ambiguitas dalam peristiwa tutur dialog interaktif

129
i AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF INDONESIA LAWYERS CLUB PERIODE JULISEPTEMBER 2019 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Eka Averia Desyyanti 161224011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

i

AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR

DIALOG INTERAKTIF INDONESIA LAWYERS CLUB PERIODE JULI—SEPTEMBER 2019

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Eka Averia Desyyanti

161224011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus putra Santo Yosef dan Bunda Matas kasih serta karunia-

Nya yang selalu berlimpah dan menyertai setiap langkah baik suka maupun

duka yang saya lalu yang selalu menuntun dan memberkati saya, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dosen pembimbing, Bapak Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. yang telah membimbing

saya dari awal hingga akhir skripsi ini dibuat.

3. Ketua Program Studi PBSI, Ibu Rishe Purnama Dewi, M.Hum., yang saya

cintai. Beliau selalu memberikan perhatian dan motivasi kepada anak-

anaknya, sehingga membuat saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., yang dengan senang hati menjadi

triangulator dalam penelitian saya ini.

5. Dosen-dosen PBSI yang selama ini memberikan banyak sekali ilmu selama

masa perkuliahan.

6. Keluarga saya tercinta, Bapak Warsino, Ibu Anastasia Surajinem, dan adik

saya Magda Dwi Julita Sari yang selalu memberikan doa, semangat, dorongan,

serta nasihat selama masa kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga besar saya di Jogja, Cibubur, Wonogiri, maupun di Semarang yang

telah memberikan dukungan dan doa untuk segera lulus gelar sarjana.

8. Patrisia Sisy, S.Pd. yang selalu membimbing saya dengan penuh cinta dari

semester 5 hingga penulisan skripsi ini selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

v

9. Sahabat-sahabat saya di lingkungan KPOP seperti Koko Chrunch, fandom

ONE IT JOGJA, MOODZ JOGJA, dan sahabat-sahabat KPOPERS Jogja

lainnya yang telah menjadi teman serta keluarga di dunia KPOP Jogja.

10. Keluarga besar PBSI Sanata Dharma angkatan 2016 kelas A yang telah

menjadi sahabat serta keluarga besar penulis selama empat tahun. Segala suka

duka yang selama perkuliahan telah kita lalui bersama. Banyak kenangan,

canda tawa serta kesedihan bercampur menjadi satu yang telah terukir tak

akan pernah terlupakan.

11. Sahabat-sahabat KKN Kedungdowo Wetan yang telah menjadi keluarga dan

selalu mendukung saya.

12. Serta seluruh orang yang telah mendukung dan membantu saya untuk

menyelesaikan skripsi agar selesai tepat pada waktunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

vi

MOTO

“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan

menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan

meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.”

-Ulangan 31:8-

“Berikan yang terbaik demi impianmu dan kamu akan terkejut dengan energi luar

biasa yang sebenarnya ada di dalam dirimu.”

-Merry Riana-

“Lakukan yang terbaik dan jadilah yang terbaik. Tuhan akan melakukan sisanya”

-Eka Averia-

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini

Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

- Yesaya 41:10 -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

ix

ABSTRAK

Desyyanti, Eka Averia. 2020. Ambiguitas Dalam Peristiwa Tutur Dialog

Interaktif Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas mengenai ambiguitas dalam peristiwa tutur dialog

interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019. Penelitian ini

memiliki rumusan masalah utama, yaitu ambiguitas yang terjadi pada peristiwa

tutur dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

Dari rumusan masalah utama tersebut peneliti menjabarkan dua sub rumusan

masalah, yaitu ambiguitas pada makna dalam peristiwa tutur dialog interaktif, dan

ambiguitas pada diksi dalam peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia Lawyers

Club periode Juli—September 2019.

Tujuan penelitian dari rumusan masalah utama adalah mendeskripsikan

ambiguitas yang terdapat dalam peristiwa tutur dialog interaktif. Lalu, peneliti

menjabarkan tujuan penelitian berdasarkan sub masalah, yaitu mendeskripsikan

ambiguitas pada makna dalam peristiwa tutur dialog interaktif dan

mendeskripsikan ambiguitas pada diksi dalam peristiwa tutur dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sumber data

yang diambil dari tanggal 20 April—27 Juni 2020 melalui video unggahan di

Youtube mengenai dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—

September 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

simak. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneiliti adalah simak dan catat.

Selain itu, teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu, menyeleksi

data, menganalisis, mendeskripsikan, memaparkan hasil penelitian, dan membuat

kesimpulan.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, hasil yang diperoleh peneliti adalah

empat puluh satu data tuturan yang dianalisis. Hasil data pada rumusan masalah

utama, yaitu berupa ambiguitas fonetik, gramatikal, dan leksikal. Lalu peneliti

memperoleh data dari sub rumusan masalah, yaitu ambiguitas pada makna dalam

peristiwa tutur dialog interaktif, yaitu konotatif dan makna nonreferensial, serta

ambiguitas pada diksi dalam peristiwa tutur dialog interaktif, yaitu polisemi,

homonim, dan sinonim.

Kata kunci: semantik, ambiguitas, makna, diksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

x

ABSTRACT

Desyyanti, Eka Averia. 2020. Ambiguity in Interactive Dialogue Speech Event of

Indonesia Lawyers Club in July—September 2019 Period. Undergraduate

Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education Study Program.

Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.

This research discusses ambiguity in the interactive dialogue speech events

of the Indonesia Lawyers Club for the period July—September 2019. This

research has a formulation of the main problem, namely the ambiguity that occurs

in the interactive dialogue speech events of the Indonesia Lawyers Club for the

period July—September 2019. Describes two sub-problem formulations, namely

ambiguity in meaning in interactive dialogue speech events, and ambiguity in

diction in the interactive dialogue speech event of the Indonesia Lawyers Club for

the July - September 2019 period.

The research objective of the formulation of the main problem is to describe

the ambiguity in interactive dialogue speech events. Then, the researcher

described the research objectives based on the sub-problem, namely describing

the ambiguity in the meaning in interactive dialogue speech events and describing

the ambiguity in diction in the interactive dialogue program of the Indonesia

Lawyers Club for the July - September 2019 period.

This type of research is a qualitative research with data sources taken from

20 April —7 June 2020 through uploaded videos on Youtube regarding the

interactive dialogue of the Indonesia Lawyers Club for the period July -

September 2019. The method used in this research is the observation method. The

data technique used by the researcher was listening and taking notes. In addition,

the data analysis techniques used by researchers were selecting data, analyzing,

describing, explaining the results of the research, and making conclusions.

Based on the formulation of the problem above, the results obtained by the

researcher were forty-one speech data analyzed. The results of the data on the

formulation of the main problem, namely in the form of phonetic, grammatical,

and lexical ambiguities. Then the researcher obtained data from the sub-problem

formulation, namely ambiguity in the meaning in interactive dialogue speech

events, namely connotative and non-referential meanings, as well as ambiguity in

diction in interactive dialogue events, namely polysemy, homonym, and synonym.

Keywords: learning module, Indonesian phonology, communicative approach,

phonetic aspects, and phonetic transcription.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

MOTO ................................................................................................................... vi

HALAMAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

ABSTRACT ............................................................................................................ x

KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

1.5 Batasan Istilah ................................................................................................ 5

1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 8

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................................... 8

2.2 Kajian Teori ............................................................................................... 10

2.2.1 Hakikat Semantik .................................................................................... 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

xv

2.2.2 Semantik Leksikal ................................................................................... 12

2.2.3 Makna ..................................................................................................... 13

2.2.4 Relasi Makna .......................................................................................... 14

2.2.4.1 Makna Leksikal dan Makna Gramatikal ........................................ 15

2.2.4.2 Makna Referensial dan Nonreferensial .......................................... 17

2.2.4.3 Makna Denotatif ............................................................................. 18

2.2.4.4 Makna Konotatif ............................................................................. 18

2.2.5 Diksi ........................................................................................................ 20

2.2.6 Jenis-jenis Diksi ...................................................................................... 23

2.2.6.1 Sinonim........................................................................................... 24

2.2.6.2 Antonim .......................................................................................... 26

2.2.4.3 Polisemi ............................................................................................ 26

2.2.4.4 Homonim, Homofon, dan Homograf ............................................. 27

2.2.4.5 Hiponim dan Hipernim ................................................................... 29

2.2.7 Hakikat Ambiguitas ................................................................................ 30

2.2.8 Jenis-jenis Ambiguitas ............................................................................. 32

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 39

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 39

3.2 Sumber Data dan Data ................................................................................. 39

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 40

3.4 Teknik Analisis Data ................................................................................... 41

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

xvi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 44

4.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................................ 44

4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................ 45

4.2.1 Ambiguitas yang Terdapat dalam Peristiwa Tutur Dialog Interaktif ....... 46

4.2.2 Makna yang mengandung Ambiguitas ..................................................... 52

4.2.3 Diksi yang mengandung Ambiguitas ....................................................... 58

4.3 Pembahasan ................................................................................................. 64

4.3.1 Ambiguitas ............................................................................................... 66

4.3.2 Makna ...................................................................................................... 68

4.3.3 Diksi . ....................................................................................................... 69

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 72

5.2 Saran ............................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74

LAMPIRAN ......................................................................................................... 77

BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian ................................................................ 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I pendahuluan ini memaparkan: (1) latar belakang, (2) batasan masalah,

(3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) definisi

istilah. Berikut adalah uraian selengkapnya dari paparan tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari

pengaruh manusia lain. Di dalam hidupnya, manusia melakukan interaksi dengan

orang lain menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa mempunyai

peran penting dalam menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran seseorang.

Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi serta menjalin hubungan antar sesama.

Penggunaan bahasa sebagai sarana interaksi sosial ditentukan dari berbagai

macam oleh faktor, baik linguistik maupun non linguistik. Faktor-faktor linguistik

berupa kata-kata, frase-frase, ataupun kalimat-kalimat saja tidak akan cukup untuk

melancarkan komunikasi seseorang. Faktor non linguistik juga sangat

menentukan, seperti faktor pendidikan, tingkat sosial, jenis kelamin yang turut

menentukan penggunaan bahasa seseorang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa merupakan sistem

lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat

untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Hal yang sama

juga dikemukakan oleh (Wahyu, 2001) bahwa bahasa ialah sistem simbol bunyi

yang bermakna serta berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

2

sifat arbitrer serta konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh

sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan serta pikiran. Maksud dari

lambang bunyi yang arbitrer atau manasuka adalah tidak adanya hubungan

langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.

Sementara, menurut (Gorys, 2004) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota

masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem

lambang bunyi arbiter yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi yang

dihasilkan tersebut digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam

pembelajaran bahasa, kita tidak hanya mempelajari teori tentang bahasa, tetapi

cara kita untuk menerapkan bahasa itu ke dalam kehidupan sehari-hari, apalagi

kita sebagai mahasiswa.

Banyak hal yang disampaikan penutur kurang dipahami sepenuhnya oleh si

mitra tutur atau bisa saja penutur sama sekali tidak paham apa yang kita katakan.

Kendala-kendala seperti itu terjadi karena penggunaan kata (simbol) atau struktur

kalimat da nada juga yang terjadi karena kondisi maupun situasi di sekitar

komunikasi itu. Hal-hal tersebutlah yang menjadi kendala bagi pemahaman

informasi. Salah satu kendala yang menyebabkan komunikasi tidak tercapai atau

tidak dipahami oleh lawan bicara kita adalah ambiguitas (ketaksaan) (Abdul,

2010).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ambigu bermakna lebih dari satu

(sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan

sebagainya); bermakna ganda; taksa. Jadi, bahasa yang dituturkan oleh penutur

bisa menimbulkan ambiguitas yang membuat mitra tutur merasa ragu, kabur,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

3

maupun tidak jelas maksud yang disampaikan oleh penutur. Pemaknaan suatu

tanda bahasa multitafsir disebut ambiguitas (ambiguily) yang menyebabkan

makna bersifat samar-samar.

