tugas riset

Upload: afrisal-arief

Post on 19-Jul-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi,

pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman ( Rawling, 1984). Tindakan operasi sering menyebabkan kecemasan pada pasien. Menanggulangi atau menurunkan kecemasan pasien adalah salah satu tugas perawat. Salah satu caranya yaitu dengan komunikasi. Misalnya penjelasan tentang prosedur tindakan. Fenomena yang ada sekarang, bahwa komunikasi yang dilakukan perawat sebagai orang yang terdekat dan paling lama berada di dekat pasien cenderung mengarah pada tugas perawat dari pada mengenali kecemasan dan persepsi pasien tentang tindakan yang menyebabkan kecemasan. Terdapat bukti bahwa perbincangan antara perawat dan pasien cenderung mengarah pada tugas perawat daripada mengenali kecemasan dan pandangan-pandangan pasien (Faulkner, 1979; Mc Leod Clark, 1981; Melia, 1987 dikutip dari Ellis dkk, 1999). Kajian-kajian terdahulu mengidentifikasi masalah-masalah

komunikasi sebagai penyebab yang harus selalu diperhatikan dalam pemberian pelayanan kesehatan (Menzies 1970, Stockwell 1972, Hayward 1975, Mc Leod Clark 1984, Faulkner 1988 dikutip dari Ellis dkk, 1999). Peplau (1988, dikutip dari Ellis dkk, 1999) mengatakan bahwa keperawatan pada intinya adalah sebuah proses interpersonal. Jika ini benar maka perawat yang berkompeten harus menjadi seorang komunikator yang efektif. Dengan demikian komunikasi keperawatan sangat penting dalam memberikan intervensi

keperawatan. Perawat yang menjalankan rutinitas keperawatan pada

pasien mempunyai kewenangan untuk mengurangi kecemasan pasien tentang keberadaannya di rumah sakit (Ellis dkk, 1999). Corbett (1994, dikutip dari Ellis dkk, 1999) menyatakan bahwa perawat dan pasien diperbolehkan memasuki hubungan interpersonal yang akrab. Pasien berhak mengetahui tentang asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sebagai petugas kesehatan yang profesional. Komunikasi perawat yang diarahkan pada pencapaian tujuan untuk menyembuhkan pasien merupakan salah satu

karakteristik komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994). Operasi adalah pengalaman baru bagi pasien yang menimbulkan kecemasan, respon pasien ditujukan melalui: ekspresi marah, bingung, apatis atau mengajukan pertanyaan. Kemampuan

komunikasi terapeutik penting dalam mengidentifikasi dan mengatasi kecemasan pasien preoperasi (Taylor, 1997). Selanjutnya Taylor (1997) menyatakan bahwa operasi merupakan masa kritis dan menghasilkan kecemasan. Kecemasan dapat dikurangi dengan tindakan keperawatan fokus pada komunikasi terapeutik bagi pasien dan keluarganya. Berdasarkan beberapa diatas, penelitian ini penting untuk mengetahui sejauh mana komunikasi terapeutik memberikan efek terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah: Adakah Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Oprasi di RSUD Kab. Sinjai?

C. Hipotesis Pernyataan deklaratif mengenai teori umum tentang yubungan komunikasi terapeutik ndengan tingkat kecemaasan.

D. Tujuan Penelelitian 1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah diinformasikan akan dilakukan tindakan operasi pada pasien pre operasi di RSUD Kab. Sinjai. 2. Mengetahui efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operasi di RSUD Kab. Sinjai.

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat bagi praktek keperawatan, institusi pendidikan tinggi keperawatan dan penelitian berikutnya. Adapun secara rinci manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan pada proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien pre operasi. 2. Sebagai masukan bagi pendidikan tinggi keperawatan tentang pentingnya penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan. 3. Sebagai sumber data dan informasi pengembangan penelitian berikutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Komunikasi Terapeutik 1. Konsep komunikasi a. Pengertian Komunikasi adalah suatu proses dimana informasi ditransmisikan melaluisebuah sistem simbol, tanda atau perilaku yang umum. Pertukaran informasi, ide, pikiran antara dua orang atau lebih (Kozier & Erb, 1995). Komunikasi adalah proses pengoperan lambang yang memiliki arti di antara individu (Wiliam Abalig). Proses penyampaian pesan/informasi dari seseorang kepada orang lain. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Persepsi individu pada situasi yang sama dapat berbeda. Hal ini terjadi karena masing-masing individu memiliki kepribadian yang unik, nilai dan pengalaman hidup sehingga masing-masing akan menerima dan menginterpretasikan peran secara berbeda. Suatu kejadian mempunyai arti yang berbeda, karena persepsi orang berbeda.

