tugas sistem muskuloskeletal
TRANSCRIPT
TUGAS SISTEM MUSKULOSKELETAL
BODY MEKANIK, IMOBILISASI, FIKSASI DAN AMBULASI DINI
A. BODY MEKANIK / BODY MOVEMENT
1. Pengertian Body Mekanik
Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem syaraf untuk
dapat mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Mekanika tubuh adalah
cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan
tenaga, terkoordinasi, sarta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan
keseimbangan selama beraktivitas.
Body mekanik memiliki 3 elemen dasar ,yaitu:
a. Body aligment (postur tubuh) merupakan susunan gometrik bagian-
bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
b. Balance (keseimbangan) merupakan keseimbangan tergntung pada
interaksi antar pusat gravitasi, line gravitasi dan base of support.
c. Koordinated ody movement (gerakan tubuh yang terkoordinasi) Dimana
body mekanik berinteraksi dalam fungsi mukuloskeletal dan sistem
syaraf.
2. PRINSIP-PRINSIP BODY MEKANIK
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi
tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk
mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan. Adapun prinsip yang
digunakan dalam body mekanik adalah:
Gravitasi
Merupakan prinsip utama yang harus diperhatikan dalam melakukan
mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu
dalam pergerakan tubuh. Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam
gravitasi,yaitu:
Pusat gravitasi (center of gravitasi), titik yang berada dipertengahan
tubuh
Garis gravitasi (line of gravitasi), merupakan garis imaginer ventrikel
melalui pusat gravitasi.
Dasar tumpuan (base of suport) merupakan dasar tempat seseorang
dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh.
Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar
tumpuan.
Berat
Dalam menggunkan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat
atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
mempengaruhi mekanika tubuh.
Beberapa gerakan dasar yang harus dipertahankan:
Gerakan (ambulating)
Yaitu gerakan yang benar-benar dapat membantu dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh.contoh orang berdiri dan orang berjalan.
Menahan (squating)
Yaitu mempertahankan posisi dalam posisi tertentu.contoh orang duduk
dan orang jogkok.
Menarik (pulling)
Yaitu menarik yang benar-benar akan memudahkan dalam memindahkan
benda. contoh:
Letak pasien berada di depan kita(perawat)
Posisi kaki dan tubuh saat menarik
Mengangkat (lifting) gunakan otot besar dari kulit ,contohnya
mengangkat benda berat.
Memutar (pivoting) Yaitu memutar posisi tubuh ,contoh dari posisi
kanan atau posisi kiri atau sebaliknya.
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Mekanik Tubuh
Status kesehatan
Status kesehatan dapat mempengaruhi muskuluskeletal dan syaraf berupa
penurunan koordinasi tubuh.
Nutrisi
Menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit
(kekurangan kalsium lebih memudahkan fraktur untuk tulang)
Situasi dan kebiasaan
Sering mengangkat benda-benda berat.seperti kebiasaan orang dikampung
yang mengambil air dari sungai dengan meletakkannya di atas kepala ,dan
dari situasi tadi menimbulkan kebiasaan yang menyebabkan terganggunya
pusat koordinasi ataupun posisi yang salah dari kebiasaan itu.
Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika
tubuh yang baik,seseorang yang mengalami perasaan yang tidak
aman ,tidak bersemangat, dan harga diri rendah akan mudah mengalami
perubahan dalam mekanika tubuh(body mekanik).
Gaya hidup
Gaya hidup dan perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan sters
dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam
beraktivitas ,sehingga dapat mengganggu koordinasi antara sistem
muskuluskeletal dan neurologi,yang akhirnya akan mengakibatkan
perubahan mekanika tubuh.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar,sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan.sebaliknya, pengetahuan yang
kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan
seseorang mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskuluskeletal.
4. Akibat Mekanika yang Buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran
energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
mekanika tubuh yang salah adalah sebagai berikut:
Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskuluskeletal.
Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuluskeletal. seseorang
salah dalam berjongkok atau berdiri maka akan memudahkan
terjadinya gangguan dalam struktur muskuluskeletal, misalnya
kelainan pada tulang vertebra.
