tugas piep ii

9
TUGAS KELOMPOK MK PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM GIZI ANALISIS MASALAH OLEH : KELOMPOK III MARDIYATI (K211 11 ) MUTIARA AFRIYUNI (K211 11 ) ANDI ISNA ARIANTI (K211 11 007) PRODI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: mel-mlati

Post on 26-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Piep II

TUGAS KELOMPOK

MK PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM GIZI

ANALISIS MASALAH

OLEH :

KELOMPOK III

MARDIYATI (K211 11 )

MUTIARA AFRIYUNI (K211 11 )

ANDI ISNA ARIANTI (K211 11 007)

PRODI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: Tugas Piep II

TUGAS PIEP

dikumpul besok jumat (28 februari 2014):

1. Berdasarkan pengalaman dan bahan bacaan, susunlah pernyataan satu

masalah gizi/kesehatan

2. Identifikasikan penyebab langsung dan penyebab tidak langsung masalah gizi

tersebut

3. Jelaskan akibat/dampak yang mungkin muncul apabila masalah tersebut tidak

diatasi

4. Identifikasikan “keadaan yang diinginkan” atau tujuan

Penyelesaian :

1. Judul: Apakah gaky berhubungan dengan prestasi belajar (kecerdasan)

2. Faktor – Faktor penyebab masalah GAKI antara lain :

• Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess

Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal

ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis

terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang

dikonsumsinya. Kelebihan yodium terjadi apabila yodium yang dikonsumsi

cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di

Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang

besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan

hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling.

• Faktor Geografis dan Non Geografis

GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah,

karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan

seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering

dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan

Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari

daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang

notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan

Page 3: Tugas Piep II

tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan

mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium.

• Faktor Bahan Pangan Goiterogenik

Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok,

namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah

satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik. Zat goiterogenik

dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat

iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut

merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke

dalam tubuh. Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan

zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar

menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan

iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan

hormon tiroksin terhambat. Beberapa jenis Goitrogen yaitu:

§  Kelompok Tiosianat atau senyawa mirip tiosianat

contoh: ubi kayu, jagung, rebung, ubi jalar, buncis besar

§  Kelompok tiourea, tionamide, tioglikoside, vioflavanoid dan disulfide

alifatik, contoh : berbagai makanan pokok di daerah tropis seperti sorgum,

kacang-kacangan, bawang merah dan bawang putih

§  Kelompok Sianida

Contoh: daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela,

kecipir, dan terung

§  Kelompok Mimosin

contoh: pete cina dan lamtoro

§  Kelompok Isothiosianat

contoh: daun pepaya

§  Kelompok Asam

contoh: jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka

§  Kelompok yang bekerja pada proses proteolisis dan rilis hormon tiroid

• Faktor Zat Gizi Lain

Page 4: Tugas Piep II

Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap

pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi

hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 %

T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan

menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan

balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.

3. Masalah yang Timbul Akibat GAKY

Prestasi belajar anak menurun,

Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) memiliki spektrum yang

sangat luas mulai dari gangguan pada janin, bayi baru lahir, anak-anak

pra-sekolah, anak sekolah, wanita usia subur, dan laki-laki dewasa.

Gangguan ini menyebabkan penurunan kemampuan belajar, kesehatan

reproduksi wanita, kualitas hidup masyarakat dan produktivitas ekonomi

(WHO, 2007).

Pemberian suplementasi iodium pada ibu hamil dan anak sekolah sudah

berjalan sejak tahun 1970-an (Djokomoeljanto et al, 2004). Meskipun

program penanggulangan GAKI telah berhasil menurunkan kejadian

kretinisme, namun TGR pada anak sekolah memiliki kecenderungan

kembali meningkat (Atmarita, 2005, p 7). Pemahaman terhadap

hubungan kekurangan iodium dengan penurunan kecerdasan perlu

mendapat prioritas agar pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin

untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.

Pada masa yang akan datang kualitas sumber daya manusia

(SDM) dapat dicerminkan dan prestasi anak sekolah dasar. Anak yang

merupakan tunas bangsa kelak harus dapat diandalkan sebagai SDM

yang berkualitas untuk meneruskan pembangunan. Untuk menciptakan

SDM yang berkualitas tersebut, tumbuh kembang mereka sejak dini

harus diperhatikan secara optimal, salah satunya yaitu dengan cara

deteksi dinidefisiensi yodiums erta meningkatkan upaya pencegahan dan

pengobatan defisiensi yodium (Rianto MJ, 2003).

Page 5: Tugas Piep II

4. Melakukan pencegahan dan penanganan

Pencegahan GAKY

Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100

μg/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium.

Jika garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak

beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2

tahun.

Kegiatan pencegahan dan penaggulangan GAKI yang telah dilakukan oleh

pemerintah meliputi komunikasi , informasi dan edukasi (KIE ) terhadap

penaggulangan GAKI yang tertuju pada 3 ( tiga ) kelompok sasaran yaitu :

a. Para perencana, pengelola dan pelaksana program.

b. Masyasarakat di daerah gondok endemik.

c. Masyarakat di luar daerah gondok endemik.

Penanggulangan GAKY

Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia.

Program intensifikasi penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997 –

2003 bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI

pada penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta

meningkatkan kerja sama lintas sektoral. Upaya penanggulangan GAKI sudah

dimulai sejak pemerintahan Belanda melalui distribusi garam beryodim ke

daerah endemik berat. Penanggulangan GAKI dilakukan dalam dua jangka

waktu, yaitu :

Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam

konsumsi dengan iodium dimana program ini disebut garam iodium.

Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara

oral maupun suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah

endemik berat dan telah dilaksanakan sejak tahun 1974

Menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI 1986, kandungan

KIO3 yang dianjurkan adalah 40 ppm. Iodium diperlukan semata – mata

untuk biosintesis hormon thyroid yang mengandung iodium. Kebutuhan

iodium meningkat pada kaum remaja dan kehamilan. Banyaknya metoda

Page 6: Tugas Piep II

suplementasi Iodium tergantung pada beratnya GAKI pada populasi, grade

iodium urine dan prevalensi goiter dan kretinism.

•GAKI ringan:

Akan lenyap dengan sendirinya jika status ekonomi penduduk ditingkatkan.

•GAKI sedang :

Dapat dikontrol dengan garam berjodium (biasanya 20 – 40 mg/kg pada tingkat

rumah tangga). Disamping itu minyak beriodium diberi secara oral atau suntik

yang dikoordinasi melalui puskesmas.

•GAKI berat :

Penanganannya : minyak beriodium diberikan (secara oral pada 3, 6, dan 12 bulan

maupun suntikan setiap 2 tahun) sampai sistim garam berjodium efektif, jika

sistim saraf pusat dicegah dengan sempurna.