b. Model Komunikasi Komunikasi satu arah : Melibatkan tiga unsur dasar dalam komunikasi : komunikator, pesan, komunikan. Komunikasi dua arah : Komunikator, pesan, saluran, komunikan dan umpan balik.

c. Tingkat komunikasi Ada 3 tahapan komunikasi

1) Komunikasi interpersonal : komunikasi yg terjadi dengan diri sendiri. 2) Komunikasi interpersonal : komunikasi yang terjadi antar 2 oarang atau lebih (kelompok kecil). 3) Komunikasi publik : interaksi dengan kelompok besar (10-12 orang)

d. Jenis komunikasi 1) Komunikasi Verbal : Penggunaan kata-kata atau tulisan. Bahasa dapat efektif bila sender dan recefier mengerti pesan secara jelas. Penambahan satu kata dapat merubah satu kalimat. Karakteristik komunikasi verbal yang efektif : Jelas dan ringkas sederhana, pendek dan langsung. Ulangi bagian penting dari pesan yg disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui : apa,mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana Ringkas dgn menggunakan kata2 yang mengekspresikan ide secara sederhana.

Penggunaan kalimat Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda. Lebih baik dari pd, Saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yg anda rasakan tidak enak. Perbendaharaan kata Komunikasi tdk akan berhasil jika penerima pesan tdk mampu menerjemahkan kata dan ucapan pengirim pesan. Banyak istilah teknis perawat yg dapat yg digunakan oleh

membuat klien tdk paham akan

maksud kata/pesan tsb. Ucapkan pesan dgn kata yang mudah dipahami oleh klien. Misalnya kata Auskultasi, palpasi dll. Arti denotatif dan konotatif

Suatu

kata

dapat

mengandung pengertian

beberapa yang

arti. sama

Denotatif

memberikan

terhadap kata yg digunakan, Konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yg terdpt dlm satu kata. Misal : kata serius dgn kritis Intonasi dapat mempengaruhi arti pesan Kecepatan berbicara Perawat perlu bertanya apakah ia berbicara terlalu cepat atau terlalu lama Humor Tertawa mungkin dapat mengurangi ketegangan dan rasa sakit

2) Komunikasi non verbal Disebut jg bhs tubuh meliputi : Isyarat, pergerakan tubuh dan penampilan fisik. Perawat perlu menyadari pesan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi askep, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Komunikasi non verbal teramati pada : Penampilan fisik Karakteristik fisik dan cara berpakaian. Pakaian menggambarkan status sosial, budaya, agama,

konsep diri dll. Perawat yang memperhatikan penam pilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yg positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan yg diterima, karena tiap klien mempunyai citra bgm seharusnya penampilan seorang perawat Sikap tubuh dan cara berjalan. Menggambarkan, konsep diri mood dan kesehatan. Ekspresi wajah

Wajah merupakan bgn tubuh yg paling ekspresif. Perasaan marah, terkejut, sedih, bahagia, jijik dsb digambarkan melalui ekspresi wajah. Klien dapat mengenali ekspresi wajah perawat. Oleh karena itu perawat harus belajar mengontrol perasaan. Kontak mata adalah elemen penting dalam komunikasi Sentuhan Kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian dapat disampaikan melalui sentuhan.

e. Faktor yang mempengaruhi komunikasi 1) Perkembangan : Usia, perkembangan bahasa dan proses berfikir mempengaruhi cara dalam berkomunikasi 2) Persepsi 3) Nilai 4) Latar belakang sosial budaya 5) Emosi 6) Pengetahuan 7) Peran 8) Tatanan interaksi

2. Konsep Komunikasi Terpeutik Interaksi perawat dengan klien akan menghasilkan informasi untuk Perawat tentang keadaan klien dan pada waktu yang bersamaan perawat dapat memberikan informasi tentang cara2 menyelesaikan masalah dengan strategi tertt shg klien

terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah klien. Jika klien menerima dan melakukan informasi yg diberikan oleh perawat maka perilaku klien berubah kearah adaptif yg merupakan hasil utama tindakan keperawatan

Hubungan kerjasama Perwat Klien yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. Menggunakan diri secara terapeutik : Memiliki konsep diri yang mantap Memiliki harga diri yang cukup & adekuat Memiliki kemampuan membina hubungan yang konstruktif dengan orang lain Keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan interpersonal meliputi ; kehadiran atau keberadaan perawat, perilaku non verbal, keterampilan memberi respon.

