peranan pemerintah desa memberdayakan masyarakat di era otoda pada desa

191
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai sejak 2001 mengandung konsekuensi yang cukup “menantang” bagi daerah. Di satu sisi, kebebasan berkreasi membangun daerah benar-benar terbuka lebar bagi daerah. Namun demikian, di sisi yang lain telah menghadang setumpuk masalah yang harus diselesaikan. Masalah yang sangat mendasar adalah perubahan pola pengelolaan daerah dari sentralistik menjadi desentralisasi, misalnya sumber dana untuk membiayai pembangunan, sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan, dan masih banyak yang lain. Pembangunan nasional dan daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa. Desa merupakan basis kekuatan sosial ekonomi dan politik yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Perencanaan pembangunan selama

Upload: syafiqqurrahman

Post on 26-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

axxaxxahhhhaxh

TRANSCRIPT

Page 1: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai sejak 2001 mengandung

konsekuensi yang cukup “menantang” bagi daerah. Di satu sisi, kebebasan berkreasi

membangun daerah benar-benar terbuka lebar bagi daerah. Namun demikian, di sisi

yang lain telah menghadang setumpuk masalah yang harus diselesaikan. Masalah

yang sangat mendasar adalah perubahan pola pengelolaan daerah dari sentralistik

menjadi desentralisasi, misalnya sumber dana untuk membiayai pembangunan,

sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan, dan

masih banyak yang lain. Pembangunan nasional dan daerah merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa. Desa merupakan basis

kekuatan sosial ekonomi dan politik yang perlu mendapat perhatian serius dari

pemerintah. Perencanaan pembangunan selama ini menjadikan masyarakat desa

sebagai objek pembangunan bukan sebagai subjek pembangunan.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan

peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan

masyarakat. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan keseluruhan belanja

daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

1

Page 2: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

2

Lahirnya otonomi daerah serta dalam era globalisasi, maka pemerintah

daerah dituntut memberikan pelayanan yang lebih prima serta memberdayakan

masyarakat sehingga masyarakat ikut terlibat dalam pembangunan untuk kemajuan

daerahnya, karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan serta

pembangunan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien, dan dengan sendirinya

masyarakat akan mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab. Proses

pembangunan saat ini perlu memahami dan memperhatikan prinsip pembangunan

yang berakar dari bawah (grasroots), memelihara keberagaman budaya, serta

menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi manusia. Pembangunan yang

dilakukan harus memuat proses pemberdayaan masyarakat yang mengandung makna

dinamis untuk mengembangkan dalam mencapai tujuan.

Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah

konsep kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara

sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan.

Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan di masa lalu adalah disebabkan

antara lain karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program

pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat. Proses pembangunan lebih

mengedepankan paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada

arus utama kehidupan bermasyarakat.

Otonomi asli merupakan bentuk kewenangan yang hanya dimiliki oleh

Desa berdasarkan adat-istiadat yang hidup dan dihormati di suatu Desa yang

bersangkutan. Ini tampak kurang mendapat perhatian kita, sehingga dapat

menyebabkan kegiatan administrasi dalam organisasi pemerintahan tidak berjalan

Page 3: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

3

seperti yang diharapkan. Hal semacam ini kemungkinan dapat membawa dampak

negatif bagi suatu pemerintahan, maksudnya penyelenggaraan ataupun

pengembangan organisasi pemerintahan Desa tidak berjalan secara efektif dan

efisien. Untuk itu Pemerintah Desa mempunyai hak, wewenang dan kewajiban

memimpin pemerintahan desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan

merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan

pemerintahan Desa.

Implementasi Otonomi Daerah salah satu aspeknya adalah pengelolaan

keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu program daerah

bidang keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu serta mengemban misi

mewujudkan suatu strategi melalui berbagai kegiatan. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dimana penyelenggaraan urusan pemerintah

desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa dan Bantuan Pemerintah Desa sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri

Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa

(ADD) dari pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa. Melalui Alokasi Dana

Desa, desa berpeluang untuk mengelola pembangunan, pemerintahan dan sosial

kemasyarakatan desa secara otonom. Alokasi Dana Desa adalah dana yang diberikan

kepada desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan

daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.

Konsep alokasi dana desa sebenarnya bermula dari sebuah kritik dan refleksi

terhadap model bantuan desa yang diberikan oleh pemerintah pusat bersamaan

Page 4: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

4

dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969. Dalam mendesain transfer

keuangan pusat dengan daerah, Orde Baru ternyata masih melanjutkan pola yang

dipakai Orde Lama. Beragam jenis transfer keuangan kepada desa tersebut

diantaranya adalah Bantuan Desa (Bandes), dana pembangunan desa (Bangdes), serta

Inpres Desa Tertinggal/IDT (Sidik, 2002).

Pemberian alokasi dana desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa

untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan

desa yang berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, pemberdayaan

masyarakat. Peran pemerintah desa ditingkatkan dalam memberikan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat serta mempercepat pembangunan dan pertumbuhan

wilayah-wilayah strategis, sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah

tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Niat dan keinginan pemerintah

(negara/daerah) untuk membangun dan mengembangkan sebuah wilayah sangatlah

mendapat dukungan dari masyarakat, realisasi dari niat dan keinginan ini haruslah

berbentuk kesejahteraan dan kebanggan sebagai anggota masyarakat (negara/daerah)

(Miraza, 2005).

Tujuan pelaksanaan alokasi dana desa adalah: 1) meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya; 2) meningkatkan

kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa;

3) meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat desa; serta 4) mendorong peningkatan swadaya gotong

Page 5: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

5

royong masyarakat. Adapun program alokasi dana desa (ADD) yang dilaksanakan di

Kecamatan Khusus di Desa Sederhana adalah: 1) Biaya operasional penyelenggaraan

pemerintah desa; 2) Biaya operasional BPD; 3) Tambahan penghasilan kepala desa

dan perangkat desa; 4) Bantuan biaya operasional LKMD; 6) Bantuan operasional

PKK; 7) Bantuan operasional Posyandu; 8) Bantuan pengembangan sosial budaya,

keagamaan, dan pembinaan generasi muda.

Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ini dilaksanakan dengan pembangunan fisik

dan non fisik yang berhubungan dengan Indikator Perkembangan Desa. Indikator

Perkembangan Desa meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat

kesehatan. Walaupun masih ada desa-desa yang belum berhasil dalam pembangunan

fisik, namun pemberian Alokasi Dana Desa dengan pembangunan fisik dianggap

relatif cukup memenuhi prasarana dan sarana desa.

Usaha penerapan program ADD yang dicanangkan oleh Pemerintah

Kabupaten Umum ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Kecamatan

Khusus dalam memaksimalkan pemanfaatan alokasi dana desa. Penggunaan ADD di

Kecamatan Khusus telah berjalan sesuai dengan program yang dilaksanakan.

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat cukup berkembang dalam penggunaan ADD

sehingga ekonomi masyarakat menunjukkan adanya peningkatan dengan terlibatnya

masyarakat dalam usaha ternak dan anyaman. Hal ini menjadi perhatian pemerintah

kecamatan dan pemerintah desa sebagai pengambil kebijakan adalah bagaimana

menerapkan agar program alokasi dana desa ini sebagai langkah strategis dalam

usaha pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi Kecamatan Khusus

Desa Sederhana Kabupaten Umum.

Page 6: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

6

Pada saat pola pemerintahan sentralistik, daerah menerima saja program-

program yang telah dirancang dari pusat. Akan tetapi, sekarang ini daerah harus

melakukan sendiri aktivitas perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. Dengan

beban pekerjaan yang semakin banyak tersebut, maka sumber daya manusia harus

siap, baik jumlah maupun kualitasnya. Sedangkan dalam hal sumber pembiayaan

pembangunan, daerah dituntut untuk mampu membiayai sebagian besar kegiatan

pembangunannya, sehingga sekali lagi diperlukan sumber daya manusia yang kreatif

yang dapat menghasilkan pemikiran, konsep, dan kebijakan bagi pemenuhan sumber

pembiayaan pembangunan.

Melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pemerintah desa bertanggung jawab

kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan menyampaikan

laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati. Pemerintah desa dalam hal

ini Kepala Desa dilarang melakukan kegiatan-kegiatan atau tindakan yang merugikan

kepentingan negara, pemerintah, pemerintah Daerah dan masyarakat Desa.

Maksudnya untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan yang akan

merugikan kepentingan umum khususnya kepentingan Desa itu sendiri. Pemerintah

desa harus mengadakan kerjasama untuk kepentingan Desa yang diatur dengan

keputusan bersama dan diberitahukan kepada Camat. Dalam hal ini tugas Pemerintah

desa khususnya Kepala Desa harus mengarahkan aparat-aparat pemerintah Desa,

memberikan dorongan dan motivasi dalam melaksanakan masing-masing tugasnya,

agar organisasi pemerintahan di Desa berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Pada dasarnya suatu organisasi akan mati apabila kegiatan administrasi tidak jelas,

karena kita tahu bahwa fungsi Pemerintah Desa dalam mengembangkan organisasi

Page 7: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

7

pemerintahan sangat penting. Untuk itu ada 3 fungsi yang harus dimiliki oleh seorang

Pemimpin baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah Daerah termasuk

Pemerintah Desa memiliki 3 peranan yang sangat strategis dalam membangun

desanya yaitu stabilitas, alokasi dan distribusi. Adapun batasan pengertian ke 3 fungsi

tersebut adalah :

a. Stabilitas adalah kemantapan, kestabilan, keseimbangan

b. Alokasi adalah Penentuan penggunaan sumber daya secara sistematis (misalnya

tenaga kerja, mesin dan perlengkapan demi pencapaian hasil yang optimal).

c. Distribusi adalah penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau

ke beberapa tempat.

Di dalam meningkatkan atau mengembangkan organisasi pemerintah dalam

suatu Desa maka yang harus dilakukan oleh seorang Kepala Desa selaku Pemimpin

adalah mengarahkan atau memberikan motivasi terhadap aparat pemerintah agar

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, karena keberhasilan suatu organisasi baik

itu organisasi besar atau kecil tergantung dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Oleh karena itu peran serta masyarakat terhadap pengembangan organisasi

pemerintah sangat diharapkan terutama para pemuda sebagai penggerak atas

berhasilnya segala pembangunan di desa tersebut Dalam hal ini tidak lepas tanggung

jawab seorang Kepala Desa selaku pembina masyarakat demi terselenggaranya

otonomi.

Sehubungan dengan hal tersebut, kewajiban pemerintah dalam menyediakan

berbagai infrastruktur sosial yang memadai khususnya dalam wilayah desanya

sendiri seperti penyediaan lingkungan yang layak, peningkatan keterampilan, fasilitas

Page 8: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

8

umum, sarana transportasi dan sebagainya. Penyediaan infrastruktur tersebut mutlak

dilakukan agar desa dapat tumbuh dan berkembang dan mampu menyelenggarakan

rumah tangganya sendiri demi tercapainya kehidupan masyarakat yang aman,

sejahtera dan damai.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka strategi dan program kebijakan

pemerintahan selaku Pemimpin harus memiliki relevansi yang dapat memudahkan

masyarakat ikut berpartisipasi sekaligus turut pula menikmati hasil-hasil kerja mereka

dengan baik. Ini berarti pula bahwa setiap peraturan yang ada dalam organisasi

tersebut sangat perlu dituangkan dalam aturan dan kebijakan yang lebih sederhana,

mudah dan biaya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di desa.

Berkaitan dengan hal tersebut, implementasi pengembangan terhadap

organisasi pemerintahan desa dalam struktur penataan harus berpijak pada asas

efektivitas dan efisiensi dengan tetap menjunjung tinggi hak-hak individu dalam

masyarakat untuk berkembang semaksimal mungkin. Mekanisme pelayanan

organisasi pemerintah pada hakikatnya perlu diarahkan pada fungsi pelayanan sosial

yang benar-benar mengedepankan kepentingan masyarakat sehingga peran

pemerintah selaku Pemimpin benar-benar terwujud. Namun tidak dapat dipungkiri

bahwa prosedur apapun bentuk dan jenisnya telah sering disalahgunakan

oleh oknum aparat dan seringkali dianggap sebagai alat untuk melegitimasi

kekuasaan birokrasi.

Salah satu aspek yang kadangkala dimanfaatkan oleh oknum aparat dalam

mencari keuntungan dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan adalah

lemahnya aturan yang ada dan tidak jelasnya mekanisme dan prosedur dalam

Page 9: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

9

memperoleh kebijaksanaan. Untuk itu sebagai aparat pemerintah desa harus adil

dalam mengambil keputusan dan harus benar-benar berada dalam panutan di

masyarakat agar dalam pengembangan organisasi pemerintah tersebut

berkembang sesuai dengan aturan yang ada.

Pembangunan infrastruktur desa harus lebih didasarkan atau ditentukan oleh

masyarakat itu sendiri sehingga memungkinkan tumbuhnya keswadayaan/partisipasi

masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Di sisi lain, infrastruktur yang dibangun

juga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat dalam

mengelola dan memelihara setelah proyek tersebut berakhir, dan di dalam

pembangunan infrastruktur desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga

sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien (Suriadi,

2005: 61). Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, antara lain menegaskan bahwa “Pemberian Otonomi Luas kepada Daerah

diarahkan untuk memepercepat terwujudnya kesejahtaraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat”.

Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi

pelayanan, penyertaan peran serta, prakarsa dan Pemberdayaan Masyarakat yang

bertujuan pada Peningkatan Kesejahtraan Rakyat. Oleh karena itu kebijakan

pemberdayaan masyarakat merupakaan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan

Otonomi Daerah yang luas,nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan di Daerah

Kabupaten dan Kota. Dalam rangka untuk mencapai tujuan pembangunan

infrastruktur desa secara lebih efektif, maka pemerintah desa dan masyarakatnya

perlu menciptakan suatu strategi pencapaian tujuan tersebut. Dalam merancang

Page 10: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

10

strategi yang dimaksud, pemerintah desa perlu memperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Keterpaduan pembangunan desa, dimana kegiatan yang dilaksanakan memiliki

sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.

2. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan dari proses

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan.

3. Keberpihakan, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan

hasil kepada seluruh masyarakat desa.

4. Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan

kesempatan luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan maupun pemanfaatan hasilnya.

Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik

dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-

benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi,

khususnya pembangunan perdesaan, mutlak diperlukan pemberdayaan masyarakat

desa mulai dari keikutsertaan perencanaan sampai pada hasil akhir dari pembangunan

tersebut.

Lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah

dan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa memberikan kesempatan

kepada masyarakat desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,

dengan persyaratan yang diamanatkan yakni diselenggarakan dengan memperhatikan

prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta

memperhatikan potensi dan keaneka-ragaman daerah. Masyarakat memiliki peran

Page 11: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

11

cukup sentral untuk menentukan pilihan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan

aspirasinya. Masyarakat memiliki kedaulatan yang cukup luas untuk menentukan

orientasi dan arah kebijakan pembangunan yang dikehendaki. Nilai-nilai kedaulatan

selayaknya dibangun sebagai kebutuhan kolektif masyarakat dan bebas dari

kepentingan individu dan atau golongan.

Usaha untuk menggalakkan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk

memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa yang

merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga pihak, yaitu

pemerintah, swasta dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa

pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk

meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan

desa. Berbagai teori mengatakan, bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa

menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Sedangkan untuk menumbuhkan

kesadaran warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana

untuk memperbaiki kondisi sosial dan dalam meningkatkan partisipasi warga desa

dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemimpin desa khususnya

pimpinan dan kepemimpinan pemerintah desa atau Kepala Desa. Sebab pada tingkat

pemerintahan yang paling bawah, kepala desa sebagai pimpinan pemerintah desa atau

aktor dalam menjalankan kepemimpinan pemerintah desa menjadi ujung tombak

pelaksanaan dan terlaksananya pembangunan desa maupun dalam menumbuhkan

kesadaran warga desa untuk berperan serta dalam pembangunan desa.

Salah satu sasaran pokok pembangunan Desa ialah memberantas atau

setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan, meningkatkan taraf hidup yang lebih layak.

Page 12: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

12

Pembangunan desa harus melibatkan sebagian besar penduduk, yang hasilnya dapat

dinikmati oleh seluruh masyarakat. Kiranya cukup disadari bahwa tidak jarang

terjadi, hasil pembangunan desa hanya dinikmati oleh sekelompok elite desa atau

bahkan oleh orang-orang di luar lingkungan desa (Suwondo, 1982: 73).

Isu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pada era globalisasi

khususnya pada zaman otonomi daerah semakin banyak dibicarakan dalam forum-

forum diskusi yang dilakukan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, nasional

dan internasional, dan melalui artikel-artikel dalam media massa. Kesimpulannya

mempersoalkan sikap apatis masyarakat terhadap proyek pembangunan, partisipasi

masyarakat yang rendah dalam pembangunan, penolakan masyarakat terhadap

beberapa proyek pembangunan, ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan serta pemecahan masalahnya, tingkat adopsi masyarakat yang rendah

terhadap inovasi, dan masyarakat cenderung menggantungkan hidup terhadap

bantuan pemerintah, serta kritik-kritik lainnya yang umumnya meragukan bahwa

masyarakat memiliki potensi untuk dilibatkan sebagai pelaksana pembangunan.

Meskipun kritik-kritik diatas ada benarnya, tetapi dengan hanya menyalahkan

masyarakat tanpa mencari faktor-faktor penyebabnya maka permasalahannya tidak

dapat dipecahkan (Suriadi, 2005: 56).

Pendekatan top-down tidak mengembangkan masyarakat untuk mempunyai

tanggung jawab dalam mengembangkan ide-ide baru yang lebih sesuai dengan

kondisi setempat dan mengakibatkan ketergantungan. Namun masyarakat harus

diberi kepercayaan dalam pembangunan, dimana hasil yang lebih berkelanjutan akan

dicapai jika masyarakat diberikan kepercayaan agar dapat menentukan proses

Page 13: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

13

pembangunan yang dibutuhkan mereka sendiri, sementara pemerintah dan lembaga

lain mempunyai peran sebatas mendukung dan memfasilitasi. Pendekatan

pemberdayaan masyarakat ini akan mengantar masyarakat dalam berproses untuk

mampu menganalisa masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai

sumber daya yang merekamiliki. Mereka sendiri yang membuat keputusan-keputusan

dan rencana-rencana, mengimplementasikan serta mengevaluasi keefektifan kegiatan

yang dilakukan.

Kegagalan pembangunan atau pembangunan tidak memenuhi sasaran karena

kurangnya pemberdayaan masyarakat, bahkan banyak kasus menunjukkan rakyat

menentang upaya pembangunan. Keadaan ini dapat terjadi karena beberapa hal:

1)Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil orang dan tidak

menguntungkan rakyat banyak bahkan pada sisi estrem dirasakan merugikan.

2)Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat

kurang memahami maksud tersebut. 3)Pembangunan dimaksudkan untuk

menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak

sesuai dengan pemahaman tersebut. 4)Pembangunan dipahami akan menguntungkan

rakyat tetapi rakyat tidak diikutsertakan.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, maka pembangunan yang dilaksanakan dengan

menggunakan paradigma pemberdayaan sangat diperlukan untuk mewujudkan

partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan di desa, kelurahan, dan kecamatan. Untuk mewujudkan pemberdayaan,

Page 14: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

14

kesejahteraan dan kemandirian masyarakat perlu didukung oleh pengelolaan

pembangunan yang partisipatif. Pada tatanan pemerintahan diperlukan perilaku

pemerintahan yang jujur, terbuka, bertanggung jawab dan demokrasi, sedangkan pada

tatanan masyarakat perlu dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang peran

serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama.

Pembangunan wilayah pedesaan tidak terlepas dari peran serta dari seluruh

masyarakat pedesaan, sehingga kinerja seorang kepala desa sebagai kepala

pemerintahan desa harus dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan

mengkoordinasikan pemerintah desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah

tangga desa, melakukan pembinaan dan pembangunan masyarakat, dan membina

perekonomian desa. Namun dalam kenyataannya menunjukkan bahwa penilaian

kinerja kepala desa oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan serba lamban,

lambat, dan berbelit-belit serta formalitas.

