tugas otoda

Upload: sudarjanto

Post on 07-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

11

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah. Agar pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan tersebut benar-benar memiliki manfaat dan dampak jangka panjang bagi masyarakat luas, pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan itu sendiri memerlukan suatu upaya keberlanjutan dan kesinambungan.Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di Daerah. Sedangkan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam bentuk tugas dan kewajiban yang dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.[footnoteRef:2] [2: Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, Hal. 3.]

Sistem pembangunan daerah yang dimaksud memiliki manfaat utama bagi antara lain adalah :1. Meningkatkan konsistensi antar kebijakan yg dilakukan berbagai organisasi publik dan antara kebijakan makro dan mikro maupun antara kebijakan dan pelaksanaan 2. Meningkatkan transparansi dan partisipasi dalam proses perumusan kebijakan dan perencanaan program3. Menyelaraskan perencanaan program dan penganggaran 4. Meningkatkan akuntabilitas pemanfaatan sumberdaya dan keuangan publik 5. Terwujudnya penilaian kinerja kebijakan yang terukur, perencanaan dan pelaksanaan, sesuai RPJMD sehingga tercapai efektivitas perencanaan. Proses perencanaan dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan, pemerataan, demokratis, desentralistik, transparansi, akuntabel, responsif, dan partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur lembaga negara, lembaga pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan.Dalam pembangunan ini diperlukan semangat dari masyarakat untuk ikut serta dalam pembentukan rencana pembangunan daerah sesuai PP Nomor 8 Tahun 2008. Sedikitnya tertuang di dalam 7 (tujuh) pasal yaitu sbb: ( Pasal ayat (2) Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing (Pasal 3) Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan ( Pasal 17 ayat (5) Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat, dan pencapaian keadilan yang berkesinambunan dan berkelanjutan ( Pasal 18 ayat (1) Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi masyarakat di daerah ( Pasal 36 ayat (1) Program urusan wajib dan urusan pilihan yg mengacu pada standar pelayanan minimal sesuai dgn kondisi nyata daerah dan kebutuhan riil masyarakat ( Pasal 38 ) Rancangan kebijakan pembangunan daerah yg telah disusun dibahas dalam forum konsultasi publik (Pasal 52 ayat (1) Masyarakat dapat melaporkan program dan kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.[footnoteRef:3] [3: Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.]

Dampak dari keikutsertaan masyarakat yaitu diantaranya prinsip-prinsip Good Governance dalam tata Pemerintahan Daerah akan dapat diwujudkan dan dilembagakan dengan mudah . Prinsip Good Governance mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mewujudkan penegakan Hukum yang adil bagi semua pihak, menjunjung HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup di masyarakat..Prinsip Good Governance menurut Peraturan Perundang-Undangan, beberapa Lembaga dan Pakar dari tahun ke tahun sampai yang terakhir tahun 2005 adalah adanya wawasan kedepan, keterbukaan dan transparansi, partisipasi masyarakat, tanggung gugat, supremasi hukum, demokrasi, profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, keefisienan dan keefektifan, desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha swasta, komitmen kepada pengurangan kesenjangan, komitmen pada lingkungan hidup, dan komitmen pada pasar yg fair.[footnoteRef:4] [4: Sedarmayanti, Good Governance ( Kepemerintahan Yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Baik) Bagian Ketiga, CV. Mandar Maju, Bandung, 2007, Hal. 22-25.]

Transparansi agar terciptakan kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan mendapatkan informasi yang akurat dan memadai.Yang kedua akan muncul tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap proses penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Ketiga, hubungan dan Komunikasi antara Birokrasi daerah dan Masyarakat akan mudah dijalin dengan sangat baik.Untuk membahas lebih lanjut, perlu kita ketahui definisi dari perencanaan itu apa. Jika kita lihat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia, dan menetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan memiliki tujuan antara lain :1) Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.2) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antar ruang, antarwaktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah.3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.4) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah.5) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan.Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan Nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 1 angka 1 yang dimaksud perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan ,dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Maksud dari pembangunan itu sendiri adalah upaya mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah dan antar sub daerah serta antar warga masyarakat (pemerataan dan keadilan). Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan dengan menciptakan atau menambah lapangan kerja. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah serta mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa datang atau berkelanjutan.Kemudian untuk definisi Praktis dari suatu perencanaan Pembangunan Daerah, yaitu suatu usaha yang sistematik dari pelbagai pelaku (aktor), baik umum (publik) atau pemerintah, swasta , maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek lingkungan lainnya dengan cara: secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah, merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah, menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi), dan melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.Sebuah proses berkelanjutan yang melibatkan kebijakan atau pilihan-pilihan mengenai alternatif jalan/cara dalam menggunakan sumber daya yang tersedia dengan tujuan mencapai cita-cita/sasaran khusus di masa depan melalui pemilihan tujuan dan kriteria, identifikasi seperangkat alternatif dan arahan tindakkan. Perencanaan Pembangunan dibutuhkan untuk menetapkan sasaran-sasaran yang tepat dan tidak melenceng dari perencanaan awal.[footnoteRef:5] [5: http;//www.slideshare.net/dadangsolihin/perencanaan pembangunan-daerah-konsep-strategi-tahapan-dan-proses.]