5. Organ yang Terkait dengan Body Mekanik
mekanika tubuh
merupakan usaha untuk mengkoordinasi sistem muskuluskeletal dan syaraf
sehingga individu bergerak, mengangkat, duduk, berdiri, berbaring dan
melakukan aktivitas sahari-hari dengan sempurna.
Koordinasi gerakan tubuh membutuhkan integrasi fungsi sistem skelet,
dan sistem syaraf.
Sketel
skelet mendukung struktur penyokong tulang untuk bergerak,
menghubungkan ligamen dan otot, melindungi organ penting mengatur
produksi kalsium dan sel darah merah.
Sistem saraf
Mendukung gerakan awal dan kontrol gerakan volunter
Organ yang terkait
otak yang bekerjasama dengan telinga. Didalam telinga terdapat koklea yang
berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Keseimbangan:
Pada telinga nervus yang terbesar dalam kanalis semisirkularis menghantarkan
impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls ini dibangkitkan dalam kanal-kanal
karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu.
hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap
badan. Apabila seseorang didorong ke salah satu sisi maka kepalanya cenderung
miring ke arah lain (berlawanan dengan arah badan yang didorong) guna
mempertahankan keseimbangan, berat badan diatur, posisi badan dipertahankan
sehingga jatuhnya badan dapat dipertahankan.
6. Mengatur Posisi
Posisi Fowler
Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi
serta membantu eliminasi urine dan usus.
Pengertian
Tanpa fleksi lutut.°Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan
dada dinaikkan setinggi 45-60
Tujuan
1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan
cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton
televisi)
3. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
4. Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.
Mencegah klien melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan.
)°, fowler tinggi 60° sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45° sampai 60°3.
Naikkan kepala bed 45
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada
celah disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah
terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya
kurva cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat
diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala
akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.
Memberikan landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah
ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien
supaya tidak melorot ke bawah.
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi.
Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi
lutut membantu supaya klien tidak melorot kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila
ekstremitas bawah pasien mengalami paralisa atau tidak mampu
mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan trokhanter selain
tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut
dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan.
Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar
fleksi.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien
memiliki kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu
kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga,
meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena,
menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi
pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
POSISI SIMS
Pengertian
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana
klien berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi
pronasi. Posisi ini lengan bawah ada di belakang tubuh klien, sementara
lengan atas didepan tubuh klien.
Tujuan
1. Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
2. Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien
yang mengalami paralisis
3. Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal
4. Untuk tindakan pemberian enema
3. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
4. Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan
klien untuk posisi yang tepat.
3. Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian
berbaring pada abdomen
4. Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang
tepat dan mencegah fleksi lateral leher.
5. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus
melebihi dari tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.
7. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga
tungkai setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi
tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.
8. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien.
Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-
drop.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
POSISI TRENDELENBURG
Pengertian
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki.
Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
POSISI DORSAL RECUMBENT
Pengertian
Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur.
Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses
persalinan.
POSISI LITOTOMI
Pengertian
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut.
Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan
memasang alat kontrasepsi.
POSISI GENU PECTORAL
Pengertian
Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
- Pengertian
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan
kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi
yang tidak tepat.
3. Peralatan
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
4. Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan
klien untuk posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan
body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra
cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada
celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah
terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit.
Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah
ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard.
Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas,
maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan
memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena
dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Posisi Orthopneu
- Pengertian
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana
klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas
bed.
Tujuan
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan
ekspansi dada yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
3. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
4. Prosedur kerja
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.
Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
°c. Naikkan kepala bed 90
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit.
Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah
ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada
tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan
fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena.
Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah
eksternal rotasi pada pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah
plantar fleksi.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Posisi Pronasi (telungkup)
- Pengertian
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post
operasi mulut atau tenggorokan.
c. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
d. Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien
untuk posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya
dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap
ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga
kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila
banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra
indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma
(atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan
pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi
vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan
tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit.
Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan
kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas,
maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan
memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada
patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas,
maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan
memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas
karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
POSISI LATERAL (SIDE LYING)
- Pengertian
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi
bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
3. Peralatan
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan)
4. Prosedur kerja
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Menurunkan transmisi mikroorganisme.
b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan
kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien
tanpa melawan gaya gravitasi.
c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat
d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body
aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot
leher.
e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak
menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan
langsung pada sendi bahu.
f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan
adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.
g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas
berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi
dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari
kaki atas terhadap kaki bawah.
h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan
posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari
terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
B. IMOBILISASI
1. Definisi
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang
bersifat fisik atau mental. Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai suatu
keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari atau
lebih akibat perubahan fungsi fisiologis. Di dalam praktek medis imobilisasi
digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom degenerasi fisiologis akibat
dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan.
Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan
tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada
munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi
ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan
sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi
disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa
organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah
perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil
oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan
oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)
2. Epidemiologi
Immobilisasi lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi
pada orang – orang lanjut usia, pasca operasi yang membutuhkan tirah baring
lama. Dampak imobilisasi lama terutama dekubitus mencapai 11% dan terjadi
dalam kurun waktu 2 minggu, perawatan emboli paru berkisar 0,9%,dimana
tiap 200.000 orang meninggal tiap tahunnya.
3. Penyebab
Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang
keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan
gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada
proses penuaan.
Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi
mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih
lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa
otot dan kekuatannya juga berkurang.
Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas
metabolisme umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional
sistem tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom imobilisasi.
Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk apa imobilisasi
diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh:
1. Cedera tulang: penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah
tulang (fraktur) tentu akan menghambat pergerakan.
2. Penyakit saraf: adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan
saraf tapi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan
imobilisasi.
3. Penyakit jantung dan pernapasan penyakit jantung dan pernapasan akan
menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien
dengan gangguan pada organ – organ tersebut akan mengurangi
mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak duduk dan berbaring.
4. Gips ortopedik dan bidai.
5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.
6. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau
berbaring.
7. Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu pergerakan tidak dibatasi,
namun tanpa melawan gaya gravitasi
4. Komplikasi
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:
Infeksi saluran kemih, atrofi otot karena disused, konstipasi, infeksi paru,
gangguan aliran darah, dan dekubitus.
5. Dampak Fisiologis pada Imobilisasi
Apabila ada perubahan mobilisasi,maka setiap system tubuh berisiko
terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada
umur klien,kondisi,dan kesehatan.Secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi
yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh imobilisasi lansia
berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
a. Perubahan Metabolik
Sistem endokkrin, merupakan produksi hormone–sekresi kelenjar,
membantu mempertahankan dan mengantur fungsi vital seprti:
1.(respon terhadap stress dan cidera)
2.(pertumbuhan dan perkembangan ),
3.(reproduksi),
4.(homeostatis ion),
5.(metabolisime energi).Cidera atau sters terjadi,
system endokrin memicu serangkaian respon yang bertujuan
mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup. Sistem endokrin
penting dalam mempertahankan homeostatis ion.
b. Perubahan Sistem Resopiratori
Klien pasca operasi dan imobilisasi berisiko lebih tinggi mengalami
komplikasi paru-paru. Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah
antelektasis dan pneumonia hipostatik. Pada atelektasis, bronkeolus
menjadi tertutup oleh adanya sekresi dan kolab alveolus distal karena
udara yang diabsosbsi, sehingga menghasilkan hipoventilasi. Bronkus
utama atau beberapa bronkeolus kecil dapat terkena.Luasnya atelektasis
ditentukan oleh bagian yang tertutup.Pneumonia hipostatik adalah
peradangan paru-paru pada skibat statisnya sekresi.Atelekstatis dan
pneumonia hipostatik, kedunya sma-sama menurunkan oksigenasi,
memperlama penyembuhan , dan menambah kenyamanan klien.
c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler juga dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada tiga
perubahan utama yaitu : hipotensi ortostatik,peningkatan beban kerja
jantung,dan pembentukan thrombus.