Sikap perawat dalam berkomunikasi a. Gerakan tubuh o Berhadapan : arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda. o Tersenyum : menunjukkan keramaha, penerimaan. o Mempertahankan kontak mata : Kontak mata pd level yg sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. o Membungkuk ke arah klien : Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengarkan sesuatu. o Mempertahankan sikap terbuka : Tidak melipat kaki/tangan atau tidak memasukkan tangan dikantong menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. o Tetap relaks : Tetap relaks dpt mengontrol

keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dlm memberi respons kpd klien. b. Jarak saat berinteraksi Jarak yang baik utk komunikasi terapeutik adalah 50 120 cm, tidak dibatasi oleh meja. c. Sentuhan

Kontak fisik yang sangat personal (bersalaman, menepuk bahu, memegang tangan pasien pada saat sedih dan menangis ) dilakukan secara tenang sambil menganalisis kondisi dan respon pasien. Jangan lakukan pada klien yg penuh curiga/tdk percaya, budaya yang membatasi. d. Diam Berguna utk memfasilitasi pasien dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Setelah perawat mengajukan pertanyaan maka perawat diam utk memberi kesempatan pada pasien berfikir ttg jawaban pertanyaan

e. Volume dan nada suara tekanan, irama, kecepatan, kualitas, Tahap hubungan Perawat klien. 1) Fase Pra interaksi a) Evaluasi diri o Informasi apa yang saya miliki tentang kondisi pasien? o Apa yang saya ucapkan pada saat bertemu nanti? o Bagaimana respon saya selanjutnya? o Adakah pengalaman interaksi yang kurang

menyenangkan ? o Jika ada, apakah sudah dikoreksi atau dibahas dalam group? o Bagaimana tingkat kecemasan saya saat ini ? b) Penetapan perkembangan interaksi dengan pasien . Apakah pertemuan ini interaksi yang pertama, lanjutan atau terminasi? Apa tujuan pertemuan? Apa tindakan yang akan dilakukan? Bagaimana cara melakukannya?

c) Rencana Interaksi

o Rencanakan percakapan saudara yang akan dilakukan o Teknik komunikasi dan observasi yang akan dilakukan. o Tindakan prosedur yang akan dilakukan. 2) Fase perkenalan dan orientasi a) Perkenalan Salam terapeutik disertai perkenalan. Evaluasi/validasi. Kontrak

b) Orientasi c) Kontrak 3) Fase kerja Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan tujuan pelayanan keperawatan.

Pada fase kerja yang perlu mendapat perhatian khusus terutama pada saat pasien komplain terhadap pelayanan yang diterima. Pada area ini perawat mengacu pada rencana tindakan keperawatan yang dapat meliputi : a) Meningkatkan pengertian & pengenalan pasien akan dirinya b) Mengembangkan & mempertahankan kemampuan

pasien secara mandiri c) Melaksanakan pendidikan kesehatan d) Melaksanakan terapi / teknikal keperawatan e) Melaksanakan tindakan kolaborasi f) Melaksanakan observasi & monitoring

4) Fase terminasi Merupakan akhir dari tiap pertemuan, terminasi dibagi dua. a) Terminasi sementara Terutama pada rawat inap, ada pergantian sift jaga atau pada saat dinas. b) Terminasi akhir

Terjadi pada saat pasien akan pulang dari Rumah Sakit (keadaan sehat, pindah RS atau meninggal).

Hambatan dalam berkomunikasi : 1) Pemberian nasehat 2) Menentramkan hati 3) Mengalihkan pembicaraan pada saat yang mengancam 4) Membuat penilaian terhadap perilaku klien 5) Perilaku yang berfokus pada diri perawat 6) Memberikan pengarahan atau petunjuk yg harus diikuti 7) Pertanyaan yang berlebihan tanpa memperhatikan

kesiapan klien 8) Memberikan komentar klise atau stereotype

Tolak ukur keberhasilan komunikasi : a) Keprcayaan penerima pasien b) Daya tarik pesan dan kesesuaian kebutuhan c) Pemahaman yang sama d) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan e) Setting komunikasi yang kondusif f) Metode dan media penyampaian yang sesuai

B. Tinjauan Tentang Kecemasan 1. Pengertian Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. ( Harold I. LIEF) Anenvous condition of unrest ( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL).

Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam keseimbangan, yang atau akan membahayakan seseorang rasa individu aman, atau

kehidupan

kelompok biososialnya. ( J.J GROEN). 2. Penggolongan Anxietas a. Ansietas ringan Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. 1) Respon fisiologis

Sesekali nafas pendekNadi dan tekanan darah naik Gejala ringan pada lambung Muka berkerut dan bibir bergetar Ketegangan otot ringan Rileks atau sedikit gelisah

2) Respon kognitif

Mampu menerima rangsang yang kompleks Konsentrasi pada masalah Menyelesaikan masalah secara efektif Perasaan gagal sedikit Waspada dan memperhatikan banyak hal Terlihat tenang dan percaya diri Tingkat pembelajaran optimal

3) Respon perilaku dan emosi Tidak dapat duduk dengan tenangTremor halus pada tangan Suara kadang-kadang meninggi

Sedikit tidak sabar Aktivitas menyendiri

b. Ansietas sedang c. 3. rdg