tugas sistem muskuloskeletal

28
TUGAS SISTEM MUSKULOSKELETAL BODY MEKANIK, IMOBILISASI, FIKSASI DAN AMBULASI DINI A. BODY MEKANIK / BODY MOVEMENT 1. Pengertian Body Mekanik Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem syaraf untuk dapat mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, sarta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas. Body mekanik memiliki 3 elemen dasar ,yaitu: a. Body aligment (postur tubuh) merupakan susunan gometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. b. Balance (keseimbangan) merupakan keseimbangan tergntung pada interaksi antar pusat gravitasi, line gravitasi dan base of support. c. Koordinated ody movement (gerakan tubuh yang terkoordinasi) Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi mukuloskeletal dan sistem syaraf. 2. PRINSIP-PRINSIP BODY MEKANIK Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung

Upload: emhy-zhesukha

Post on 02-Aug-2015

329 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

TUGAS SISTEM MUSKULOSKELETAL

BODY MEKANIK, IMOBILISASI, FIKSASI DAN AMBULASI DINI

A. BODY MEKANIK / BODY MOVEMENT

1. Pengertian Body Mekanik

Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem syaraf untuk

dapat mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Mekanika  tubuh adalah

cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan

tenaga, terkoordinasi, sarta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan

keseimbangan selama beraktivitas.

Body mekanik memiliki 3 elemen dasar ,yaitu:

a. Body aligment (postur tubuh) merupakan susunan gometrik bagian-

bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.

b. Balance (keseimbangan) merupakan keseimbangan tergntung pada

interaksi antar pusat gravitasi, line gravitasi dan base of support.

c. Koordinated ody movement (gerakan tubuh yang terkoordinasi) Dimana

body mekanik berinteraksi dalam fungsi mukuloskeletal dan sistem

syaraf.

2. PRINSIP-PRINSIP BODY MEKANIK

Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi

tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk

mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan. Adapun prinsip yang

digunakan dalam body mekanik adalah:

Gravitasi

Merupakan prinsip utama yang harus diperhatikan dalam melakukan

mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu

dalam pergerakan tubuh. Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam

gravitasi,yaitu:

Pusat gravitasi (center of gravitasi), titik yang berada dipertengahan

tubuh

Garis gravitasi (line of gravitasi), merupakan garis imaginer ventrikel

melalui pusat gravitasi.

Dasar tumpuan (base of suport) merupakan dasar tempat seseorang

dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh.

Keseimbangan

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara

mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar

tumpuan.

Berat

Dalam menggunkan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat

atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan

mempengaruhi mekanika tubuh.

Beberapa gerakan dasar yang harus dipertahankan:

Gerakan (ambulating)

Yaitu gerakan yang benar-benar dapat membantu dalam mempertahankan

keseimbangan tubuh.contoh orang berdiri dan orang berjalan.

Menahan (squating)

Yaitu mempertahankan posisi dalam posisi tertentu.contoh orang duduk

dan orang jogkok.

Menarik (pulling)

Yaitu menarik yang benar-benar akan memudahkan dalam memindahkan

benda. contoh:

Letak pasien berada di depan kita(perawat)

Posisi kaki dan tubuh saat menarik

Mengangkat (lifting) gunakan otot besar dari kulit ,contohnya

mengangkat benda berat.

Memutar (pivoting) Yaitu memutar posisi tubuh ,contoh dari posisi

kanan atau posisi kiri atau sebaliknya.

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Mekanik Tubuh

Status kesehatan

Status kesehatan dapat mempengaruhi muskuluskeletal dan  syaraf berupa

penurunan koordinasi tubuh.

Nutrisi

Menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit

(kekurangan kalsium lebih memudahkan fraktur untuk tulang)

Situasi dan kebiasaan

Sering mengangkat benda-benda berat.seperti kebiasaan orang dikampung

yang mengambil air dari sungai dengan meletakkannya di atas kepala ,dan

dari situasi tadi menimbulkan kebiasaan yang menyebabkan terganggunya

pusat koordinasi ataupun posisi yang salah dari kebiasaan itu.

Emosi

Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika

tubuh yang baik,seseorang yang mengalami perasaan yang tidak

aman ,tidak bersemangat, dan harga diri rendah akan mudah mengalami

perubahan dalam mekanika tubuh(body mekanik).

Gaya hidup

Gaya hidup dan perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan sters

dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam

beraktivitas ,sehingga dapat mengganggu koordinasi antara sistem

muskuluskeletal dan neurologi,yang akhirnya akan mengakibatkan

perubahan mekanika tubuh.

Pengetahuan

Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan

mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar,sehingga

mengurangi tenaga yang dikeluarkan.sebaliknya, pengetahuan yang

kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan

seseorang mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan

muskuluskeletal.

4. Akibat Mekanika yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran

energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan

mekanika tubuh yang salah adalah sebagai berikut:

Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan

gangguan dalam sistem muskuluskeletal.

Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuluskeletal. seseorang

salah dalam berjongkok atau berdiri maka akan memudahkan

terjadinya gangguan dalam struktur muskuluskeletal, misalnya

kelainan pada tulang vertebra.

5. Organ yang Terkait dengan Body Mekanik

mekanika tubuh

merupakan usaha untuk mengkoordinasi sistem muskuluskeletal dan syaraf

sehingga individu bergerak, mengangkat, duduk, berdiri, berbaring dan

melakukan aktivitas sahari-hari dengan sempurna.

Koordinasi gerakan tubuh membutuhkan integrasi fungsi sistem skelet,

dan sistem syaraf.

Sketel

skelet mendukung struktur penyokong tulang untuk bergerak,

menghubungkan ligamen dan otot, melindungi organ penting mengatur

produksi kalsium dan sel darah merah. 

Sistem saraf

Mendukung gerakan awal dan kontrol gerakan volunter

Organ yang terkait

otak yang bekerjasama dengan telinga. Didalam telinga terdapat koklea yang

berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Keseimbangan:

Pada telinga nervus yang terbesar dalam kanalis semisirkularis menghantarkan

impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls ini  dibangkitkan dalam kanal-kanal

karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu.

hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap

badan. Apabila seseorang didorong ke salah satu sisi maka kepalanya cenderung

miring  ke arah lain (berlawanan dengan arah badan yang didorong) guna

mempertahankan keseimbangan, berat badan diatur, posisi badan dipertahankan

sehingga jatuhnya badan dapat dipertahankan.

6. Mengatur Posisi

Posisi Fowler

Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi

serta membantu eliminasi urine dan usus.

Pengertian

Tanpa fleksi lutut.°Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan

dada dinaikkan setinggi 45-60

Tujuan

1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan

cardiovaskuler

2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton

televisi)

3. Peralatan

1. Tempat tidur

2. Bantal kecil

3. Gulungan handuk

4. Bantalan kaki

5. Sarung tangan (bila diperlukan)

4. Prosedur kerja

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.

Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.

Mencegah klien melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan.

)°, fowler tinggi 60° sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45° sampai 60°3.

Naikkan kepala bed 45

4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada

celah disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah

terjadinya fleksi lumbal.

5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya

kurva cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat

diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala

akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.

6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.

Memberikan landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah

ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien

supaya tidak melorot ke bawah.

7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi.

Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi

lutut membantu supaya klien tidak melorot kebawah.

8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila

ekstremitas bawah pasien mengalami paralisa atau tidak mampu

mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan trokhanter selain

tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut

dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan.

Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.

9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar

fleksi.

10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien

memiliki kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu

kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga,

meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena,

menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi

pergelangan tangan.

11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

POSISI SIMS

Pengertian

Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana

klien berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi

pronasi. Posisi ini lengan bawah ada di belakang tubuh klien, sementara

lengan atas didepan tubuh klien.

Tujuan

1. Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.

2. Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien

yang mengalami paralisis

3. Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal

4. Untuk tindakan pemberian enema

3. Peralatan

1. Tempat tidur

2. Bantal kecil

3. Gulungan handuk

4. Sarung tangan (bila diperlukan)

4. Prosedur kerja

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.

Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan

klien untuk posisi yang tepat.

3. Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian

berbaring pada abdomen

4. Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang

tepat dan mencegah fleksi lateral leher.

5. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi

6. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus

melebihi dari tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.

7. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga

tungkai setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi

tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.

8. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien.

Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-

drop.

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

POSISI TRENDELENBURG

Pengertian

Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah

daripada bagian kaki.

Tujuan

Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

POSISI DORSAL RECUMBENT

Pengertian

Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau

direnggangkan) di atas tempat tidur.

Tujuan

Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses

persalinan.

POSISI LITOTOMI

Pengertian

Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan

menariknya ke atas bagian perut.

Tujuan

Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan

memasang alat kontrasepsi.

POSISI GENU PECTORAL

Pengertian

Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada

menempel pada bagian alas tempat tidur.

Tujuan

Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

POSISI TERLENTANG (SUPINASI)

- Pengertian

Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan

kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.

Tujuan

a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.

b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi

yang tidak tepat.

3. Peralatan

a. Tempat tidur

b. Bantal angin

c. Gulungan handuk

d. Footboard

e. Sarung tangan (bila diperlukan)

4. Prosedur kerja

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.

Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan

klien untuk posisi yang tepat.

3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan

body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra

cervical.

4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada

celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah

terjadinya fleksi lumbal.

5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit.

Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah

ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.

6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard.

Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.

7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas,

maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan

menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan

memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena

dapat menyebabkan fleksi bahu.

8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Posisi Orthopneu

- Pengertian

Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana

klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas

bed.