- Hipotensi Ortostatik
Adalah penurunan tekanan darah sitolik 25 mmhg dan diastolic 10 mmhg
ketika klien bangun dari posisi berbaring atau duduk keposisi berdiri.
d. Perubahan Muskuloskeletal
Pengaruh imobilisasi pada system musculoskeletal meliputi gangguan
mobilisasi permanen keterbatasan imobilisasi mempengaruhi otot klien
melalui daya tahan. Penurunan masa otot, atrofi dan penurunan stabilitas.
Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi system
skeletal adalah gangguan metabolisme kalsium dan gangguan mobilisasi
sendi.
e. Pengaruh Otot
Akibat pemecahan protein. Klien mengalami kehilangan masa tubuh ,yang
membentuk sebagian otot oleh karena itu,penurunan masa otot tidak
mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan kelelahan.
f. Pengaruh Skelet
Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap skelet: gangguan
metabolism kalsium dan kelainan sendi. Karena imobilisasi berakibat pada
resorbsi tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat dan terjadi
osteoporosis.
g. Kontraktur sendi
Adalah kondisi abnormal dan biasa ditandai oleh sendi fleksi dan
terfiksasi. Hal ini disebabkan tidak digunakanya ,atrofi dan pemendekan
serat otot. Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat mempertahankan
rrentan gerak dengan penuh. Sayangnya kontraktur sering menjadikan
sendi pada posisi yang tidak berfungsi.
h. Perubahan Sistem integument
Dekubitus terjadi akibat iskemia dn anaksia jaringan. Jaringan yang
tertekan, darah membelok, dan konstriksi kuat pada pembuluh darah
akibat tekanan persistem pada kulit dan sturktur dibawah kulit, sehingga
respirasi selular terganggu, dan sel menjadi mati. Dekibitus adalah salah
satu penyakit iatrogenic paling umum dalam perawatan kesehatan dimana
berpengaruh terhadap populasi klien khusus lansia dan imobilisasi.
i. Perubahan Eliminasi Urine
Eliminasi urine klien berubah adanya imobilisasi. Pada posisi tegak lurus,
urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk kedalam ureter dan
kandung kemih akibat gravitasi.
j. Batu Ginjal
Adalah batu kalsium yang terletak didalam pelvis ginjal dan melewati
ureter. Klien imobilisasi berisiko terjadi pembentukan batu karena
gangguan metabolisme kalsium dan akibat hiperkalsemia.
6. PENGARUH PSIKOLOGI DARI IMOBILISASI
Imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual, sensori dan
sosikultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap.
Bagaimanpun juga lansia lebih rentan terhadap perubahan-perubahan
tersebut. Sehingga perawat harus mengobservasi lebih dini. Perubahan
emosional paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan
siklus tidur bangun dan gangguan koping. Perkembangan pertumbuhan
terjadi pada:
1. Bayi
Tulang belakang bayi baru lahir berkurangnya garis antero-posterior yang
ada pada orang dewasa. Garis tulang belkang pertama kali muncul ketika
bayi memanjangkan leher pada posisi prone.Sejalan dengan pertumbuhan
dan peningkatan stabilitas,tulang belakang torakal menjadi tegak,dan garis
tulang belakang lumbal muncul,sehingga memungkinkan duduk dan
berdiri.
2. Todler
Postur toddler agak bepunggung lentur dengan perut menonjol.
3. Anak usia pra sekolah atau sekolah
Pada usia 3 tahun tubuh lebih ramping, lebih tinggi dan lebih baik
keseimbangan. Perut yang menonjol lebih berkurang.
4. Remaja
Tahap remaja biasa ditandai dengan pertumbuhan yang pesat pertumbuhan
kadang tidak seimbang.
5. Dewasa
Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tubuh yang benar
merasa senang, terlihat bagus Dan umumnya percaya diri.
6. Lansia
Lansia kehilangan total massa tulang progresif terjadi pada lansia.
Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas
fisik , perubahan hormonal ,dan resorbsi tulang actual. Pengaruh
kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah : tulang belakang
lebih lunak dan tertekan ,tulang panjang kurang resisten untuk
membungkuk.