Penelitian ini akan mengkaji peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club periode Juli—September 2019. Indonesia Lawyers Club merupakan

sebuah talkshow yang disiarkan di tvOne. Acara ini menampilkan dialog

mengenai masalah hukum, kriminalitas, maupun masalah-masalah lainnya yang

terjadi di sekitar masyarakat. Indonesia Lawyers Club tayang selama 210 menit

dan dipandu oleh Karni Ilyas. Acara ini disiarkan setiap hari Selasa pukul 20:00

WIB. Hal yang ingin dikaji atau objek penelitian adalah ambiguitas atau bahasa

yang mempunyai makna ganda.

Alasan peneliti memilih judul Ambiguitas dalam Peristiwa Tutur Dialog

Interaktif Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019 karena setiap

penonton Indonesia Lawyers Club menangkap makna berbeda dari yang

diutarakan oleh para pembicara di acara tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan acuan bagi

peneliti lain di bidang semantik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah ambiguitas apa yang

terdapat dalam peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode

Juli—September 2019?

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusun submasalah sebagai

berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

4

a. Ambiguitas makna apa sajakah yang terjadi pada peristiwa tutur dialog

interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019?

b. Ambiguitas yang terdapat pada diksi apa sajakah yang ada dalam peristiwa

tutur dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September

2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian utama dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan

ambiguitas yang terdapat dalam peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club periode Juli—September 2019.

Berdasarkan tujuan penelitian utama di atas, tujuan penelitian

dikembangkan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan ambiguitas pada makna dalam peristiwa tutur dialog

interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

b. Mendeskripsikan ambiguitas pada diksi dalam peristiwa tutur dialog

interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ambiguitas dalam peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca,

baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dan bahan

pustaka bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengadakan penelitian dengan topik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

5

yang sama. Sekaligus dapat menjadi pembelajaran bagi peneliti agar mampu

menguasai maksud dari penutur agar tidak terjadi ketaksaan yang diterima oleh

mitra tutur.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan

bekal pada calon guru Bahasa Indonesia mengenai makna ganda dari suatu bahasa

pada peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—

September 2019. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

inspirasi pada peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa yang lebih

mendalam.

1.5 Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini ialah semantik,

ambiguitas, dan diksi. Beberapa istilah ini sangat berkaitan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun beberapa batasan istilah yang ada

dalam skripsi ini sebagai berikut.

a. Semantik

Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan

makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara (Kridalaksana, 2001).

Makna adalah maksud pembicaraan, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman

persepsi, serta perilaku manusia atau kelompok.

b. Ambiguitas

Ketaksaan (ambiguity atau ambiguitas) adalah persoalan semantik, yaitu

persoalan penafsiran arti dari suatu tuturan sebuah tuturan (utterance atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

6

expression) dapat ditafsirkan berbagai-bagai sehingga memicu terjadinya

kesalahpahaman (Subroto, 2011). Jadi, ambiguitas merupakan suatu tuturan yang

dapat ditafsirkan berbagai macam makna yang bisa menimbulkan

kesalahpahaman.

c. Diksi

Diksi adalah pilihan kata terhadap bahasa-bahasa yang dikuasai oleh

penutur (Siswono, 2014). Gorys Keraf (dalam Sumadiria, 2011: 30)

menyimpulkan terdapat tiga hal yang berkaitan dengan diksi yaitu pertama, diksi

mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu

gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau

menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik

digunakan dalam suatu situasi. Jadi, diksi merupakan pilihan bahasa yang dikuasai

oleh penutur untuk menyampaikan gagasan kepada mitra tutur dengan

menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa mitra tutur.

1.6 Sistematika Penyajian

Pada penelitian ini sistematika penyajian dijabarkan ke dalam lima bab yang

terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V, dan Daftar Pustaka. Bab I

menjabarkan mengenai pendahuluan yang mencakup dari latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah,

dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan mengenai kajian teori terdahulu

yang relevan, kajian pustaka yang berisi berbagai teori yang digunakan sebagai

pisau analisis untuk menjawab seluruh rumusan masalah pada penelitian ini, serta

kerangka berpikir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

7

Bab III tentang Metodologi Penelitian yang mendeskripsikan mengenai jenis

penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen

pengumpulan data, teknik analisis data, serta triangulasi data. Lalu, Bab IV

merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Terakhir, bab V menguraikan

simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran yang bermanfaat bagi pihak lain

terkait dengan penelitian ini dan juga merupakan simpulan hasil penelitian. Selain

beberapa bab yang telah dipaparkan di atas, peneliti juga menyajikan daftar

pustaka sebagai pedoman yang dipergunakan penelitian ini. Selain itu, terdapat

juga lampiran-lampiran yang mendukung dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

8

BAB II

KAJIAN TEORI

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan penelitian terdahulu yang relevan,

kajian pustaka, serta kerangka berpikir yang digunakan sebagai acuan untuk

menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Ketiga hal tersebut diuraikan pada

subbab berikut ini.

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang relevan berfungsi sebagai referensi yang dibutuhkan peneliti

dalam melakukan penelitian. Beberapa penelitian terdahulu sangat diperlukan dan

dibutuhkan oleh peneliti untuk menunjang penelitian. Peneliti menemukan lima

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini.

Pertama, Restiasih dalam penelitian berjudul ―Ketaksaan Makna dalam Kajian

Logika‖ yang dimuat dalam e-jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya membahas

ambiguitas menurut kajian logika. Dalam penelitian tersebut ditemukan tiga jenis

ketaksaan, yaitu ketaksaan fonetis, ketaksaan gramatikal, dan ketaksaan leksikal.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ketaksaan makna akan mempengaruhi

logika berbahasa. Untuk menghindari ketaksaan dalam berbahasa sebaiknya

diperhatikan penggunaan jeda, pemilihan diksi, dan struktur kalimatnya.

Kedua, peneliti relevan dengan penelitian ini naskah publikasi dari Dwi

Purwanti yang berjudul ―Makna Ambiguitas Slogan Iklan Sepeda Motor di

Televisi‖ dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menghasilkan

11 makna ambiguitas yang difokuskan pada bentuk pemakaian slogan iklan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

9

iklan sepeda motor di televisi khususnya Yamaha, Honda, dan Suzuki.

Pembahasan makna ambiguitas iklan sepeda motor dalam penelitian ini adalah

makna konvensional dan kontekstual.

Ketiga, artikel jurnal karya Yusmawati dan Restiawan Permana pada tahun

2018 yang berjudul ―Makna Ambiguitas Pesan Pemberdayaan Masyarakat (Studi

Kasus: Kampanye Sosial ―Ketimbang Ngemis‖ di Media Sosial)”. Artikel jurnal

tersebut menghasilkan pemaknaan terhadap tuturan tidak dapat lepas dari konteks

karena tuturan yang sama dan diucapkan pada situasi yang berbeda akan memiliki

makna yang berbeda pula seperti istilah ―Ketimbang Ngemis‖ memunculkan

makna yang ambigu.

Keempat, skripsi yang berjudul ―Ambiguitas Pada Judul Artikel Surat Kabar

Tempo‖ yang disusun oleh Ahmad Chandra Firmansyah. Penelitian ini

menghasilkan tiga jenis ambiguitas. Ketiga ambiguitas tersebut, ialah ambiguitas

gramatikal, ambiguitas leksikal, dan ambiguitas fonetik. Penyebab ambiguitas

pada judul artikel di surat kabar Tempo memiliki dua faktor, yaitu morfologi dan

sintaksis. Faktor morfologi meliputi faktor afiks (prefiks) dan leksikon (polisemi

dan homonim). Faktor sintaksis meliputi ungkapan, frasa, dan kalimat.

Kelima, skripsi yang berjudul ―Ambiguitas dalam Humor Parikan/Pantun

Kilat sebagai Pelesetan Makna‖ yang disusun oleh M. Hermintoyo pada tahun

2019. Penelitian ini menghasilkan 15 parikan/pantun yang bermakna ambigu

dalam bahasa Jawa. Keambiguan isi pantun tersebut karena ada informasi ganda

yang masing-masing penutur maupun lawan tutur ada pengetahuan yang sama.

Sejauh pengamatan peneliti terhadap lima penelitian terdahulu yang televan

adalah penelitian ini lebih terfokus pada makna yang mengandung ambiguitas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

10

diksi yang mengandung ambiguitas serta jenis-jenis ambiguitas yang digunakan

dalam peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli -

September 2019.

2.2 Kajian Teori

Dalam kajian teori, peneliti menjabarkan teori-teori sepadan dengan

penelitian yang dilakukan pen eliti. Teori-teori ini juga sebagai dasar utama atau

pisau dalam menganalisis data penelitian yang terkumpul. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu, (1) hakikat semantik, (2) relasi makna, (3) diksi, (4)

jenis-jenis diksi, (5) hakikat ambiguitas, (6) jenis-jenis ambiguitas. Berikut ini

akan dibahas secara detail teori tersebut.

2.2.1 Hakikat Semantik

Semantik pertama kali digunakan oleh Michel Breal pada tahun 1883 yang

merupakan seorang Filolog Perancis. Semantik kemudian disepakati sebagai

istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-

tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Semantik merupakan salah satu

dari cabang linguistik bahasa. Secara etimologi kata semantik berasal dari bahasa

Yunani yaitu semainein yang berarti ‗bermakna‘. Menurut Kridalaksana

(2001:1993) semantik merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan

dengan makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Semantik

merupakan studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian

dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik (Aminuddin, 2011).

Semantik adalah telaah mengenai makna (Tarigan, 2015). Semantik salah satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

11

cabang linguistik yang menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang

menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, serta pengaruh

makna tersebut terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik

mencakup kata-kata, perkembangan, serta perubahannya.

Secara sederhana semantik dapat diartikan sebagai cabang linguistik bahasa

yang mempelajari makna bahasa. Berdasarkan pengertian sederhana ini semantik

menempatkan kajian terhadap makna yang terkandung dalam suatu tataran

bahasa. Kajian ilmu semantik begitu luas bahkan beberapa studi keilmuan

menggunakan fungsi pemaknaan bahasanya secara tersendiri. Strukturisasi

pemaknaan kata yang diterapkan dalam ilmu semantik memungkinkan kita dalam

memberikan pemaknaan yang mendalam dari beberapa struktur bahasa seperti

frasa, kalimat, atau wacana. Seperti yang kita ketahui bahwa semantik adalah ilmu

yang mengkaji mengenai makna bahasa dan yang menjadi objek semantik adalah

makna bahasa atau makna dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frasa, klausa,

kalimat, dan wacana. Semantik memiliki berbagai manfaat, seperti:

a. Bagi seorang jurnalis

Pengetahuan semantik yang dikuasainya akan memudahkan dalam memilih

dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan

informasi kepada masyarakat umum melalui lisan maupun tulisannya.

Tanpa pengetahuan akan konsep-konsep semantik, seperti polisemi,

homonimi, denotasi, konotasi dan nuansa-nuansa makna tertentu akan sulit

bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat dan benar.

b. Bagi yang berkecimpung dalam penelitian bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

12

Semantik yang dikuasai akan banyak memberi bekal teoretis untuk dapat

menganalisis suatu bahasa yang sedang dipelajarinya.

c. Bagi seorang guru atau calon guru

Sebagai guru bahasa harus memahami pengetahuan semantik untuk bekal

mengajar untuk anak didiknya. Seorang guru bahasa, selain harus memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang luas mengenai bahasa, juga harus

memiliki pengetahuan teori semantik secara memadai.

2.2.2 Semantik Leksikal

Semantik leksikal adalah sebuah kajian semantik yang lebih memusatkan

pada pembahasaan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik leksikal

menyangkut makna leksikal, yakni makna yang dimiliki atau yang terdapat pada

leksem meski tidak ada konteks apapun.