Tujuan

a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan

ekspansi dada yang maksimal

b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi

3. Peralatan

1. Tempat tidur

2. Bantal angin

3. Gulungan handuk

4. Footboard

5. Sarung tangan (bila diperlukan)

4. Prosedur kerja

a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.

Menurunkan transmisi mikroorganisme.

b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.

Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.

°c. Naikkan kepala bed 90

d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.

e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit.

Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah

ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada

tumit.

f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan

fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena.

Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.

g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah

eksternal rotasi pada pinggul.

h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah

plantar fleksi.

i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Posisi Pronasi (telungkup)

- Pengertian

Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen

dengan kepala menoleh kesamping.

Tujuan

1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.

2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.

3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post

operasi mulut atau tenggorokan.

c. Peralatan

1. Tempat tidur

2. Bantal angin

3. Gulungan handuk

4. Sarung tangan (bila diperlukan)

d. Prosedur kerja

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.

Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien

untuk posisi yang tepat.

3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya

dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap

ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga

kelurusan tubuh dapat dipertahankan.

4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila

banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra

indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.

5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma

(atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan

pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi

vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan

tekanan diafragma karena kasur.

6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit.

Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan

kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.

7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas,

maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan

menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan

memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada

patella.

8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas,

maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan

menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan

memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas

karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

POSISI LATERAL (SIDE LYING)

- Pengertian

Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi

bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

Tujuan

a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik

b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat

c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.

3. Peralatan

a. Tempat tidur

b. Bantal angin

c. Gulungan handuk

d. Sarung tangan (bila diperlukan)

4. Prosedur kerja

a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.

Menurunkan transmisi mikroorganisme.

b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan

kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien

tanpa melawan gaya gravitasi.

c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk

posisi yang tepat

d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body

aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot

leher.

e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak

menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan

langsung pada sendi bahu.

f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan

adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.

g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas

berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi

dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari

kaki atas terhadap kaki bawah.

h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan

posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari

terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.

i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

B. IMOBILISASI

1. Definisi

Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat

berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang

bersifat fisik atau mental. Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai suatu

keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari atau

lebih akibat perubahan fungsi fisiologis. Di dalam praktek medis imobilisasi

digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom degenerasi fisiologis akibat

dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan.

Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan

tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada

munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi

ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan

sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi

disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa

organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah

perifer, system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil

oksigen dari udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan

oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)

2. Epidemiologi

Immobilisasi lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi

pada orang – orang lanjut usia, pasca operasi yang membutuhkan tirah baring

lama. Dampak imobilisasi lama terutama dekubitus mencapai 11% dan terjadi

dalam kurun waktu 2 minggu, perawatan emboli paru berkisar 0,9%,dimana

tiap 200.000 orang meninggal tiap tahunnya.

3. Penyebab

Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang

keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan

gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada

proses penuaan.

Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi

mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih

lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa

otot dan kekuatannya juga berkurang.

Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas

metabolisme umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional

sistem tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom imobilisasi.

Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk apa imobilisasi

diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh:

1. Cedera tulang: penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah

tulang (fraktur) tentu akan menghambat pergerakan.

2. Penyakit saraf: adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan

saraf tapi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan

imobilisasi.

3. Penyakit jantung dan pernapasan penyakit jantung dan pernapasan akan

menimbulkan kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien

dengan gangguan pada organ – organ tersebut akan mengurangi

mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak duduk dan berbaring.

4. Gips ortopedik dan bidai.

5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.

6. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau

berbaring.

7. Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu pergerakan tidak dibatasi,

namun tanpa melawan gaya gravitasi

4. Komplikasi

Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:

Infeksi saluran kemih, atrofi otot karena disused, konstipasi, infeksi paru,

gangguan aliran darah, dan dekubitus.

5. Dampak Fisiologis pada Imobilisasi

Apabila ada perubahan mobilisasi,maka setiap system tubuh berisiko

terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada

umur klien,kondisi,dan kesehatan.Secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi

yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh imobilisasi lansia

berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.

a. Perubahan Metabolik

Sistem endokkrin, merupakan produksi hormone–sekresi kelenjar,

membantu mempertahankan dan mengantur fungsi vital seprti:

1.(respon terhadap stress dan cidera)

2.(pertumbuhan dan perkembangan ),

3.(reproduksi),

4.(homeostatis ion),

5.(metabolisime energi).Cidera atau sters terjadi,

system endokrin memicu serangkaian respon yang bertujuan

mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup. Sistem endokrin

penting dalam mempertahankan homeostatis ion.