Ada empat instrumen hukum utama yang secara langsung melandasi kerangka kerja dan kelembagaan perencanaan dan penganggaran yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu:, UU No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara terutama pasal 17 - 20., UU No. 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional terutama pasal 21 - 27., UU No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah terutama pasal 150 - 154 dan pasal 179 - 199., UU No. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemerintah Daerah terutama pasal 66 - 86.,Keeempat instrumen hukum di atas tidak mengatur secara rinci mengenai substansi dan proses perencanaan dan penganggaran. Pelaksanaan yang lebih rinci dituangkan dalam peraturan pemerintah yaitu: , PP No.. 54/2005 Tentang Pinjaman Daerah, PP No. 56/2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, PP No. 57/2005 Tentang Hibah Kepada Daerah, PP No. 58/2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah PP No. 65/2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. PP No. 72/2005 Tentang Desa.Dari instrument hukum tersebut mempunyai tujuan dan maksud diadakannya perencanaan yakni untuk sebagai penuntun arah,meminimalisis ketidak pastian dan in efiensi sumber daya serta menetapkan standar kualitas yang ada. Secara garis besarnya Tahapannya perencanaan terdiri dari empat pokok yaitu penyusunan rencana , penetapan rencana ,pengendalian rencana dan evaluasi pelaksanaan rencana.Dari penjelasan diatas timbul pertanyaan untuk dianalisis. dan untuk pembahasan lebih lanjut, akan penulis jabarkan pada Bab II makalah ini.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana Implikasi UU Nomor 25 Tahun 2004 Terhadap Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah di Indonesia?2. Sebutkan dan Jelaskan Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah, Beserta Alur Kerja Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB IIPEMBAHASAN

1.Implikasi UU Nomor 25 Tahun 2004 Terhadap Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah di Indonesia.

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,Pembangunan Nasional Adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.

Para ahli memberikan pengertian yang bermacam-macam definisi pembangunan. Salah satunya Siagian (1994) menjelaskan pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa ( Nation Building).[footnoteRef:6] [6: Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah, Perencanaan Pembangunan Daerah. Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, PT. Gramedia Pustaka Jaya, Jakarta, 2003, Hal. 4.]

Penerapan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dianggap sebagian orang sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan otonomi daerah. Hal ini disebabkan oleh karena UU ini adalah UU pertama yang menjelaskan bagaimana proses perencanaan pembangunan, salah satunya dilakukan dengan pendekatan bawah atas.Ciri-ciri PPD dalam hal ini meliputi hal-hal sebagai berikut :1. Menghasilkan program-program yang bersifat umum2. Analisis perencanaan bersifat makro/luas3. Lebih efektif dan efisien digunakan untuk perencanaan jangka menengah dan panjang.4. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan universal, namun tetap memiliki spesifikasi masing-masing yang jelas.5. Fleksibel dan mudah untuk dijadikan sebagai acuan perencanaan pembangunan jangka pendek (1 Tahun).[footnoteRef:7] [7: Ibid, Hal 9.]