Kearns (2000:3) mengatakan bahwa makna leksikal sebagai makna dari kata

itu sendiri sedangkan bidang yang meneliti semantik leksikal menurut asas-

asasnya dinamai ―leksikologi‖. Sementara Pateda (2001:74) mengatakan dalam

kajian semantik, semantik leksikal cenderung lebih memfokuskan pada

pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Bahwasanya kajian tentang

makna kata disebut juga kajian semantik leksikal (Saeed, 2000). Menurut Keraf

(2002:34) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah

bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Hubungan anatar kata

yang dimaksudkan itu antara lain dapat berwujud sinonim, polisemi, homonim,

hiponim, dan antonim. Adapun Verhaar (1999: 388) berpendapat bahwa semantik

leksikal menyangkut makna leksikal. Semantik leksikal secara leksikologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

13

mencakup segi-segi sebagai berikut: (a) makna dan refren, (b) denotasi dan

konotasi, (c) analisis ekstensional dan analisis intensional, (d) analisis

komponensial, (e) makna dan pemakaiannya, (f) kesinoniman, keantoniman,

kehomoniman, dan kehiponiman. Secara umum hubungan antara satu makna dan

makna yang lain secara leksikal dibedakan atas sinonim, antonim, penjamin

makna, hipernim, dan hiponim (superordinal atau homonim, dan polisemi (Parera,

2004:60)

2.2.3 Makna

Menurut Djajasudarma (2009:7) makna adalah pertautan yang ada di antara

unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata. Unsur-unsur bahasa yang

dimaksud adalah fonem, fonologi, sintaksis, morfem, dan lain-lain yang

digunakan oleh pemakai bahasa. Artinya, setiap pertautan unsur-unsur bahasa

menimbulkan makna-makna tertentu. Makna adalah hubungan antara bahasa

dengan dunia luar bahasa yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa

sehingga dapat saling dimengerti (Aminuddin, 2008). Hubungan antara bahasa

dengan dunia luar bahasa juga disepakati oleh para pemakai bahasa. Diketahui ada

tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yaitu: a) makna adalah hasil

hubungan antara bahasa dengan dunia luar, b) penentuan hubungan terjadi karena

kesepatan para pemakai, c) perwujudan makna dapat digunakan untuk

menyampaikan informasi sehingga saling dimengerti satu sama lain.

Selain itu, makna adalah maksud pembicara, pengaruh satuan bahasa dalam

pemahamam persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, hubungan,

dalam arti kesepadanan antara bahasa dan alam diluar bahasa, atau anatara ujaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

14

dan semua hal yang ditunjukannya, cara menggunakan lambang-lambang bahasa

(Kridalaksana, 2008). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

makna merupakan arti dari suatu kata atau maksud pembicara yang membuat kata

tersebut berbeda dengan kata-kata lain.

2.2.4 Relasi Makna

Setiap bahasa seringkali ditemukan hubungan kemaknaan atau relasi makna

antara sebuah kata adengan kata lainnya atau sebuah bahasa dengan bahasa

lainnya. Makna kata merupakan salah satu bidang kajian yang dibahas dalam ilmu

semantik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Pateda, 2001:82) kata

makna diartikan sebagai: (i) arti: ia memperhatikan makna setiap kata yang

terdapat dalam tulisan kuno itu, (ii) maksud pembicara atau penulis, (iii)

pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Kridalaksana

(2008:148) berpendapat makna (meaning, linguistic meaning, sense) yaitu: (1)

maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau

perilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubungan, dalam arti kesepadanan

atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran

dan semua hal yang ditunjuknya, (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Menurut (Chaer, 2003) pembagian tipe makna berdasarkan beberapa

kriterianya antara lain:

a. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat

dibedakan menjadi makna referensial da makna non referensial.

b. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dapat

dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

15

c. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna

kata dan makna istilah.

d. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna

asosiatif, idiomatik, kolokatif dan sebagainya.

Berkaitan dengan data penelitian, peneliti hanya membatasi beberapa jenis

makna untuk analisis data yang akan diteliti. Peneliti menggunakan enam makna

yang secara umum banyak digunakan oleh masyarakat. Keenam makna yang

digunakan sebagai landasan teori, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna

referensial, makna nonreferensial, makna denotatif, dan makna konotatif

2.2.4.1 Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Semantik leksikal merupakan kajian semantik yang memusatkan pada

pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Struktur leksikal adalah

bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata (Keraf, 2002).

Hubungan antara kata itu dapat berwujud sinonim, polisemi, homonim, hiponim

dan antonim. Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina

leksikon (vokabuler, kosakata, perbendaharaan kata). Makna leksikal merupakan

makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Makna leksikal

juga dapat dikatakan makna yang sesuai dengan referennya. Selain itu, makna itu

sesuai dengan hasil observasi alat indera yang sungguh-sungguh nyata dalam

kehidupan. Contoh kata dalam makna leksikal adalah tikus. Makna leksikal

tersebut adalah sebuah binatang pengerat yang dapat menimbulkan penyakit

seperti tifus. Makna leksikal pada kata tikus tampak jelas pada kalimat ‗kucing

mengejar tikus untuk menjadi santapannya‟ atau ‗hama tikus membuat panen kali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

16

ini gagal.‟ Kata tikus pada kedua kalimat tersebut merajuk pada binatang tikus,

tetapi kata tikus bukanlah makna leksikal jika terdapat dalam kalimat ‗saat ini,

banyak tikus berdasi yang menggunakan kepintarannya untuk menggelapkan

uang negara.‘ Kalimat tersebut bukanlah makna leksikal karena kata tikus yang

dimaksud adalah seseorang yang melakukan korupsi.

Jika makna leksikal itu berkenaan dengan makna leksem atau kata yang

sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir

sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses

reduplikasi, dan proses komposisi. Makna gramatikal merupakan makna yang

muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Selain itu, menurut

makna gramatikal juga disebut makna yang timbul karena peristiwa gramatikal

(Hardiyanto, 2008). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:488) makna

gramatikal yaitu sesuai dengan tata bahasa dan menurut apa yang ada dalam tata

bahasa. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Chaer yang menyatakan bahwa

makna gramatikal merupakan makna yang hadir sebagai akibat adanya proses

gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

(Chaer, 2009). Misalnya saja pada kata teringat yang memiliki proses afiksasi

awalan ter- dan kata dasar ingat pada kalimat ‗Kakek teringat masa mudanya

bersama nenek‘ Adanya kata ingat menjadi teringat mempunyai makna dapat.

Pada kalimat „Melihat berita pembunuhan di televisi membuat kakek teringat

kasus pembunuhan yang hampir menimpa dirinya‘ dari kalimat tersebut kata

teringat memiliki makna gramatikal, yaitu tidak sengaja mengingat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

17

2.2.4.2 Makna Referensial dan Nonreferensial

Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial jika terdapat referen

atau acuannya (Chaer, 2007). Menurut Kridalaksana (1993:133) makna referensial

(referential meaning) adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya

dengan dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh

analisi komponen; juga disebut denotasi; lawan dari konotasi. Maknda referensial

adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan (acuan), makna

referensial disebut juga makna kognitif karena memiliki acuan (Djajasudarma,

1999). Dari kedua pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa makna referensial

adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau memiliki

acuannya. Selain itu, makna referensial memiliki hubungan dengan konsep

mengenai sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa).

Contohnya seperti kata ‗pensil‘ dan ‗penghapus‘ merupakan kata yang bermakna

referensial karena kedua kata tersebut memiliki referen, yaitu sejenis alat tulis

yang disebut ‗pensil‘ dan ‗penghapus‘. Tak hanya berbentuk benda, tetapi bisa

berbentuk gejala maupun peristiwa.

Makna non referensial merupakan makna yang tidak memiliki acuan atau

referen, seperti kata preposisi, konjungsi, ataupun kata tugas lainnya. Kata yang

tidak memiliki makna referensial atau non referensial, yaitu kata yang tidak

memiliki referen atau tidak memiliki wujud benda yang diacu oleh makna

tersebut, contohnya kata sehingga, tetapi, dan, atau, dan walaupun (Chaer, 2009).

Perbedaan makna referensial dan makna non referensial berdasarkan ada

tidaknya referen dari kata-kata tersebut. Bila kata-kata itu mempunyai referen,

yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut bermakna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

18

referensial. Makna non referensial merupakan kata yang tidak memiliki makna

referensial atau dalam artian tidak memiliki gambaran dalam dunia nyata.

2.2.4.3 Makna Denotatif

Makna denotatif (denotative meaning) adalah makna kata yang didasarkan

atas penunjukkan yang lugas, polos, dan apa adanya (Suwandi, 2008).

Djajasudarma (1999:9) mengungkapkan makna denotatif adalah makna yang

menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna

denotatif didasarkan pada penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa

atau yang didasarkan atas konvensi tertentu. Makna denotatif merupakan makna

dasar suatu kata atau satuan bahasa yang bebas dari nilai rasa. Makna denotatif

atau sering disebut makna denotasional menyangkut informasi-informasi faktual

objektif. Makna denotatif yang biasa ditemukan dalam kamus. Denotatif

merupakan makna asli, makna asal, dan makna sebenarnya dari sebuah kata atau

leksem. Makna denotatif sama dengan makna leksikal. Contohnya, pada kata

‗wanita‟ dan ‗perempuan‟ yang mempunyai makna denotasi, yaitu manusia

dewasa bukan laki-laki.

2.2.4.4 Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna kata atau satuan lingual yang merupakan

makna tambahan yang berupa nilai rasa (Hardiyanto, 2008). Makna konotatif

adalah makna kata atau satuan lingual yang merupakan makna tambahan yang

berupa nilai rasa. Makna konotatif mempunyai nilai rasa yang bersifat negatif dan

positif. Pembeda makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

19

adanya ―nilai rasa‖. Sebuah kata disebut makna konotatif apabila kata itu

mempunyai ―nilai rasa‖, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai

rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi. Tetapi bisa disebut berkonotasi

netral.

Makna kias atau bahasa kias atau sering disebut pemajasan merupakan

makna yang mengandung pengandaian atau pengibaratan. Kiasan adalah

pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya (Pateda, 2010). Makna kias atau

pemajasan tidak merujuk kepada makna secara langsung, tetapi melalui pelukisan

sesuatu atau pengiasan. Seluruh bentuk bahasa baik kata, frasa, maupun kalimat

yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Di dalam makna kiasan sudah tidak

sesuai lagi dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut yang memiliki

artian makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya. Contohnya pada kata

banting tulang yang bukan memiliki arti seseorang yang sedang membanting

tulang, tetapi memiliki artian orang yang bekerja keras.

Pengertian bahasa kias (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai

dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek

keindahan (Kutha, 2009). Penggunaan bahasa kiasan oleh penutur menyebabkan

si mitra tutur lebih tertarik dengan pesan yang disampaikan bersifat konotatif dan

tersirat. Misalnya, ―kalian berdua terlihat seperti amplop dan perangko‖. Melalui

kalimat tersebut si penutur menyampaikan kepada si kedua mitra tutur kalau

mereka sangat dekat seperti amplop dan perangko yang selalu menempel.

Makna konotatif dalam kasus kosakata ataupun bentuk kata memiliki

kemungkinan sebagai ambiguitas. Walaupun, tidak sepenuhnya benar bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

20

makna konotatif adalah ambiguitas oleh sebagian orang. Salah satu penyebabnya

adalah minimnya pengetahuan mengenai bahasa.

2.2.5 Diksi

Pilihan kata dikenal dengan istilah diksi. Seseorang yang menguasai banyak

kosakata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik melalui pilihan katanya.

Di dalam sebuah tindak tutur, diksi atau pilihan kata merupakan salah satu unsur

penting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan mitra tutur mengerti makna

atau konteks yang dimaksudkan oleh penutur. Hal tersebut ditegaskaan dengan

pendapat Siswono yang mengungkapkan bahwa diksi adalah pilihan kata terhadap

bahasa-bahasa yang dikuasai oleh penutur (Siswono, 2014). Diksi berasal dari

kata dictionary (bahasa Inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal

pemilihan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat (Putrayasa, 2007). Diksi

atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan

kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata untuk

menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.

Diksi tidak hanya mengenai ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mengenai

kata yang dipilih mampu memengaruhi imajinasi pembacanya, sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata yang

tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga

memperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.

Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi

juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak

merusak suasana yang ada (Keraf, 2002). Sebuah kata yang tepat untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

21

menyatakan suatu maksud tertentu, belum tentu dapat diterima oleh orang yang

diajak bicara. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya

mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata

untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengarnya (Rahardi, 2009). Jadi, diksi merupakan pemilihan kata serta

pemakaiannya dalam sebuah kalimat maupun tindak tutur yang bisa diterima oleh

pembaca atau mitra tutur tanpa merusak suasana yang ada.

Pada dasarnya, masyarakat pemakai bahasa mengguakan diksi untuk

menciptakan keefektifan kegiatan berbahasa apalagi di dalam termasuk menulis.

Diksi manjadi teknik yang tepat agar si penulis bisa menuangkan gagasan maupun

pikiran kepada para pembaca.

Hal tersebut memiliki tujuan, yaitu agar tidak terjadi salah tafsir dalam

penginterpretasian kata-kata. Pemakaian kata yang tepat akan membantu

seseorang dalam mengungkapkan dengan tepat pula tentang sesuatu yang ingin

disampaikan, baik lisan maupun tulisan. Agar gagasan atau pikiran dapat

diungkapkan secara tepat dalam berbahasa sehari-hari, baik lisan maupun tulisan

ada beberapa kriteria dalam pemilihan kata. Kriteria tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Ketepatan dalam pemilihan kata. Ketepatan dalam memilih kata akan

tercapai jika pengguna bahasa memahami kata-kata yang bermakna

denotatif, konotatif, dan kata-kata yang bersinonim.

2. Kecermatan memahami kata-kata yang kehadirannya dalam konteks

berbahasa tidak diperlukan. Umumnya, para pengguna bahasa tidak

memperhatikan penggunaan makna seperti makna jamak ganda auatupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

22

seperti pengunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi

secara berganda. Contoh penggunaan makna ganda, seperti para anak-anak

(anak-anak) dan semua bapak-bapak (bapak-bapak). Contoh penggunaan

kemiripan makna pada kalimat ‗Sejarah adalah merupakan kajian tentang

masa lampau yang memiliki kaitan dengan manusia‟. Kata adalah dan

merupakan mempunyai makna yang sama. Kriteria ini menuntut penulis

ataupun penutur cermat dalam memilih kata yang ingin ditulis atau

diucapkan.

3. Keserasian dalam pemilihan kata yang tepat hubungannya dengan makna

antara satu kata dengan kata yang lain. Contoh pada kata ‗yang mana‘ atau

‗di mana‘. Dalam sebuah kalimat berita atau suatu tulisan, kedua kata

tersebut tidak selayaknya dihadirkan. Hal itu dikarenakan kata tersebut

seharusnya digunakan untuk mengungkapan pertanyaan, sedangkan

hubungan antarkalimat tidak memerlukan kehadirannya.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti menarik

kesimpulan.

a. Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk

menyampaikan suatu gagasan. Selain itu, diksi juga dapat membentuk

pengelompokkan kata-kata yang tepat.

b. Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat

gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk

bahasa dari diksi yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang

dimiliki oleh mitra tutur ataupun kelompok masyarakat pendengar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

23

c. Diksi sangat memengaruhi imajinasi mitra tutur atau pembacanya yang

mampu membuat mereka berpikir lebih jauh dan mencari tahu kosakata-

kosakata bahasa.

d. Diksi atau pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan

penguasaan sejumlah besar kosakata bahasa.

e. Diksi bukan hanya sekadar memilih kata yang tepat, melainkan juga kata

yang sesuai dengan konteks.

Diksi mempunyai peranan yang sangat penting oleh penutur dalam

penggunaan bahasa sehari-hari untuk menyampaikan sebuah gagasan kepada

mitra tutur. Diksi pun mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

a. untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka,

sebuah kata akan lebih jelas bila pilihan kata tersebut tepat dan sesuai.

b. ketepatan pemilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi

yang berlainan antara penutur dan mitra tutur, sedangkan kesesuaian kata

bertujuan agar pilihan kata tersebut tidak merusak suasana yang ada.

c. diksi berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih

indah.

Pemilihan kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan

dengan tepat sesuatu yang ingin disampaikan baik lisan maupun tulisan.

Pemilihan kata itu harus sesuai dengan situasi kata tersebut digunakan.

2.2.6 Jenis-jenis Diksi

Diksi memiliki berbagai macam jenis, antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

24

2.2.6.1 Sinonim

Sinonimi adalah ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frasa dan

kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan lain (Pateda,

2001). Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu

onama yang berarti ―nama‖ dan syn yang berarti ―dengan‖. Maka, secara harfiah

kata sinonimi berarti ―nama lain untuk benda atau hal yang sama‖. Jadi kalau kita

kaitkan kedua kata tersebut mempunyai makan harfiah ―nama lain untuk benda

yang sama‖ (Pateda, 2001). Sinonimi digunakan untuk menyatakan sameness of

meaning (kesamaan arti) (Djajasudarma, 2012). Kata-kata yang sinonim memiliki

makna yang ‗sama‘, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar, 2004).

Dapat dikatakan bahwa sinonim sesungguhnya adalah persamaan makna kata.

Adapun yang dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya,

ejaannya, pengucapan atau lafalnya, tetapi memiliki makna sama atau hampir

sama.

Sinonim merupakan pilihan kata yang memiliki persamaan makna.

Penggunaan kata sinonim mempunyai tujuan untuk membuat yang dikatakan atau

dituliskan sesuai dengan keadaan yang ingin diungkapkan. Hal tersebut

diungkapkan sama oleh Wijana yang menyatakan bahwa sinonimi adalah

hubungan atau relasi persamaan makna, jadi bentuk kebahasaan yang satu

memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain (Wijana, 2008).

Ullman (1964:142-143) dalam Djajasudarma (1993:39-40) menggolongkan

sinonim menjadi sembilan golongan, yaitu: 1) sinonim yang salah satu

anggotanya memiliki makna yang lebih umum, misalnya menghidangkan dan

menyiapkan, 2) sinonim yang salah satu anggotanya memiliki unsur mana yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

25

intensif, misalnya jenuh dan bosan, 3) sinonim yang salah satu anggotanya lebih

menonjolkan makna emotif, misalnya mungil dan kecil, 4) sinonim yang salah

satu anggotanya bersifat mencelah atau tidak membenaran, misalnya boros dan

tidak hemat, 5) Sinonim yang salah satu anggotanya menjadi istilah di bidang

tertentu, misalnya plasenta dan ari-ari, 6) sinonim yang salah satu anggotanya

lebih banyak dipakai di dalam ragam bahasa tulisan, misalnya selalu dan

senantiasa, 7) sinonim yang salah satu anggotanya lebih lazim dipakai di dalam

Bahasa percakapan, misalnya kayak dan seperti, 8) sinonim yang salah satu

anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak, misalnya maem dan makan, 9)

sinonim yang salah satu anggotanya dipakai di daerah tertentu, misalnya cabai dan

Lombok.

Penggunaan dan penguasaan sinonim yang benar sangat berperan dalam

kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan yang berkaitan degan

diksi atau pilihan kata. Kesamaan atau kemiripan makna kebahasaan yang satu

dengan yang lain masih memiliki perbedaan tertentu. Kata-kata yang bersinonim

tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, penulis

atau penutur harus lebih berhati-hati dalam memilih kata dari sekian kata sinonim

yang ada untuk menyampaikan makna yang ingin disampaikannya. Hal tersebut

dapat menghindarkan penulis atau penutur dari interpretasi yang berlainan.

Contoh sinonim pada kata ‗mati‘ dan ‗wafat‘. Pada kata mati merupakan pilihan

kata kasar yang tidak pantas ketika dikatakan atau dituliskan untuk manusia. Kata

tersebut digunakan untuk binatang ataupun tumbuhan, tidak untuk manusia.

Sementara itu, pada kata ‗wafat‘ adalah kata yang lebih halus dan pantas jika

ditunjukkan kepada manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

26

2.2.6.2 Antonim

Antonim sangat berlawanan dengan sinonim. Kata antonim berasal dari

bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma berarti nama dan anti bermakna melawan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:80) antonim merupakan kata yang

berlawanan dengan kata lain. Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah

satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras

antara yang satu dengan yang lain (Chaer, 2007). Kata berantonim berlawanan

dengan kata bersinonim (Rahardi, 2010). Bentuk kebahasaan tertentu akan dapat

dikatakan berantonim kalau bentuk itu memiliki makna yang tidak sama dengan

makna lainnya. Dalam linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukkan bentuk-

bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antar makna yang wujud logisnya berbeda

atau bertentangan antara satu dengan lainnya. Menurut ketiga pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa antonim merupakan pilihan kata yang memiliki makna

berlawanan atau pun berbeda. Contoh kata antonim adalah besar dan kecil.

2.2.4.3 Polisemi

Istilah polisemi berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly yang berarti banyak

dan sema tanda atau lambang. Tanda atau lambang bahasa yang bermakna

banyak. Polisemi adalah kata-kata yang mengandung makna lebih dari satu, tetapi

makna itu masih berhubungan dengan makna dasarnya disebut juga kata beraneka

(Sudaryat, 2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008:1305) menyatakan

polisemi merupakan bentuk bahasa (kata, frasa, dan sebagainya) yang mempunyai

makna lebih dari satu. Selain itu, (Chaer, 2007) mengatakan bahwa polisemi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

27

adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Sementara itu, (Parera,

2004) mengungkapkan bahwa polisemi adalah satu ujaran dalam bentuk kata yang

mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara

makna-makna yang berlainan.

Berdasarkan beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa polisemi

merupakan kata yang memiliki makna lebih dari satu, tetapi masih ada hubungan

dan kaitan antara makna-makna tersebut. Contohnya kata kepala yang dapat

bermakna bagian tubuh yang terletak di atas leher, atau dapat juga bermakna

bagian yang terletak di sebelah atas dan dapat juga bermakna pemimpin.

Ilustrasi Kata yang Berpolisemi

2.2.4.4 Homonim, Homofon, dan Homograf

Kata homonim berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu ‗onoma‟ yang berarti

nama dan ‗homo‟ yang berarti sam. Homonim secara harafiah diartikan sebagai

―nama sama untuk benda atau hal yang lain‖. Menurut Kamus Bahasa Indonesia,

KATA

Makna 1

Makna 4

Makna 2

Makna 3

Polisemi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

28

homonim berarti kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya

karena berasal dari sumber yang berlainan. Chaer memberi contoh kata pacar

yang berarti ‗inai‘ dengan pacar yang berarti ‗kekasih‘; antara bisa yang berarti

‗racun ular‘ dan kata bisa yang berarti ‗sanggup, dapat‘ (Chaer, 1995). Contoh

lain, antara kata baku yang berarti ‗standar‘ dengan baku yang berarti ‗saling‘;

atau antara kata bandar yang berarti ‗pelabuhan‘, bandar yang berarti ‗parit‘, dan

bandar yang berarti ‗pemegang uang dalam perjudian‘. Menurut Tarigan yang

mengatakan homonim dalam ilmu bahasa adalah kata-kata yang sama bunyinya

tetapi mengandung arti dan pengertian berbeda (Tarigan, 2009). Hubungan antar

kata yang ditulis dan atau dilafalkan dengan cara yang sama dengan kata lain,

tetapi yang tidak mempunyai hubungan makna disebut homonim (Kridalaksana,

2008). Contoh homonim adalah kata ‗beruang‟. Beruang adalah satu bentuk kata

yang memiliki makna lebih dari satu. Beruang bisa memiliki arti orang yang

mempunyai uang dan memiliki arti lain, yaitu hewan beruang.

Homonim, yaitu kata yang berhomonimi dengan kata lain, ada homograf

dan homofon (Kridalaksana, 2008). Jenis-jenis homonim:

a. Homonim yang Homofon

Kata homofon dilihat dari segi bunyi berasal dari kata ‗homo‟ dan ‗fon‟.