b. Perubahan Sistem Resopiratori

Klien pasca operasi dan imobilisasi berisiko lebih tinggi mengalami

komplikasi paru-paru. Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah

antelektasis dan pneumonia hipostatik. Pada atelektasis, bronkeolus

menjadi tertutup oleh adanya sekresi dan kolab alveolus distal karena

udara yang diabsosbsi, sehingga menghasilkan hipoventilasi. Bronkus

utama atau beberapa bronkeolus kecil dapat terkena.Luasnya atelektasis

ditentukan oleh bagian yang tertutup.Pneumonia hipostatik adalah

peradangan paru-paru pada skibat statisnya sekresi.Atelekstatis dan

pneumonia hipostatik, kedunya sma-sama menurunkan oksigenasi,

memperlama penyembuhan , dan menambah kenyamanan klien.

c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler juga dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada tiga

perubahan utama yaitu : hipotensi ortostatik,peningkatan beban kerja

jantung,dan pembentukan thrombus.

- Hipotensi Ortostatik

Adalah penurunan tekanan darah sitolik 25 mmhg dan diastolic 10 mmhg

ketika klien bangun dari posisi berbaring atau duduk keposisi berdiri.

d. Perubahan Muskuloskeletal

Pengaruh imobilisasi pada system musculoskeletal meliputi gangguan

mobilisasi permanen keterbatasan imobilisasi mempengaruhi otot klien

melalui daya tahan. Penurunan masa otot, atrofi dan penurunan stabilitas.

Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi system

skeletal adalah gangguan metabolisme kalsium dan gangguan mobilisasi

sendi.

e. Pengaruh Otot

Akibat pemecahan protein. Klien mengalami kehilangan masa tubuh ,yang

membentuk sebagian otot oleh karena itu,penurunan masa otot tidak

mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan kelelahan.

f. Pengaruh Skelet

Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap skelet: gangguan

metabolism kalsium dan kelainan sendi. Karena imobilisasi berakibat pada

resorbsi tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat dan terjadi

osteoporosis.

g. Kontraktur sendi

Adalah kondisi abnormal dan biasa ditandai oleh sendi fleksi dan

terfiksasi. Hal ini disebabkan tidak digunakanya ,atrofi dan pemendekan

serat otot. Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat mempertahankan

rrentan gerak dengan penuh. Sayangnya kontraktur sering menjadikan

sendi pada posisi yang tidak berfungsi.

h. Perubahan Sistem integument

Dekubitus terjadi akibat iskemia dn anaksia jaringan. Jaringan yang

tertekan, darah membelok, dan konstriksi kuat pada pembuluh darah

akibat tekanan persistem pada kulit dan sturktur dibawah kulit, sehingga

respirasi selular terganggu, dan sel menjadi mati. Dekibitus adalah salah

satu penyakit iatrogenic paling umum dalam perawatan kesehatan dimana

berpengaruh terhadap populasi klien khusus lansia dan imobilisasi.

i. Perubahan Eliminasi Urine

Eliminasi urine klien berubah adanya imobilisasi. Pada posisi tegak lurus,

urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk kedalam ureter dan

kandung kemih akibat gravitasi.

j. Batu Ginjal

Adalah batu kalsium yang terletak didalam pelvis ginjal dan melewati

ureter. Klien imobilisasi berisiko terjadi pembentukan batu karena

gangguan metabolisme kalsium dan akibat hiperkalsemia.

6. PENGARUH PSIKOLOGI DARI IMOBILISASI

Imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual, sensori dan

sosikultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap.

Bagaimanpun juga lansia lebih rentan terhadap perubahan-perubahan

tersebut. Sehingga perawat harus mengobservasi lebih dini. Perubahan

emosional paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan

siklus tidur bangun dan gangguan koping. Perkembangan pertumbuhan

terjadi pada:

1. Bayi

Tulang belakang bayi baru lahir berkurangnya garis antero-posterior yang

ada pada orang dewasa. Garis tulang belkang pertama kali muncul ketika

bayi memanjangkan leher pada posisi prone.Sejalan dengan pertumbuhan

dan peningkatan stabilitas,tulang belakang torakal menjadi tegak,dan garis

tulang belakang lumbal muncul,sehingga memungkinkan duduk dan

berdiri.

2. Todler

Postur toddler agak bepunggung lentur dengan perut menonjol.

3. Anak usia pra sekolah atau sekolah

Pada usia 3 tahun tubuh lebih ramping, lebih tinggi dan lebih baik

keseimbangan. Perut yang menonjol lebih berkurang.

4. Remaja

Tahap remaja biasa ditandai dengan pertumbuhan yang pesat pertumbuhan

kadang tidak seimbang.

5. Dewasa

Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tubuh yang benar

merasa senang, terlihat bagus Dan umumnya percaya diri.

6. Lansia

Lansia kehilangan total massa tulang progresif terjadi pada lansia.

Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas

fisik , perubahan hormonal ,dan resorbsi tulang actual. Pengaruh

kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah : tulang belakang

lebih lunak dan tertekan ,tulang panjang kurang resisten untuk

membungkuk.