Hal diatas dipengaruhi oleh perubahan dan pengelolaan pembangunan berdasarkan amandemen UUD 1945 yang telah mengamanatkan untuk memperkuat kedudukan lembaga legislatif dan penyusunan APBN.[footnoteRef:8]. Dengan semangat otonomi daerah yang terkandung dalam UU sistem Perencanaan Pembangunan Nasional tentu saja berimplikasi lebih kepada daerah untuk menyusun rencana pembangunan daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi sumber daya yang ada didaerahnya dan menjadi satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan. [8: Deddy Supriady Bratakusumah, 2008, Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, PT. Gramedia Pustaka Jaya, Jakarta, 2001, Hal. 15]

Dampak positif dengan lahirnya UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ini bahwa proses penyusunan rencana pembangunan daerah sesuai dengan visi dan misi kepala daerah. Dari sisi yuridis, UU sistem perencanaan pembangunan daerah tersebut telah member kepastian dimana rencana pembangunan daerah tersebut dikuatkan dengan peraturan daerah dan menjadi kesatuan dokumen yang tidak terpisahkan dengan rencana pembangunan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem perencanaan nasional yang sesuai dengan latar belakang masyarakat dalam hal ini kualitas SDM nya, sistem politik, sistem hukum serta besarnya anggaran yang dimiliki negara kita.1. DITINJAU DARI SEGI KUALITAS SDMRakyat diharapkan bisa menjadi motor penggerak pembangunan, untuk itu rakyat seharusnya bisa menjadi subjek dan objek pembangunan. Rakyat menjadi subjek pembangunan dituntut agar melakukan pembangunan sebagai kewajiban yang harus dilakukan. Sedangkan objek pembangunan, rakyat menjadi pelaksana pembangunan sebagai pemberian upah dari tanggung jawabnya kemudian harus mengikuti ketentuan yang diberikan.Rakyat sebagai pelaksana pembangunan artinya rakyatlah yang menentukan arah kebijakan pembangunan sedangkan objek pembangunan tersebut ditujukan untuk rakyat yang melakukan proses pembangunan sejak dari perencanaan, pelaksanaan, memonitor dan evaluasi.Hal ini akan menjadi konsep belaka jika manusia sebagai subjek dan obyek pembangunan kualitas SDM nya belum siap untuk itu. Karena Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari potensi dan kualitas sumber daya lokal terutama sumber daya manusia. Dalam hal ini memanfaatkan tenaga kerja lokal dan sumber daya lokal yang dipersiapkan dalam proses persiapan masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat. Karena prinsip partisipasi masyarakat salah satunya adalah pemberdayaan (kapasitas lokal sebagai kekuatan pembangunan).Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebenarnya secara teori dan konsep cukup ideal, masalahnya sekarang bagaimana kita dapat menggunakan forum yang sudah terbentuk tersebut dengan efektif dan efisien dalam proses menyusun perencanaan pembangunan. Jangan sampai aspirasi, partisipasi dan pelibatan masyarakat dalam proses penjaringan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi dari perencanaan yang dibuat, masih dihadapkan pada balutan sloganistis dan pemenuhan asas formalitas belaka.Pemasalahan yang dihadapi pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam kebijakan pembangunan adalah: pertama, meskipun semua perangkat hukum memberikan ruang terhadap partisipasi publik, tetapi semua perangkat hukum tersebut tidak mengatur secara eksplisit bagaimana, dimana dan siapa yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan publik.Kedua, banyak LSM-LSM dan organisasi kemasyarakatan yang bergerak di berbagai bidang namun memiliki keterbatasan dalam membawa aspirasi rakyat, sehingga tidak terbentuk sinergi antara rakyat dan pemerintah. Ketiga, banyaknya organisasi kemasyarakatan dan LSM diera reformasi menyulitkan untuk menentukan organisasi kemasyarakatan mana yang dapat dianggap mewakili aspirasi masyarakat. Pengalaman selama ini banyak kebijakan partisipasi yang dilaksanakan oleh pemerintah diprotes oleh masyarakat, karena wakil masyarakat tersebut dianggap tidak mewakili masyarakat.Jalan keluar yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala partisipasi agar pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik dapat berjalan baik adalah:

diperlukan instrument hukum yang secara subtantif mengatur pelibatan masyarakat, sehingga mekanisme pelibatan masyarakat menjadi jelas;

perlu keterbukaan dan akuntabilitas dari pihak pemerintah dan peka terhadap kepentingan publik;

Masyarakat juga harus dilatih dengan mengajak mereka untuk mengidentifikasi kebutuhan mengorganisir masalah, perencanaan dan memonitor dan mengevaluasi hasil-hasil pembanguanan melalui kegiatan kajian-kajian bersama masyarakat. Dengan demikian masyarakat mampu menghadapi perubahan yang kemungkinan terjadi karena mental masyarakat telah dilatih, masyarakat siap dengan sumber daya lokal yang memadai. Selain itu usaha untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia juga harus terus dilakukan. Pembangunan manusia harus dipandang sebagai investasi bagi masa depan bangsa dan bukan sekedar ongkos/spending pembangunan. Prinsip pelaksanaannya adalah bertumpu pada pengembangan skema-skema/contoh-contoh konkrit kemitraan antar pemangku kepentingan dalam pembangunan manusia dengan dasar oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat.