Kata ‗homo‟ berarti ―sama‖ dan ‗fon‟ berarti ―bunyi‖. Dari kedua kata tersebut

homofon diartikan sebagai bentuk kata yang mempunyai bunyi yang sama.

Contoh pada kata ‗sangsi‟ dan ‗sanksi‟. Kedua kata ini memiliki bentuk kata yang

haampir mirip dan pengucapan atau pelafalan yang sama, tetapi memiliki makna

yang berbeda. Sangsi berarti ragu-ragu dan sanksi berarti hukuman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

29

b. Homonim yang Homograf

Kata homograf berasal dari kata ‗homo‟ dan ‗grafo‟. Kata ‗homo‟ berarti

sama dan kata ‗grafo‟ berarti tulisan. Jika, homofon dilihat dari bunyi, berbeda

dengan homograf yang dilihat dari tulisan dan ejaan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia homograf adalah kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi

berbeda lafal dan maknanya. Contoh kata homograf adalah kata ‗serang‟.

Pelafalan pada kata kecap (é) dan (e). Kécap yang berarti sebuah bumbu dapur

atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna hitam yang memiliki rasa

manis ataupun asin, sedangkan kecap yang berarti gerakan mulut dengan

membuka dan mengatup seperti ketika makan hingga menimbulkan bunyi.

2.2.4.5 Hiponim dan Hipernim

Hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma dan hypo. Onoma

berarti ―nama‖ dan hypo berarti ―bawah‖. Jadi, secara harfiah hiponim berarti

―nama yang termasuk di bawah nama lain‖. Hiponim merupakan hubungan makna

yang mengandung pengertian hierarki (Djajasudarma, 2008).

Konsep hiponim dan hipernim mengandaikan adanya kelas bawahan dan

kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya

(Chaer, 2013:100). Oleh sebab itu, ada suatu kemungkinan kata hipernimi

terhadap kata lain akan menjadi hiponim yang hierarkial berada di atasnya.

Contohnya, pada kata perkutut merupakan hiponim dari kata burung. Hal itu

disebabkan karena pada kata perkutut termasuk dalam makna kata burung.

Perkutut memang burung tetapi burung bukan hanya perkutut saja, melainkan ada

merpati, cendrawasih, merak, gagak, rajawali, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

30

Jika, pada dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan berhomonim

mempunyai relasi dua arah yang berbeda, tidak dengan kata yang berhiponim.

Kata yang berhiponim akan memiliki relasi yang searah. Jadi, pada kata perkutut

berhiponim dengan kata burung, tetapi kata burung tidak berhiponim dengan kata

perkutut, sebab makna burung meliputi seluruh jenis binatang burung. Relasi

antara burung dan perkutut disebut hipernim. Dapat disimpulkan, kata perkutut

berhiponim dengan kata burung dan burung berhipernim dengan kata perkutut.

2.2.5 Hakikat Ambiguitas

Menurut etimologi, istilah ambigu mengacu pada bahasa Latin yaitu

Ambiguus, yang memiliki arti bergerak dari sisi ke sisi yang tidak pasti, atau

keadaan yang meragukan. Istilah Ambiguus sendiri berasal dari kata ambigere

yang memiliki arti ―pergi ke tempat yang belum pasti, atau berjalan tanpa arah

tujuan, dan keragu-raguan‖. Ambigere merupakan gabungan dari dua kata, yaitu

ambi yang berarti kira-kira atau kedua sisi, dan kata agere yang memiliki arti

mendorong atau bergerak.

Burung

Merpati Cendrawasih Merak Gagak Rajawali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

31

Ambiguitas atau ketaksaan merupakan gejala kegandaan makna akibat

tafsiran gramatikal yang berbeda yang umumnya terjadi pada bahasa tulis (Chaer,

2003). Ketaksaan adalah kegandaan arti kalimat, sehingga meragukan atau sama

sekali tidak dipahami orang lain (Setyawati, 2013). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008:50) ambiguitas memiliki pengertian, yaitu (1) sifat atau hal yang

bermakna dua atau kemungkinan yang mempunyai dua pengertian, (2)

ketidaktentuan dan ketidakjelasan, (3) kemungkinan adanya makna atau

penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra, dan (4) kemungkinan

adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat.

Menurut beberapa pendapat diatas ambiguitas dapat diartikan sebagai sebuah

kalimat yang tidak jelas dan sulit dipahami karena memiliki makna yang berbeda-

beda. Makna yang berbeda-beda tersebut membuat pembaca atau pendengar

merasa kebingungan serta kerancuan. Ada beberapa faktor yang menpenyebabkan

ambiguitas, antara lain 1) faktor morfologi, yaitu keambiguan yang terjadi akibat

dari suatu pembentukan kata itu sendiri, 2) faktor sintaksis, yaitu faktor ini terjadi

karena suatu susunan kata di dalam kalimat yang kurang jelas, 3) faktor struktural,

yaitu faktor yang menyebabkan keambiguitasan akibat dari struktur kalimat itu

sendiri.

Ambiguitas umumnya terjadi pada bahasa tulis, tetapi tidak menutup

kemungkinan ambiguitas dapat terjadi dalam bahasa lisan. Ambiguitas bahasa

tulisan terjadi ketika pembaca kebingungan ataupun ragu terhadap makna yang

dimaksudkan oleh penulis, sedangkan ambiguitas dalam bahasa lisan umumnya

terjadi karena penutur tidak cermat dalam menyusun kata-kata yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

32

diucapkannya. Ambiguitas ini muncul ketika mitra tutur sulit untuk menangkap

yang dimaksudkan oleh si penutur.

Ketaksaan atau sering disebut ambiguitas sering diartikan sebagai kata yang

bermakna ganda. Konsep ambiguitas yang seperti ini tidaklah salah. Ambiguitas

tidak dapat dibedakan dengan polisemi. Polisemi juga bermakna ganda hanya saja

kegandaan makna dalam polisemi berasal dari kata, sedangkan kegandaan makna

dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau

kalimat. Selain itu, ambiguitas sebagai akibat penafsiran sruktur gramatikal yang

berbeda. Ketaksaan ini muncul apabila kita sebagai pendengar atau pembaca sulit

menangkap pengertian yang kita baca, atau yang kita dengar. Bahasa lisan sering

menimbulkan ketakasaan sebab sesuatu yang kita dengar belum tentu yang

dimaksudkan oleh si penutur atau si penulis.

2.2.6 Jenis-jenis Ambiguitas

Ullmann (diadaptasi Sumarsono, 2007) mengelompokkan ambiguitas menjadi

tiga tipe utama, yaitu ambiguitas fonetik, leksikal, dan gramatikal. Berikut adalah

ambiguitas menurut Ullman.

2.2.6.1 Ambiguitas tingkat fonetik

Marsono (1999:1) mendefinisikan bahwa fonetik adalah ilmu yang

menyelidiki dan berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ihwal bunyi

bahasa, bagaimana cara membentuknya, berapa frekuensinya, intensitas,

timbernya sebagai getaran udara, dan bagaimana bunyi diterima oleh telinga.

Menurut Chaer (2009:10) fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara

menghasilkan bunyi bahasa atau cara suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

33

manusia dengan kata lain fonetik mempelajari cara kerja organ tubuh manusia

terutama yang berhubungan dengan penggunaan dan pengucapan bahasa.

Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut

fungsinya sebagai pembeda arti dalam kata lain fonemik adalah kajian atau analisa

bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna

(id.wikipedia.org). Pengetahuan fonetik tidak berkembang sendiri dari aspek

pengetahuan bahasa yang lain namun berkembang bersamaan dengan aspek

pengetahuan semantik, sintaksis, morfemik, dan pragmatik.

Fonetik dapat diklafisikasikan menjadi fonetik artikolatoris, fonetik akustik,

dan fonetik auditoris (Chaer, 2003).

a. Fonetik artikulatoris bisa disebut fonetik organis atau fonetik fisiologis,

yaitu mempelajar tentang mekanis alat-alat bicara manusia yang bekerja

dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu

diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai

peristiwa fisis atau fenomena alam. Fonetik jenis ini banyak berkaitan

dengan linguisti. Hal tersebut membuat para linguis, khususnya para ahli

fonetik, memasukannya sebagai cabang linguistik.

b. Fonetik akustis, mempelajari bunyi bahasa sebagai gejala fisis yang berupa

getaran udara. Jenis fonetik akustik ini mengkaji frekuensi getaran bunyi,

amplitudo, intensitas, dan timbrenya.

c. Fonetik auditoris, mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima

bunyi bahasa sebagai getaran udara. Fonetik jenis ini berkaitan erat dengan

proses mendengarkan atau menyimak. Pada bidang fonetik ini cenderung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

34

dimasukan dan banyak digunakan oleh para dokter ke dalam ilmu

kedokteran bagian neurologi.

Ambiguitas tingkat fonetik timbul akibat membaurnya bunyi-bunyi bahasa

yang diujarkan, kadang karena kata-kata yang membentuk kalimat diujarkan

terlalu cepat sehingga orang menjadi ragu akan makna kalimat yang diujarkan

(Pateda, 2001). Ambiguitas ini berhubungan dengan keraguan mitra tutur terhadap

bunyi bahasa yang di dengar. Terkadang kata-kata yang membentuk kalimat

ketika diujarkan penutur terlalu cepat sehingga mitra tutur menjadi ragu akan

makna kalimat yang diujarkan. Biasanya ambiguitas ini terjadi pada suatu ujaran

karena ketidakjelasan dalam mengartikulasikan morfem, kata, maupun kalimat.

Hal tersebut bisa terjadi pada Bahasa Indonesia. Ketika penutur

mengucapkan beberapa kata dalam satu helaan nafas, kata-kata tersebut seolah

menjadi satu suku kata. Misalnya saja kata pada pengucapan kata beruang. Kata

tersebut memiliki makna ganda yang berarti „nama binatang‟ ataupun „orang

yang memiliki uang‟. Ketika penutur menuturkan kata tersebut mitra tutur tidak

dapat membedakan maksud dari si penutur. Hal tersebut bisa saja terjadi karena

mitra tutur menganggap kata yang diujarkan oleh penutur terlalu cepat atau

membaurnya bunyi-bunyi bahasa yang dikarenakan ketidakjelasan intonasi, jeda,

maupun nada yang dapat menyebabkan pembaca atau pendengarnya salah dalam

menafsirkan makna tersebut.

2.2.6.2 Ambiguitas tingkat leksikal

Ambiguitas leksikal adalah kegandaan makna yang ditimbulkan karena

adanya butir-butir leksikal yang memiliki makna ganda baik karena penerapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

35

pemakaiannya maupun karena hal-hal yang bersifat insidental (Wijana, 2008).

Ambiguitas tingkat leksikal ini terjadi karena penggunaan kata dalam homonim,

homofon, dan homograf (Sudaryono dalam Alwi, 2002). Hal ini berkaitan dengan

makna yang dikandung setiap kata yang dapat memiliki lebih dari satu makna atau

mengacu pada sesuatu yang berbeda sesuai lingkungan pemakaiannya. Jadi,

ambiguitas leksikal merupakan makna lebih dari satu dapat mengacu pada benda

dan sesuai dengan lingkungan pemakaiannya.

Telah dijelaskan diatas bahwa setiap kata dapat saja mengandung lebih dari

satu makna. Hal tersebut berkaitan dengan polisemi dan untuk menghindari

ambiguitas karna polisemi ada baiknya ditelusuri melalui konteks kalimat. Selain

polisemi, ambiguitas leksikal juga bisa disebabkan oleh homonim, yaitu kata-kata

yang sama bunyinya tetapi maknanya berbeda.

2.2.6.3 Ambiguitas tingkat Gramatikal

Istilah gramatikal berasal kata grammar yang berarti tata bahasa. Makna

gramatikal baru ada apabila terjadi suatu proses gramatikal, seperti afiksasi,

reduplikasi, dan komposisi (Chaer, 2003:290). Ambiguitas gramatikal muncul

pada tataran morfologi dan sintaksis yang dilihat dari dua alternatif. Pertama,

ambiguitas yang disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara gramatikal.

