tugas-penkom-minggu-4.docx

16
HISTOKIMIA TUMBUHAN Disusun oleh : Nurhalimah (G34120007) DEPARTEMEN BIOLOGI i

Upload: marcos-de-deus

Post on 09-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

HISTOKIMIA TUMBUHANDisusun oleh : Nurhalimah (G34120007)

DEPARTEMEN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015i

Daftar Isi

Daftar IsiiiBAB I Pendahuluan1Latar Belakang1Tujuan1BAB II Metodologi Penelitian2BAB III Hasil Penelitian3BAB IV Pembahasan4BAB V Penutup7Simpulan7Daftar Pustaka8Daftar Gambar Gambar 1 Daun Pinus.............................................................................................................................3Gambar 2 Daun Tapak dara....................................................................................................................3Gambar 3 Rimpang Kencur.....................................................................................................................3Gambar 4 Daun Alang-alang...................................................................................................................3

BAB I PendahuluanLatar BelakangPemeriksaan histokimia adalah suatu metode pemeriksaan pewarnaan jaringan berdasarkan reaksi kimia yang terjadi antara jaringan dan zat kimia yang terdapat pada bahan pewarna (Prabakti 2005). Afinitas jaringan dimungkinkan pada reagen kimia yang dapat menunjukan keadaan yang berhubungan dengan biokimia substrat. Berdasarkan perkembangannya ada tiga pembicaran yang menjadi kategori utama histochemists yaitu pemeriksaan orientasi kimia tetapi tidak menyangkut morfologi, minat yang sama pada fisiologi kimia, histologi, dan teknologi serta penggunaan histokimia (Wick 2012). Secara umum metode histokimia tumbuhan berpusat pada deteksi komponen subseluler, produk metabolik sekunder atau bahan cadangan. Metode ini juga digunakan untuk mendeteksi komponen dinding sel, nukleat dan asam nukleat, sistem endomembran, protein, karbohidrat dan pati serta lemak (Albrechtova 2003).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan melihat kandungan amilosa pada beras, amilopektin pada beras ketan, pati dn minyak atsiri pada rimpang kencur, alkaloid pada daun tapak dara, saluran resin dan sel idioblas pada daun pinus, serta kristal pada daun alang-alang.

BAB II Metodologi Penelitian

Beras yang sudah direndam oleh air dan disayat langsung menggunakan silet. Dalam perendaman ini, air berguna untuk melunakkan beras agar mudah disayat menjadi kecil kecil. Setelah disayat, beras dipindahkan ke preparat dan teteskan yodium ke sayatan beras.Tunggu dalam beberapa menit, perubahan yang terlihat adalah warna putih menjadi biru keunguan.Perubahan warna ini terjadi karena beras mengandung amilosa dan pati. Beras ketan direndam dalam akuades selama 24 jam. Kemudian beras ketan tersebut disayat. Sayatan yang telah jadi diletakkan pada gelas preparat. Sayatan tersebut ditetesi larutan yodium yang menghasilkan warna kuning kecoklatan. Sel granula pati beras ketan diamati di bawah mikroskop.Rimpang kencur dibuat dua sayatan tipis pada bagian tengah. Sayatan tersebut diletakkan di kaca objek. Sayatan pertama ditetesi iodium dan sayatan kedua ditetesi larutan Sudan IV. Selanjutnya sayatan yang sudah ditetesi larutan reagen ditutupi kaca penutup dan diamati dengan mikroskop.Daun pinus disayat melintang, lalu diletakkan di kaca preparat. Kemudian ditetesi Sudan IV secukupnya. Setelah itu ditutup dengan menggunakan gelas penutup, kemudian diamati saluran resin dan idioblas Pinus merkusii di bawah mikroskop. Daun tapak dara diambil dan disayat setipis mungkin melintang. Sayatan daun diletakan diatas gelas objek di tetesi reagen Wagner. Diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10x10 untuk melihat trikoma mengandung alkaloid. Daun alang-alang disayat permukaannya setipis mungkin. Sayatan daun alang-alang diletakkan di atas kaca preparat. Sepotong kecil kristal fenol diletakkan bersama sayatan daun alang-alang di atas kaca preparat. Kristal fenol dibiarkan mencair sehingga sayatan daun alang-alang terendam. Sayatan daun yang telah terendam kristal fenol ditutup dengan cover glass dan diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 40x10 hingga kristal tulang pada daun alang-alang teramati.

BAB III Hasil Penelitian

Gambar 2 Daun Tapak dara 1Gambar 1 Daun Pinus

Gambar 4 Daun Alang-alang Gambar 3 Rimpang Kencur BAB IV Pembahasan

Kencur (Kaemferia rhizome) mempunyai aroma yang khas dengan rasa pedas, hangat dan agak pahit. Kencur merupakan tanaman yang tumbuh pada daerah dataran rendah. Kandungan yang terdapat pada kencur adalah pati, mineral, minyak atsiri, sineol, asam metal kanil, pentadekaan, asamcinnamic, ethyl ester, asamsinarmic, borneol, kamphere, paraeumarin, asamanisc, alkaloid dangom. Kencur memiliki kandungan minyak atsiri yang bersifat karminativum sehingga dapat menambah nafsu makan, kandungan kurkunim yang berfungsi sebagai anti radang yang setara dengan fenilbutazon 100 mg yang dapat mengurangi nyeri dan radang pada sendi serta membantu memelihara kesehatan karena mengandung antioksidan Kencur juga dapat meningkatkan aliran empedu, cairan empedu yang pahit dan berwarna hijau berfungsi sebagai proses penyerapan makanan agar tidak terganggu sehingga bias mengontrol kadar kolesterol jahat dan menormalkan badan (Cahaya et al. 2007). Dari beberapa kajian ekologis pada adaerah pertumbuhan pohon, Pinus menunjukkan tidak ada pertumbuhan tanaman herba, hal ini diduga karena serasah dari pinus yang terdapat pada tanah mengeluarkan zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan herba. (Novianti 2006). Pinus merkusii mempunyai kandungan ekstak methanol pada daun pinus merah yang dapat menghambat pertumbuhan akar dan batang tanaman seledri (Lepidiumsativum), selada (Lactucasativa), alfafa (Medicago sativa) dangan dumhitam (Loliummultiforum). Kandungan tersebut mempunyai potensi sebagai bahan bioherbisida daun tuk mengontrol pertumbuhan gulma yang dapa tmengganggu pertumbuha nproduksi tanaman pangan.Pinus merkusii juga memiliki saluran resin yang dapat menghasilkan suatu metabolit sekunder bersifat alelopati. Alelopati pada resin tersebut termasuk ke dalam kelompok senyawa terpenoid, yaitu monoterpen -pinene dan -pinene dan senyawa tersebut diketahui bersifat toksik baik terhadap serangga maupun tumbuhan (Taiz dan Zeiger 1991). Selain itu, senyawa tersebut merupakan bahan utama pada permukaan terpentin. Monoterpen (C-10) merupakan minyak tumbuh tumbuihan yang terpenting dan berisfat racun (Sastroutomo 1990). Kandungannya yang lain adalah asam diterpena, teruitama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat dan asam pimatar. Kegunaan dari Pinus sendiri sebagai bahan pelunak piester serta campuran perbangigi, sebagai campuran peronamata (eyeshadow) dan penguat bulu mata (Adele 1997). Daun Tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi daun Tapak dara juga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga 30%,akibatnya penderita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi (Bolcskei et al. 1998). Kandungan beras sebagian besar terdiri dari amilosa dan amilopektin. Kedua senyawa tersebut merupakan polisakarida yang tersusun oleh monomer glukosa dengan ikatan 1,6-glikosidik. Amilopektin mempunyai berat molekul lebih besar selain mempunyai ikatan tersebut, terdapat ikatan 1,4-glikosidik setiap 20 mata rantai glukosa yang menghasilkan rantai bercabang. Struktur tersebut menghasilkan sifat lengket pada beras. Sedangkan amilosa hanya terbentuk dari ikatan 1,6-glikosidik yang menghasilkan ikatan rantai lurus (Kusnandar F 2011). Berdqasarkan mekanisme hidrolisis enzimatik, amilosa dapat dihidrolisis dengan satu enzim yaitu alfa-amilase. Sedangkan amilopektin yang mempunyai rantai cabang, pertama kali harus dihidrolisis pada bagian luar strukturnya dengan alfa-amilase kemudian dilanjutkan oleh alfa (16) glukosidase (Indrasari et al. 2008). Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan anggota keluarga Poaceae yang dianggap sebagai rumput liar yang cukup mengganggu. Pada umumnya memiliki kandungan silika pada bagian tubuhnya. Menurut Wibisono et al. (2011), alang-alang kering memiliki kandungan silika sebesar 3,6%, abu 5,42%, dan sisanya berupa lignin, alfa-selulosa, serta pentosan. Bagian daun alang-alang memiliki kandungan silika dalam senyawa SiO2.n H2O. Sedangkan bentuk silika umumnya tidak beraturan (amorf). Silika amorf yang telah diekstraksi dari alang-alang akan menghasilkan silika murni yang dapat digunakan untuk keperluan industry. Silika dalam alang-alang ditemukan dalam bentuk kristal silika (glass blades) yang banyak terdeposit di tepi daun dan tulang daun. Kristal silika ini terbentuk sebagai hasil dari pengambilan asam siklat dari tanah (Kow et al. 2014). Kristal silika yang terdapat pada alang-alang dapat digunakan sebagai sumber silika amorfus (Dozier et al. 1998) yang merupakan bahan umum dalam produksi semen dan karbid silikon (Dwivedi et al. 2006). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada beras terdapat amilosa sedangkan beras ketan mengandung senyawa amilopektin. Pengamatan sayatan daun tapak dara terlihat trikoma yang mengandung alkaloid. Adanya kandungan senyawa alkaloid pada jaringan ditandai dengan warna merah kecoklatan .Sebagai kontrol negatif, kandungan alkaloid pada sayatan segar dilarutan dengan asam tartaric yang hasilnya ditandai dengan warna bening. Pada sayatan melintang daun pinus teramati saluran resin dan sel idioblas yang sudah pecah. Kencur mengandung minyak dengan uji menggunakan safranin dan amilosa dengan uji menggunakan iodin. Alang-alang dapat teramati bagian kristal silika yang berwarna bening. Beberapa berbentuk seperti tulang dan beberapa yang lain berbentuk basil.

BAB V PenutupSimpulanKandungan senyawa pada tumbuhan dapat teramati dengan uji histokimia. Amilosa pada beras, amilopektin pada beras ketan, saluran resin dan sel idioblas pada daun pinus, alkaloid pad daun tapak dara, minyak dan iodin pada rimpang kencur, serta kristal silika pada alang-alang.

Daftar PustakaAdele JK. 1997. Tanaman Obat Untuk Keluarga. Jakarta (ID) : Bumi Aksara Cahaya Albrechtova J. 2003. Plant Anatomy in Environmental studies. Prague (OE): Charles University.Bolcskei H, Szantay CJ, Mak M, Balazs M, Szantay C, 1998.New antitumor derivatives of vinblastine.Acta Pharm Hung.68(2):87-93.Dozier H, Gaffny JF, McDonald SK, Johnson ERRL, Shilling DG. 1998. Cogon grass in the United States: history, ecology, impacts and management. Weed Technol. 12(4):737-743.Dwivedi VN, Singh NP, Das SS, Singh NB. 2006. A new pozzolanic material for cement industry. Int. J. Phys. Sci. 1(3):106-111.Fatmawati. 2008. Uji Toksisitas Ekstrak daun Ficus racemosa terhadap Arteniasalina Lench dan Profil Kromatologi Lapis Tipis. Surakarta (ID) : Universitas Muhammadiyah P. Indrasari SD, Purwani EY, Wibowo P, Jumali. 2008. Nilai Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas Padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27(3): 127-134.Kow KW, Yusoff R, Aziz ARA, Abdullah EC. 2014. Characterisation of Bio-Silica Synthesised from Cogon Grass (Imperata cylindrica). Powder Technology 254: 206-213.Kusnandar F. Kimia Pangan : Komponen Makro. Jakarta (ID): Dian Rakyat.Novianti I. 2006. Uji Efektivitas Ekstrak Daiun Pinus (Pinus merkusii) terhadap Perkecambahan Echino chlacolonum dan Amaranthus viridis. Journal od the History of Biology. 18 (71-102).Prabakti Y. 2005. Perbedaan jumlah fibroblas di sekitar luka insisi pada tikus yang diberi infiltrasi penghilang nyeri levobupivakindan yang tidak diberi levobupivakin. [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.Rohni et al. 2007. Penanganan Tumbuhan Berpembuluh. Jakarta (ID) :Erlangga.Sastroutomo S.1990. Ekologi Gulma. Jakarta (ID) : Gramedia PustakaTaiz L and E Zeiger. 1991. Plant Phisiology. California (US) : The Bejamin Publishing Company Inc. Wibisono I, Leonardo H, Antaresti, Aylianawati. 2011. Pembuatan Pulp dari Alang-alang. Widya Teknik 10(1): 11-20.Wick MR. 2012. Histochemistry as a tool in morphological analysis: a historical review. Annals of Diagnostic Pathology. 16: 71-78.