2. DITINJAU DARI SEGI POLITIKUUD 45 sampai dengan perubahan yang keempat telah mengamanatkan beberapa hal yang dapat berdampak revolusioner pada tatanan hidup bangsa bernegara. Beberapa perubahan tersebut antara lain: (1) Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam satu paket, (2) MPR terdiri dari anggota DPD dan DPR, (3) Jabatan presiden dan wakil presiden bersifat tetap waktu (fixed term), sehingga tidak bisa diberhentikan kecuali melanggar hukum, dan (4) MPR tidak lagi membuat GBHN.Ketiadaan GBHN merupakan konsekuensi logis dari pemilihan presiden secara langsung. Sebab salah satu aspek penilaian terhadap calon presiden adalah visi atau rencana atau program yang ditawarkannya dalam upaya pemerintahannya mencapai cita-cita bangsa bernegara yang secara eksplisit tersurat didalam pembukaan UUD 1945. Andaikata yang bersangkutan dapat memenangi pemilihan umum, maka tawaran tersebut harus dapat diwujudkannya pada masa jabatannya. Apabila tidak, maka yang bersangkutan akan dianggap gagal, akibatnya dia tidak akan dipilih lagi oleh rakyat untuk jabatan berikutnya3. DITINJAU DARI SEGI HUKUMDiujung pemerintahannya Presiden Megawati Soekarno Putri menandatangani suatu UU yang cukup strategis dalam penataan perjalanan sebuah bangsa untuk menatap masa depannya yakni UU nomor 25 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional. Dan bagaimanapun UU ini akan menjadi landasan hukum dan acuan utama bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memformulasi dan mengaplikasikan sesuai dengan amanat UU tersebut. UU ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam UU ini pada ruang lingkupnya disebutkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat. Intinya dokumen perencanaan pembangunan nasional yang terdiri dari atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementerian/lembaga dan perencanaan pembangunan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenanganya mencakup : (1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan periode 20 (dua puluh) tahun(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan periode 5 (lima) tahun, dan (3) Rencana Pembangunan Tahunan yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP dan RKPD) untuk periode 1 (satu) tahun. Lahirnya UU tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ini.paling tidak memperlihatkan kepada kita bahwa dengan UU ini dapat memberikan kejelasan hukum dan arah tindak dalam proses perumusan perencanaan pembangunan nasional kedepan, karena sejak bangsa ini merdeka, baru kali ini perencanaan pembangunan nasional ditetapkan lewat UU, padahal peran dan fungsi lembaga pembuat perencanaan pembangunan selama ini baik di pusat maupun di daerah sangat besar.4. DI TINJAU DARI SEGI PENYUSUNAN ANGGARANDirjen Anggaran Departemen Keuangan (Depkeu) Anny Ratnawati mengakui, terdapat lima kelemahan dalam pelaksanaan reformasi pada sistem anggaran dan keuangan negara.Berdasarkan hasil evaluasi atas sistem anggaran negara yang kita terapkan lebih dari 30 tahun (anggaran rutin dan pembangunan), setidaknya diidentifikasi terdapat lima kelemahan utama. Kelima kelemahan utama tersebut, yakni :1. kurangnya disiplin. Misalnya, terjadi duplikasi anggaran karena adanya sistem pengelolaan anggaran secara terpisah, seperti antara anggaran pembangunan di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan anggaran rutin di Depkeu.2. kurang menunjukkan adanya jaminan kesinambungan fiskal. Yang disebabkan oleh suatu sistem anggaran. Ini karena sistem anggaran yang diterapkan bersifat tahun tunggal (single year) dan hanya berbasis program (zero based budgeting).3. kurangnya transparansi. Ini terlihat dari sulitnya memperoleh informasi tentang apa yang akan dilaksanakan oleh suatu kementerian/lembaga atau yang akan menjadi prioritas pemerintah.4. kurangnya efisiensi. Ini terlihat dari tidak adanya suatu standar biaya yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur apakah sebuah kegiatan telah dilaksanakan secara efisien atau tidak.5. kurangnya akuntabilitas. Yang diindikasikan dari pencatatan setiap transaksi yang dilakukan. Pencatatan belum menggunakan system double entry atau berdasarkan sistem akuntansi pemerintahan, sehingga banyak transaksi yang tidak diyakini kebenarannya.Oleh karena itu, sistem anggaran negara harus direformasi sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola keuangan publik. Sejalan dengan perkembangan ilmu manajemen keuangan modern, sistem anggaran negara kita sudah sepatutnya direformasi. Jadi, mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik.

2. Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Alur Kerja Sesuai Perundang-Undangan yang Berlaku

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan dan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, tahapan perencanaan terdiri dari empat (4) tahapan yaitu :- Pertama adalah penyusunan rencana awal, tahapan ini menggunakan pendekatan teknokrat, dimana penyusunan rancangan awal dilakukan oleh satuan tugas yang berwenang.- Kedua, pelaksanaan Musrenbang, tahapan ini menggunakan pendekatan partisipatif, dimana masyarakat diperankan untuk memberikan masukan terhadap rancangan awal rencana pembangunan dan sekaligus menerapkan pendekatan Top-Down dan Bottom-Up dimana proses musrenbang dilakukan mulai tingkat kecamatan hingga provinsi.-Ketiga, Perumusan Rancangan akhir dilakukan untuk menyelaraskan semua program yang telah disusun oleh SKPD setelah melalui tahapan pelibatan masyarakat. - Keempat, Penetapan rencana dimana rencana akhir ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

1.penyusunan rencana seperti: Rancangan rencana pembangunan nasional /daerah Rancangan rencana kerja Departemen/Lembaga/SKPD Musyawarah perencanaan pembangunan Rencana akhir rencana pembangunan2. Penetapan rencana seperti : ARPJP Nasional dengan Undang-Undang dan RPJP daerah dengen PERDA RPJM dengan Peraturan Presiden /Kepala Daerah RKP /RKPD dengan Peraturan Presiden /Kepala Daerah3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana Untuk menjamin bahwa Pelaksanaa rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Dilakukan oleh masing- masing pimpinan SKPD4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana Untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes) dan dampak dari pelaksanaan rencana pembangunanDalam proses pelaksanaannya tersebut terdiri dari beberapa pendekatan yaitu pendekatan politik . proses teknokratik partisipatif dan proses top bottom dan bottom up sangat nenunjang dalam proses pelaksaan perencanaan nasional maupun suatu wilayahNamun pada dasarnya disamping pelaksanan tidak selalu harus berpatokkan terhadap rencana-rencana jauh kedepan akan tetapi juga berfokus bagaimana menyelesaikan permasalahan- permasalahan yang ada saat ini yang begitu erat dalam kehidupan sehari-hari dan disekitar.Ada beberapa hal permasalahan yang menjadi pokok yang harus diselesaikan yakni Melingkupi Permasalahan pembangunan dalam bidang ekonomi seperti contoh, meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, pola persebaran investasi PMA yang belum merataPembangunan sosial bidang pendidikan kesehatan dan gizi, pembangunan prasarana wilayah yang begitu kompleks dari mulai hal transportasi,sampai penurunannya kapasitas pemda dan pembiayaannya dalam pengelolaan infrastruktur, pembangunan sumber daya alam yang masih lemah seperti hal nya kemacetan.kawasan kumuh,ahli fungusi lahan pertanian menjadi pemukiman secara signifikan,meningkatnya urbanisasi, serta RTRW belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus pada perencanaan contoh nyata adalah permalasahan pada kota besar seperti jakarta yang seharusnya menjadi contoh baik pembangunanPerencanaan akan baik,tetapi kadang dalam fakta pelaksanaannya tidak seperti seharusnya tertera dalam acuan yang ada secara sistematis. Hal ini terjadi karena beberapa faktor dan permasalahannya tidak ada kaitannya perencanaan dengan pelaksanaan yang seharusnya,pada faktor sumber daya manusia aparat tidak siap atau tidak kompeten dalam ikut serta dibagian perencanaan pembangunan.maka diperlukan pendalaman perencanaan lebih jauh untuk menyiapkan Sumber daya yang lebih memadai dan menunjang. serta dalam hal perencanaan sebaiknya masyarakat diberi kesempatan berpartisipasi sehingga menjadi pendukung berjalan dengan baik pembangunan yang diharapkan.Dengan demikian pembuatan rencana, apapun namanya, pasti akan terus dilakukan. Masalahnya adalah siapa yang harus membuatnya, dan apa dasar pemikirannya, legitimasinya dituangkan dalam bentuk apa?. Lebih jauh lagi tahapan perencanaannya dan akuntabilitas dari perencanaan tersebut. Dengan demikian rencana untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa mutlak diperlukan untuk mengawasi dan mengukur kinerja pemerintahan.