Masyarakat yang dinamis telah berkembang dalam berbagai kegiatan yang

semakin membutuhkan aparatur pemerintah yang profesional. Seiring dengan

dinamika masyarakat dan perkembangannya, kebutuhan akan pelayanan yang

semakin kompleks serta pelayanan yang semakin baik, cepat, dan tepat. Aparatur

pemerintah yang berada ditengah-tengah masyarakat dinamis tersebut tidak dapat

tinggal diam, tetapi harus mampu memberikan berbagai pelayanan yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Terjadinya pemekaran wilayah di Indonesia,

khususnya di beberapa kabupaten, menyebabkan terjadinya perubahan sistem dan

struktur kepemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Untuk menghadapi

perubahan tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Umum berkewajiban

Page 15: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

15

meningkatkan kemampuan aparatur pemerintahannya di berbagai bidang, antara lain

peningkatan kemampuan SDM seperti keahlian, pengetahuan dan ketrampilan dengan

melalui pendidikan, pelatihan, kursus, magang, seminar/diskusi dan lain-lain.

Pemerintahan Kabupaten Umum dalam rangka peningkatan mutu dan

kualitas SDM, sudah melaksanakan pelatihan penjenjangan dan pelatihan teknis

Pemerintahan Desa sebagai aplikasi dari Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2001

tentang peningkatan aparatur pemerintahan dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun

2005 tentang pemerintahan desa, yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan

aparatur pemerintahan desa. Pelatihan tersebut dilakukan secara bertahap baik di

tingkat kabupaten maupun di tingkat kecamatan. Harapan dari terlaksananya program

pendidikan dan pelatihan tersebut adalah dapat meningkatkan kinerja kepala desa

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparatur pemerintah di

desa.

Pada dasarnya kinerja pemerintah desa tidak cukup hanya dengan

peningkatan pendidikan dan pelatihan saja, tetapi bisa juga dilakukan melalui

peningkatan motivasi kepada mereka. Timbulnya motivasi pada diri seseorang tentu

oleh adanya suatu kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan

sekundernya. Jika kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, maka seseorang akan giat

bekerja sehingga kinerja dapat meningkat. Kinerja pemerintah desa sebagai aparatur

pemerintahan desa khususnya yang ada di Kabupaten Umum tentu dipengaruhi oleh

kebutuhan seperti yang dimaksud di atas, dan mereka akan bekerja keras jika

pekerjaannya itu dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Disamping faktor motivasi

juga faktor pengalaman akan ikut mempengaruhi prestasi kerja (kinerja) dalam

Page 16: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

16

pelaksanaan tugas kepemerintahan desanya. Seorang kepala desa yang sudah lama

bekerja sebagai kepala desa akan lebih berpengalaman dibandingkan dengan yang

baru bekerja sebagai kepala desa, dan dengan pengalaman tersebut ia akan mudah

melaksanakan tugas kesehariannya sebagai aparatur pemerintahan desa.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik

untuk melaksanakan penelitian dengan judul: Peranan Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Di Era Otonomi Daerah pada Desa Sederhana

Kecamatan Khusus Kabupaten Umum

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas maka dalam penelitian ini

penulis mengangkat beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimana peranan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa

Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum ?

2. Faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat Pemerintah desa dalam

memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten

Umum ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan Pemerintah desa dalam

memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten

Umum.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pemerintah

desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus

Kabupaten Umum.

Page 17: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

17

D. Manfaat Penelitian

1. Dari segi teoritis atau aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi kontribusi bagi pengembangan konsep keilmuan khususnya dalam

bidang kajian yang berhubungan dengan pengembangan organisasi pemerintah

Desa khususnya Kecamatan Khusus Kabupaten Umum.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

referensi dan bahan masukan bagi peranan Kepala Desa sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku dalam meningkatkan pembangunan di

daerahnya.

Page 18: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, perlu mengemukakan teori-teori

sebagai kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana penelitian menyoroti

masalah yang dipilih. Sugiono (2005: 55) menyatakan bahwa landasan teori perlu

ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar

perbuatan coba-coba. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah

sebagai berikut:

A. Peranan

Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang

atas sesuatu pekerjaan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Peranan adalah

tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Peranan merupakan

suatu aspek yang dinamis dari suatu kedudukan (status). Peranan merupakan sebuah

landasan persepsi yang digunakan setiap orang yang berinteraksi dalam suatu

kelompok atau organisasi untuk melakukan suatu kegiatan mengenai tugas dan

kewajibannya. Dalam kenyataannya, mungkin jelas dan mungkin juga tidak begitu

jelas. Tingkat kejelasan ini akan menentukan pula tingkat kejelasan peranan

seseorang (Sedarmayanti, 2004: 33).

Menurut Soekanto (2003: 243) peranan adalah aspek dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki macam-

macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti

bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta

18

Page 19: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

19

kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan

suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat dalam organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial

masyarakat

B. Pemerintah Desa.

Secara umum di Indonesia, desa (atau yang disebut dengan nama lain sesuai

bahasa daerah setempat) dapat dikatakan sebagai suatu wilayah terkecil yang dikelola

secara formal dan mandiri oleh kelompok masyarakat yang berdiam di dalamnya

dengan aturanaturan yang disepakati bersama, dengan tujuan menciptakan

keteraturan, kebahagiaan dan kesejahteraan bersama yang dianggap menjadi hak dan

tanggungjawab bersama kelompok masyarakat tersebut. Wilayah yang ada

pemerintahannya Desa/Kelurahan langsung berada di bawah Camat. Dalam sistem

administrasi negara yang berlaku sekarang di Indonesia, wilayah desa merupakan

bagian dari wilayah kecamatan, sehingga kecamatan menjadi instrumen koordinator

dari penguasa supra desa (Negara melalui Pemerintah dan pemerintah daerah).

Pada awalnya, sebelum terbentukya sistem pemerintahan yang menguasai

seluruh bumi nusantara sebagai suatu kesatuan negara,1 urusan-urusan yang dikelola

oleh desa adalah urusan-urusan yang memang telah dijalankan secara turun temurun

Page 20: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

20

sebagai norma-norma atau bahkan sebagian dari norma-norma itu telah melembaga

menjadi suatu bentuk hukum yang mengikat dan harus dipatuhi bersama oleh

masyarakat desa, yang dikenal sebagai hukum adat. Urusan yang dijalankan secara

turun temurun ini meliputi baik urusan yang hanya murni tentang adat istiadat,

maupun urusan pelayanan masyarakat dan pembangunan (dalam administrasi

pemerintahan dikenal sebagai urusan pemerintahan), bahkan sampai pada masalah

penerapan sanksi, baik secara perdata maupun pidana.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desa dari sudut pandang sosial

budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar

mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen

dan banyak bergantung secara langsung dengan alam. Oleh karena itu, desa

diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris,

mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat

pendidikan yang rendah (Juliantara, 2005: 18).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005, Desa atau yang disebut

dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat

Page 21: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

21

yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan berada di kabupaten/kota, dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa

dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi

sosial budaya masyarakat setempat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Jumlah Penduduk.

b. Luas Wilayah.

c. Bagian Wilayah Kerja.

d. Perangkat, dan.

e. Sarana dan Prasarana Pemerintahan.

Pembangunan nasional, desa memegang peranan yang sangat penting, sebab

desa merupakan struktur pemerintahan terendah dari sistem pemerintahan Indonesia.

Setiap jenis kebijakan pembangunan nasional pasti bermuara pada pembangunan desa

sebab pembangunan Indonesia tidak akan ada artinya tanpa membangun desa, dan

bisa dikatakan bahwa hari depan Indonesia terletak dan tergantung dari berhasilnya

kita membangun desa. Sehingga dengan semangat desentralisasi dalam otonomi

daerah ini masyarakat haruslah dilibatkan atau diberdayakan dalam pembangunan

desanya. Sebab disadari atau tidak bahwa pembangunan desa telah banyak dilakukan

sejak dari dahulu hingga sekarang, tetapi secara umum hasilnya belum memuaskan

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Desa memiliki hak otonomi tetapi tetap dalam ikatan pemerintah Republik

Indonesia. Hak otonomi maksudnya berhak menyelenggarakan rumah tangganya

menurut keputusan sendiri, berhak mengatur rumah tangganya sendiri, asal tidak

Page 22: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

22

bertentangan dengan peraturan pemerintah di desanya dan berkewajiban

melaksanakan peraturan pemerintah Desa. Sedangkan Kelurahan tidak memiliki hak

otonomi dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya menurut keputusan

sendiri. Hanya menyelenggarakan pemerintahan menurut peraturan pemerintah di

atasnya. Inilah bedanya dengan Desa seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004.

Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat. Ada masalah

kesehatan, masalah pekerjaan dan pendapatan, pendidikan, pertanian, lingkungan

hidup dan lain sebagainya. Masyarakat berharap dapat lepas dari masalah-masalah

itu karena itu masalah-masalah warga masyarakat dalam kebutuhannya untuk

meningkatkan taraf hidupnya antara lain kebutuhan pokok seperti makanan yang

cukup dan sehat, rumah yang sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan pengetahuan,

keterampilan, penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat dan Iain-lain.

Di Desa sebenarnya terdapat potensi sumber daya. Ada potensi sumber daya

alam atau sumber daya lingkungan dan sumber daya manusia. Agar terpenuhi

kebutuhannya maka mau tidak mau sumber daya itu harus dimanfaatkan dengan baik.

Untuk itulah perlu adanya pembangunan sebab pembangunan Desa mencakup

berbagai bidang kehidupan masyarakat baik itu lahir maupun batin. Pembangunan

mencakup pribadi warganya dan lingkungannya, pembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan warganya. Semua elemen penting yang terdapat pada institusi desa

diharapkan selalu mengetahui apa masalah warganya dan apa kebutuhannya.

Bukankah pembangunan itu untuk penduduknya sendiri dan bukankah pemerintahan

Desa diadakan untuk membangun Desa dan masyarakat. Dalam hal ini seorang

7

Page 23: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

23

Kepala Desa harus menempatkan dirinya sebagai Pemimpin yang baik yang bisa

mengayomi masyarakatnya, yang siap mendengar keluh kesah warganya dalam hal

apapun, agar masyarakatnya benar-benar percaya bahwa pemimpinnya selalu

bersikap adil dan tidak berpihak pada yang satu atau yang lainnya.

Wujud demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dibentuk badan

permusyawaratan desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang berkembang di

desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan

peraturan desa, anggaran dan pendapatan dan belanja desa, dan keputusan kepala

desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra

kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Pemerintah desa

terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari Sekretaris

Desa, pelaksana teknis lapangan, unsur kewilayahan dan perangkat desa lainnya yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan

sekretaris desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi syarat.

Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 (7) Pemerintah desa adalah

penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan badan

permusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul, adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah desa

atau yang disebut juga dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Page 24: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

24

Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa berwarga negara Republik

Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh peraturan

daerah yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Calon kepala desa yang

memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala

desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan,

hukum adat setempat yang ditetapkan dalam peraturan daerah dengan berpedoman

pada peraturan pemerintah.

Dalam PP No. 72 Tahun 2005 pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa Kepala Desa

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan

masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa,

pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha milik desa, dan

kerjasama antar desa. Urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan

masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa, seperti jalan

desa, jembatan desa, pasar desa. Urusan kemasyarakatan ialah pembedayaan

masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang

kesehatan, pendidikan, dan adat-istiadat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

diatas, Kepala Desa mempunyai wewenang:

a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama BPD.

b) Mengajukan rancangan peraturan desa.

c) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

Page 25: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

25

d) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk

dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

e) Membina kehidupan masyarakat desa.

f) Membina perekonomian desa.

g) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

h) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan,dan;

i) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepala desa mempunyai kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme (KKN);

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

Page 26: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

26

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Desa mempunyai

kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD,

serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa ini disampaikan kepada

Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun. Laporan keterangan

pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana diatas disampaikan 1 (satu) kali

dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.

Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat dapat berupa

selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara

lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media

lainnya. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) PP No. 72

Tahun 2005 yaitu Sekretaris Desa yang bertugas membantu Kepala Desa dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris

Desa bertanggungjawab kepada Kepala Desa. Sekretaris Desa diisi dari Pegawai

Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama

Bupati/Walikota. Yang memenuhi persyaratan, yaitu:

a. Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat;

b. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;

Page 27: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

27

c. Mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran;

d. Mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan di bidang

perencanaan

e. Memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan

f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.

Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.

Pengangkatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Desa, dan usia perangkat desa tersebut paling rendah 25 (dua

puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun. Mengenai Perangkat Desa

Lainnya ini diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Di desa dapat dibentuk

lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman

pada peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan ini bertugas

membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat

desa. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban

tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengelolaan keuangan desa. Sumber

pendapatan desa adalah:

a. Pendapatan asli desa (hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan

partisipasi, hasil gotong-royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah).

b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus)

dan dari retribusi Kabupaten/Kota.

Page 28: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

28

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang

pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana

desa;

d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Desa memiliki hak otonomi tetapi tetap dalam ikatan pemerintah Republik

Indonesia. Hak otonomi maksudnya berhak menyelenggarakan rumah tangganya

menurut keputusan sendiri, berhak mengatur rumah tangganya sendiri, asal tidak

bertentangan dengan peraturan pemerintah di desanya dan berkewajiban

melaksanakan peraturan pemerintah Desa. Sedangkan Kelurahan tidak memiliki hak

otonomi dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya menurut keputusan

sendiri. Hanya menyelenggarakan pemerintahan menurut peraturan pemerintah di

atasnya. Inilah bedanya dengan Desa seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004.

Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat yang meliputi: masalah

kesehatan, masalah pekerjaan dan pendapatan, pendidikan, pertanian, lingkungan

hidup dan lain sebagainya. Masyarakat berharap dapat lepas dari masalah-masalah

itu karena itu masalah-masalah warga masyarakat dalam kebutuhannya untuk

meningkatkan taraf hidupnya antara lain kebutuhan pokok seperti makanan

yang cukup dan sehat, rumah yang sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan

Page 29: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

29

pengetahuan, keterampilan, penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat

dan Iain-lain.

Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengembangan organisasi

pemerintah yang telah diprogramkan perlu didukung oleh aparatur pelaksana yang

mampu, dan untuk itu perlu dijalin hubungan serasi antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah di bawahnya

sampai pada unit pemerintahan yang terendah yaitu pemerintah Desa.

Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dalam

Undang-undang nomor 05 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah

yang telah dirubah menjadi Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang otonomi

daerah yang kemudian telah disempurnakan menjadi Undang-undang 32 Tahun 2004

tentang pemerintahan daerah yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Tertib hukum dan menciptakan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan

organisasi pemerintahan di Indonesia, tetapi juga yang penting adalah mensukseskan

pembangunan di segala bidang di Seluruh Indonesia guna mencapai cita-cita

nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yaitu

masyarakat adil dan makmur baik materil maupun spritual bagi Seluruh rakyat

Indonesia. Maka perlu memperkuat kedudukan pemerintahan desa agar mampu

menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan organisasi

dan makin mampu menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang makin

meluas dan efektif.

Page 30: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

30

Presiden Republik Indonesia dengan persetujuan DPR menetapkan Undang-

undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa sebagai pengganti dari

Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 disempurnakan dengan Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004. Prinsip dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa

berdasarkan Undang-undang nomor 32Tahun 2004 adalah :

a. Untuk menjamin Terselenggaranya tertib pemerintahan dan sesuai pula dengan

sifat Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pengaturan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan Desa sejauh mungkin diseragamkan. Hal ini

dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan atas

Desa di Seluruh Indonesia yang beraneka ragam baik dalam susunan masyarakat,

tata hukum adatnya maupun latar belakang kehidupannya sebagai satuan

masyarakat terkecil. Keseragaman tersebut meliputi kebijaksanaan-kebijaksanaan

pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa yang diarahkan kepada

perwujudan daya guna dan hasil guna yang rasional.

b. Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa hanya

mengatur Desa dan Kelurahan dari segi pemerintahannya. Dengan demikian

Undang-undang tersebut tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat hukum adat

dan kebiasaan-kebiasaan yang masih hidup sepanjang menunjang kelangsungan

pemerintahan. Pembangunan dan ketahanan nasional dalam Undang-undang

nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa tidak mengarah kepada

pembentukan Daerah Otonomi tingkat tiga. Hal ini sesuai dengan penjelasan

Undang-undang tersebut yang menegaskan bahwa walaupun Desa mempunyai hak

untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, tetapi hak tersebut bukanlah

Page 31: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

31

hak otonomi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2004

tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Telah ditetapkannya Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Desa dan berbagai peraturan sebagai kebijaksanaan pelaksanaannya,

diharapkan akan dapat makin mantap penyelenggaraan pemerintahan Desa secara

terpadu dan menyeluruh sehingga terwujud hubungan yang jelas antara sistem

penyelenggaraan pemerintah Desa berdasarkan Undang-undang nomor 32 Tahun

2004.

Program tahunan dalam rencana kerja yang disusun oleh pemerintah Desa

terhadap kegiatan-kegiatan yang kebijaksanaan dan sistem penyelenggaraan

pemerintah Desa yang selama ini diatur dengan berbagai kebijaksanaan Daerah

menjadi sistem penyelenggaraan pemerintahan Desa secara Nasional dengan pola

yang seragam ini berarti bahwa penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan

Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 adalah merupakan pembaharuan dalam

sistem penyelenggaraan pemerintahan Desa. Oleh karena itu dalam melakukan

pengkajian terhadap materi Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan berbagai

peraturan pelaksanaannya diperlukan adanya ketelitian dan kehati-hatian agar tidak

menimbulkan suatu penafsiran yang keliru. Hal ini sejalan dengan peranan dan fungsi

Desa dalam kehidupannya sebagai berikut:

a. Sumber segala data, informasi, daya gerak, pembinaan dan pengawasan.

b. Benteng yang harus diandalkan dalam pengamalan Pancasila.

c. Pusat penumbuhan dan peningkatan jiwa gotong royong di segala bidang

kehidupan dan penghidupan.

Page 32: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

32

d. Pusat pembinaan partisipasi masyarakat di segala bidang baik di bidang

pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan.

e. Pusat pembinaan ketertiban dan kesatuan bangsa yang tersebar di seluruh

pelosok tanah air.

Memperhatikan pentingnya peranan dan fungsi aparatur pemerintah desa yang

merupakan barisan terdepan dalam mensukseskan program pemerintah,

pembangunan dan pembinaan masyarakat maka lembaga musyawarah Desa sebagai

lembaga pemerintahan Desa yang merupakan perwujudan demokrasi Pancasila di

tingkat Desa mempunyai peranan yang menentukan di dalam keberhasilan seorang

Kepala Desa untuk melaksanakan tugas-tugasnya di bidang pemerintahan,

pembangunan dan pembinaan masyarakat.

C.Pemberdayaan Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau

menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan-

kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama

(Suriadi, 2005: 41). Menurut kodratnya, manusia tidak dapat hidup menyendiri, tetapi

harus hidup bersama atau berkelompok dengan manusia lain yang dalam

hubungannya saling membantu untuk dapat mencapai tujuan hidup menurut

kemampuan dan kebutuhannya masing-masing atau dengan istilah lain adalah saling

berinteraksi.

PP No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa Pemberdayaan Masyarakat memiliki

makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di desa

ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui

Page 33: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

33

penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi dan prioritas

kebutuhan masyarakat.

Menurut Ketaren (2008: 178-183) pemberdayaan adalah sebuah ”proses

menjadi”, bukan sebuah ”proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai

tiga tahapan yaitu: Tahap pertama Penyadaran, pada tahap penyadaran ini, target

yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran

bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai ”sesuatu’, prinsip dasarnya adalah

membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun ”demand”)

diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka (bukan

dari orang luar). Setelah menyadari, tahap kedua adalah Pengkapasitasan, atau

memampukan (enabling) untuk diberi daya atau kuasa, artinya memberikan kapasitas

kepada individu atau kelompok manusia supaya mereka nantinya mampu menerima

daya atau kekuasaan yang akan diberikan. Tahap ketiga adalah Pemberian Daya itu

sendiri, pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau

peluang, namun pemberian ini harus sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah

dimiliki mereka.

Membicarakan konsep pemberdayaan, tidak dapat dilepas-pisahkan dengan

konsep sentral, yaitu konsep Power (daya). Menurut Suriadi (2005: 54-55) Pengertian

pemberdayaan yang terkait dengan konsep power dapat ditelusuri dari empat sudut

pandang/perspektif, yaitu perspektif pluralis, elitis, strukturalis, dan post-strukturalis.

1) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif pluralis, adalah suatu proses

untuk menolong kelompok-kelompok masyarakat dan individu yang kurang

beruntung untuk bersaing secara lebih efektif dengan kepentingan-kepentingan

Page 34: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

34

lain dengan jalan menolong mereka untuk belajar, dan menggunakan keahlian

dalam melobi, menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politik,

memahami bagaimana bekerjanya sistem (aturan main), dan sebagainya. Oleh

karenanya, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk

bersaing sehingga tidak ada yang menang dan kalah. Dengan kata lain,

pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok atau

individu bagaimana bersaing di dalam peraturan.

2) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif elitis adalah suatu upaya untuk

bergabung dan mempengaruhi para elitis, membentuk aliansi dengan elitis,

melakukan konfrontasi dan mencari perubahan pada elitis. Masyarakat menjadi tak

berdaya karena adanya power dan kontrol yang besar sekali dari para elitis

terhadap media, pendidikan, partai politik, kebijakan publik, birokrasi, parlemen,

dan sebagainya.

3) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif strukturalis adalah suatu

agenda yang lebih menantang dan dapat dicapai apabila bentuk-bentuk

ketimpangan struktural dieliminir. Masyarakat tak berdaya suatu bentuk struktur

dominan yang menindas masyarakat, seperti: masalah kelas, gender, ras atau etnik.

Dengan kata lain pemberdayaan masyarakt adalah suatu proses pembebasan,

perubahan struktural secara fundamental, menentang penindasan struktural.

4) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif post-strukturalis adalah suatu

proses yang menantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan lebih ditekankan

pertama-tama pada aspek intelektualitas ketimbang aktivitas aksi; atau

Page 35: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

35

pemberdayaan masyarakat adalah upaya pengembangan pengertian terhadap

pengembangan pemikiran baru, analitis, dan pendidikan dari pada suatu aksi.

Dalam konteks relasi negara dan masyarakat, maka ketidakberdayaan warga

negara tidak bisa dilihat sebagai suatu ”kodrat” melainkan harus dilihat sebagai hasil

dari relasi kuasa. Permasalahannya adalah apakah relasi kuasa yang berkembang

memang memungkinkan suatu proses yang membuat masyarakat yang punya

kekuatan menjadi tidak punya kekuatan (dalam konteks negara demokrasi), atau

apakah proses yang ada cenderung tidak menghilangkan kekuatan yang dimiliki

masyarakat atau sebaliknya ? Selanjutnya, Himawan Pambudi (2003: 54) berpendapat

bahwa pemberdayaan memiliki makna:

Pertama, pemberdayaan bermakna kedalam, berarti suatu usaha untuk

mentransformasikan kesadaran rakyat sekaligus mendekatkan masyarakat dengan

akses untuk perbaikan kehidupan mereka. Suatu transformasi kesadaran bermakna

tindakan untuk mengembangkan pendidikan politik, guna mengembangkan wacana

alternatif, sehingga dominasi atau hegemoni negara bisa diatasi. Langkah-langkah ini

dilakukan dengan maksud utama untuk:

a. Memungkinkan masyarakat secara mandiri (otonom) mengorganisasikan diri dan

dengan demikian akan memudahkan rakyat menghadapi situasi-situasi sulit, serta

mampu menolak berbagai kecenderungan yang merugikan.

b. Memungkinkan ekspresi aspirasi dan jalan memperjuangkannya dengan

memberikan semacam garansi bagi tidak diabaikannya kepentingan rakyat.

c. Memungkinkan diatasinya persoalan-persoalan dalam dinamika pembangunan

yang menjadi cermin adanya kepercayaan kepada rakyat bahwa rakyat tidak perlu

Page 36: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

36

dimaknai sebagai sumber kebodohan, melainkan subjek pembangunan yang juga

memiliki kemampuan.

Kedua, pemberdayaan bermakna keluar sebagai suatu upaya untuk menggerakkan

perubahan-perubahan kebijakan yang selama ini nyata-nyata merugikan masyarakat.

Pemberdayaan dalam arti ini bermakna sebagai policy reform yang berbasis pada

upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat. Suatu upaya policy reform sudah tentu

memiliki dua makna sekaligus. Makna kebelakang, berarti suatu bentuk koreksi

(mendasar) atas kebijakan lama. Sedangkan makna kedepan adalah mendorong suatu

proses dan skema baru agar pengambilan kebijakan tidak lagimenggunakan skema

lama, melainkan menggunakan skema baru yang lebih termungkinkan keterlibatan

masyarakat. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu

dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi jaringan kerja serta kekuatan yang

terletak pada setiap individu. Pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan,

orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui

kemandiriannya, bahkan merupakan suatu keharusan untuk lebih diberdayakan

melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber

lainya dalan rangka mencapai tujuan.

Himawan S. Pambudi, dkk(2003: 55-56), memberi cakupan terhadap aspek

ketidakberdayaan rakyat, agar bisa memperlihatkan apa yang seharusnya menjadi

orientasi dari pemberdayaan mayarakat tersebut:

a. Masalah kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat begitu rendah. Fokus dari

permasalahan ini adalah terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan,

penghasilan, kesehatan, dan sebagainya.

Page 37: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

37

b. Masalah akses terhadap sumberdaya, sebagian masyarakat elit dan kelas menengah

memiliki akses dan kemudahan yang tinggi dan sebagian yang lain tidak memiliki

akses dan termarginal.

c. Masalah kesadaran, massa rakyat umumnya percaya bahwa keadaan mereka

berkait dengan nasib. Sebagian dari golongan elit mensosialisasikan masalah ini

secara sistematik, apakah melalui lembaga pendidikan, media massa atau media

lain. Kemampuan massa rakyat untuk memahami persoalan-persoalan yang

mereka hadapi sangat terbatas. Sebagai akibatnya, banyak masalah tidak bisa

diselesaikan substansial dan cenderung diselesaikan dengan cara karikatif (bantuan

karena belas kasihan).

d. Masalah partisipasi, umumnya rakyat memiliki keterlibatan yang sangat kecil atau

tidak sama sekali dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri

mereka sendiri. Dapat dikatakan nasib rakyat ditentukan oleh golongan elit.

e. Masalah kapasitas untuk ikut memberikan kontrol dan mengendalikan proses

penyelenggaraan pemerintahan, kekuasaan dan berbagai relasi yang ada.

Sardlow (Adi, 2003:54) melihat berbagai pengetian yang ada mengenai

pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun

komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Kata pemberdayaan

mengesahkan arti adanya sikap mental yang tangguh. Proses pemberdayaan

mengandung dua kecendrungan, yaitu: Pertama, kecenderungan primer. Proses

pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan

sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu

Page 38: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

38

menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun asset

material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.

Kedua, kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong

dan memotivasi agar idividu mempunyai kemampuan untuk menentukan apa yang

menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Kedua proses tersebut saling terkait, dan agar kecenderungan primer dapat

terwujud, sering harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Dengan

demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang

mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada

keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat

yang berdaya, yang memiliki kekuasaan dan pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial

seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyelesaikan aspirasi, mempunyai mata

pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugasnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering kali digunakan

sebagai sebuah proses.

Dalam PP No. 72/ 2005 Pembangunan berarti pemberdayaan masyarakat

dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa, seperti jalan desa,

jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Pendekatan pembangunan yang sangat

populer pada saat ini adalah pendekatan pembangunan yang mengutamakan

peningkatan keberdayaan manusia/masyarakat yang disebut pembangunan yang

Page 39: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

39

berpusat pada masyarakat. Menurut Korten (2002: 110) Pembangunan adalah proses

dimana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan

institusional mereka untuk memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk

menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas

hidup sesuai dengan aspirasi mereka sendiri. Definisi ini menekankan pada proses

pembangunan dan fokus utamanya adalah pemberdayaan. Definisi ini mencakup asas

keadilan, berkelanjutan, dan pemerataan. Maka harus diakui bahwa masyarakat

sendiri lah yang menentukan apa yang sebenarnya yang mereka anggap perbaikan

dalam kualitas hidup mereka.

Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan

oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau kondisi yang

lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini tidak lain karena

masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasa kurang ideal.

Namun demikian perlu disadari bahwa pembangunan adalah sebuah proses evolusi,

sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara bertahap sesuai dengan sumber

daya yang dimiliki dan masalah utama yang sedang dihadapi. Pembangunan desa

hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang terbatas dapat

dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Berkaitan dengan otonomi daerah, bagi pemerintah desa; dimana

keberadaannya berhubungan langsung dengan masyarakat dan sebagai ujung tombak

pembangunan. desa semakin dituntut kesiapannya baik dalam hal merumuskan

kebijakan desa (dalam bentuk Perdes), merencanakan pembangunan desa yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta dalam memberikan pelayanan rutin

Page 40: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

40

kepada masyarakat. Demikian pula dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi

tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi masyarakat dalam mengelola dan

menggali potensi yang ada sehingga dapat menghadirkan nilai tambah ekonomis bagi

masyarakatnya.

Cepat atau lambat desa-desa tersebut diharapkan dapat menjelma menjadi

desa-desa yang otonom, yakni masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan

dan kebutuhan yang dirasakannya. Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan

otonomi daerah terutama pada desa adalah pemerintah desa semakin mampu

memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dan mampu membawa kondisi

masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, hal itu akan menjadi pilar penting

bagi otonomi Daerah. Jadi keberhasilan otonomi daerah sangat ditentukan oleh

berhasil tidaknya pembangunan di desa.

Suatu pembangunan infrastruktur akan tepat mengenai sasaran, terlaksana

dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan infrastruktur tersebut

benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Agar hal itu terjadi, maka yang

diperlukan adalah pemberdayaan masyarakat didalam pembangunan tersebut, mulai

dari penyusunan rencana sampai pada proyek pembangunan tersebut selesai. Jadi

pembangunan perlu menjadikan pemberdayaan menjadi nilai dan pilihan kebijakan,

sekaligus sebagai pembelajaran sosial, kita selalu belajar bagaimana melakukan

pemberdayaan yang semakin hari semakin baik. Soedjatmoko dalam (Ketaren, 2008:

187), bahwa pembangunan tidak lain adalah belajar untuk hidup lebih baik daripada

kemarin. Dan, pembelajaran adalah bagian inti dari pembangunan pada zaman kini,

dan mungkin sampai pada kurun waktu yang panjang di masa depan.

Page 41: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

41

Melaksanakan pembangunan infrastruktur di desa tersebut maka diperlukan

adanya kemampuan dari perangkat pemerintahan desa. Kemampuan yang dimaksud

adalah kemampuan merencanakan, kemampuan melaksanakan dan kemampuan

memotivasi. Dari setiap kemampuan tersebut diharapkan bahwa perangkat

pemerintahan desa dapat mengatasi dan memecahkan segala persoalan yang berkaitan

erat dengan pembangunan desa.

Namun di sisi lain kemampuan perangkat pemerintahan desa harus didukung

dari peran serta masyarakat untuk melaksanakan pembangunan desa. Diharapkan

dengan adanya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur desa

dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang dibuat. Pada dasarnya pembangunan desa

merupakan pembangunan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Semakin

tinggi peran serta masyarakat tersebut, maka semakin cepat pula pembangunan

desanya dapat terealisasi.

Menurut Ndraha (1990: 16) Pembangunan ialah upaya untuk meningkatkan

kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Ada lima implikasi

utama defenisi tersebut yaitu:

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik manusia

maupun kelompok (capacity).

2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai

dan kesejahteraan (equity).

3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun

dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini

Page 42: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

42

dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan

kekuasaan untuk memutuskan (empowerment).

4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara

mandiri (sustainability).

5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan negara

yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling

menghormati (interdependence).

Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 88 (1), disebutkan bahwa Pembangunan

kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga wajib

mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan dalam ayat

(2) disebutkan bahwa dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan

dan pendayagunaan kawasan perdesaan wajib mengikutsertakan masyarakat sebagai

upaya pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan

diatur dengan Perda, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Kepentingan masyarakat desa.

b. Kewenangan desa.

c. Kelancaran pelaksanaan investasi.

d. Kelestarian lingkungan hidup.

e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman

pada peraturan pemerintah. Perda sebagaimana dimaksud wajib mengakui dan

menghormati hak, asal-usul, dan adat-istiadat desa.

Page 43: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

43

Pembangunan sebagai peningkatan kemampuan untuk mengendalikan masa

depan, mengandung beberapa implikasi. Pertama, kemampuan (capacity), tanpa

kemampuan seseorang tidak akan dapat mempengaruhi masa depannya. Kemampuan

disini meliputi, fisik, mental, dan spritual. Segi-segi tersebut haruslah mengalami

perubahan. Kedua, kebersamaan (equity) atau keadilan sosial. Pembangunan berarti

juga pemerataan, bagaimanapun tingginya laju pertumbuhan suatu negara, jika

kemajuan tidak merata, hal itu sia-sia belaka. Ketiga, kekuasaan (empowerment), hal

ini berarti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk secara bebas memilih

berbagai alternatif sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan, dan keinginan

mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk belajar, baik dari keberhasilan

maupun dari kegagalan mereka dalam memberi respon terhadap perubahan. Keempat,

ketahanan dan kemandirian (sustainability), implikasi ini mengandung arti yang luas

karena faktor-faktor pembangunan terbatas adanya, sementara tuntutan kebutuhan

semakin meningkat, maka sumber-sumber yang ada harus dapat dikelola sedemikian

rupa sehingga pada suatu saat masyarakat yang bersangkutan mampu berkembang

secara mandiri (Ndraha,1990: 35).

Pembangunan masyarakat dapat dipandang dari sudut arti luas dan dapat pula

dari sudut arti sempit. Dalam arti luas, pembangunan masyarakat berarti perubahan

sosial berencana. Dalam arti ini sasaran pembangunan masyarakat adalah perbaikan

dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi, bahkan politik dan sosial. Dalam arti

sempit, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana di lokalitas

tertentu, seperti kampung, desa, kota kecil atau kota besar.

Page 44: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

44

Pembangunan masyarakat dalam arti sempit ini dikaitkan dengan berbagai

proyek atau program yang langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan

kebutuhan dan pengurusan kepentingan masyarakat setempat dan sekitarnya, seperti

pembangunan infrastruktur jalan desa, jembatan desa, irigasi air di desa, dan lain

sebagainya.

Menurut Ndraha (1990: 96), ada 5 masalah-masalah yang dihadapi oleh

pembangunan masyarakat di dalam praktek antara lain :

1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan

berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan

pengambilan keputusan.

2. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam

usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat perubahan, tetapi jarang

sekali terjadi perubahan yang mendasar.

3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik, artinya pembangunan

masyarakat dijadikan alat komunikasi politik atau simbol politik.

4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya, sehingga terdapat

kepentingan yang saling bersaingan atau kompetitif.

5. Oleh karena itu, pembangunan masyarakat cenderung hanya kepentingan yang sangat

umum sifatnya yang diperhatikan sementara kepentingan lapisan dan kelompok

masyarakat di dalam komunitas terabaikan atau tersisihkan.

Melakukan pembangunan maka masyarakat haruslah dipandang sebagai subjek dan

objek dari pembangunan itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, atau

pembangunan yang memanusiakan manusia, karena yang lebih penting bukan

Page 45: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

45

bagaimana sehingga hasil tadi diperoleh, apakah sudah melibatkan masyarakat dalam

keseluruhan proses pembangunan atau tidak (Soetomo, 2006: 7). Agar pembangunan

di desa dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, maka diterapkan prinsip-prinsip

pembangunan, sasaran pembangunan dan ruang lingkup pengembangannya. Berikut

penjelasan mengenai ketiga unsur menurut Rahardjo Adisasmita (2006: 18-20):

a) Prinsip-prinsip pembangunan pedesaan, yaitu pembangunan pedesaan seharusnya

menerapkan prinsip-prinsip berikut ini:

1. Transparansi (Keterbukaan).

2. Partisipatif.

3. Dapat dinikmati masyarakat.

4. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dan.

5. Berkelanjutan (sustainable).

b) Sasaran pembangunan pedesaan, adalah untuk terciptanya:

1. Peningkatan produksi dan produktifitas.

2. Percepatan pertumbuhan desa.

3. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja

dan lapangan usaha produktif.

4. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat, dan.

5. Perkuatan kelembagaan.

c) Ruang lingkup pengembangan

Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup, yakni:

1. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan jalan,

lingkungan pemukiman dan lainnya).

Page 46: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

46

2. Pemberdayaan masyarakat

3. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan sumbe daya manusia (SDM).

4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan

(khususnya terhadap kawasan-kawasan miskin), dan.

5. Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan (inter

rural-urban relationship).

Karena itu strategi pembangunan yang paling akomodatif adalah

pemberdayaan yaitu yang berpihak kepada rakyat, dan yang pada intinya

pembangunan yang berbasis rakyat. Istilah pemberdayaan ini sebenarnya akan tepat

diasal-katakan dengan energizing bukannya empowering, karena yang dikedepankan

adalah memberi daya dan bukan berbagi kekuasaan, sebab kekuasaan itu sendiri akan

melekat di setiap mereka yang memiliki daya atau energi (Nugroho, 2001: 52).

D. Otonomi Daerah

Dalam otonomi daerah, visi pemerintah daerah dalam era desentralisasi

pertama sekali bukanlah mengisi kas pemerintah daerah sebanyak-banyaknya, namun

berusaha menciptakan iklim yang memungkinkan bagi rakyat untuk berusaha dan

membangun dirinya secara otonom agar tercipta kesejahteraan masyarakat, sehingga

dengan sendirinya akan memperbaiki perekonomian daerah. Penyelenggaraan

pemerintahan selalu terkait dengan sejarah dan situasi sosial para penguasa dalam

menata masyarakat dan lingkungannya. Belum mantapnya sistem pemerintahan,

lemahnya dukungan aparat, ikut menggoyahkan sendi-sendi pelayanan kebutuhan

hidup masyarakat. Sistem pemerintahan dalam perspektif sejarah bangsa Indonesia,

telah mengalami perubahan yakni dari pemerintahan sentralistik ke desentralistik.

Page 47: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

47

Perubahan ini dikaitkan dengan situasi dan kondisi sosial yang secara fenomenal

terjadi dalam penyelenggaraan berpemerintahan.

Bangsa Indonesia sejak kemerdekaan mengalami berbagai konflik

kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, kepentingan penguasa dengan

kepentingan rakyat. Konflik berlangsung dari masa ke masa antara pemerintah dan

penguasa yang melayani berbagai kepentingan, dengan masyarakat sebagai pengguna

jasa yang menuntut diberikan pelayanan. Pemerintahan desentralistik merupakan

suatu solusi untuk menjawab kebutuhan otonomi daerah secara lengkap mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah akan mendorong

pemikiran baru bagaimana menata kewenangan yang efisien dan efektif. Artinya,

pemerintahan dapat diselenggarakan secara demokratis.

Konsep otonomi berasal dari dua kata, yaitu auto (sendiri) dan nomous

(menyelenggarakan). Artinya, menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Konsep

otonomi ini merupakan gejala sosial karena keberadaannya dalam masyarakat. Dalam

sistem individu, seseorang memiliki suatu hak yang disebut ”privacy”, dan pada

suatu kelompok masyarakat, mempunyai hak yang dsisebut ”autonomy”, serta pada

suatu bangsa ada hak yang dikenal ”sovereignty”. Setiap orang memiliki hak pribadi

dalam menentukan aspirasinya, seperti pribadi, daerah juga memiliki hak otonomi.

Daerah sebagai satu kesatuan dari masyarakat hukum mempunyai hak untuk

mengurus rumah tangganya sendiri. Ini disebut sebagai otonomi daerah (Napitupulu,

2007: 29). Reformasi dan otonomi daerah telah menjadi harapan baru bagi

pemerintah dan masyarakat desa untuk membangun desanya sesuai dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi adalah

Page 48: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

48

satu peluang baru yang dapat membuka ruang kreativitas bagi aparatur desa dalam

mengelola desa. Hal itu jelas membuat pemerintah desa menjadi semakin leluasa

dalam menentukan program pembangunan yang akan dilaksanakan, dan dapat

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat desa tanpa harus didikte oleh kepentingan

pemerintah daerah dan pusat. Sayangnya kondisi ini ternyata belum berjalan cukup

mulus. Sebagai contoh, aspirasi desa yang disampaikan dalam proses musrenbang

senantiasa kalah dengan kepentingan pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif)

dengan alasan bukan prioritas, pemerataan dan keterbatasan anggaran.

Dari sisi masyarakat, poin penting yang dirasakan di dalam era otonomi

adalah semakin transparannya pengelolaan pemerintahan desa dan semakin

pendeknya rantai birokrasi yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh

positif terhadap jalannya pembangunan desa. Dalam proses pembangunan,

keberadaan delegasi masyarakat desa dalam kegiatan pembangunan adalah membuka

kran partisipasi masyarakat desa untuk ikut menentukan dan mengawasi penentuan

kebijakan pembangunan daerahnya. Otonomi daerah tidak lain adalah perwujudan

pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dan mempunyai hubungan yang erat

dengan desentralisasi.

Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari

kebijakan, perencanaan sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka

demokrasi. Sedangkan otonomi adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk

mengurus rumahtangganya sendiri dalam rangka desentraslisasi. Adapun esensi dari

Page 49: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

49

otonomi daerah itu adalah komitmen untuk memberikan keadilan, kepastian, dan

kewenangan yang optimal dalam pengelolaan sumber daya pada daerah.

E. Pengertian Pengembangan Organisasi

Organisasi berasal dari kata to organization dalam bahasa Inggris yang berarti

mengatur atau menyusun bagian-bagian yang terpisah-pisah sehingga menjadi satu

kesatuan yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan. Dalam kegiatan sehari-

hari organisasi dapat diartikan sebagai wadah atau tempat dimana kegiatan

administrasi dilakukan.

Arti organisasi yang diungkapkan oleh SP. Siagian menyatakan bahwa

organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang

bekerjasama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah

ditentukan dalam ikatan dimana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut

atasan dan sekelompok orang yang disebut bawahan.

Pengertian tujuan organisasi adalah harus disebarluaskan supaya diketahui

oleh semua pihak baik pihak dalam maupun pihak luar organisasi, gunanya sebagai

pedoman segala tindakan dalam organisasi. Sangat disadari bahwa persoalan-

persoalan organisasi semakin kompleks, demikian juga persoalan manusia yang

berada di dalam organisasi semakin rumit pula, sehingga merupakan tantangan yang

harus dihadapi oleh setiap Pemimpin dewasa ini.

Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya. Oleh

karena persoalan manusia senantiasa berkembang dan ruwet, maka persoalan

organisasi (khususnya perilaku organisasi) semakin hari semakin berkembang.

Page 50: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

50

Pada hakikatnya pusat perhatian perilaku organisasi adalah pada tingkah laku

manusia dalam suatu organisasi berdasarkan perilaku yang didukung paling sedikit

dua komponen yaitu individu yang berperilaku dalam organisasi formal sebagai

wadah dari perilaku tersebut. Manusia dan organisasi sudah menyatu, dan bila dua

komponen perilaku organisasi berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku

organisasi yang merupakan titik perhatian dari ilmu perilaku organisasi.

Melaksanakan suatu organisasi dengan baik maka seorang pemerintah selaku

Pemimpin harus memberikan semangat kepada aparat-aparatnya baik itu masalah

administrasi yang akan dikerjakan dalam organisasi tersebut. Keberhasilan suatu

organisasi terutama dalam pemerintahan Desa berada pada seorang Kepala Desanya

sendiri bagaimana mengayomi masyarakatnya dalam mengembangkan organisasi

pemerintahan.

Apabila kita menghendaki organisasi yang efektif ada tiga dimensi pokok

yang sangat menentukan yaitu :

1. Dimensi tehnis adalah menekankan kecakapan yang dibutuhkan untuk

menggerakkan organisasi dalam hal ini menyangkut keahlian dari birokrat atau

manajer tehnis untuk menggerakkan organisasi.

2. Dimensi konsep yang merupakan motor penggerak dari tehnis dan sangat erat

kaitannya dengan faktor manusia.

3. Dimensi manusia yaitu merupakan sumber utama organisasi, yang tidak bisa

digantikan oleh teknologi apapun. Bagaimana baiknya organisasi, lengkapnya

sarana, fasilitas kerja semuanya tidak akan mempunyai arti tanpa manusia yang

mengatur dan menggunakannya serta memeliharanya.

Page 51: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

51

Menurut Prof. DR. Prayudi Atmosudirjo mengatakan bahwa organisasi adalah

struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok

orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama

mencapai tujuan.

Organisasi dapat pula didefinisikan sebagai suatu himpunan interaksi manusia

yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang terikat dalam suatu ketentuan yang

telah disetujui. Apabila dilihat dari sudut administrasi dan manajemen maka dari

setiap organisasi selalu ada seorang atau beberapa orang bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan sejumlah orang yang bekerjasama itu dengan segala aktivitas dan

fasilitasnya.

Banyak hal, orang yang mengkoordinasikan aneka ragam kegiatan/kumpulan

orang yang lazimnya mempunyai kepentingan yang berbeda, itu semua yang

menjadikan organisasi semakin rumit dan tingkat formalitasnya semakin besar.

Walaupun hubungan manusia telah terwujud sejak awal kehidupan, kiat dan ilmu

yang mencoba menanganinya dalam bentuk organisasi yang relatif masih baru. Pada

zaman dahulu orang-orang bekerja sendiri atau dalam kelompok yang sedemikian

kecilnya, sehingga hubungan kerja mereka dapat ditangani dengan mudah.

Apabila organisasi berhasil diterapkan dan dikembangkan dalam Desa

terutama di bidang pemerintahan, maka terjadi sistem imbalan rangkap tiga yang

akan menyatakan tujuan manusia, tujuan organisasi dan tujuan masyarakat.

Orang-orang akan merasa lebih puas dalam pekerjaan apabila terwujud kerjasama dan

kerja tim. Yang lebih banyak mendapat imbalan dalam hal ini adalah masyarakat itu

sending karena mereka dapat memperoleh produk dan pelayanan yang lebih baik.

Page 52: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

52

Meningkatkan dan mengembangkan organisasi pemerintahan Desa maka

seorang Kepala Desa harus bertindak yang positif dalam organisasinya agar

organisasi yang ada tidak vakum tapi sebaliknya berjalan sesuai apa yang kita

harapkan dan mencapai tujuan bersama. Kebijakan pemberlakuan otonomi membuat

setiap daerah memiliki kewenangan yang cukup besar dalam mengambil keputusan

yang dianggap sesuai. Terlebih dengan pemilihan kepala desa (pilkades) secara

langsung yang diselenggarakan sejak tahun 2005, membuat kepala desa yang terpilih

mendapat legitimasi lebih kuat dari rakyat untuk membangun wilayahnya.

Tentunya kepala desa hasil pilkades ini membuahkan harapan yang cukup

besar bagi masyarakat, yaitu peninjgkatan pembangunan dan kesejahteraan yang akan

makin meningkat. Tetapi harapan tersebut ternyata tidak mudah untuk diwujudkan.

Kekuatan visi & kompetensi kepala desa terpilih menjadi salah satu penentu, di

samping faktor-faktor lain. Tantangan terberat bagi kepala desa terpilih adalah

melaksanakan visi, misi, dan janji-janji semasa kampanye, yang hampir semuanya

pasti baik.

Setidaknya ada empat hal yang harus dimiliki dan disiapkan oleh seseorang

yang ingin membangun dan mensejahterakan rakyatnya agar apa yang dijanjikan

dapat menjadi kenyataan. 4 hal itulah yang disebut dengan 4 Pilar Pembangunan.

Disebut empat pilar pembangunan karena dengan 4 hal ini diharapkan seorang

pemimpin dapat menjalankan perannya dalam membangun daerahnya bisa optimal.

Pilar Pertama: Sumber Daya Manusia (SDM). Mengapa SDM ? Karena pada

dasarnya manusialah yang menjadi pelaku dan penentu. SDM seperti apa yang

diperlukan? Yaitu SDM yang memiliki: moral yang baik (good morality),

Page 53: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

53

kemampuan kepemimpinan (leadership), kemampuan manajerial (managerial skill),

dan kemampuan teknis (technical skill). Seorang kepala desa perlu didukung oleh

aparat yang mempunyai empat kualifikasi tersebut, diberbagai level jabatan &

fungsinya. Moral yang baik menjadi prasyarat utama. Karena tanpa moral yang baik,

semua kebijakan, sistem, program maupun kegiatan yang dirancang akan menjadi sia-

sia. Tentunya kita menyaksikan terjadinya krisis moneter yang dimulai tahun 1997

lalu, kemudian krisis ekonomi, krisis kepemimpinan, dan masih terus berlanjut yang

hingga sekarang masih dirasakan dampaknya.

Sebab utama terjadinya krisis itu tidak lain adalah rendahnya moral sebagian

pengambil kebijakan negeri ini. Moral yang baik akan menghasilkan sebuah

pemerintahan yang bersih dari tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme demi

kepentingan pribadi atau golongan tertentu saja. Saat ini tuntutan penerapan 3G

(Good Government Governance) terus-menerus digaungkan oleh berbagai pihak.

Penerapan prinsip-prinsip transparansi & akuntabilitas tanpa didukung oleh aparat

yang bermoral baik, pada akhirnya hanya akan berhenti di tingkat wacana saja.

Oleh karena itu, sejak awal dilantik, seorang kepala daerah harus segera

menyiapkan aparatnya dalam aspek moral ini. Termasuk menjadikan dirinya sebagai

teladan bagi semua bawahannya. Moral yang baik belumlah cukup, tapi juga harus

diimbangi dengan kompetensi. Yaitu kemampuan di bidang kepemimpinan,

manajerial, dan teknis. Untuk mencapai kompetensi yang diperlukan, tidak terlepas

dari sistem kebijakan yang diterapkan. Model manajemen SDM berbasis kompetensi

nampaknya menjadi keniscayaan. Termasuk sistem kompensasi yang memadai harus

menjadi perhatian. Selain itu perlu didukung dengan perubahan paradigma, yaitu dari

Page 54: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

54

mental penguasa menjadi pelayan masyarakat. Termasuk budaya kerja yang proaktif

& cepat tanggap terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.

Pilar Kedua: Kebijakan. Maksudnya adalah berbagai konsep kebijakan yang

berpihak kepada berbagai stakeholder, terutama kepentingan masyarakat luas. Secara

formal dan non formal, kebijakan tersebut akan dituangkan dalam peraturan desa

maupun peraturan adat yang berlaku . Kepala desa antara lain harus memiliki konsep

pembangunan berkelanjutan & berkeadilan, konsep manajemen kepemimpinan

pemerintahan yang efektif & efisien, konsep investasi yang mengakomodir

kepentingan pihak terkait, serta berbagai konsep kebijakan lainnya. Hal ini sesuai

dengan UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004, yang mengamanatkan

kepala desa untuk menyusun RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah), yang menjabarkan visi & misinya selama lima tahun masa pemerintahannya.

Sehingga dengan demikian arah pembangunan sejak dilantik hingga lima tahun ke

depan sudah jelas.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah antara lain jika

kepala desa dapat memenuhi 5 kebutuhan dasar masyarakatnya, yaitu: keamanan,

ketenteraman, kemudahan, penyediaan sarana pendidikan, dan penyediaan fasilitas

kesehatan. Selain itu kepala desa harus mampu melihat suatu permasalahan secara

komprehensif dan integratif, jangan sampai terjebak hanya melihat secara sektoral

dan parsial, ataupun keuntungan jangka pendek. Jangan sampai seorang kepala desa

tidak tahu harus berbuat apa manakala terdapat berbagai aspirasi masyarakat yang

tidak dapat diwujudkan. Jika demikian, pemerintahan akan berjalan tak tentu arah.

Sehingga pada akhirnya, rakyatlah yang harus menanggung akibatnya.

Page 55: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

55

Pilar Ketiga: Sistem. Artinya pemerintahan desa harus berjalan berdasarkan sistem,

bukan tergantung pada figur. Sangat penting bagi kepala desa untuk membangun

sistem pemerintahan yang kuat. Beberapa sistem yang harus dibangun agar

pemerintahan dapat berjalan secara baik antara lain: sistem perencanaan , sistem

pengelolaan keuangan desa, sistem pelayanan, sistem pemanfaatan potensi desa, aset

desa, sistem pengambilan keputusan, sistem penyeleksian. Sistem yang dimaksud

disini dapat bersifat manual maupun yang berbasis teknologi informasi. Dukungan

teknologi informasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan jika pemerintahan

ingin berjalan lebih efisien dan efektif. Penerapan sistem-sistem tersebut akan

mendorong terjadinya pemerintahan desa yang legititimed dan dapat diandalkan oleh

masyarakat untuk menghasilkan suatu pemerintahan desa yang keberadaaanya sangat

membantu pemerintah daerah untuk menjadi pendamping atau mitra dalam

mewujudkan apa byang dicita-citakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan

pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

Pilar Keempat: Investasi. dalam rangka mengoptimalkan potensi sumber daya alam

yang dimiliki, juga memerlukan dana yang tidak sedikit, yang tentunya tidak

mungkin jika hanya mengandalkan dana ADD saja. Tidaklah mungkin suatu

pemerintahan daerah hanya mengandalkan dana dari ADD untuk membangun

daerahnya. Mengapa ? Karena bisa dikatakan, sebagian besar daerah menggunakan

rata-rata 2/3 dana APBD tersebut untuk membiayai penyelenggaraan aparaturnya.

Hanya sekitar 1/3 yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Dibutuhkan dana

yang cukup banyak untuk mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat sekitar.

Seorang kepala desa harus mampu melihat berbagai potensi desa yang dapat

Page 56: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

56

dijadikan sebagai sumber penghasilan atau investasi yang pada muaranya akan

berdampak luas pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Potensi desa yang sangat

potensial untuk pembangunan dapat dijadikan alasan bagi kepala desa untuk

memanfaatkan para investor untuk menanamkan investasi dengan tetap berpegang

kepada aturan-aturan yang ada.

Dengan keterbatasan dana yang dimiliki tersebut, mau tidak mau pemerintah

desa harus melibatkan pihak investor (dalam maupun luar negeri) dalam membangun

daerahnya. Kepala desa harus dapat menciptakan iklim yang kondusif agar para

investor tertarik untuk menanamkan investasi di daerahnya. Setidaknya ada empat

stakeholder yang harus diperhatikan kepentingannya saat kita bicara tentang

investasi, yaitu pihak investor, pemerintah daerah, masyarakat, dan lingkungan.

Investor tentunya berkepentingan agar dana yang dinvestasikannya menghasilkan

profit yang memadai, ingin mendapatkan berbagai kemudahan dan adanya jaminan

keamanan dalam berinvestasi. Pihak pemerintah daerah ingin agar pendapatan asli

daerahnya (PAD) meningkat.

Masyarakat berharap kesejahteraannya makin meningkat dan lapangan kerja

makin terbuka. Lingkungan perlu diperhatikan agar tetap terjaga kelestariannya.

Jangan sampai karena terlalu bersemangat, akhirnya secara jangka panjang terjadi

pengrusakan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan dan model investasi

yang dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan tersebut. Demikianlah empat pilar

pembangunan yang dapat dijadikan bekal bagi kepala desa dalam membangun

wilayanhnya.

Page 57: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

57

F. Kerangka Pemikiran

Kerangka fikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka fikir yang digambarkan diatas dapat dijelaskan bahwa

peranan pemerintah desa yang dalam hal ini pembinaan terhadap masyarakat,

pelayanan terhadap masyarakat,serta pengembangan terhadap masyarakat akan dapat

terlaksana dengan baik manakala pemerintah desa memberdayakan semua potensi

yang ada dalam masyarakat untuk menciptakan pemerintahan desa yang kredibel

dan bermartabat. Secara garis besar ketiga variabel diatas dapat dirumuskan sebagai

berikut:

(1) Pembinaan terhadap masyarakat adalah upaya yang dilakukan untuk

memperbaiki segala sesuatu yang berkaitan dengan kinerja masyarakat yang

dianggap belum maksimal.

(2) Pelayanan terhadap masyarakat adalah upaya yang dilakukan secara terus

menerus untuk memberikan bantuan sebagai usaha melayani kebutuhan orang

lain.

Peranan Pemerintah

Desa

Pembinaan terhadap masyarakat

Pengembangan terhadap masyarakat

Pelayanan terhadap masyarakat

Pemerintah Desa yang baik

Page 58: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

58

(3) Pengembangan terhadap masyarakat adalah upaya memaksimalkan seluruh

potensi desa agar dapat berdaya guna secara efektif dan efisien

(4) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang dilakukan kepada sekelompok

orang dengan memberikan peluang, daya, kekuasaan,otoritas atau peluang sesuai

kualitas kecakapan yang mereka miliki.

Page 59: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Perspektif Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari

minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang

kemudian berkembang menjadi ide, teori, dan konsep. Untuk mewujudkan penelitian

yang berawal dari minat tersebut dilakukanlah cara untuk mewujudkannya adalah

dengan memilih metode yang cocok dengan tujuan dari suatu penelitian. Metode

penelitian dalam hal ini berfungsi untuk menjawab permasalahan yang diangkat

dalam penelitian. Guna menjawab dan mencari pemecahan permasalahan maka

penelitian ini akan menggunakan metode-penelitian kualitatif.

Menurut pendapat Kirk dan Miller (Moleong, 1998:3) dinyatakan bahwa

”penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dari ilmu sosial yang secara

fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam wilayahnya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan istilah yang digunakan”.

Dan metode-penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang orang

dan perilaku yang diamati.

Pendekatan kualitatif menekankan unsur manusia sebagai instrumen

penelitian, dengan menekankan unsur manusia sebagai instrumen penelitian maka

akan mempermudah penyesuaian dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Kirk dan

Miller dalam Moleong (2000:3) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pengamatan

59

Page 60: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

60

pada manusia di kawasannya sendiri serta berhubungan dengan orang tersebut dalam

bahasanya dan peristilahannya. Sedangkan menurut Alston (1998), “Qualitative

researchers are more interested in understanding how others experience life, in

interpreting meaning and sosial phenomena, and in exploring new concepts and

developing new theories”. (Peneliti kualitatif lebih tertarik untuk memahami tentang

pengalaman hidup dari orang-orang, dalam meginterpretasikan arti dan fenomena

sosial, serta dalam mendalami konsep-konsep baru dan membuat teori baru).

Pendekatan kualitatif ini, peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk

meneliti obyek kajiannya dan mengadakan interaksi langsung dengan masyarakat

yang bertujuan mendapatkan informasi yang mendalam mengenai peranan

pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat Desa Sederhana termasuk faktor

penghambat dan pendorong dalam memberdayakan masyarakat. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan

Taylor dalam Moleong, 2000:3). Sedangkan menurut Nawawi dan Martini

(1992:211) mengemukakan bahwa ciri dari salah satu penelitian kualitatif adalah data

yang dikumpulkan bersifat deskriptif, dimana data yang ditampilkan umumnya

berbentuk uraian dan kalimat-kalimat yang merupakan gambaran faktual dan akurat,

serta hubungan antar masalah yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah mendeskripsikian dan menganalisis peranan

pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di era otonomi daerah ditinjau

dari pembinaan terhadap masyarakat, pelayanan pada masyarakat dan pengembangan

Page 61: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

61

pada masyarakat serta faktor pendukung dan penghambat yang muncul

dalam memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten

Umum.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten

Umum yang kira-kira berjarak kuang lebih 27 km dari ibu kota Kabupaten

D. Fenomena Pengamatan

Dalam penelitian ini, fenomena utama yang diamati adalah aspek-aspek yang

berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat terutama yang berkaitan dengan aspek

Pembinaan, pelayanan dan pengembangan masyarakat di desa tersebut termasuk

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

E. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari data-data yang dikumpulkan penulis dari sumber data di

lokasi penelitian, sedangkan data sekunder diolah dari hasil dokumentasi yang

dilakukan penulis dari hasil wawancara, studi dokumentasi dan pengamatan lapangan.

G. Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap

mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan di wilayah penelitian. Cara

yang digunakan untuk menentukan informan kunci tersebut maka penulis

menggunakan “purposive sampling” atau sampling bertujuan, yaitu teknik sampling

yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan

Page 62: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

62

tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2000:128). Menurut penulis,

informan dalam penelitian ini adalah :

a. Kepala Desa

b. Tokoh-tokoh masyarakat

c. Kepala Dusun

d. Ketua Karang Taruna

e. Ketua tim Penggerak PKK

f. Kepala Urusan Pemerintahan

Selanjutnya untuk memperoleh informasi secara mendalam serta lebih

lengkap dari masyarakat dan lembaga yang terkait dengan pemberdayaan

masyarakat maka dipergunakan teknik snowball sampling. Penentuan jumlah maupun

informan penelitian berkembang dan bergulir mengikuti informasi atau data yang

diperlukan dari informan yang diwawancarai sebelumnya. Maka dari itu, spesifikasi

informan penelitian tidak digambarkan secara rinci namun akan berkembang sesuai

dengan kajian penelitian yang dilakukan.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong

(2003:19) bahwa dalam instrumen penelitian kualitatif pengumpulan data lebih

banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Adapun alat bantu

yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif seperti penelitian ini antara lain, alat

kamera, taperecorder, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah

penelitian, dan alat bantu lainnya.

Page 63: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

63

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan yaitu :

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara secara mendalam (in-dephtinterview)

dengan narasumber (key informan) dengan berpedoman pada interview-guidances

yang telah disusun sebelumnya. Pemberian pertanyaan kepada informan dilakukan

secara terbuka dan fleksibel sesuai dengan perkembangan yang terjadi selama

proses wawancara dalam rangka menyerap informasi mengenai persepsi, pola

maupun pendapat-pendapat dari informan tersebut. Apabila informasi dianggap

sudah memenuhi tujuan penelitian maka pengajuan pertanyaan atau penjaringan

informasi akan di akhiri.

2. Studi Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan

cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini, seperti buku, jurnal, surat kabar dan lain

sebagainya.

3. Observasi (pengamatan lapangan)

Yaitu dilakukan pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti di

lokasi penelitian untuk melihat kenyataan dan fakta sosial di sehingga dapat

dicocokkan antara hasil wawancara atau informasi dari informan dengan fakta

yang ada lapangan.

Proses pengolahan data bergerak diantara perolehan data, reduksi data, penyajian

dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Artinya data-data yang terdiri dari deskripsi

Page 64: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

64

dan uraiannya adalah data yang dikumpulkan, kemudian disusun pengertian

dengan pemahaman arti yang disebut reduksi data, kemudian diikuti penyusunan

sajian datam yang berupa cerita sistematis, selanjutnya dilakukan usaha untuk

menarik kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat

dalam reduksi data dan sajian data. Apabila kesimpulan dirasakan masih

kurang mantap, maka dilakukan penggalian data kembali. Hal tersebut

dilakukan secara berlanjut, sampai penarikan kesimpulan dirasa sudah cukup

untuk menggambarkan dan menjawab fokus penelitian. Secara sistematis

dijelaskan oleh Milles dan Huberman (1992 : 20) dengan model interaktif sebagai

berikut :

Gambar 3.1. Model interaktif Miles dan Huberman

Dijelaskan bahwa :

1. Reduksi data, sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

Pengumpulan Data

Sajian DataReduksi Data

Verifikasi

Page 65: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

65

tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga

kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian data, sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan

3. Menarik kesimpulan/verifikasi, penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari

suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang

melintas dalam pikiran, suatu tinjauan ulang pada catatan lapangan atau juga

upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam

seperangkat data yang lain.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses dimana data itu disederhanakan

kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diiterpretasikan (Singarimbun dan

Effendi,1989). Sedangkan menurut Moleong (2000:103), analisis data adalah Proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti

disarankan oleh data.

Dengan demikian, data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan studi

kepustakaan atau dokumentasi akan dianalisis dan ditafsirkan untuk mengetahui

maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data

yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil wawancara.

Tahap-tahap analisa data dalam penelitian ini, menurut Sarantakos dalam

Alston dan Bowles (1998:195) tahap-tahap tersebut terdiri dari tiga tahap umum,

Page 66: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

66

yaitu : data reduction, data organization, dan interpretation, yang secara spesifik

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Data reduction (reduksi data), pada tahap ini data diberi kode, disimpulkan dan

dikategorikan menurut aspek-aspek penting dari setiap isu yang telah diteliti.

Dengan tahap ini akan membantu juga dalam menentukan data apa yang

diperlukan dan bagaimana serta siapa yang akan memberikan informasi

selanjutnya, metode apa yang digunakan untuk menganalisis yang akhirnya akan

membawa pada kesimpulan.

b. Data organization (pengorganisasian data), pada tahap ini adalah tahap proses

pengumpulan (assembling) informasi yang betul-betul penting dan dianggap

merupakan tema atau pusat penelitian. Pada tahap ini data-data yang hampir sama

atau mirip digabungkan dalam kategori tertentu untuk dijadikan dalam bentuk satu

permasalahan saja.

c. Interpretation (interprestasi atau penafsiran), tahap ini meliputi proses

mengidentifikasi pola-pola (patterns), kecenderungan (trends), dan penjelasan

(explanations) yang akan membawa kepada simpulan yang telah teruji melalui

data yang benar-benar lengkap dan tidak ada informasi atau pengertian baru yang

terlewatkan. Dalam hal ini analisa data berperan mengatur, mengurutkan,

mengelompokan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.

Dalam penelitian ini, data-data yang sudah penulis dapatkan kemudian

dilakukan analisis dengan teknik analisis taksonomis (taxonomis analysis), yaitu

membentuk analisis yang lebih rinci dan mendalam dalam membahas suatu tema atau

pokok permasalahan. Pada analisis ini fokus penelitian maupun pembahasan kendati

Page 67: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

67

diarahkan pada bidang atau aspek tertentu, namun pendeskripsian fenomena yang

menjadi tema sentral dari permasalahan penelitian diungkap secara lebih rinci.

Dengan demikian domain atau bidang yang akan ditonjolkan perlu dilacak secara

lebih mendalam dan terinci struktur internalnya (Faisal, 1990:98 ). Ada tiga strategi

yang digunakan dalam mengembangkan teori , yaitu : “(1) menulis catatan atau note

writing, (2) mengidentifikasi konsep-konsep atau discovery or identification of

consepts, dan (3) mengembangkan batasan konsep dan teori atau development of

consept definition and the elaborate of theory” (ibid ,109). Menulis catatan

mempunyai dua tahap, yaitu menulis di tingkat pertama yang biasanya memuat

pokok-pokoknya saja dan dilakukan sesegera mungkin saat data dikumpulkan (hasil

dari observasi, wawancara atau yang lainya). Menulis pada tingkat yang kedua, yang

memuat deskripsi yang lebih lengkap dan terurai rinci, yang memenuhi kriteria :

1. Memuat penjelasan yang lengkap, termasuk memuat konteks suatu kejadian dan

mengidentifikasikan semua informasi penting mengenai subyek lokasi/ benda/

kejadian-kejadian. Catatan ini kaya akan rincian dan dinyatakan dalam paparan

dalam menjelaskan topik yang dideskripsikan

2. Merupakan kronologi kejadian dalam konteks yang jelas

3. Seoptimal mungkin menunjukkan data faktual/deskripsi.

Selanjutnya, data/catatan yang telah ditulis tersebut merupakan sumber bagi

peneliti untuk melangkah menuju pengembangan konsep. Bergerak dari data ke

konsep merupakan suatu gerak melintas ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi

tingkatannya dari data itu sendiri (suatu penamaan yang mewadahi sejumlah data

yang mempunyai kesamaan tertentu).

Page 68: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

68

Konsep yang bermanfaat akan tetap digunakan, sedangkan yang kurang

bermanfaat akan tersisih, dalam kaitan ini, termasuk proses pengembangan konsep

yang berlangsung timbal balik. Selanjutnya dilakukan pembatasan konsep. Pilihan

konsep yang dikembangkan itu, diperkirakan mempunyai arti sentral terhadap topik

yang dikembangkan atau yang diteliti, sehingga pada akhirnya bisa dikembangkan

tema-tema yang potensial untuk diformulasikan sebagai teori.

Apabila tema inheren telah tampak nyata, dibuat memorandum teoritisnya,

yang ditulis atau dinyatakan dengan arus bebas, yang segenap ide atau gagasan yang

tercakup dalam temanya dikemukakan, termasuk juga hal-hal yang relevan yang

terlintas dibenak peneliti. Berikutnya, memorandum teori tersebut dicek kembali

sehingga setiap atau keseluruhan konten yang dinyatakannya dapat diangkat sebagai

teori substantif (dengan atau tanpa direvisi) (ibid).

Berdasarkan konsep teknik analisis taksonomi, maka pada penelitian ini hanya

sampai pada penemuan/identifikasi konsep, belum sampai pada tataran pembentukan

teori, karena berbagai keterbatasan dari penulis, menyangkut biaya untuk kegiatan

penelitian dan waktu penelitian yang relatif singkat untuk mengungkap sebuah

fenomena dalam kajian kualitatif. Teknik analisis data penelitian ini, penulis

menggunakan pandangan fenomenologis, yaitu berusaha memahami arti suatu

peristiwa dalam kaitanya dengan pengalaman subyektif dari seseorang dalam

memaknai suatu persoalan. Analisis terhadap data penelitian ini mengacu pada

metode Van Eckartsberg (dalam Moustakas, 1994:15) yang menggambarkan

langkah-langkah dalam kajian fenomenologis sebagai berikut :

1. The problem and question formulation the phenomenon

Page 69: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

69

Dalam tahapan ini, penulis berusaha menggambarkan fokus penelitiannya dengan

memformulasikan atau merumuskan pertanyaan dalam suatu cara tertentu yang

dapat dimengerti oleh orang lain. Secara operasional, pertanyaan dalam penelitian

ini adalah bagaimana subyek memberikan penjelasan pengalamannya tentang

profesionalitas aparatur pemerintah.

2. The data generating situation – the protocol life text

Tahapan kedua yang harus dilakukan oleh penulis adalah membuat narasi yang

bersifat deskriptif berdasarkan hasil dialognya dengan subyek yang dalam

penelitian fenomenologis lazim dikenal dengan “co – researcher”. Dalam konteks

ini narasi yang dibuat bersumber dari hasil wawancara dengan subyek yang

menceritakan tentang fenomena profesinalitas di lokasi penelitian.

3. The data analysis – explication and interpretation

Tahapan selanjutnya, setelah data terkumpul (berdasarkan dialog dengan subyek),

maka yang dilakukan oleh penulis adalah membaca dan meneliti dengan cermat

data tersebut guna mengungkapkan konfigurasi atau susunan makna yang

mencakup baik struktur maupun bagaimana makna yang diciptakan. Mengarah

pada konteks penelitian ini, adalah mengungkap profesinalitas aparatur pemerintah

di lokasi penelitian.

Page 70: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Sederhana di Kec. Ponre Kab. Umum

1. Monografi

Pemerintahan Desa yang keberadaannya adalah berhadapan langsung

dengan masyarakat maka sejalan dengan Otonomi Daerah yang dimaksud untuk

memberdayakan pemerintahan Desa harus dilaksanakan dan tidak dapat ditunda-

tunda lagi. Adapun hakekat Otonomi Daerah adalah efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan yang pada akhirnya bernuansa pada pemberian

pelayanan kepada masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan

secara luas dalam konteks demokrasi. Untuk mengantisipasi aspirasi masyarakat

yang terus berkembang serta menghadapi perkembangan yang terjadi baik dalam

lingkungan nasional maupun internasional yang secara langsung akan berpengaruh

terhadap roda atau pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di negara kita.

Maka untuk menjawab dan menghadapi tantangan sekaligus peluang diperlukan

adanya pemerintahan Daerah yang tangguh didukung oleh sistem dan mekanisme

kerja yang profesional.

Salah satu ciri yang baik adalah dapat memberikan kepuasan bagi yang

memerlukan karena cepat, mudah dan tepat bilamana ada biaya maka harus ada

kepastian yang dapat terjangkau. Disamping itu pelayanan harus relatif dekat

dengan yang memerlukannya, posisi pemerintah yang paling dekat dengan

19

22

70

Page 71: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

71

masyarakat adalah pemerintahan Desa dan dari segi pengembangan peran serta

masyarakat maka pemerintah Desa selaku pembina, pengayom dan pelayan kepada

masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan

untuk berpartisipasi. Desa yang merupakan organisasi terkecil dalam pemerintahan

adalah kesatuan masyarakat umum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat

istiadat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah

Kabupaten.

Desa Sederhana Kecamatan Ponre yang menjadi lokasi penelitian,

terletak di sebelah Selatan kota Watampone dan jaraknya + 27 Km dari pusat kota

dengan batas sebelah Utara Desa Matampae, sebelah Timur Desa Ajang Pulu dan

Kecamatan Cins, sebelah Selatan Desa Bolli, sebelah Barat Desa Poleonro Adapun

luas Wilayah/ Daerah 26,80, Km2 dengan jumlah penduduk 2.342 jiwa yakni :

a. Jumlah Penduduk Laki-laki 1.121 jiwa

b. Jumlah Penduduk Perempuan 1.221 jiwa

Jumlah Total 2.342 jiwa

Mayoritas penduduknya beragama Islam dengan sumber penghasilan

bertani, dan sebagian kecil bergerak di bidang perdagangan. Dalam hal

pemerintahan di Desa Sederhana terdiri dari 9 Dusun dan 17 RT, pembagian tugas

maupun kewajiban dari berbagai unsur pemerintahan sesuai dengan bidang

tugasnya masing-masing dan tidak ada sistem merangkap.

2. Keadaan Demografis

Page 72: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

72

Keadaan penduduk dan distribusinya yang memiliki potensi dalam

menggalakkan pembangunan khususnya pembangunan pedesaan. Karena itu salah

satu modal besar dalam pembangunan di segala aspek adalah penduduk, sebab

penduduk menempati kedudukan sentral baik obyek pembangunan maupun

sebagai subyek pembangunan. Dari segi penduduk Desa Sederhana yang luasnya

26.80 Km2 didiami penduduk sejumlah 2.342 jiwa. Keseluruhan penduduk

tersebar ke dalam 9 Dusun dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 518 KK.

Dengan menggalakkan pembangunan khususnya pembangunan ekonomi pedesaan

yang berakar pada asas kerakyatan, masalah penduduk merupakan suatu masalah

yang cukup ditanggulangi secara bersama.

B. Struktur Organisasi

Suatu pemerintahan pada umumnya organisasi dan manajemen yang baik

merupakan aspek yang penting dan untuk mendapatkan serta menempatkan orang-

orang yang tepat pada tempatnya merupakan kewenangan dan obyektivitas dalam

suatu dasar. Susunan organisasi pemerintahan Desa Sederhana merupakan petunjuk

yang akan diperhatikan dalam menjalankan organisasi, hal ini dimaksudkan supaya

organisasi pemerintahan ini menjadi lebih efektif dan mencapai tujuan secara optimal.

Pelaksanaan pekerjaan sudah barang tentu yang paling utama dalam fungsi

manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri agar

semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai ke bawah berusaha

mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula dengan cara

terbaik dan benar. Adapun struktur organisasi Desa Sederhana Kecamatan Khusus

Kabupaten Umum adalah sebagai berikut: (1) Kepala Desa, (2) Sekretaris Desa,

Page 73: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

73

(3) BPD, (4) Kaur Pemerintahan, Kaur Pembangunan dan Kaur Umum (5) Kepala

Dusun

Selanjutnya susunan organisasi Tim Penggerak PKK Desa Sederhana adalah

sebagai berikut: (1) Ketua, (2) Wakil Ketua, (3) Sekretaris, (4) Bendahara

(5) Kelompok Kerja I, II, III dan IV

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi

KEPALA DESA BPD

SEKRETARIS

Kaur Pemerintaha

n

Kaur Pembanguna

n

Kaur Umum

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun V Dusun VI

KETUA

PARA WAKIL KETUA

SEKRETARIS

PARA WAKIL BENDAHARA

BENDAHARA

PARA WAKIL BENDAHARA

Dusun IV Dusun VII

Dusun VIII Dusun IX

PENASEHATDEWAN PENYANTUN

Page 74: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

74

Gambar 4.2: Struktur Personalia Tim Penggerak PKK

Deskriptif jabatan dan pekerjaan sangat diperlukan agar dapat mengidentifikasi

pekerjaan-pekerjaan, karena terkadang suatu pekerjaan masyarakat kondisi

pengalaman ataupun kemampuan tertentu bagi pelaksanaannya. Berikut ini akan

diuraikan bentuk dan susunan pemerintahan Desa berdasarkan struktur organisasi

sebagai berikut:

a. Kepala Desa

Kepala Desa dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia oleh penduduk

Desa warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya 25 tahun,

syarat lain mengenai pemilihan serta tata cara pencalonan dan pemilihan Kepala Desa

diatur dalam Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri

Dalam Negeri. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa wajib

bersikap dan bertindak adil, tidak diskriminatif serta tidak mempersulit dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun yang lebih penting bahwa sebagai

seorang pemimpin mendorong aparatur di bawahnya dalam bekerja untuk

memperoleh hasil yang maksimal, merupakan penopang kekuatan mental yang amat

penting bagi bawahannya.

Seorang pemimpin hendaknya membina hubungan kerjasama yang harmonis,

karena akan menimbulkan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi para bawahan

pada tingkat manapun dan pada bagian manapun mereka berada. Dalam lingkungan

angkatan bersenjata Republik Indonesia ditemukan 11 azas kepemimpinan yang

digali dari peninggalan nilai-nilai kepemimpinan dibumi Indonesia yaitu :

POKJA I POKJA I POKJA I POKJA I

Page 75: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

75

1. Ing ngarso suntulodo artinya kalau pemimpin itu berada di depan ia memberikan

tauladan.

2. Ing madya mangun karso artinya bilamana pemimpin berada di tengah ia

membangkitkan tekad dan semangat.

3. Tut wuri handayani artinya bilamana pemimpin itu berada di belakang ia

berperan sebagai kekuatan, pendorong dan penggerak.

4. Takwa, seorang pemimpin harus merupakan seseorang yang percaya dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Waspodo purbo wiseso artinya seorang pemimpin harus senantiasa waspada,

sanggup mengawasi dan berani memberi koreksi kepada yang melakukan

kesalahan.

6. Ambek parama arta, seorang pemimpin harus mampu menentukan segala sesuatu

dengan tepat dan memiliki amanat yang harus diselesaikan.

7. Prasojo, seorang pemimpin senantiasa menunjukkan tingkah laku yang

bersahaja, sederhana dan tidak berlebihan.

8. Setio, seorang pemimpin selalu mempunyai sikap kesetiaan dan ketaatan yang

timbal balik terhadap semua pihak dalam organisasi

9. Heminastiti, berarti hemat dan cermat, seorang pemimpin harus mempunyai

kesadaran dan kemampuan yang tinggi untuk membatasi penggunaan segala

sesuatu yang benar-benar diperlukan.

10. Beloko berarti jujur yakni kesediaan, kerelaan dan keberanian untuk

mempertanggung jawabkan segala tindakan-tindakannya.

Page 76: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

76

11. Legowo, seorang pemimpin harus ikhlas yakni kesediaan, kerelaan dan

keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya

kepada generasi berikutnya.

Kepala Desa sebagai seorang pemimpin dalam satuan pemerintahan akan

berhasil memimpin suatu organisasi yang memiliki syarat-syarat yakni mempunyai

kecerdasan yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan merencanakan cara-cara

pemecahan setiap persoalan dengan cara yang tepat, serta mengandung kelengkapan

dan syarat-syarat yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Mempunyai emosi stabil,

tidak mungkin terombang ambingkan oleh suasana yang senantiasa berganti-ganti

yang dapat memisahkan antara soal pribadi, soal rumah tangga dan soal organisasi.

Mempunyai kepandaian dalam menghadapi manusia membuat bawahan menjadi

betah, senang dan puas dalam pekerjaan. Mempunyai keahlian untuk mengorganisir

dan menggerakkan serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tanggung

jawab dan wewenang akan didelegasikan.

b. Sekretaris Desa dan Kepala Urusan

Adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam menjalankan

hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan Desa. Sekretariat yang terdiri

dari Sekretaris dan Kepala Urusan atau Kaur diangkat dan diberhentikan oleh

Bupati setelah mendengar pertimbangan Camat atas usul Kepala Desa sesudah

mendengar pertimbangan BPD.

Kepala Urusan berkedudukan sebagai unsur pembantu Sekretaris

Desa dalam bidangnya. Adapun fungsi dan peranan Kepala Urusan sebagai

berikut:

Page 77: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

77

1. Melaksanakan kegiatan urusan pembangunan, pemerintahan, kesejahteraan,

keuangan dan urusan umum sesuai bidang tugasnya masing-masing

2. Melaksanakan pelayanan administrasi Kepala Desa

c. Kepala Dusun

Untuk memperlancar jalannya pemerintahan Desa, dalam Desa dibentuk

Dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun. Pembentukan Dusun ditetapkan dengan

memperhatikan faktor manusia, jumlah penduduk, faktor alam, faktor letak dan faktor

sosial budaya termasuk adat istiadat. Ada faktor-faktor obyektif lainnya seperti

penguasaan wilayah, keseimbangan antara organisasi dan luas wilayah serta

pelayanannya. Kepala Dusun adalah unsur pelaksana dalam pemerintahan Desa

dengan wilayah kerja tertentu. Kepala Dusun diangkat dan diberhentikan oleh Camat

atas nama Bupati atas usul Kepala Desa.

d. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

BPD sebagai Badan Permusyawaratan merupakan paham untuk melaksanakan

demokrasi berdasarkan Pancasila, mempunyai kedudukan sejajar dan menjadi mitra

kerja Kepala Desa baik dalam menyelenggarakan roda pemerintahan maupun

pembangunan Desa. Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh

kalangan Adat, Agama, organisasi sosial politik, golongan profesi dan unsur

pemuka masyarakat yang mempunyai persyaratan.

BPD mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di

Desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.

2. Legislasi yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan Desa bersama-sama

pemerintahan Desa.

Page 78: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

78

3. Pengawasan yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Desa,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta keputusan Kepala Desa.

4. Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani aspirasi dan menyalurkan

aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau instansi yang

berwenang.

Adapun jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk Desa

yang bersangkutan dengan ketentuan :

1. Jumlah penduduk sampai dengan 1.500 jiwa, 5 orang

2. 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, 7 orang

3. 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, 9 orang

4. 2.501 sampai dengan 3.000 jiwa, 11 orang

5. Lebih dari 3.000 jiwa, 13 orang

e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)

Adalah lembaga masyarakat di Desa yang tumbuh untuk masyarakat

dan merupakan wahana partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang

mendukung pelaksanaan berbagai kegiatan pemerintah serta swadaya gotong

royong dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka mewujudkan

ketahanan nasional yang meliputi aspek-aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial

budaya, agama dan pertahanan keamanan.

LPMD bertujuan membantu pemerintah Desa atau Kelurahan dalam

meningkatkan pelayanan pemerintah dan pemerataan hasil pembangunan dengan

menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat

dalam pembangunan, sehingga masyarakat memiliki keuletan dan ketangguhan yang

mengandung kemampuan, mengembangkan ketahanan didalam menghadapi dan

Page 79: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

79

mengatasi tantangan dan hambatan dalam rangka pembinaan wilayah serta

merupakan lembaga masyarakat yang bersifat lokal dan suara organisasi berdiri

sendiri serta merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Tugas pokok LPMD dalam membantu Kepala Desa adalah merencanakan

pembangunan yang didasarkan atas musyawarah menggerakkan dan meningkatkan

prakarsa dan partisipasi masyarakat secara aktif dan pasif untuk melaksanakan

pembangunan secara terpadu, baik yang berasal dari berbagai kegiatan pemerintah

maupun swadaya gotong royong. Menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk

mengembangkan ketahanan di Desa.

f. Rukun Tetangga dan Rukun Warga

Adalah organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah

untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia

berdasarkan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran

pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa. Rukun

Tetangga dan Rukun Warga dibentuk dengan maksud dan tujuan :

1. Memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan

kegotong royongan dan kekeluargaan.

2. Meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan.

3. Menghimpun seluruh potensi swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

g. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Page 80: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

80

Dalam rangka meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan terutama

kegiatan yang ditujukan bagi terciptanya keluarga sejahtera melalui jalur dan gerakan

Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Adapun 10 (sepuluh) Program PKK

meliputi penghayatan dan pengamalan Pancasila, gotong royong, sandang, pangan

dan perumahan, tata laksana rumah tangga, pendidikan dan keterampilan, kesehatan,

mengembangkan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan hidup, perencanaan

sehat.

Kesepuluh Program PKK tersebut satu dengan yang lain tidak memiliki

bobot, prioritas yang lebih. Pemilihan akan program yang menjadi prioritas

dilaksanakan terlebih dahulu berdasarkan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan

kesanggupan. Tiap-tiap Desa yang bersangkutan walaupun Program pokok PKK ini

diharapkan dapat dilaksanakan secara keseluruhan. Oleh karena program ini

merupakan program inti untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Di tingkat Desa,

pembina PKK adalah Kepala Desa yang menentukan kebijaksanaan pelaksanaan

dalam bimbingan sesuai petunjuk dan ketentuan yang telah digariskan.

C. Peranan Pemerintah Desa Sederhana dalam memberdayakan masyarakat di era

otonomi daerah

Pelaksanaan mengenai tugas dan fungsi seorang Kepala Desa dalam

pemerintahan merupakan salah satu bentuk kegiatan aparat pemerintah dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana tujuan dari penelitian ini

adalah untuk memberikan deskripsi mengenai pelaksanaan fungsi tersebut. Untuk itu

dalam melaksanakan tugasnya aparat Desa mempunyai fungsi :

1. Kegiatan dalam rumah tangganya sendiri

Page 81: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

81

2. Menggerakkan partisipasi masyarakat

3. Melaksanakan tugas dari pemerintah di atasnya

4. Keamanan dan ketertiban masyarakat

5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pemerintah di atasnya

Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut di atas maka seorang Kepala Desa

harus mengusahakan :

a. Terpenuhinya kebutuhan esensial masyarakat

b. Tersusunnya rencana dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kemampuan

setempat

c. Terselenggaranya peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi secara lintas

sektoral.

d. Terselenggaranya program yang berkelanjutan

e. Adanya peningkatan perluasan kesempatan kerja

Selain fungsi Kepala Desa yang telah dijelaskan di atas, Kepala Desa masih

mempunyai peranan yang lebih penting terhadap kemajuan dan perkembangan

wilayahnya yaitu melaksanakan pembinaan terhadap masyarakat Desa dalam

meningkatkan peran serta mereka terhadap pengembangan pembangunan.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dideskripsikan tentang peranan pemerintah

desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana yang Secara garis besar

mencakup berbagai bidang yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pembinaan Terhadap Masyarakat

1.1. Pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi.

Page 82: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

82

Usaha untuk menggalakkan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk

memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa

yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga pihak,

yaitu pemerintah, swasta dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa

pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk

meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan

desa. Berbagai teori mengatakan, bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa

menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Sedangkan untuk menumbuhkan

kesadaran warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana

untuk memperbaiki kondisi sosial dan dalam meningkatkan partisipasi warga desa

dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemimpin desa

khususnya pimpinan atau Kepala Desa. Berdasarkan wawancara yang penulis

lakukan dengan salah satu tokoh masyarakat di Desa Sederhana “ Abdul Hamid”

beliau menyatakan:

“Masyarakat di desa ini sangat antusias menyambut setiap ada kegiatan yang dapat memberdayakan potensi yang ada di daerah kami. Persoalan hanya terletak kepada bagaimana upaya yang dilakukan oleh kepala desa untuk merangkul tokoh-tokoh masyarakat dalam menggerakkan mereka karena maju tidaknya pembangunan di desa kami sangat bergantung kepada kepemimpinan pemerintah desa atau kepala desa” (19 Maret 2012)

Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi memiliki makna

meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tercermin

peningkatan pendapatn dan kesejahteraan masyarakat termasuk masyarakat miskin.

Adapun bentuk program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa meliputi

pemberian raskin, pemberian beasiswa bagi siswa miskin. Selain itu bentuk lain pada

Pembinaan di bidang ini adalah pembinaan di bidang kewiraswastaan. Pembinaan

Page 83: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

83

ini dimaksudkan untuk mengembangkan kewiraswastaan pengusaha muda,

terutama di kalangan pedagang kecil. Contoh para pengusaha untuk meningkatkan

usahanya diberi pinjaman modal dengan bunga rendah dan bergulir untuk

dipinjamkan selanjutnya ke kelompok lain. Kegiatan pembinaan ini disebut dengan

usaha peningkatan pendapatan masyarakat desa (UDSP). Sebagian besar kegiatan

ini telah memperbaiki taraf hidup masyarakat.

Adanya kegiatan yang dilakukan oleh PNPM mandiri dengan membuat

program simpan pinjam perempuan maka tingkat kualitas hidup masyarakat menjadi

lebih baik. Selain itu pembinaan di bidang perkoperasian sudah mulai dilakukan

oleh aparat desa dengan mengajak masyarakat untuk menyimpan dan menyalurkan

dana bagi masyarakat lain yang membutuhkan.

1.2. Pembinaan masyarakat desa pada bidang hukum.

Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah desa dengan

bekerjasama dengan dinas terkait dan pihak kepolisian yang dimaksudkan agar

pemuda dapat memberikan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak di

lembaga-lembaga pemasyarakatan anak negara. Contoh pemuda berkumpul untuk

mendiskusikan bahaya akibat narkotika, diberi penyuluhan akibat adanya

perkelahian pelajar.

1.3. Pembinaan masyarakat pada bidang agama

Pembinaan ini untuk meningkatkan kehidupan beragama dikalangan

pemuda. Contohnya mengadakan pengajian setiap minggu serta kerja bakti untuk

membangun tempat ibadah.

2. Pembinaan masyarakat pada bidang Kesehatan

Page 84: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

84

Pembinaan ini ditujukan untuk pembentukan generasi muda yang sehat, baik

fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan

masyarakat dan lingkungannya. Dalam rangka pembinaan, pemerintah memfasilitasi

penyelenggaraan pemerintah daerah. Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah

upaya memberdayakan daerah otonomi melalui pemberian pedoman, bimbingan,

pelatihan, arahan dan supervisi.

Pemerintah Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum dalam

melaksanakan pembinaan terhadap masyarakat dengan cara mengumpulkan

masyarakat untuk memberikan pengertian tentang apa-apa yang perlu dilaksanakan

suatu kegiatan dan bagaimana pelaksanaannya nanti di lapangan. Apabila masyarakat

telah memahami dan mengerti tentang hal tersebut maka pemerintah desa tinggal

mengarahkan dan memberikan bimbingan bagaimana system pengelolaan suatu

program baik program pemberdayaan masyarkat di bidang pendidikan, kesehatan,

sosial budaya dan ekonomi maupun program pemberdayaan masyarakat di bidang

pertanian dan perkebunan.

Pembinaan yang paling giat dilakukan oleh Pemerintah Desa Sederhana

adalah pembinaan dalam kegiatan keagamaan, sosial budaya dan pembinaan kepada

ibu-ibu pkk. Fasilitasi kegiatan ditindaklanjuti dengan pemberian bantuan alat-alat

seni dan ceramah agama yang biasanya didatangkan dari luar desa, sebagaimana yang

disampaikan oleh H.Tansi, seorang tokoh agama di Desa Sederhana.

“Kegiatan yang telah disusun oleh pemerintah desa untuk melakukan kegiatan pembersihan secara bergotong-royong di tempat ibadah setiap dua minggu sekali merupakan bentuk kepedulian yang ditanamkan untuk memupuk semangat tali silaturrahim dengan sesama warga, dan pengajian yang rutin diadakan setiap minggu yang disertai dengan ceramah agama biasanya banyak dihadiri oleh anak-anak muda.

Page 85: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

85

Mungkin tujuan dari pemerintah desa adalah menanamkan pemahaman agama sejak dini kepada generasi muda” (27 Maret 2012).

Selain itu pula bentuk nyata peranan aparatur pemerintah desa Sederhana

adalah memberikan pembinaan dalam bidang kesehatan.

Begitupun perhatian pemerintah desa di bidang kesehatan terbukti di setiap

dusun yang ada di desa ini di adakan posyandu yang mana di tempat ini disetiap

bulan di adakan penimbangan balita dan penyuluhan kepada ibu baik ibu-ibu

menyusui, nifas, dan juga tempat pemberian makanan tambahan bagi anak-anak usia

dini dan pemberian vitamin, imunisasi baik imunisasi campak, bcg, dpt, oleh tenaga

kesehatan yang bekerjasama dengan kader posyandu yang dipandu oleh tim

penggerak PKK Desa (POKJA IV) dan juga di Desa Sederhana ini telah dibangun

PUSKESDES (Pusat Kesehatan Masyarakat Desa) tempat ini digunakan untuk

pelayanan kesehatan masyarakat desa secara gratis bagi yang memiliki kartu keluarga

dan KTP. Apabila tidak menunjukkan kedua identitas tersebut maka pasien akan

dikenakan biaya adminisrasi sebanyak Rp.5.000,- ini membuktikan bahwa kerjasama

antara pemerintah desa dengan pihak kesehatan sangat erat demi terlaksananya tertib

administrasi di bidang pemerintahan desa. Sejalan dengan kondisi tersebut,

berdasarkan hasil wawancara dengan Marlina Syam sebagai pengurus PKK, beliau

mengatakan:

“Pemberian sanksi administrasi bagi warga yang tidak memiliki KTP dan KK ketika ingin mendapatkan pengobatan gratis berupa biaya sebesar Rp.5.000 bukanlah bermaksud untuk memberatkan warga desa melainkan mengajak masyarakat untuk tertib administrasi. Itupun tidak semua warga dikenakan biaya jika tidak memiliki KTP dan KK, karena warga yang mendapat kartu JAMKESMAS dan JAMKESDA tetap mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal dan dibebaskan dari segala biaya serta dana yang terkumpul dari denda administrasi diserahkan kembali ke petugas kesehatan untuk di manfaatkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.” (26 Maret 2012).

Page 86: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

86

Begitupula di Desa Sederhana ini telah dibangun kerjasama antara bidan dan

dukun dimana setiap ibu hamil yang akan melahirkan telah diberi pengertian dan

pembinaan agar bila nanti melahirkan ibu hamil tersebut melaporkan kepada

dukunnya dan dukun tersebut menyampaikan kepada bidan desa karena yang akan

melayani persalinan adalah tenaga medis dan yang melaksanakan adat atau kebiasaan

masyarakat adalah dukun.

Jadi proses melahirkan ditangani oleh bidan dan prosesi jampi-jampi

dilakukan oleh dukun tersebut. Ini juga membuktikan bahwa pemerintah desa sangat

peduli bagaimana pentingnya kebersamaan dalam melaksanakan segala kegiatan

terutama dalam hal peningkatan kesehatan masyarakat dan di desa ini juga di adakan

penyuluhan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) yang dilaksanakan oleh tim

penggerak PPK Desa (POKJA IV) bekerjasama dengan bagian Sanitarian Dinas

Kesehatan Kabupaten Umum, dimana dalam pembinaan ini masyarakat diajak untuk

membuat jambang agar BAB pada tempatnya dan cuci tangan sebelum makan,

makanan harus ditutup, bak mandi harus dibersihkan dan masalah kesehatan yang

lain yang dapat merusak kesehatan masyarakat.

2. Pelayanan terhadap masyarakat

Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi

lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, di mana paradigma

pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan yang

sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan

yang berorientasi kepuasan masyarakat sebagai berikut :

Page 87: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

87

a. Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui kebijakan yang

memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi pelayanan masyarakat.

b. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan aparat desa dan masyarakat sehingga

masyarakat juga mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas

pelayanan yang telah dibangun bersama.

c. Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan tertentu sehingga

masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas.

d. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi pada

hasil, sesuai dengan masukan atau aspirasi yang diharapkan masyarakat.

e. Lebih mengutamakan pelayanan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

f. Memberi akses kepada masyarakat dan responsif terhadap pendapat dari

masyarakat tentang pelayanan yang diterimanya.

Namun dilain pihak, pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada

masyarakat diharapkan juga memiliki :

a. Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya.

b. Memiliki perencanaan dalam pengambilan keputusan.

c. Memiliki tujuan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Dituntut untuk akuntabel dan transparan kepada masyarakat.

e. Memiliki standarisasi pelayanan yang baik pada masyarakat.

Semenjak gerakan reformasi digulirkan dalam rangka merubah struktur

kekuasaan menuju demokrasi dan desentralisasi, maka kebutuhan masyarakat terhadap

suatu pelayanan prima dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah desa menjadi sangat

penting. Diawali dengan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 dan selanjutnya dilakukan

Page 88: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

88

revisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004 , yang telah dijadikan landasan

yuridis untuk menggeser fokus politik ketatanegaraan, diawali desentralisasi kekuasaan

dari pemerintah pusat kepada daerah. Dan sekarang menjadi Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No 73 tentang Pemerintahan Kelurahan dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No 72 tentang Pemerintahan Desa.

Inti dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah

penyelenggaraan pemerintahan lokal yang menekankan pada prinsip demokrasi dan

peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh daerah. Perencanaan pembangunan didaerah

pedesaan tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan pemerintah kelurahan yang

merupakan unit terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menjadi

tonggak strategis dalam pembangunan desa.

Secara umum kita telah mengetahui masalah yang dihadapi dikelurahan, baik

yang bersumber secara internal maupun yang eksternal, seperti semakin pesatnya

kegiatan pembangunan yang hasil-hasilnya telah kita rasakan saat ini. Namun demikian

masih dapat ditemukan pula dampak yang dapat menimbulkan masalah yang baru.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan kemampuan dibidang perencanaan

pembangunan dan pemberian pelayanan yang baik dan berkualitas oleh para aparatur

kelurahan kepada masyarakat sehingga permasalahan yang kompleks dan rumit dapat

diatasi. Selain itu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah selama ini masih memiliki

beberapa kelemahan :

a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan,

mulai pada tingkatan petugas pelayanan sampai dengan tingkatan penanggungjawab

Page 89: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

89

instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat

seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.

b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada

masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.

c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan

masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.

d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya kurang

berkoordinasi. Akibatnya, terjadi tumpang tindih kebijakan antara satu instansi

pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.

e. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakukan

dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan

penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.

f. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat

pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/aspirasi dari

masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada

perbaikan dari waktu ke waktu.

g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan

perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan Sehubungan

dengan itu, maka desa dan perangkatnya serta pimpinan lembaga yang ada

dikelurahan harus mampu menyusun rancangan pembangunan daerahnya yang sesuai

dengan apa yang diharapkan dan yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat.

Adapun bentuk pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat di Desa

Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum yaitu apabila masyarakat yang

Page 90: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

90

bersangkutan membutuhkan pelayanan misalnya perbaikan di bidang pertanian

maka aparat pemerintah Desa berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan

pelayanan terbaik kepada warganya. Kondisi diatas sesuai dengan hasil wawancara

yang penulis lakukan dengan ketua kelompok tani “Muhammad Arfah” dimana penulis

menanyakan tentang betuk pelayanan pemerintah desa dalam bidang pertanian. Berikut

ini adalah pernyataan yang diberikan oleh Muhammad Arfah:

“Hasil panen gagal tidak bisa sepenuhnya disebabkan karena kesalahan petani, tetapi pemerintah desa harus juga bertanggung jawab terhadap kegagalan panenkarena kurangnya perhatian untuk memberikan jalan keluar bagaimana mengatasi panen yang gagal, karena itu dengan adanya upaya pemerintah desa untuk menghubungi dinas pertanian agar rutin memberikan penyuluhan dan informasi tentang tata cara bertani yang benar dan sebagainya dianggap sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup kami”. (20 Maret 2012).

Berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi pelayanan terhadap masyarakat di

Desa dapat dilihat pada pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah Desa kepada

masyarakat yang berkepentingan. Sehubungan dengan pelayanan ini ada beberapa

indikator yang dijadikan sebagai ukuran untuk melihat efektivitasnya yaitu kesadaran

dan kebijaksanaan oleh Kepala Desa serta aparat pemerintah Desa yang lain terhadap

pelayanan masyarakat setempat. Sebagaimana halnya dengan pelayanan birokrasi

pemerintah pada umumnya, setiap pelayanan harus melalui prosedur dan mekanismenya.

Prosedur pelayanan masyarakat tersebut sangat terkait dengan fungsi Pemerintah

Desa dalam mengembangkan organisasi pemerintahannya baik itu terhadap kegiatan

administrasinya maupun dalam bidang pembangunan atau pelaksanaan pengawasan

serta pembinaan terhadap masyarakat Desa. Salah satu upaya maksimal yang telah

dilakukan oleh pemerintah desa Sederhana adalah membuat kotak saran dalam rangka

menampung berbagai aspirasi yang diletakkan di depan pintu kantor desa. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Kepala Desa Sederhana “ Herkiswanto” menyatakan:

Page 91: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

91

“sebagai bentuk kepedulian kami akan berbagai permasalahan yang terjadi pada warga, kami menyediakan kotak saran untuk menampung berbagai keluhan dan aspirasi masyarakat yang mungkin malu atau enggan menyampaikan secara langsung berbagai kendala yang dihadapi. Meskipun demikian dalam berbagai kesempatan ketika ada rembug desa, saya selaku yang dipercayakan memimpin mereka menyampaikan bahwa semua saran dan aspirasi jika bernilai positif akan ditampung dan ditindaklanjuti sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan anggaran yang tersedia. (20 Maret 2012).

Sekalipun demikian upaya pelayanan yang diberikan oleh pemerintah desa

berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat khususnya dari kelompok

karang taruna menyatakan bahwa kadang-kadang yang cukup menyulitkan dalam

pemberian pelayanan adalah prilaku aparat yang seringkali memilah milah bahkan tidak

memberikan toleransi terhadap persoalan masyarakat yang dihadapi. Bahkan terkadang

proyek yang seharusnya dikerjakan oleh LKD malah diserahkan kepada orang lain yang

memiliki kedekatan dengan kepala desa.

Kondisi seperti ini sangat mengkhawatirkan karena dianggap bisa memberikan

kesenjangan antara warga yang satu dengan warga yang lain. Meskipun demikian

berdasarkan hasil wawancara dengan ketua karang taruna Desa Sederhana Kecamatan

Khusus, ”Asnawi” bahwa mereka bisa memahami bentuk perlakuan dalam

pemberian pelayanan karena tidak semuanya langsung bisa dipenuhi, dalam arti mereka

tetap bisa mentolerir dan memahami kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah desa. Berikut ini adalah petikan hasil wawancara dengan Asnawi sebagai

berikut:

“Sebagai ketua karang taruna di Desa Sederhana, kami menganggap pelayanan pemerintah desa belumlah maksimal meskipun sebahagian besar masyarakat menganggap pemerintah desa telah berbuat yang terbaik untuk warganya. Pemerintah Desa terkadang masih diatur oleh pemerintah diatasnya untuk melakukan berbagai perbaikan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat, padahal kami menginginkan perbaikan sarana dan prasarana khususnya untuk kepentingan para pemuda yang didahulukan,tapi kami menyadari dan paham akan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah desa...”(21 Maret 2012)

Page 92: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

92

Sejalan dengan pandangan ketua karang taruna, Kaur Pemerintahan Desa

Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum, “Sommeng” yang diwawancarai

memberikan alasan bahwa semua permintaan dan masukan dari warga masyarakat

berusaha untuk dipenuhi namun semuanya harus berjalan sesuai proses yang telah

ditetapkan.

“Sebenarnya tidak ada istilah memilah-milah bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, apalagi tidak ditanggapi namun realisasi yang diharapkan dari pemerintah diatas kami belum menyetujui, jadi semuanya harus menunggu sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kalaupun ada perlakuan dari aparatur desa yang dianggap diskriminatif atau membeda-bedakan pelayanan itu disebabkan karena terbatasnya staf Pemerintah Desa, sehingga kadang kurang memperhatikan masyarakat yang datang yang meminta pelayanan”( 25 Maret 2012)

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa elemen

penting pada warga masyarakat Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum,

maka terdapat beberapa hal dapat dianalisis oleh penulis sebagai berikut:

3. Pengembangan terhadap masyarakat

Efektifnya masyarakat dalam suatu program atau suatu kebijakan seperti

halnya kebijakan tentang pelaksanaan dalam upaya meningkatkan pembangunan

Desa tidak terlepas dari dukungan atau partisipasi masyarakat untuk mentaati atau

melaksanakan peraturan yang ada. Peraturan dalam hal ini pada dasarnya bertujuan

bagi 2 (dua) aspek yakni bagi pemerintah Desa dan bagi masyarakat itu sendiri. Bagi

pemerintah fungsi atau peranan dimaksud untuk melakukan penataan sehingga

tercipta tata ruang yang berdaya guna sehingga pemanfaatan ruang dapat

dioptimalkan sesuai dengan peruntukannya dan juga menciptakan efektif bangunan

sehingga tampak keindahan Desa yang aman dan tertib.Selain dari aspek tersebut

juga dimaksudkan sebagai sumber pendapatan Desa untuk pembiayaan

Page 93: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

93

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dalam hal ini pengembangan

organisasi yang lebih baik.

Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga

sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa

sasaran yang dapat dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa

adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada

intinya adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang

banyak dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan. Program-program

pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa adalah:

(1) Program pengembangan Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan

berupa penyediaan kredit tanpa bunga.(2) Pengembangan Pembangunan pertanian

dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan

pendapatan petani, nelayan dan peternak. (3) Pengembangan dan pemberdayaan

koperasi serta pengusaha mikro kecildan menengah melalui pembinaan pengusaha

kecil,(4) pengembangan industri kecil dan pembangunan prasarana dan sarana

ekonomi desa (5) Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna

dalam rangka menunjang industri kecil perdesaan

2. Pengembangan Sumberdaya Manusia yang handal.

Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses

pembangunan desa. Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka

semakin mendorong kemajuan suatu desa. Program-program yang dapat

dikembangkan diantaranya:

Page 94: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

94

a. Program pengembangan pendidikan

b. Program peningkatan pelayanan kesehatan

c. Pembinaan generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga

d. Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja.

e. Pembinaan kehidupan beragama

f. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat.

3. Pengembangan sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup agar dapat

didaya gunakan secara berkelanjutan. Adapun bentuk program peningkatan peran

serta masyarakat dalam pengembangan pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan

malalui:

1) Pelaksanaan program peningkatan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah

didaerah kritis.

2) Fasilitasi pelaksaan program pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian

lingkungan.

3) Fasilitasi pelaksanaan program rehabilitasi pada lahan berbasis masyarakat

Dengan mengacu kepada uraian yang berkaitan dengan pengembangan

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah Desa Sederhana terutama yang

berkaitan dalam bidang pengembangan terhadap masyarakat maka sasaran utama

yang harus dikembangkan sesuai hasil rembug desa adalah pengembangan sumber

daya manusia (SDM). Karena itu salah satu bidang yang menjadi perhatian aparatur

pemerintah desa adalah peningkatan pendidikan baik itu pendidikan formal maupun

pendidikan non formal, pemerintah desa telah menyiapkan berbagai sarana dan

prasarana seperti pembangunan taman padi tungka sebanyak 2 unit dengan hasil

Page 95: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

95

swadaya masyarakat yang mana padi tungka ini diperuntukkan bagi anak-anak usia

dini yaitu anak yang berumur 3 tahun dan berumur 5 tahun.

Padi tungka bukan saja digunakan untuk anak-anak usia dini tetapi tempat

ini digunakan sebagai tempat pembinaan orang tua balita yang disebut Bina Keluarga

Balita (BKB) maksudnya bukan Cuma balitanya yang dibina tetapi orangtuanya pun

diberi penyuluhan tentang bagaimana cara merawat anaknya dimulai dalam

kandungan sampai melahirkan dan seterusnya. Adapun tenaga pengajar di taman padi

tungka ini yaitu kader posyandu dan kader dasawisma yang telah dilatih baik

ditingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi yang bekerjasama dengan dinas

pendidikan Kabupaten Umum dengan pihak UNICEF.

Di Desa Sederhana ini dalam hal peningkatan pendidikan non formal di

tahun 2012 terdapat 3 kelompok kejar paket A dan 1 kelompok paket B dan juga

di Desa Sederhana terdapat 3 buah sekolah dasar, 2 SMP, 1 Madrasah Aliyah, dan

pada tahun ini telah dibagun sekolah menengah atas yang membuktikan bahwa betapa

besar peranan pemerintah desa dalam peningkatan pendidikan sehingga anak-anak

yang tamat SMP tidak lagi menganggur atau drop out tetapi dapat melanjutkan

pendidikannya ke SMA yang ada di desa ini. Tidak seperti tahun-tahun kemarin

tamatan SMP yang ada di desa Sederhana berjumlah 42 orang yang lanjut cuma

15 orang ini disebabkan karena sekolah menengah atas jauh dari perkotaan.

Salah satu usaha pemerintah desa dalam hal peningkatan mutu pendidikan

pada setiap pertemuan selalu menghimbau kepada masyarakatnya agar mau

menyekolahkan anaknya baik di TK, SD, SMP dan SMA agar tingkat pendidikan

masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum ini dapat

Page 96: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

96

meningkat dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini sangat sesuai

dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada dua (2) tokoh masyarakat yaitu

Marlina Syam sebagai pengurus PKK dan Abdul Hamid sebagai tokoh masyarakat

sekaligus pemerhati pendidikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh “Marlina

Syam” sebagai berikut:

“Kepedulian pemerintah desa dalam mengembangkan sumber daya manusia terutama dalam bidang pendidikan sangatlah besar terbukti dengan dibangunnya sarana belajar taman padi tungka yang peruntukannya bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk orang dewasa yang ingin menambah wawasannya. Kerjasama dengan dinas pendidikan dan bantuan Unicef sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat”( 23 Maret 2012).

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Marlina Syam, Abdul Hamid

sebagai tokoh pemerhati pendidikan sangat antusias dengan upaya aparatur

pemerintah desa yang melakukan pendekatan dengan pihak dinas pendidikan untuk

membangun sarana pendidikan bukan hanya sarana pendidikan formal tetapi juga non

formal, sehingga jumlah anak yang menganggur karena tidak sekolah menjadi sangat

kecil. Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh Abdul Hamid ketika

wawancara dilakukan yaitu:

“Pemerintah Desa Sederhana, sungguhlah sangat besar peranannya dalam mengembangkan berbagai kegiatan yang ada di desa kami, dan yang sangat kami kagumi adalah pembangunan sarana pendidikan yang sudah lama kami impikan khususnya pembangunan gedung sekolah setingkat SMA, sehingga mengurangi beban biaya dan resiko anak-anak kami yang bersekolah. Kami berharap semua bidang juga bisa dibangun terutama sarana dan prsarana olahraga”(23 Maret 2012).

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa elemen

penting pada warga masyarakat Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten

Umum, maka terdapat beberapa hal dapat dianalisis oleh penulis sebagai berikut:

Page 97: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

97

1) Aparat Pemerintah Desa telah berupaya maksimal untuk memberikan pelayanan

terbaik kepada warga masyarakatnya di berbagai bidang sesuai kapasitas dan

kapabilitas yang telah ditetapkan.

2) Bentuk pelayanan yang diberikan oleh aparatur Pemerintah Desa meliputi

perbaikan hidup masyarakat dalam meningkatkan penghasilan, menghubungi dan

mendatangkan dinas pertanian dan dinas kesehatan sebagai bentuk kepedulian

terhadap berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakatnya.

3) Penyediaan kotak saran di samping pintu masuk kantor kepala desa adalah bentuk

lain pelayanan aparatur pemerintah desa untuk mengetahui berbagai aspirasi dan

saran dari warga masyarakat untuk memperbaiki kinerja mereka sekaligus

memahami keinginan-keinginan warga masyarakat yang menginginkan perubahan.

4) Kurangnya jumlah aparatur pemerintah desa terkadang menjadi kendala utama

dalam melaksanakan pekerjaan terutama yang sangat berkaitan dengan

kepentingan warga masyarakat, misalnya ketika melakukan pendataan kepada

masyarakat miskin atau ketika masyarakat berdesakan meminta jatah raskin.

5) Perbedaan pandangan yang muncul antara tokoh masyarakat yang satu dengan

masyarakat yang lain adalah realitas nyata yang harus disikapi dengan bijak karena

bagaimanapun pelayanan yang memberikan kepuasan antara warga yang satu

dengan warga yang lain berbeda takarannya.

6) Pembinaan terhadap masyarakat telah berjalan secara optimal terutama dalam

bidang agama, sosial budaya, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

D. Faktor-faktor Penghambat dan Pendorong terhadap Pengembangan

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kab.

Page 98: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

98

Umum.

Pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang tidak terlepas dari berbagai

hambatan yang menyertainya. Hambatan yang sering muncul adalah sulitnya untuk

mensinergiskan berbagai pemberdayaan itu dalam suatu program yang terpadu.

Dengan memusatkan pada satu dimensi, pengembangan akan mengabaikan kekayaan

dan kompleksitas kehidupan manusia dan pengalaman masyarakat. Tidak ada alasan

untuk mengatakan bahwa berbagai tindakan untuk memberdayakan masyarakat

tidak bisa disinergiskan. Pengertian terpadu tidak berarti semua jenis kegiatan

pemberdayaan dilakukan secara serentak. Pengembangan masyarakat secara terpadu

dapat digambarkan sebagai serangkaian kegiatan pemberdayaan yang dilakukan

secara sistematis dan saling melengkapi. Pemberdayaan bukanlah program yang

dapat dilaksanakan dalam jangka waktu singkat atau bersifat temporer.

Pemberdayaan harus dilaksanakan secara berkesinambungan dengan terus

mengembangkan jenis-jenis kegiatan yang paling tepat untuk komunitas.

Meskipun telaahan mengenai program pemberdayaan banyak

mengemukakan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan program dan

ketidakberhasilan kelompok sasaran untuk mencapai tujuan namun harus diakui juga

bahwa ada banyak program pemberdayaan yang berhasil dan mencapai tujuan yang

ditetapkan.kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program pemberdayaan dapat

berasal dari kepribadian individu dalam komunitas dan bisa juga berasal dari sistem

sosial. Kendala-kendala tersebut adalah :

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar

Page 99: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

99

Masyarakat yang kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar dapat

menyebabkab kurangnya memnadapat informasi tentang perkembangan dunia. Hal

ini mengakibatkan masyarakat tersebut terasing dan tetap terkurung dalam pola-pola

pemikiran yang sempit dan lama. Selain itu mereka cenderung tetap

mempertahankan tradisi yang tidak mendorong kearah kemajuan.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan Tekhnologi yang terlambat

Jika suatu masyarakat kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar,

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masyarakat tersebut menjadi

lambat. Hal ini disebabkan mereka kurang atau belum menerima informasi tentang

kemajuan masyarakat lain. Disamping itu penjajahan juga dapat menyebabkan

terlambatnya perkembangan IPTEK pada suatu masyarakat

3. Sikap masyarakat yang tradisional

Masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dan menganggap tradisi tak dapat

diubah secara mutlak, dapat mengakibatkan terhambatnya perubahan sosial dalam

masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan masyarakat tak bersedia menerima inovasi

dari luar. Padahal, inovasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong terjadinya perubahan yang diharapkan dalam suatu masyarakat.

4. Prasangka terhadap Hal-hal yang baru atau asing

Rasa curiga terhadap hal-hal baru yang datang dari luar dapat menghambat

terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Sikap ini bisa dijumpai dalam

masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa barat. Mereka tak bisa

melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama masa penjajahan. Akibatnya,

Page 100: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

100

semua unsur-unsur baru yang berasal dari bangsa barat selalu dicurigai dan sulit

mereka terima.

5. Adat atau kebiasaan

Adat dan kebiasaan juga dapat menghambat terjadinya perubahan dalam masyarakat.

Unsur-unsur baru dianggap oleh sebagian masyarakat dapat merusak adat atau

kebiasaan yang telah mereka anut sejak lama. Mereka khawatir adat atau kebiasaan

yang dianut menjadi punah jika mereka menerima unsur-unsur baru bahkan dapat

merusak tatanan atau kelembagaan sosial yang meraka bangun dalam

masyarakatnya.

6. Ketergantungan (depedence).

Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap

pendamping sosial) menyebabkan proses “pemandirian” masyarakat membutuhkan

waktu yang cenderung lebih lama.

7. Superego

Superego yang terlalu kuat dalam diri seseorang cenderung membuat ia tidak mau

atau sulit menerima perubahan atau pembaharuan. Dorongan superego yang

berlebihan dapat menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula.

8. Rasa tidak percaya diri (self distrust)

Rasa tidak percaya diri membuat seseorang tidak yakin dengan kemampuannya

sehingga sulit untuk menggali dan memunculkan potensi yang ada pada dirinya. Hal

ini membuat orang menjadi sulit berkembang karena ia sendiri tidak mau

berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

9. Rasa tidak aman dan regresi (insecurity and regression)

Page 101: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

101

Keberhasilan dan “masa-masa kejayaan” yang pernah dialami seseorang cenderung

menyebabkan ia larut dalam “kenangan” terhadap keberhasilan tersebut dan tidak

berani atau tidak mau melakukan perubahan. Contoh regresi ini adalah : seseorang

yang tidak mau mengubah pola pertaniannya karena ia pernah mengalami masa-

masa panen yang melimpah di waktu yang lalu. Rasa tidak aman berkaitan dengan

keengganan seseorang untuk melakukan tindakan perubahan atau pembaharuan

karena ia hidup dalam suatu kondisi yang dirasakan tidak membahayakan dan

berlangsung dalam waktu cukup. Contoh rasa tidak aman ini antara lain : seseorang

tidak berani mengemukakan pendapatnya karena takut salah, takut malu dan takut

dimarahi oleh pimpinan yang mungkin juga menimbulkan konsekuensi ia akan

diberhentikan dari pekerjaannya.

10. Kesepakatan terhadap norma tertentu (conforming to norms)

Norma berkaitan erat dengan kebiasaan dalam suatu komunitas. Norma merupakan

aturan-aturan yang tidak tertulis namun mengikat anggota-anggota komunitas. Di

satu sisi, norma dapat mendukung upaya perubahan tetapi di sisi lain norma dapat

menjadi penghambat untuk melakukan pembaharuan.

11. Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (systemic and cultural coherence)

Perubahan yang dilakukan pada suatu area akan dapat mempengaruhi area yang lain

karena dalam suatu komunitas tidak berlaku hanya satu sistem tetapi berbagai

sistem yang saling terkait, menyatu dan terpadu sehingga memungkinkan

masyarakat itu hidup dalam keadaan mantap. Sebagai contoh, perubahan sistem

mata pencaharian dari ladang berpindah menjadi lahan pertanian tetap akan

Page 102: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

102

menimbulkan perubahan pada kebiasaan yang lain seperti pola pengasuhan anak,

pola konsumsi dan sebagainya.

12. Kelompok kepentingann.

Kelompok kepentingan dapat menjadi salah satu penghambat dalam upaya

pemberdayaan masyarakat. Misalnya, upaya pemberdayaan petani di suatu desa

tidak dapat dilaksanakan karena ada kelompok kepentingan tertentu yang bermaksud

membeli lahan pertanian untuk mendirikan perusahan tekstil. Kelompok kepentingan

ini akan berupaya lebih dulu agar lahan pertanian tersebut jatuh ke tangan mereka.

13. Hal yang bersifat sakral (the sacrosanct).

Beberapa kegiatan tertentu lebih mudah berubah dibandingkan beberapa kegiatan

lain, terutama bila kegiatan tersebut tidak berbenturan dengan nilai-nilai yang

dianggap sakral oleh komunitas. Sebagai contoh : di banyak wilayah, dukungan

terhadap perempuan yang mencalonkan diri sebagai pemimpin dirasakan masih

sangat kurang karena masyarakat umumnya masih menganggap bahwa pemimpin

adalah laki-laki sebagaimana yang diajarkan oleh agama atau sesuai dengan sistem

patriaki.

14. Penolakan terhadap orang luar.

Anggota-anggota komunitas mempunyai sifat yang universal dimiliki oleh manusia.

Salah satunya adalah rasa curiga dan “terganggu” terhadap orang asing. Pekerja

sosial atau pendamping sosial yang akan memfasilitasi program pemberdayaan tentu

akan mengalami kendala dan membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum ia

dapat diterima dalam suatu komunitas. Di samping itu, rasa curiga dan terganggu ini

menyebabkan komunitas enggan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

Page 103: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

103

yang diselenggarakan oleh “orang asing” yang memfasilitasi program

pemberdayaan di daerah mereka.

15. Kritik terhadap pemberian bantuan

Modal fisik terdiri dari dua kelompok, yaitu bangunan dan infrastruktur. Bangunan

dapat berupa rumah, gedung perkantoran, toko dan lain-lain. Sedangkan infrastruktur

dapat berupa jalan raya, jembatan, jaringan listrik dan telepon dan sebagainya.

Modal fisik selalu terkait erat dengan modal manusia. Modal fisik tidak dapat

digunakan apabila tidak ada modal manusia yang menggerakkan atau memanfaatkan

atau melaksanakan kegiatan di dalamnya. Oleh karena itu, modal fisik sering disebut

sebagai pintu masuk (entry point) untuk melakukan perubahan atau pemberdayaan

masyarakat.

Dari beberapa penjelasan mengenai kendala dalam program pemberdayaan,

perlu dicermati bahwa kendala-kendala tersebut mungkin saja terjadi sekaligus dalam

suatu program pemberdayaan tetapi bisa juga hanya satu atau dua kendala yang

timbul. Ada faktor-faktor kendala yang relatif mudah untuk diatasi namun ada

beberapa faktor yang cukup sulit untuk diubah, misalnya faktor kendala yang

berhubungan dengan sesuatu yang dianggap sakral oleh komunitas. Sebagai contoh,

upacara perkawinan atau kematian yang memerlukan biaya besar untuk

penyelenggaraannya tidak bisa dengan mudah dikurangi dari adat istiadat komunitas

karena upacara tersebut dianggap sebagai ritual yang sakral dan berpengaruh terhadap

kehidupannya di masa yang akan datang. Untuk dapat mengatasi kendala-kendala

tersebut, cara yang paling tepat adalah dengan melakukan pengkajian awal atau studi

kelayakan terhadap komunitas.

Page 104: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

104

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dibahas di atas dapat

diketahui beberapa faktor yang dianggap dapat menghambat keberhasilan organisasi

pemerintah Desa Sederhana. Faktor-faktor penghambat tersebut yang dapat

diidentifikasi meliputi 2 (dua) aspek yakni faktor yang bersifat internal atau

bersumber dari dalam organisasi sendiri dan faktor eksternal atau bersumber dari luar

organisasi.

a. Faktor Internal

Identifikasi dari faktor internal yang merupakan faktor penghambat terhadap

pengembangan organisasi pemerintah khususnya di Desa Sederhana karena SDMnya

kurang terampil seperti halnya penjelasan mengenai aspek sumber daya manusia.

Sebagaimana terlihat sumber daya manusia atau aparat yang bertugas pada organisasi

kantor tersebut secara kuantitas jumlah pegawai yang ada pada kantor Desa

Sederhana masih sangat kurang jika dibandingkan dengan beban tugas yang ada.

Sebagaimana terlihat tugas ini tidak hanya menangani masalah pengawasan,

pembinaan atau kegiatan administrasi saja tetapi segala urusan yang berkaitan dengan

pengelolaan Desa, seperti tugas penataan pertamanan, kebersihan Desa, keindahan

Desa dan Iain-Iain. Selain aspek dalam organisasi tersebut yang menjadi penghambat

dalam organisasi pemerintah Desa Sederhana adalah kualitas sumber daya manusia

yang sangat menentukan. Kualitas aparat yang ditugaskan pada badan pengelolaan

organisasi tersebut dari segi kemampuan kerja masih terlihat kurang. Sebagaimana

yang disampaikan oleh Kaur Pemerintahan, Sommeng:

“Rendahnya kualitas aparat pemerintahan desa dalam kehidupan berorganisasi disebabkan oleh tingkat pendidikan yang masih rendah, karena rata-rata diantara mereka hanyalah tamatan SMA, tetapi untungnya kepala desa memiliki andil yang sangat besar dalam pengembangan potensi yang ada di desanya”(26 Maret 2012).

Page 105: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

105

Faktor prasarana kerja yang juga menjadi faktor penghambat efektifnya

pelaksanaan pengembangan organisasi misalnya masih terbatasnya kendaraan

operasional yang dapat digunakan oleh petugas khususnya yang membawahi bagian

administrasi misalnya saja dalam mengantar surat penting di kantor-kantor. Faktor

dana merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan organisasi, baik digunakan

untuk kepentingan operasional kegiatan secara administratif maupun untuk

operasional tugas organisasi itu sendiri. Penggunaan dana khususnya bagi aparat

meliputi tujuan antara lain untuk pemberian insentif, hal ini menjadi penting sebagai

alat motivasi supaya petugas dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Ketersediaan dana khususnya dana rutin (ADD) yang dialokasikan bagi Kantor Desa

masih minim jika dibandingkan beban tugas yang ada. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan dengan Kaur Pemerintahan Sommeng, salah satu faktor yang juga

menghambat pemberdayaan masyarakat di Desa Sederhana adalah sikap pemerintah

desa yang terkadang lebih memilih orang lain dalam setiap proyek seperti perbaikan

jalan.

“Kami semua tahu kalau Kepala desa memiliki kemampuan yang sangat besar dalam memberdayakan masyarakat, tetapi beliau juga memiliki titik lemah yaitu terkadang memilih orang lain dalam pengerjaan sebuah proyek yang seharusnya dikerjakan oleh LKD, mungkin yang dilakukannya didasari oleh pertimbangan lain”(24 Maret 2012)

b. Faktor Eksternal

Aspek yang bersifat eksternal dalam hal ini adalah faktor-faktor yang

bersumber dari luar organisasi meliputi:

1. Partisipasi masyarakat mentaati aturan dalam organisasi

Page 106: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

106

Efektifnya aturan dalam badan pengelolaan organisasi tersebut sangat

dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk memperoleh atau melaksanakan

pembangunan. Namun hal tersebut yang kurang terlihat adalah masyarakat di

kawasan, masih rendah partisipasinya dalam memperoleh tujuan organisasi.

Sehingga hal ini kadangkala terjadi setelah mendapat teguran dari aparat, hal itu

bukan karena masyarakat tidak mau mengurus organisasi atau sengaja melanggar

tetapi lebih banyak mereka tidak tahu mengenai pengelolaan organisasi. Hal itu

tidak lain karena sosialisasi aturan ini bagi masyarakat tersebut masih kurang.

a. Hubungan antar status

Secara umum dapat dikatakan bahwa status bergantung pada seberapa besar

seseorang memberikan sumbangannya bagi terciptanya tujuan seseorang yang

memberikan jasa terbesar cenderung berusaha mendapatkan status yang tinggi.

Sebaliknya seseorang yang memberikan jasa yang tidak begitu besar biasanya

bersedia menerima status yang lebih rendah. Susunan status dalam satu kelompok

dalam organisasi selalu tampil dalam 2 wujud yaitu berupa status formal dan status

sosial. Status formal adalah berkaitan dengan jenjang atau hierarki yang ada dalam

kelompok atau organisasi yang berkaitan langsung dengan rantai komando. Status

sosial tidak selalu berkaitan dengan status formal seseorang, walaupun dapat saja

seseorang yang mempunyai status formal yang tinggi dapat pula mempunyai status

sosial yang tinggi.

Yang dapat menundukkan seseorang dalam status adalah :

1. Kemampuan fisik, mental dan sosial berbeda yang biasanya timbul karena

perbedaan pendidikan, latihan dan pengalaman.

Page 107: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

107

2. Tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan pekerjaan

3. Tingkat pentingnya pekerjaan

Sedangkan yang menjadi faktor pendorong dalam pemberdayaan masyarakat di Desa

Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum adalah sebagai berikut:

1) Kontak dengan kebudayaan lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi

adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain.

Dengan proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan

baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah

diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua

masyarakat, hingga seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Proses difusi dapat menyebabkan lancarnya proses perubahan, karena difusi

memperkaya dan menambah unsur-unsur kebudayaan yang seringkali memerlukan

perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang lama dengan

yang baru.

2) Sistem pendidikan formal yang maju

Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu,

untuk memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan

bagaimana caranya dapat berfikir secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada

individu untuk dapat berfikir secara obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu

setiap manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat

memenuh kebutuhan zaman atau tidak.

Page 108: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

108

3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat

akan dapat menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya

hadiah nobel, menjadi pendorong untuk melahirkan karya-karya yang belum pernah

dibuat.

4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)

Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang

itu akan melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus

dilakukan oleh masyarakat.

5) Sistem terbuka pada lapisan masyarakat

Adanya system yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat

menimbulkan terdapatnya gerak sosial vertical yang luas atau berarti member

kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal

seperti ini akan berakibat seseorang mengadakan identifikasi dengan orang-orang

yang memiliki status yang lebih tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari

seseorang, hingga  orang tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan

orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukannya

agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya memiliki status

yang tinggi tersebut

6) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu

Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu

yang panjang, juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.

7) Adanya orientasi ke masa depan

Page 109: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

109

Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan

datang, dapat berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam system sosial

yang ada. Karena apa yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa

yang akan datang.

Dalam kehidupan organisasi imbalan selalu diberikan menurut persepsi

seseorang tentang keahlian yang diperlukan bagi suatu tugas pekerjaan. Ini berarti

suatu sistem status tetap berjalan searah dengan sistem pemberian imbalan. Makin

tinggi status seseorang dalam organisasi makin tinggi pula imbalan yang diterimanya

demikian pula sebaliknya.Untuk itu mencapai tujuan organisasi yang baik harus

dilaksanakan prilaku organisasi yang baik pula. Maka disini berperan Kepala Desa

yang bertugas mengintrospeksi diri bahwa seorang pemimpin harus benar-benar

memiliki sifat dan jiwa kepemimpinan dan tidak melanggar norma-norma

kepemimpinan, harus bersikap adil seadil-adilnya, tegas dalam mengambil

keputusan dan tidak mementingkan kepentingan pribadi atau kekuasaan semata.

Page 110: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

110

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab dimuka,

maka pada bagian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Peranan Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat meliputi 3 hal yaitu

pembinaan masyarakat, pelayanan terhadap masyarakat dan pengembangan

terhadap masyarakat. Ketiga variabel tersebut telah berjalan secara maksimal.

Pembinaan terhadap masyarakat meliputi kegiatan keagamaan, kegiatan sosial

budaya dan pelayanan kesehatan, Pelayanan masyarakat meliputi pelayanan di

bidang pertanian, kesehatan dan perekonomian, sedangkan pengembangan

masyarakat lebih banyak difokuskan pada pengembangan SDM melalui

pembangunan infrastruktur baik formal maupun non formal, termasuk pula

diantaranya pengembangan ekonomi kerakyatan.

2. Faktor-faktor penghambat pengembangan organisasi pemerintahan Desa

Sederhana yang dapat diidentifikasi meliputi 2 (dua) faktor yaitu faktor internal

terdiri dari aspek sumber daya manusia atau aparat pelaksana yang masih kurang

baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Ketersediaan sarana dan prasarana

kerja yang belum memadai, rendahnya kualitas SDM aparat pemerintah desa

yang rata-rata hanya tamat sampai tingkat SMA, faktor pendanaan yang tersedia

bagi organisasi bersangkutan yang masih minim untuk dapat digunakan dalam

pengelolaan organisasi serta sikap kepala desa yang terkesan lebih

mementingkan orang lain bila terdapat proyek untuk pembangunan desa,

110

Page 111: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

111

Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penghambat adalah partisipasi

masyarakat dalam mentaati aturan Desa Hubungan antar status. Secara umum

dapat dikatakan bahwa status bergantung pada seberapa besar seseorang

memberikan sumbangannya bagi terciptanya tujuan seseorang yang memberikan

jasa terbesar cenderung berusaha mendapatkan status yang tinggi. Sebaliknya

seseorang yang memberikan jasa yang tidak begitu besar biasanya bersedia

menerima status yang lebih rendah

B. Saran-saran

Upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kepala Desa terhadap

pengembangan organisasi pemerintahan Desa Sederhana dari hasil temuan penelitian

dapat direkomendasi saran untuk peningkatannya sebagai berikut:

1. Masih perlu dilakukan sosialisasi oleh aparat pemerintah Desa mengenai

pentingnya pengembangan organisasi terutama bagi masyarakat yang berdomisili

di Desa tersebut.

2. Peranan Kepala Desa terhadap pemberdayaan masyarakat pemerintah Desa

Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum hendaknya dilakukan secara

konsisten dan berkesinambungan.

3. Perlu dilakukan pengawasan yang secara rutin terutama terhadap kegiatan

masyarakat yang menunjukkan adanya kegiatan pembangunan.

52

Page 112: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

112

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mufiz, Drs,1995, Pengantar Administrasi Negara, Universitas Terbuka.

Andy Sutardy, MBA, Drs. Engkoem Damini, 1973, Pokok-pokok Ilmu Administrasi dan Manajemen, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta

Atmosudirdjo, Prajudi, 1978, Dasar-dasar Administrasi, Balai Aksara, Jakarta

Bayu Suryaningrat, 1979, Desa dan Kelurahan, Rineka Cipta, Jakarta

Dedy Supriady Bratakusuma, Ph.D. Dadang Solihin, MA. 2002, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Depdikbud RI, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Handayaningrat, Soewarno, 1982, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung, Jakarta

Ibnu Syamsi, Drs. 1983, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Bina Aklsara, Jakarta

Joko Prakoso, SH, 1987, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung

Koentjaraningrat, 1990, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia Pustaka, Jakarta

Lembaga Administrasi Negara RI, 1997, Sistem Administrasi Negara RI, Gunung Agung, Jakarta

Moenir A.A., 1987, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta

Nainggolan, 1984, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Depdikbud, Jakarta

Peraturan Daerah Kabupaten Umum, 2001, Lembaran Daerah Kabupaten Umum, Tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa.

PTN dan PTS Se-Sulawesi Selatan, 1997, Pedoman Pembinaan Desa dam Pengelolaan Sumber-sumber Pendapatan Desa, Biro-Bina Pemdes Makassar

S.P. Siagian, MPA, 1983, Filsafat Administrasi, Gunung Agung Jakarta

Saksono, S, 1988, Administrasi Kepegawaian, Karnisius, Yogyakarta

Soetjitro, Ir. 1988, Pembinaan Ketahanan Masyarakat Desa, Jakarta

Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

Page 113: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

113

Sulastomo, 1999, Asuransi Kesehatan (Sebuah Kapitas Selekta), Jakarta

Surachmad, Winarno, 1972, Dasar-dasar Tehnik Research, Tarsito, Bandung

The Liang Ge, 1984, Administrasi Perkantoran Modern, Nur Cahaya, Yogyakarta

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Widjaja, HAW., Prof. Drs.,2003, Pemerintahan Desa / Marga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 114: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

114

LAMPIRAN :

DAFTAR NAMA INFORMAN DI DESA SEDERHANA

KECAMATAN KHUSUS KABUPATEN UMUM

1. NAMA : HERIKISWANTO

UMUR : 27 TAHUN

PEKERJAAN : KEPALA DESA

2. NAMA : ABD. HAMID P

UMUR : 72 TAHUN

PEKERJAAN : TOKOH MASYARAKAT

3. NAMA : H. TANSI

UMUR : 65 TAHUN

PEKERJAAN : TOKOH AGAMA

4. NAMA : MUH. ARFAH

UMUR : 42 TAHUN

PEKERJAAN : KELOMPOK TANI

5. NAMA : MARLINA SYAM

UMUR : 35 TAHUN

PEKERJAAN : KETUA TIM PENGGERAK PKK SEDERHANA

6. NAMA : ASNAWI

UMUR : 30 TAHUN

PEKERJAAN : KETUA KARANG TARUNA DESA SEDERHANA

7. NAMA : SOMMENG

UMUR : 56 TAHUN

PEKERJAAN : KAUR PEMERINTAHAN

Catatan :

Ketujuh informan tersebut adalah informan kunci dalam memberikan data berdasarkan

wawancara yang dilakukan.

Page 115: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

115

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MEMBERDAYAKAN

MASYARAKAT DI ERA OTONOMI DAERAH PADA DESA

SEDERHANA KECAMATAN KHUSUS KABUPATEN UMUM

VILLAGE GOVERNMENT ROLE IN EMPOWERING COMMUNITIES

IN THE ERA OF REGIONAL AUTONOMY IN THE VILLAGE SEDERHANA

PONRE DISTRICK OF UMUM REGENCY

Page 116: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

116

iv

Page 117: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

117

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

PRAKATA ...................................................................................................... iii

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 16

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 16

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 18

A. Pengertian Peranan..................................................................... 18

B. Pengertian Pemerintah Desa...................................................... 19

C. Pemberdayaan Masyarakat......................................................... 32

D. Otonomi daerah.......................................................................... 46

E. Pengertian Pengembangan Organisasi ...................................... 49

F. Kerangka Pemikiran.................................................................... 57

vii

Page 118: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

118

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 59

A. Perspektif Pendekatan Penelitian............................................... 59

B. Fokus Penelitian ........................................................................ 60

C. Lokasi Penelitian ....................................................................... 61

D. Fenomena Pengamatan............................................................... 61

E. Jenis dan Sumber data ............................................................... 61

F. Pemilihan Informan................................................................... 61

G. Instrumen Penelitian.................................................................. 62

H. Tehnik Pengumpulan Data......................................................... 63

I. Tekhnik Analisis Data................................................................ 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 70

A. Gambaran Umum Desa Sederhana Kec. Ponre Kab. Umum..... 70

B. Struktur Organisasi..................................................................... 72

C. Peranan Pemerintah Desa Sederhana Dalam Memberdayakan

masyarakat di Era Otonomi Daerah ............................................ 80

D. Faktor-Faktor Penghambat Dan Pendorong Terhadap

Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sederhana

Kecamatan Khusus Kabupaten Umum .......................................97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 99

A. Kesimpulan ............................................................................... 110

B. Saran-saran ................................................................................ 111

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 112

LAMPIRAN .................................................................................................... 114

vi

viii

Page 119: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

119

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 57

3.1 Model Interaktif menurut Miles dan Hubberman ............................................ 60

4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan ................................................................... 73

4.2 Struktur Personalia Tim Penggerak PKK......................................................... 73

ix

Page 120: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

120

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Nama Informan di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kab. Umum .... 114

x

Page 121: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

121

ABSTRAK

Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa memberikan kesempatan kepada masyarakat desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan persyaratan yang diamanatkan yakni diselenggarakan pemerintahan desa dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta memperhatikan potensi dan keaneka-ragaman daerah. Masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan pilihan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasinya. Namun kenyataannya, Pemerintah Desa tersebut belum terlalu berperan dalam memberdayakan potensi yang terdapat pada warganya. Oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana upaya pemerintah Desa Sederhana dalam memberdayakan masyarakatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peranan pemerintah desa dalam memberdayaan masyarakat sekaligus mengkaji faktor pendorong dan penghambat dalam memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktek baik bagi warga masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum, khususnya maupun masyarakat Umum umumnya. Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan ini peneliti menggali informasi secara alamiah tentang peranan pemerintah desa di desa tersebut. Sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan para responden kunci yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik dalam menggali data adalah melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian dari tiga unsur pokok yang meliputi pembinaan masyarakat, pelayanan masyarakat dan pengembangan pada masyarakat menunjukkan bahwa pemerintah Desa Sederhana telah berhasil membangun komunikasi masyarakat sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan di desanya, meskipun disadari oleh pemerintah desa bahwa ada faktor yang menghambat dan mendorong dalam upaya pemberdayaan masyarakat.Kata kunci : Peranan,Pemerintah Desa, Pemberdayaan Masyarakat dan Otonomi Daerah.

v

Page 122: Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat Di Era Otoda Pada Desa

122

ABSTRACT

With the birth of Law No. 32 of 2004 on regional autonomy and Government Regulation No. 72 of 2005 on the village provides an opportunity to villagers to control and manage his own household, with the requirements mandated by the village government held to the principles of democracy, the role of and the community, equality, justice, and considering the potential and diversity of the region. The community has a central enough role to determine policy options that suit the needs and aspirations. But in reality, the village government has not been very instrumental in empowering potential contained in its citizens. Therefore in this study will be examined how the government's efforts in empowering rural communities. The purpose of this study was to determine and analyze the role of government in the village community as well as reviewing empowering driving and inhibiting factors in empowering people in the Village Sederhana, Ponre District of Regency Umum. Result this study is expected to benefit both theoretically and in practice both for the residents in Village Sederhana, Ponre District of Regency Umum in particular and society in general. Result This study is classified as a descriptive qualitative research. With this approach the researcher to explore the nature of information about government's role in the rural village. The main data sources are the words and actions of key respondents sampled in this study. Techniques in exploring the data is through observation, interviews, and research dokumentation. Result of three main elements which include community development, community service and community development in the Village Sederhana shows that the government has managed to build communication so that people can actively participate in the empowerment of the village, although recognized by the government of the village that there are factors that inhibit and promote community empowerment efforts.

Key words: Role, Village Government, Community Empowerment and Local Autonomy.

vi