang sudah lama mereka praktekan dalam bertani.

Di dalam masyarakat desa banyuresmi seperti pada dusun 3 ini sebelum melakukan

bertani mereka mempunyai langkah-langkah yang pasti mereka lakukan; seperti ritual pada lahan

pertanian mereka sebelum mereka menanam atau bertani. Setelah itu mereka baru memulai

bertani dan menanam tanaman yang sudah mereka siapkan terlebih dahulu, sesudah mereka

beres lalu benihnya mereka tanam lansung di perkebunan atau dipersawahan mereka. Ritual

lahan yang dilakukan oleh masyarakat dusun 3 disebut mitemenyan atau amitan. Ritual ini terdiri

dari penyiapan sesajen yang bahannya berupa kemenyan yang dibakar, cikopi amis (kopi manis),

cikopi pait (kopi pait), rurujakan dan wawajitan. Selain itu adapun pembacaan-pembacaan

mantra yang dilakukan oleh pemilik lahan sebagai doa agar pertaniannya bisa berjalan lancar.

Berdasarkan kepercayaan warga dusun 3 ritual ini dilakukan agar hama atau panyakit

tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman mereka. Selain itu bagi warga dusun 3, ritual ini

mengandung nilai-nilai sakral yang apabila tidak dilakukan hasil pertanian mereka tidak akan

sesuai harapan. Ada banyak ungkapan-ungkapan warga mengenai ritual ini, salah satu contoh

warga yang diwawancarai oleh kami adalah pak Maman. Menurut pak Maman - yang juga

dianggap sebagai sesepuh oleh warga – ada efek-efek yang tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat

bila ritual pembukaan ini tidak dilaksanakan. Contoh kasus - yang diceritakan oleh pak Maman -

ketika waktu pemeliharaan tiba ada salah satu lahan warga yang tidak melaksanakan ritual

pembukaan atau miteumenyan. Lahan warga tersebut banyak sekali dihinggapi oleh hama-hama

berbahaya seperti tikus, wereng, ulat-ulat yang menggerogoti akar tanaman dan hama-hama

lainnya sehingga lahan pertaniannya rusak berat, sedangkan lahan warga lainnya yang

melaksanakan ritual pembukaan sangat sedikit sekali dihinggapi oleh hama tersebut, bahkan ada

Page 12: TUGAS STUDI LAPANGAN

yang sama sekali tidak terkena oleh hama atau panyakit ini. Padahal jarak lahan mereka tidak

terlalu jauh, tetapi menurut pak Maman ritual sangat menimbulkan efek yang sangat luar biasa

bagi kelangsungan pemeliharaan sektor pertanian mereka. Mungkin penjelasan tersebut memang

agak sedikit tidak masuk akal, namun memang banyak warga yang berpengalaman dalam bertani

selain pak Maman yang merasakan efek-efek ritual pembukaan lahan tersebut sebagai warisan

nenek moyang atau karuhun mereka.

Adapun ritual lain yang dilakukan oleh warga dusun 3 selain miteumenyan yang biasa

disebut sebagai syukuran, sebagai rasa terima kasih kepada Pangeran (Tuhan) dalam bahasa

mereka.. Bedanya dengan miteumenyan, ritual syukuran tersebut dilakukan pada saat musim

panen telah tiba. Dimana hasil-hasil panen seperti padi, sayur-sayuran, tembakau dan lain-lainya

mulai dipetik dan hasilnya dibagi-bagikan sesuai haknya atau disimpan untuk dijual ke pasar.

Ritual ini dimaknai oleh warga sebagai ungkapan syukur atas kelancaran proses pertanian hingga

panen tiba. Tetapi warga masyarakat dusun 3 dalam melaksankan syukuran tidak dilakukan

secara komunal atau besar-besaran layaknya desa-desa tradisional lain yang melakukan upacara

ritual. Namun bentuk syukuran tersebut lebih dilakukan secara sendiri-sendiri dengan keluarga

masing-masing yang tentunya kadang merekapun mengundang sanak keluarga lain atau

tetangga-tetangga lain sambil memanjatkan doa-doa serta pujian kepada Tuhan. Ungkapan ini

mereka lakukan atas wujud rasa syukur kepada tuhan yang maha agung yang telah memberikan

hasil panen yang berlimpa dan sesuai harapan mereka, oleh karena itu masyarakat dusun 3 dalam

bertaninya tidak akan terlepas dari kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang sudah menjadi

kewajiabn mereka sendiri dalam kehidupannya mereka sendiri. Dengan melakukan sukuran

seperti ini mempunyai rasa nayaman dan rasa tentram pada dirinya atau dalam kehidupan mereka

sendiri.

Page 13: TUGAS STUDI LAPANGAN

Pengetahuan Lokal dalam Penanaman Tembakau

Penanaman tembakau seperti yang telah disebutkan termasuk salah satu tanaman

pertanian yang paling banyak ditanami oleh masyarakat dusun 3. Karena tembakau adalah modal

utama yang ada di dusun 3, dan di setiap rumah pasti mempunyai pertanian tembakau. Adapun

langkah-langkah awal yang dilakukan dalam penanaman tembakau. Seperti :

Pembenihan

Didalam melakukan pembenihan langkah awalnya adalah menyediakan 1 petak tanah

yang tidak terlalu besar. Dalam pembenihan ini dibutuhkan waktu 1 bulan agar pembenihan ini

merata pertumbuhannya sekitar 20 cm. Agar benih ini cepat tumbuh mereka (petani) melakukan

pemupukan 1 kali dan penyiraman pada benih tembakau tersebut. Lalu benih yang telah tumbuh

tersebut dibawa ke perkebunan yang tanahnya sudah di pacul atau diolah dan langsung ditanami

oleh benih-benih tersebut. Dalam pengolahan tanahnya petani dusun 3 memiliki cara tersendiri

agar tanaman tidak mudah digerogoti oleh hama yaitu dengan tidak membuat petak-petak atau

galeungan-galeungan sehingga hama-hama atau tikus tidak mudah menyerang tanaman-tanaman

tembakau tersebut. Menurut pak Sohib - informan kami – pengolahan tanah seperti yang

diungkapkan tadi lebih menguntungkan bagi pertaniannya. Dibandingkan dengan dusun 2 yang

memiliki kelompok tani yang dimana menganjurkan pengolahan tanahnya dibuat berpetak-petak

atau membuat galeungan-galeungan yang malah menurut pak Sohib hal tersebut justru

memberikan ruang bagi hama untuk menyerang tanaman pertanian tembakau sehingga dapat

merusak tanaman pertanian tembakau tersebut. Maka dari itu dusun 3 lebih memakai metode

yang mereka punya sendiri, yaitu tidak membuat galeungan atau petak-petak seperti yang telah

dianjurkan oleh kelompok tani tersebut. Dalam pemupukannya pun warga dusun 3 lebih

Page 14: TUGAS STUDI LAPANGAN

menggunakan pupuk tradisional seperti Hu’ut alit (kotoran ayam), gemuk domba (kotoran

domba) dan gemuk sapi (kotoran sapi). Karena menurut mereka pupuk tradisional tersebut lebih

cepat dalam menumbuhkan tanaman tembakau bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk-

pupuk modern seperti orea, poska, akodan dan pupuk-pupuk lain yang mengandung bahan

kimia. Selain itu bila menggunakan pupuk modern tersebut, menurut warga dusun 3,

memerlukan modal yang lumayan besar dan belum tentu sebanding dengan kualitas hasil tani

yang dihasilkan. Adapun yang menggunakan pupuk modern namun hanya sebagian orang saja

yang menggunakannya tetapi tetap bagi masyarakat dusun 3 yang lain masih lebih memilih

memakai pupuk tradisional. Dalam menggunakan pupuk tradisioanal selain cepat serta tembakau

yang dihasilkanyapun lebih bagus kualitasnya, kalau memakai pupuk yang modern juga bagus

tetapi tembakaunya sangat baget sekali. Maka dari itu dusun 3 tidak menggunakan pupuk yang

modern tetapi lebih menggunakan pupuk tradisional.

Sesudah tembakau dipanen mereka lalu memotongnya, sesudah dipotong tembakau

tersebut lalu di jemur samapai kering dan cara penjemurannya bisa sampai berkali-kali supaya

tembakau tersebut benar-benar kering, sesudah itu tembakau tersebut di peuyeum selama

beberapa hari. Supaya tembakau tersebut benar-benar matang sehingga siap untuk dijual kepada

Bandar yang sudah ada atau menjualnya sendiri ke pasar tanjungsari yang disana ada

penampungan khusus agen tembakau. Harga tembakau yang dijual ke Bandar berkisar antara

Rp. 15000 sampai dengan Rp. 20000 untuk satu lempengan tembakau yang telah jadi. Kadang

pula petani menjualnya perbeungkeut yang terdiri dari 20 lempeng. Harga perbeungkeut yang

dipatok petani adalah Rp. 150000. Disinilah para petani tembakau dusun 3 mendapatkan

keuntungan uang untuk memenuhi kebutuhan mereka, selain itu menurut para petani keuntungan

Page 15: TUGAS STUDI LAPANGAN

lain yang dihasilkan oleh tembakau adalah; dalam penyimpanannya tembakau tidak mudah

busuk, karena bila disimpan semakin lama kualitas tembakau akan semakin bagus untuk dijual.

Page 16: TUGAS STUDI LAPANGAN
Page 17: TUGAS STUDI LAPANGAN

Pengetahuan Lokal Petani dalam Pengelolaan Lahan Pertanian

(Studi Kasus Desa Banyuresmi, Kecamatan Sindangsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat)

Usulan Topik Penelitian

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Studi Lapangan

Page 18: TUGAS STUDI LAPANGAN

Disusun oleh : Andi Ahmad R.H (170510070004)

Sholihudin (170510070022)

Jurusan Antropologi Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2010

Page 19: TUGAS STUDI LAPANGAN

BAB II

Tinjauan Pustaka

Sunaryo dan L. Joshi. 2003. "Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem Agroforestri". World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office. Bogor, Indonesia.

Asiah, Nur, 2009. Pengetahuan Lokal Dalam Pengelolaan Hutan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hefner, Robert W. 1990. The Political Economy of Mountain Java. Berkeley: University California Press.

Noorginayuwati, A. Rafieq, M. Noor, dan A. Jumberi. 2007. "Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian di Kalimantan". Dalam Kearifan Budaya Lokal Lahan Rawa. Banjarbaru/Bogor: Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian.

Wisnubroto, S. dan R. Attaqi. 1997. "Pengenalan Waktu Tradisional 'Bulan Berladang'

Page 20: TUGAS STUDI LAPANGAN