Rencana Kerja pemerintahan dimasa mendatang akan berisi Rencana Strategis Pemerintahan yang sedang berlangsung selama masa kerjanya. Dengan demikian rencana yang dibuat sifatnya akan berubah dari sebuah dokumen yang bersifat teknis menjadi dokumen yang bersifat politis. Dengan konstelasi politik di Indonesia dewasa ini dan dimasa datang, dimana dapat diramalkan tidak akan ada partai peserta pemilu yang akan mendapatkan mayoritas suara, maka dokumen ini akan menjadi acuan bersama dalam menjalankan pemerintah secara koalisi. Dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, maka dokumen rencana ini tidak harus berupa rencana fiskal, karena sebagian besar rencana tersebut akan dibuat dan dijabarkan oleh pemerintah daerah. Sementara jajaran pada pemerintahan nasional, yakni Departemen dan LPND hanya akan menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangannya. Tugas mereka hanya menjalankan kewenangan pemerintahan nasional. Sehingga rencana strategis dari masing-masing instansi seyogyanya dibuat oleh instansi yang bersangkutan.

Agar Rencana Kerja pemerintahan dapat ditaati oleh segenap pihak pemerintahan maka rencana tersebut haruslah memiliki dasar hukum. Mengingat Rencana Kerja pemerintahan ini sepenuhnya berada pada tanggung jawab presiden maka yang paling tepat untuk ini adalah Keputusan Presiden (Keppres). Bentuk regulasi ini lebih flexible, presiden setiap saat dapat mengubahnya sesuai dengan kebutuhannya untuk menyesuaikan terhadap pelaksanaan rencana tersebut.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanKesimpulan yang didapat dari pembahasan diatas bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menggunakan sistem partisipasi ditinjau dari segi kualitas SDM, Politik, Penyusunan Anggaran, Hukum sebenarnya secara teori dan konsep sudah cukup ideal, meskipun dalam praktek pelaksaanaan sistem partisipasi dalam Perencanaan Pembangunan Nasional ini masih ditemui beberapa kelemahan.Tugas kita sekarang adalah melakukan berbagai upaya perbaikan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul dalam penerapan dalam sistem partisipasi ini.Fakta lain menggambarkan juga bahwa proses penyusunan RKPD tidak terlepas dari unsur kepentingan politik, dimana dalam hal tersebut DPRD menjadi institusi yang memiliki nilai tawar karena perannya yang bisa melakukan untuk tidak member dukungan terhadap proses penyusunan RKPD. Dan dari keseluruhan fakta bahwa dalam proses musrenbang terjadi pertarungan antara partisipasi dan teknokratis. Seharusnya proses musrenbang bersifat partisipasi seutuhnya, tetapi dalam kenyataannya keputusan ditetapkan berdasarkan teknokratis karena faktor pemerintah daerah dalam hal ini BAPPEDA.B.SaranDiperlukan adanya proses transformasi kapasitas masyarakat dan keterampilan masyarakat akan proses perencanaan pembangunan. Langkah tersebut untuk mengantisipasi terjadinya formalitas partisipatif dan manipulasi. Sehingga pada akhirnya proses penyusunan perencanaan pembangunan tidak kehilangan hakikat dasarnya yakni partisipatif dan bottom up.Kemudian mempertajam alokasi anggaran secara efisien dan efektif denga memberikan perhatian khusus terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat. Mengembangkan kebijakan yang inovatif, rasionalisasi pungutan pajak dan retribusi daerah yang mampu menunjang dunia usaha masyarakat luas. Dan yang palin utama adalah pemerintah mampu mengelola keuangan daerah dengan baik dengan cara meningkatkan kapasitas pengelolaan administrasi keuangan daerah.

daftar pustakaDeddy Supriady Bratakusumah, 2008, Implikasi Perubahan UUD 1945 Terhadap Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional