mengakhiri ambiguitas posisi gubernur dalam otoda dan nkri

22
Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI Hasil Studi tentang Ide Penunjukan Gubernur oleh Presiden Oleh: Rohman Budijanto Direktur eksekutif The Jawa Pos Intitute of Pro-Otonomi (JPIP) Disampaikan dalam Focus Group Discussion dengan tema Tinjauan Sistem Otonomi Daerah Dalam Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Hubungan Kewenangan Antara Pusat dan Daerah) di PP Otoda FH-UB, 11 Desember 2012

Upload: maxime

Post on 07-Feb-2016

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI. Oleh: Rohman Budijanto Direktur eksekutif The Jawa Pos Intitute of Pro-Otonomi (JPIP) - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan

NKRIHasil Studi tentang Ide Penunjukan

Gubernur oleh Presiden

Oleh: Rohman BudijantoDirektur eksekutif The Jawa Pos Intitute of Pro-Otonomi (JPIP)

Disampaikan dalam Focus Group Discussion dengan tema Tinjauan Sistem Otonomi Daerah

Dalam Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Hubungan Kewenangan Antara Pusat dan Daerah)

di PP Otoda FH-UB, 11 Desember 2012

Page 2: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Latar belakang: MENGAPA GUBERNUR TIDAK DITUNJUK SAJA?

• ALASAN INEFEKTIFITAS KINERJA KABINET DAN KEMENTERIAN.

• ASSESSMENT EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMERINTAHAN DAERAH TANPA MENGURANGI DERAJAT OTONOMI DAERAH.

• PERLUNYA ASSESSMENT IMPLIKASI KOMBINASI ANTARA DIPILIH DAN DIANGKAT TERHADAP DEMOKRASI.

• PERLUNYA ASSESSMENT IMPLIKASI GUBERNUR DIANGKAT PRESIDEN TERHADAP DAERAH OTONOM.

• MENGGALI PENDAPAT DAERAH TERHADAP WACANA GUBERNUR DIANGKAT PRESIDEN

Page 3: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Fokus Studi

Pendapat kepala daerah terhadap gagasan penunjukkan atau

pengangkatan gubernur oleh presiden beserta

penjelasannya (studi dilakukan di Jatim 2011)

Page 4: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Informan dan responden

0

5

10

15

20

25

20

6

9

2

Informan

Page 5: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Responden

• Organisasi Masyarakat Sipil (Praktisi Pendidikan dan kesehatan, profesional, pelaku usaha, PNS non-pengambil kebijakan, Partai Politik, LSM)

• 38 daerah• n= 2569 - 2581

Page 6: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Pendapat Elite

Setuju; 86.8%

Tidak Setuj

u; 7.9%

2.6% 2.6%

Apakah sebaiknya gubernur ditunjuk/diangkat oleh pres-iden? N=38

Tidak Jawab

Tidak Wawancara

Page 7: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Setuju 1: Penghematan Anggaran

• Memangkas secara drastis • Atau sama sekali menghilangkan alokasi APBD

untuk pilgub

Page 8: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Setuju 2: Kewenangan Gubernur• Asas dekonsentrasi

mengatur peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat (Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU 32/2004).

• Keuntungan Pertama, Fasilitator Efektif Daerah-Pemerintah

• Keuntungan Kedua, bersikap lebih netral tatkala menyelesaikan perselisihan antardaerah.

• Keuntungan Ketiga, lebih efektif menjalankan tugas-tugas presiden di daerah

• Keuntungan keempat,memperjelas posisi gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi.

Page 9: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Setuju 3: Minimalisasi Efek Pilkada

• Minimalisasi risiko konflik-konflik pilkada• Minimalisasi sentimen politik di antara bupati

dan wali kota terhadap gubernur (akibat perbedaan parpol)

• Minimalisasi praktik politik uang dalam pilkada

Page 10: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Setuju 4: Efektifitas Penyelenggaraan Pemerintahan daerah dan NKRI

• Memperpendek hubungan pemerintah dan daerah

• Lebih efektif mengawal NKRI• Mengefektifkan pengawasan daerah

Page 11: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Setuju 5: Kompetensi Gubernur

• Presiden menunjuk gubernur melalui proses seleksi yang ketat

• Seleksi ketat bisa memastikan kecakapan calon gubernur

Page 12: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Alasan Tidak setuju

Tidak Setuju 1: Kemunduran Demokrasi• Negasi Pilkada Langsung sejak 2005• Pilkada bisa disederhanakan, biaya parpol

dikurangi• Penting, untuk membangun kesadaran rakyat

Page 13: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Tidak Setuju 2: Akseptabilitas Politik

• Rendahnya akseptabilitas publik terhadap gubernur ditunjuk

• Paradoks dengan pilkada langsung untuk jabatan bupati dan wali kota

Page 14: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Usulan-Usulan Daerah• Presiden berkoordinasi terlebih dahulu dengan DPRD provinsi sebelum

menunjuk pejabat gubernur. • Bila gubernur ditunjuk oleh presiden, pemerintah harus menetapkan

kewenangan pada gubernur dalam melakukan koordinasi kabupaten dan kota.

• Gubernur tidak ditunjuk presiden, melainkan dipilih oleh seluruh bupati dan walikota

• Melakukan revisi aturan yang menyebabkan pilkada gubernur berbiaya tinggi daripada jabatan gubernur ditunjuk presiden

• DPRD provinsi mengajukan tiga orang calon gubernur kepada presiden untuk ditunjuk salah satunya.

• Atau sebaliknya, presiden mengajukan tiga nama calon gubernur, kemudian DPRD memilih salah satu di antara tiga calon yang diajukan presiden

Page 15: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Bagaimana Suara Publik?

Setuju; 41.19%

Tidak

Tahu;

3.91%

Tidak Setuju; 54.90%

Setujukah gubernur ditunjuk presiden? N=2581

SetujuTidak TahuTidak Setuju

Page 16: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Alasan menjawab setuju gubernur ditunjuk presiden?

Jawaban PersentaseEfisiensi anggaran pemerintahan daerah tanpa mengurangi derajat otonomi daerah 62.87%Perbaikan kualitas pelaksanaan otonomi daerah (Pelayanan publik, pembangunan ekonomi, pembangunan infrastruktur, peningkatan IPM) 11.09%Tidak efektifnya kinerja pemerintah provinsi 7.91%Alasan lainnya 14.66%

Page 17: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Peran Ambigu Provinsi

• Asas dekonsentrasi mengatur peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat (Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU 32/2004).

• Tapi, gubernur bisa berbeda visi dengan presiden karena beda partai akibat pemilihan langsung (mirip gubernur federal yang dipilih langsung).

• Kalau wakil pemerintah pusat, mestinya lebih efektif ditunjuk langsung oleh presiden.

Page 18: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Memilih Gubernur di DPRD, Bukan Solusi Tuntas

• Pemerintah/Kemendagri mengusulkan pemilihan gubernur dilakukan “secara demokratis” oleh DPRD dalam amandemen UU Pemda.

• Risikonya, sangat mungkin mengembalikan money politics/politik dagang sapi di DPRD provinsi. Ini persis seperti zaman sebelum pilkada langsung.

• Bisa terpilih gubernur yang tak sejalan dengan visi pemerintah pusat

• Bisa terpilih sosok yang tak kompeten di hadapan rakyat atau sulit mengharapkan ada meritokrasi dalam pertimbangan pemilihan di DPRD.

Page 19: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Gubernur Ditunjuk Presiden• Sesuai dengan prinsip dekonsentrasi, yakni gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat di provinsi.• Gubernur ditunjuk presiden sangat sesuai prinsip negara kesatuan. Biasanya

gubernur yang dipilih langsung terjadi di negara federal (AS, Meksiko), bahkan di negara federal pun ada yang ditunjuk (India, Australia, Kanada, Brazil).

• Bisa menjadi jembatan antara daerah otonom kabupaten/kota dengan pemerintah pusat atau DPR pusat.

• Fungsi koordinasi lebih bisa dijalankan, karena gubernur “apolitis”. Egoisme antara kabupaten/kota lebih bisa dijembatani. Begitu pula bila ada perda bertabrakan dengan aturan yang lebih tinggi cukup gubernur yang menyelesaikan, tak perlu pusat/kemendagri.

• Yang tidak ditunjuk hanya daerah spesial, seperti DI Jogjakarta.• Presiden bisa menunjuk orang yang kompeten sesuai dengan visinya,

sementara posisi kementerian biarlah dijadikan kompromi dengan parpol bila pemerintahan terbentuk karena koalisi.

• DPRD provinsi juga ditiadakan.

Page 20: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Gubernur Tak Lagi Punya APBD• Biaya gubernuran dari APBN murni, pertanggungjawabannya ke

presiden/DPR pusat.• APBD yang selama ini untuk provinsi didesentralisasi ke

kabupaten/kota, sehingga porsi APBD kabupaten/kota menjadi lebih signifikan untuk biaya pembangunan.

• Presiden bisa mendekonsentrasi peran kementerian ke gubernur yang lebih dekat ke daerah.

• Presiden lebih punya tangan langsung untuk menyukseskan program pusat yang langsung menyentuh ke daerah.

• Koordinasi lembaga pusat (kementerian, badan, dll) dengan kabupaten/kota bisa lebih dijalankan dengan perantara gubernur yang mewakili presiden.

Page 21: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Kendala Penunjukan Langsung Gubernur

• Kendala penunjukan langsung, pasal 18 UUD 1945 ayat (4), mengharuskan gubernur dipilih secara demokratis. Perlu amandemen UUD 1945 oleh MPR.

• Dipandang tidak demokratis. Namun, sekarang ini bisa dipandang Indonesia sudah overdosis demokrasi. Yang paling mungkin untuk dikurangi kadar demokrasi langsungnya adalah pemilihan gubernur. Langkah ini bisa memperkuat posisi presiden agar lebih efektif dalam menjalankan roda pembangunan.

Page 22: Mengakhiri Ambiguitas Posisi Gubernur dalam Otoda dan NKRI

Terima Kasih, Selamat Berdiskusi

NKRI Harga Mati, Otonomi Harga Pas!