Misalnya, pada proses morfemis atau tataran morfologi yang mengakibatkan

perubahan makna, peN-+ dorong: pendorong memiliki makna yang multitafsir

‗orang yang mendorong‘ atau ‗alat yang digunakan untuk mendorong‘. Kedua,

adalah ambiguitas pada frasa yang mirip. Setiap kata yang membentuk frasa

sebenarnya sudah jelas, tetapi kombinasi yang dihasilkan memiliki makna yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

36

multitasfir. Misalnya, frase ‗orang tua‘ dapat bermakna ganda ‗bapak-ibu‘ atau

‗orang yang tua‘.

Makna gramatikal dalam bahasa Inggris (grammatical meaning; functional

meaning, structural meaning, internal meaning) adalah makna yang menyangkut

hubungan intrabahasa atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya

sebuah kata di dalam kalimat. Ambiguitas tingkat gramatikal adalah ketaksaan

yang terbentuk karena proses penggabungan satuan-satuan lingual menurut sistem

bahasa tertentu (Wijana, 2008). Di dalam semantik, makna gramatikal adalah

makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal, seperti proses afiksasi,

reduplikasi, dan komposisi.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan sebuah cara kerja yang dilakukan peneliti

untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Tujuan dari kerangka

berpikir ini adalah memudahkan peneliti dalam menjelaskan alur dari penelitian

mengenai Ambiguitas dalam Peristiwa Tutur Dialog Interaktif Indonesia Lawyers

Club. Dalam kerangka berpikir ini, peneliti berusaha memaparkan permasalahan

yang dengan secara ringkas agar dapat dipahami. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan teori semantik sebagai pisau atau patokan analisis dalam penelitian.

Penelitian dengan judul ―Ambiguitas dalam Peristiwa Tutur Dialog

Interaktif Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019‖ ini membahas

kekaburan makna kata, diksi, dan kalimat. Berikut adalah prosedur atau cara kerja

penelitian ini yang terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut. Pertama, peneliti

mengumpulkan data. Di tahap ini, peneliti menetapkan dan menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

37

kehomogenan data. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan data dari video

Indonesia Lawyers Club yang peneliti tonton.

Dari data yang sudah terkumpul tersebut, akan ditindaklanjuti dengan

menganalisis data, dengan menggunakan sebuah metode memalui beberapa tahap

analisis. Analisis data merupakan cara peneliti untuk mengelola dan mengkritisi

data yang sudah terkumpul dari hasil penelitian guna menjawab permasalahan

dalam penelitian tersebut.

Kedua, mengidentifikasi keambiguitasan makna kata, diksi, dan jenis

ambiguitas. Tahap ini peneliti mengoreksi seluruh data yang telah ditentukan dan

ditetapkan. Setelah kesalahan dapat diidentifikasi, kesalahan yang ditemukan

diberi tanda kemudian memasukkan kesalahan data tersebut pada kartu data.

Ketiga, mengklasifikasikan keambiguitasan. Penelitian ini mengambil

keambiguitasan meliputi kekaburan makna kata, diksi, dan jenis ambiguitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Artinya, data

maupun fakta yang telah disatukan oleh peneliti kualitatif berbentuk kata atau

gambar. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dan analisis. Pendekatan deskriptif kualitatif menafsirkan data yang bersangkutan

dengan situasi yang sedang terjadi, serta sikap dan pandangan yang terjadi dalam

masyarakat. Pertentangan dua keadaan atau lebih, perbedaan terhadap fakta,

pengaruh terhadap suatu kondisi, dan masih banyak hal lainnya, yang berkaitan

dengan data yang diambil serta dianalisis. Penelitian dekriptif ini memiliki tujuan,

antara lain mengungkapkan fakta, kejadian, fenomena, keadaan yang terjadi saat

penelitian, dan menerangkan fakta yang sebenarnya sesuai dengan keadaan.

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Hotman, 2002:1)

adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

ucapan atau tulisan. Data yang telah terkumpul melalui teknik pengumpulan data

dianalisis yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau kalimat

yang dicurigai mengandung ambiguitas pada peristiwa tutur dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

3.2 Sumber Data dan Data

Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan dua jenis

data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

40

penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat yang dicurigai mengandung

ambiguitas pada peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia Lawyerss Club periode

Juli—September 2019.

Selain itu, data sekunder merupakan daya pelengkap berupa sumber-sumber

yang dapat mendukung data primer yang diperoleh dari buku-buku referensi,

jurnal, maupun artikel yang berkaitan dengan ambiguitas yang ada di dalam

peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September

2019. Data-data tersebut disatukam dengan menyaksikan dan menganalisis secara

seksama disertai dengan catatan-catatan yang mencakup deskripsi mengenai jenis

ambiguitas, makna yang megandung ambiguitas, maupun diksi yang mengandung

ambiguitas pada peristiwa dialog interaktif tersebut. Selain itu, sumber data yang

terdapat dalam penelitian ini diperoleh dari video yang diunggah di Youtube

mengenai dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September

2019.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Tahap penyediaan data merupakan salah satu tahap yang harus dilalui

peneliti pada pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya

peneliti memerlukan metode-metode beserta teknik-teknik tertentu agar data yang

tersedia menjadi representatif untuk menjelaskan ihwal keberadaan objek

penelitian yang dipersoalkan. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data ini

menggunakan metode simak. Cara memperoleh data dengan metode simak

dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Alasan metode simak dipilih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

41

oleh peneliti karena peneliti akan melakukan penyimakan terhadap peristiwa tutur

pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teknik Simak

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak.

Metode simak disebut juga metode penyimakan karena kegiatan yang dilakukan

berupa penyimakan, yaitu peneliti melakukan penyimakan terhadap penggunaan

bahasa. Teknik menyimak dalam penelitian ini adalah dengan cara menyimak

video dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019

yang diambil dari youtube.

b. Teknik Catat

Pada teknik ini penulis bertindak sebagai instrumen kunci yang melakukan

observasi terhadap sumber data secara cermat, terarah, dan teliti. Langkah-

langkah yang digunakan peneliti dalam teknik ini adalah menyimak video dialog

interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019 yang diambil

dari youtube, menggolongkan jenis ambiguitas, makna yang megandung

ambiguitas, maupun diksi yang mengandung ambiguitas dan memberi penjelasan.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan sebuah proses mencari serta menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Mahsun (2005:117)

tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada

tahap ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

42

diperoleh. Data yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan analisis data

kualitatif yang berbentuk teks tertulis yang dapat dengan mudah dipahami dan

diinformasikan kepada orang lain.

Data penelitian ini dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyeleksi dan mengidentifikasi data ambiguitas pada peristiwa tutur

dialog interaktif Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

2. Menganalisis jenis ambiguitas, makna yang megandung ambiguitas,

maupun diksi yang mengandung ambiguitas pada peristiwa tutur dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

3. Mendeskripsikan jenis ambiguitas, makna yang megandung ambiguitas,

maupun diksi yang mengandung ambiguitas pada peristiwa tutur dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club periode Juli—September 2019.

4. Memaparkan hasil penelitian.

5. Membuat kesimpulan dan menghitung kesalahan yang dominan tentang

jenis ambiguitas, makna yang megandung ambiguitas, maupun diksi yang

mengandung ambiguitas yang terjadi pada dialog interaktif Indonesia Lawyers

Club periode Juli—September 2019.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,

tetapi dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti itu sendiri.

Posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian ambiguitas yang

berorientasi kepada media video, bukan kepada sekelompok individu yang

menerima perlakuan tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

43

Menurut pendapat dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen

atau alat peneliti (Sugiyono, 2008). Sebagai instrumen, peneliti menggunakan

kriteria-kriteria tertentu yang digunakan untuk menyaring data. Berbagai kriteria

itu digunakan untuk menetapkan jenis kesalahan ejaan yang terdapat pada abstrak

skripsi. Dengan menggunakan kriteria tersebut, peneliti menganalisis kekaburan

makna, diksi, dan kalimat yang terjadi pada peristiwa tutur.

Selain peneliti sebagai instrumennya, instrumen pendukung adalah

komputer sebagai sarana pencatatan data dan kerangka wacana. Instrumen ini

digunakan untuk menyaring data berupa tabel dan kartu data yang digunakan

untuk mencatat dan mengidentifikasi kekaburan makna, diksi, dan kalimat yang

terjadi. Kartu data yang dibuat juga untuk mempermudah analisis dan mengecek

data ambiguitas. Penulis menggunakan table ataupun kartu data untuk mencatat

jenis ambiguitas, makna yang megandung ambiguitas, maupun diksi yang

mengandung ambiguitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) deskripsi data, (2) hasil penelitian, dan

(3) pembahasan. Deskripsi data berisi gambaran terkait data yang diperoleh

peneliti dari penelitian yang dilakukan. Pada bagian hasil penelitian, peneliti

memaparkan hasil analisis data penelitian berdasarkan teori yang dipakai. Selain

itu, pada bagian pembahasan, peneliti menguraikan temuan-temuan hasil analisis

data berdasarkan teori-teori yang relevan.

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini berjudul Ambiguitas dalam Peristiwa Tutur Dialog Interaktif

Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019. Penelitian ini

mengkaji makna, diksi, dan jenis ambiguitas tuturan. Sumber data pada penelitian

ini berupa video yang diunggah di Youtube mengenai dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club periode Juli—September 2019. Data penelitian ini didapat

dari tuturan dialog interaktif berupa makna, diksi yang diduga mengandung

ambiguitas dan juga jenis ambiguitas yang digunakan. Data penelitian ini

didapatkan dari teknik simak dan catat yang dilakukan peneliti dari 15 April—28

Juni 2020. Data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti sebanyak 41 data yang

terdiri dari jenis ambiguitas, makna yang mengandung ambiguitas, dan diksi yang

mengandung ambiguitas. Jenis ambiguitas yang didapat peneliti, yaitu ambiguitas

fonetik, ambiguitas leksikal, dan ambiguitas gramatikal. Makna yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

45

mengandung ambiguitas, seperti makna konotatif dan makna non referensial.

Diksi yang mengandung ambiguitas, seperti polisemi, homonym, dan sinonim.

4.2 Hasil Penelitian

Analisis yang diperoleh dari peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club diduga mengandung ambiguitas. Peneliti menganalisis data

meliputi tiga bagian, yaitu makna yang mengandung ambiguitas, diksi yang

mengandung ambiguitas, dan jenis ambiguitas. Peneliti menggunakan teori

menurut beberapa para ahli untuk memperkuat analisis data ambiguitas di dalam

sebuah makna tuturan. Teori para ahli tersebut adalah Marafad sebagai landasan

analisis mengenai makna konotatif dan teori Chaer sebagai landasan analisis

mengenai makna nonreferensial.

Kemudian, peneliti menggunakan teori Parera sebagai landasan analisis

mengenai polisemi, teori dari Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai landasan

analisis mengenai homonim, serta teori Pateda sebagai landasan analisis mengenai

sinonim. Selanjutnya, peneliti menggunakan teori Djajasudarma sebagai landasan

analisis mengenai ambiguitas fonetik, teori Chaer sebagai landasan analisis

mengenai ambiguitas leksikal, dan teori Dewa Putu dan Rohmadi sebagai

landasan analisis mengenai ambiguitas gramatikal.

Berbagai macam teori serta pendapat para ahli yang digunakan oleh peneliti

dapat memperkuat penelitian ini. Selain itu, nasihat serta masukkan dari hasil

triangulasi oleh dosen maupun triangulator juga digunakan untuk memperdalam

pembahasan yang dilakukan oleh peneliti. Makna yang mengandung ambiguitas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

46

diksi yang mengandung ambiguitas, dan jenis-jenis ambiguitas dipaparkan oleh

peneliti secara rinci sebagai berikut.

4.2.1 Ambiguitas yang Terdapat dalam Peristiwa Tutur Dialog Interaktif

Berdasarkan hasil analisis data tuturan yang telah dilakukan, peneliti

menemukan tiga belas data tuturan jenis ambiguitas baik dalam ambiguiats

fonetik, gramatikal, dan leksikal. Tuturan itu muncul dalam sebuah konteks

percakapan antara penutur dan mitra tutur. Ullmann (diadaptasi Sumarsono,

2007:196) mengelompokkan ambiguitas menjadi tiga tipe utama, yaitu ambiguitas

fonetik, leksikal, dan gramatikal. Berikut ini adalah data jenis ambiguitas yang

dijabarkan oleh peneliti.

a. Ambiguitas Fonetik

Analisis ini dilakukan berdasarkan tuturan yang mengandung ambiguitas

fonetik yang muncul dalam peristiwa tutur dialog interaktif Indonesia Lawyer

Club Periode Juli—September. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Pateda

(2001:202) mendefinisikan ambiguitas tingkat fonetik timbul akibat membaurnya

bunyi-bunyi bahasa yang diujarkan, kadang karena kata-kata yang membentuk

kalimat diujarkan terlalu cepat sehingga orang menjadi ragu akan makna kalimat

yang diujarkan. Pada penelitian ini, peneliti menemukan dua data tuturan yang

mengandung ambiguitas fonetik. Peneliti akan menjabarkan contoh data

ambiguitas fonetik sebagai berikut.

(1) Ini kekacauan kita seolah-olah Pancasila itu hanya dimonopoli.

(2) Itu baru bunganya saja belum pokoknya.

Data tuturan (1), kalimat yang dituturkan oleh Yasonna Laoly merupakan

ambiguitas fonetik karena jika kata ‗monopoli‘ diucapkan menggunakan jeda akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

47

berbeda maknanya. Jika ‗monopoli‘ diucapkan menggunakan jeda akan menjadi

‗mono‘ dan ‗poli‘. Kata ‗mono‘ memiliki makna isyarat yang disalurkan melalui

saluran tunggal, biasa digunakan dalam sistem pemancar radio dan kata ‗poli‘

bermakna bentuk terikat banyak: poliglot; poligami; poliandri; poliklinik. Pada

kata ‗monopoli‘ memiliki makna 1) situasi yang pengadaan barang dagangannya

tertentu (di pasar lokal atau nasional) sekurang-kurangnya sepertiganya dikuasai

oleh satu orang atau satu kelompok, sehingga harganya dapat dikendalikan 2) hak

tunggal untuk berusaha (membuat dan sebagainya). Padahal makna yang

dimaksud oleh Yasonna Laoly adalah sebuah kekacauan bersama yang seolah-

olah Pancasila itu hanya dikuasai oleh satu orang atau kelompok tertentu yang

tidak dapat dikendalikan.

Data tuturan (2) yang berbunyi ‗Itu baru bunganya saja belum

pokoknya‘ merupakan salah satu ambiguitas fonetik. Kalimat tersebut

menimbulkan ambiguitas. Kata ‗bunga‘ memiliki berbagai macam makna, seperti

1) untuk berbagai-bagai bunga, 2) gambar hiasan (pada kain, pamor ukiran, dan

sebagainya), 2) tambahan untuk memperindah 3) tanda-tanda baik 4) sesuatu yang

dianggap elok (cantik) seperti bunga 5) nama yang dipakai untuk beberapa jenis

tumbuhan yang tidak berkerabat satu sama lain,

seperti bunga bangkai, bunga ketongkeng, bunga manila 6) imbalan jasa untuk

penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu berdasarkan

ketentuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal

pokok 7) pendapatan atas setiap investasi modal 8) bagian tumbuhan yang akan

menjadi buah, biasanya elok warnanya dan harum baunya. Mitra tutur bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

48

menangkap makna kata ‗bunga‘ seperti 1) Pokoknya itu baru tumbuhan bunganya

saja 2) Pokoknya itu baru modalnya saja.

Kata ‗pokok‘ memiliki berbagai macam makna, seperti 1) segala tumbuhan

yang berbatang keras dan besar; pokok kayu, 2) batang kayu dari pangkal ke atas;

pokok kayu, 3) uang yang dipakai sebagai induk dalam berniaga; modal 4) harga

pembelian, 5) lantaran; sebab, 6) asas; dasar; inti sari dasarnya, 7) pusat (yang

menjadi titik perhatian dan sebagainya), 8) tergantung; terserah, 9) yang terutama;

yang sangat penting. Salah satu sinonim dari kata ‗pokok‘ adalah penting. Mitra

tutur bisa menangkap makna yang diungkapkan oleh penutur seperti 1) yang

terpenting itu baru tumbuhan bunganya saja 2) itu baru bunganya saja belum

modalnya.

b. Ambiguitas Leksikal

Ambiguitas tingkat leksikal merupakan salah satu jenis ambiguitas menurut

Ullman. Ambiguitas lekskikal terjadi bukan karena interprestasi tata bahasa, tetapi

karena homonim dan polisemi. Berikut ini adalah data jenis ambiguitas yang

dijabarkan oleh peneliti.

(3) Kita pribadi saja yang tidak presiden yang tidak dipilih 100 juta rakyat

Indonesia kalau diserang kehormatan kita, kita menuntut konon lagi

seorang kepala Negara.

(4) Ketika sebelumnya saling serang, ketika sebelumnya saling evaluasi

tapi di akhir masa jabatan ini malah sama-sama saling menyepakati

RUU-RUU bermasalah.

(5) Kasian dong saya memimpin tanpa wakil.

Data tuturan (3), jika dilihat dari jenis ambiguitas merupakan ambiguitas

leksikal karena kata ‗kepala‘ pada kalimat yang berbunyi „Kita pribadi saja yang

tidak presiden yang tidak dipilih 100 juta rakyat Indonesia kalau diserang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

49

kehormatan kita, kita menuntut. Konon lagi seorang kepala Negara‟ adalah kata

yang berpolisemi. Dikatakan kata berpolisemi karena kata ‗kepala‘ memiliki

berbagai macam makna, seperti 1) bagian tubuh yang di atas leher (pada manusia

dan beberapa jenis hewan merupakan tempat otak, pusat jaringan saraf, dan

beberapa pusat indra), 2) bagian tubuh yang di atas leher tempat tumbuhnya

rambut, 3) bagian suatu benda yang sebelah atas (ujung, depan, dan sebagainya),

4) bagian yang terutama (yang penting, yang pokok, dan sebagainya), 5)

pemimpin; ketua (kantor, pekerjaan, perkumpulan, dan sebagainya) 6) otak

(pikiran, akal, budi). Makna kata ‗kepala‘ yang di maksud oleh penutur bukanlah

bagian tubuh yang berada di atas leher, tetapi bermakna pemimpin „Kita pribadi

saja yang tidak presiden yang tidak dipilih 100 juta rakyat Indonesia kalau

diserang kehormatan kita, kita menuntut konon lagi seorang pemimpin Negara‟

Data tuturan (4), kata ‗serang‘ merupakan kata homonim yang homograf.

Dikatakan kata homonim yang homograf karena ‗serang‘ merupakan kata yang

sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya. Kata ‗serang‘

memiliki makna, seperti 1) gerakan tiba-tiba dengan tujuan menjatuhkan lawan, 2)

nama daerah di Provinsi Banten. Ambiguitas leksikal bisa muncul pada data

tuturan (4) yang berbunyi ‗Ketika sebelumnya saling serang, ketika sebelumnya

saling evaluasi tapi di akhir masa jabatan ini malah sama-sama saling

menyepakati RUU-RUU bermasalah‘. Kata ‗serang‘ yang dimaksudkan oleh

penutur adalah gerakan tiba-tiba dengan tujuan menjatuhkan lawan yang

sebelumnya saling evaluasi tapi di akhir masa jabatan ini malah sama-sama

saling menyepakati RUU-RUU yang bermasalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

50

Data tuturan (5), kata ‗wakil‘ pada kalimat yang berbunyi ‗Kasian dong

saya memimpin tanpa wakil‟ merupakan kata yang berpolisemi karena kata

‗wakil‘ adalah satu kata yang memiliki makna lebih dari satu, tetapi makna masih

saling berkaitan. Makna kata ‗wakil‘ adalah 1) orang yang dikuasakan

menggantikan orang lain, 2) orang yang dipilih sebagai utusan negara; duta, 3)

orang yang menguruskan perdagangan dan sebagainya untuk orang lain; agen 4)

jabatan yang kedua setelah yang tersebut di depannya. Makna kata ‗wakil‘ yang

dimaksud oleh penutur adalah jabatan kedua setelah ketua yang membantu segala

pekerjaan ketua.

c. Ambiguitas Gramatikal

Jenis ambiguitas yang ketiga menurut Ullman adalah ambiguitas gramatikal.

Ambiguitas tingkat gramatikal adalah ketaksaan yang terbentuk karena proses

penggabungan satuan-satuan lingual menurut sistem bahasa tertentu (Wijana,

2008). Di dalam semantik, makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai

akibat adanya proses gramatikal, seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Berikut ini adalah data jenis ambiguitas gramatikal yang dijabarkan

oleh peneliti.

(6) Saya pribadi tentunya memiliki satu pandangan.

(7) Sebetulnya kami polos-polos saja melihat politik.

(8) Jangan ada orang yang bersembunyi dengan kekuatannya di belakang

menjadi dalang-dalang.

Afiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar, sehingga

menjadi sebuah kata (Chaer, 2015). Afiks dibedakan menjadi empat, yaitu 1)

Prefiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu ber-, me-, per-,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

51

di-, ter-, se-, ke- 2). Infiks adalah afiks yang dibubuhkan di tengah kata biasanya

pada suku awal, yaitu –el, -em, er 3) Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan di

kanan bentuk dasar, yaitu –kan, -i, -an, -nya, 4) Konfiks adalah afiks yang

dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan dengan konfiks,

yaitu ke-an,ber-an, pe-an, per-an, senya.

Data tuturan (6) yang berbunyi ‗Saya pribadi tentunya memiliki satu

pandangan‘ pada kata ‗pandangan‘ merupakan sufiks. Dikatakan sufiks karena

‗pandangan‘ berasal dari kata ‗pandang + -an‘. Kata ‗pandang‘ memiliki arti

penglihatan yang tetap dan agak lama. Tuturan yang diungkapkan oleh penutur

menimbulkan ambiguitas karena mitra tutur meraba-raba makna ‗pandangan‘

yang dimaksudkan oleh penutur. Menurut Kamus Bahasa Indonesia kata

‗pandangan‘ memiliki arti 1) perbuatan memandang (memperhatikan, melihat,

dan sebagainya) 2) benda atau orang yang dipandang (disegani, dihormati, dan

sebagainya) 3) pengetahuan 4) pendapat. Makna data tuturan (6) pada kata

‗pandangan‘ yang dimaksudkan bahwa penutur memberi tahu kepada mitra tutur

kalau ia memiliki satu pengetahuan atau pendapat bukan memberitahu bahwa ia

sedang melihat sesuatu.

Data tuturan (7) dan (8) merupakan makna gramatikal akibat adanya proses

reduplikasi. Reduplikasi atau proses pengulangan ialah pengulangan bentuk, baik

seluruh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak (Ramlan,

2009). Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang

merupakan bentuk dasar.

Data tuturan (7) yang berbunyi ‗Sebetulnya kami polos-polos saja melihat

politik‘ pada kata ‗polos‘ merupakan kata proses reduplikasi dwilangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

52

Reduplikasi dwilangga adalah bentuk kata ulang menyeluruh. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kata ‗polos‘ memiliki berbagai macam makna, seperti

1) berwarna semacam saja (tidak dihiasi atau diberi berbunga-bunga dan

sebagainya) 2) sangat sederhana (sikap, tingkah laku, dan sebagainya); 3) apa

adanya; dengan sebenarnya 4) tidak bermaksud jahat; jujur (tentang hati, pikiran).

Makna kalimat yang diungkapkan oleh penutur bisa menimbulkan ambiguitas

karena merupakan makna kiasan. Mitra tutur bisa menangkap berbeda makna

yang diungkapkan oleh penutur. Makna yang bisa ditangkap oleh penutur

contohnya seperti ia melihat anggota-anggota politik menggunakan kaos polos.

Padahal makna yang dimaksud oleh penutur adalah ia melihat politik secara

sederhana atau apa adanya.

Data tuturan (8) yang berbunyi ‗Jangan ada orang yang bersembunyi

dengan kekuatannya di belakang menjadi dalang-dalang‘ pada kata ‗dalang‘

merupakan kata proses reduplikasi dwilangga. Reduplikasi dwilangga adalah

bentuk kata ulang menyeluruh. Kata ‗dalang‘ memiliki arti 1) orang yang

memainkan wayang 2) orang yang mengatur (merencanakan, memimpin) suatu

gerakan dengan sembunyi-sembunyi. Sebagian mitra tutur mungkin mengira

bahwa dalang yang dimaksud oleh penutur adalah orang yang memainkan

wayang, tetapi makna yang dimaksudkan adalah orang yang mengatur atau

memimpin suatu rencana untuk melakukan sesuatu.

4.2.2 Makna yang mengandung Ambiguitas

Pembagian tipe makna berdasarkan beberapa kriterianya, antara lain 1)

berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

53

menjadi makna referensial da makna non referensial, 2) berdasarkan ada tidaknya

nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna denotatif

dan makna konotatif, 3) berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan

menjadi makna kata dan makna istilah, 4) berdasarkan kriteria atau sudut pandang

lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif dan sebagainya

(Chaer, 2003). Dari keenam landasan teori yang dipaparkan oleh peneliti, hanya

ada tiga landasan teori yang digunakan peneliti untuk dianalisis, seperti makna

nonreferensial, makna konotatif, dan makna denotatif. Hasil analisis data tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna kiasan atau makna yang memiliki tambahan

nilai rasa (Marafad, 2011). Pada penelitian ini, peneliti menemukan lima data

tuturan yang mengandung makna konotatif pada peristiwa tutur Indonesia

Lawyers Club periode Juli—September 2019. Makna konotatif dalam kasus

koskata ataupun bentuk kata memiliki kemungkinan sebagai ambiguitas.

Walaupun, tidak sepenuhnya benar bahwa makna konotatif adalah ambiguitas

oleh sebagian orang. Salah satu penyebabnya adalah minimnya pengetahuan

mengenai bahasa. Peneliti akan menjabarkan contoh data makna konotatif yang

menimbulkan ambiguitas sebagai berikut.

(1) Demokrasi menggantikan prinsip-prinsip totaliter tirani-tirani ketika tirani

dirontokkan.

(2) Ketika nenek moyang kita memang bangsa pelaut dan mengambil kendali

laut dunia ini menerawangi dengan kapal yang sederhana kemana-mana dan

itu luar biasa.

(3) Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih sudah menjadi pilar

dalam demokrasi kita dan memperkaya diskusus pada periode pilpres

kemarin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

54

(4) Tapi yang mereka persoalkan itu soal kumpul kebo.

Data tuturan (1), ‗dirontokkan‘ merupakan makna konotatif. Kata

‗dirontokkan‘ memiliki kata dasar ‗rontok‘ yang tergolong kata kerja. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‗rontok‘ memiliki berbagai makna, seperti 1)

jatuh atau gugur dalam jumlah yang banyak (tentang buah-buahan, daun-daunan),

2) luruh (tentang bulu, rambut, dan sebagainya), 3) lepas; mengelupas (tentang

cat, bedak), 4) banyak tanggal (tentang gigi), 5) kalah.

Makna kata ‗dirontokkan‘ pada kalimat ‗Demokrasi menggantikan prinsip-

prinsip totaliter tirani-tirani ketika tirani dirontokkan‘ bukanlah sesuatu yang

gugur atau berjatuhan, tetapi demokrasi menggantikan prinsip pemerintah yang

mempunyai kekuasaan untuk menindas hak pribadi kehidupan warganya ketika

kekuasaan sewenang-wenang itu dihilangkan.

Data tuturan (2), ‗menerawangi‘ merupakan makna konotatif. Dikatakan

makna konotatif karena penutur ingin menyampaikan sebuah makna terssendiri

melalui kata ‗menerawangi‘ ini. Kata ‗menerawang‘ memiliki beberapa makna,

seperti 1) membuat terawang (pada saputangan, taplak meja, dan sebagainya),

2) menembuk; menembus; melubangi kecil-kecil, 3) melihat dari celah-celah

kaca; 4) melihat dengan mata batin (untuk melihat keadaan seseorang dari jarak

jauh atau untuk meramal nasib seseorang), 5 melamun. Pada kalimat yang

diungkapkan oleh penutur yang berbunyi ‗Ketika nenek moyang kita memang

bangsa pelaut dan mengambil kendali laut dunia ini menerawangi dengan kapal

yang sederhana kemana-mana dan itu luar biasa‘ memunculkan ambiguitas bagi

mitra tutur karena makna yang ingin diungkapkan oleh penutur berbeda dengan

makna yang diterima oeh mitra tutur. Penutur ingin menyampaikan makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

55

‗menerawang‘ bahwa nenek moyang dulu adalah bangsa pelaut yang menjelajahi

menggunakan kapal yang saderhana.

Data tuturan (3), pada kalimat ‗Pertama-tama saya ingin mengucapkan

terima kasih sudah menjadi pilar dalam demokrasi kita dan memperkaya diskusus

pada periode pilpres kemarin‘ kata ‗pilar‘ merupakan makna konotatif. Hal

tersebut dikarenakan didalam kata ‗pilar‘ penutur ingin menyampaikan makna

secara tidak langsung kepada mitra tutur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

‗pilar‘ mempunyai arti 1) tiang penguat (dari batu, beton, dan sebagainya), 2)

tiang berbentuk silinder pejal atau berongga untuk menyangga balok geladak atau

bagian konstruksi lain di kapal, 3) dasar (yang pokok) 4) induk. Di dalam kalimat

tersebut muncul sebuah keambiguitasan karena ‗pilar‘ bagi sebagian orang

menganggap bahwa makna tersebut adalah sebuah tiang penguat, tetapi bukan

makna tersebut yang ingin disampaikan oleh penutur. Makna yang ingin

disampaikan oleh penutur adalah ‗Pertama-tama ia ingin mengucapkan terima

kasih karena sudah menjadi dasar atau hal yang utama dalam demokrasi kita dan

memperkaya diskusus pada periode pilpres kemarin‘

Data tuturan (4), ‗Kumpul kebo‘ dalam kalimat tersebut merupakan makna

konotatif. Bermakna konotatif, ‗kumpul kebo‘ mempunyai makna hidup bersama

sebagai suami istri di luar pernikahan dalam satu atap. ‗Kumpul kebo‘ berasal dari

penggabungan dua kata bahasa Melayu ejaan lama dan Belanda, yaitu koempoel

gebouw. Koempoel merupakan kata dari bahasa Melayu ejaan lama yang memiliki

arti kumpul. Sedangkan gebouw merupakan kata dari bahasa Belanda yang

bermakna bangunan atau atap. Jadi, koempoel gebouw memiliki arti berkumpul

dalam satu rumah. Jika ‗kumpul kebo‘ ingin dijadikan makna denotatif bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

56

kata harus diubah. Kata ‗kumpul kebo‘ diubah menjadi kumpul kerbau karena kata

baku Indonesia yang benar adalah kerbau bukan kebo. Pendengar ketika

mendengar kalimat ‗Tapi yang mereka persoalkan itu soal kumpul kebo.‘

menimbulkan makna yang bermacam-macam, seperti 1) yang di persoalkan oleh

mereka adalah banyak kebo yang sedang berkumpul dan 2) mereka

mempersoalkan tentang sepasang kekasih diluar pernikahan yang hidup dan

tinggal di satu atap.

b. Makna NonReferensial

Kata yang tidak memiliki makna referensial/nonreferensial yaitu kata yang

tidak memiliki referen atau tidak memiliki wujud benda yang diacu oleh makna

tersebut, contohnya kata sehingga, tetapi, dan, atau, dan walaupun (Chaer, 2009).

(5) Jadi, saya mencoba mendalami perasaan presiden.

(6) Modalnya untuk membayar utang lebih besar daripada kita.

(7) Saya bisa ngerti perasaan orang seperti Roma Irama.

(8) Kita lihat dulu masyarakat karena ini ada tekanan.

Jika diamati, keempat data yang didapatkan oleh peneliti memiliki unsur

makna nonreferensial. Pada kata ‗jadi‘ pada data (6) dan ‗seperti‘ (8) merupakan

kata sambung atau konjungsi, kata ‗untuk‘ pada data (7) merupakan kata

penghubung, dan kata ‗ini‘ pada data (9) merupakan kata pronomina. Di dalam

kalimat yang terdapat makna nonreferensial terdapat makna ambiguitas, seperti

data tuturan (6), (7), (8), dan (9).

Data tuturan (6), kata ‗jadi‘ merupakan salah satu makna nonreferensial

karena kata tersebut tidak mempunyai kata referen. ‗Jadi, saya mencoba

mendalami perasaan presiden‘, tetapi di dalam kalimat tersebut menimbulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

57

keambiguitasan. Mitra tutur mengalami kebingungan dengan kalimat yang

diucapkan oleh penutur, seperti perasaan apa yang dimaksud oleh penutur,

sehingga dia mencoba mendalami perasaan presiden? Maksud kalimat yang

diucapkan oleh penutur adalah ia ingin mencoba mendalami dan merasakan apa

yang dirasakan oleh presiden.

Tuturan (7), kata ‗untuk‘ merupakan salah satu makna nonreferensial karena

kata tersebut tidak mempunyai kata referen. Pada kalimat yang diucapkan oleh

Prof. Salim Said berbunyi ‗Modalnya untuk membayar utang lebih besar

daripada kita‘ mitra tutur dapat menangkap beragam makna dari kalimat tersebut,

seperti modal yang digunakan untuk membayar utang lebih besar daripada modal

milik kita atau modal yang digunakan untuk membayar utang lebih besar

daripada membayar kita.

Tuturan (8), kata ‗seperti‘ merupakan salah satu makna nonreferensial

karena kata tersebut tidak mempunyai kata referen. Ketika seseorang mendengar

kalimat yang berbunyi ‗Saya bisa ngerti perasaan orang seperti Roma Irama‘

menimbulkan keambiguitasan karena makna yang ditangkap oleh mitra tutur

berbeda dengan makna yang diungkapkan oleh si penutur. Mitra tutur bisa

menangkap makna yang diungkapkan oleh penutur, seperti 1) Dia dan Roma

Irama bisa mengerti perasaan orang atau 2) Dia bisa mengerti perasaan orang,

contohnya seperti Roma Irama.

Tuturan (9), kata ‗ini‘ merupakan salah satu contoh kata yang bermakna

nonteferensial. Di dalam tuturan yang berbunyi ‗Kita lihat dulu masyarakat

karena ini ada tekanan‘ menimbulkan keambiguitasan bagi mitra tutur karena

makna yang ditangkap pasti berbeda dengan makna yang dimaksud oleh penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

58

Mitra tutur bingung, tekanan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Kata ‗tekanan‘

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki berbagai macam makna, seperti

1) keadaan (hasil) kekuatan menekan, 2) desakan yang kuat; paksaan 3) keras

lembutnya pengucapan bagian ujaran; aksen, 4) yang dipentingkan (sangat

diutamakan); titik berat, 5) keadaan tidak menyenangkan yang umumnya

merupakan beban batin. Makna yang dimaksud oleh penutur adalah ia ingin

melihat dulu masyarakatnya karena ada desakan atau paksaan yang kuat.

4.2.3 Diksi yang mengandung Ambiguitas

a. Polisemi

Polisemi adalah satu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna

berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara makna-makna yang

berlainan (Parera, 2004).

(1) Kubu kiri, kubu kanan, kubu Pancasila, kubu Islam, dan lain-lain.

(2) Selama beberapa tahun ini Jakarta sebagai pusat pikiran ini tenggelam.

(3) Ketika ada kasus dia ada cerita mengenai dia sudah kawin sebelum masuk

ke akademi militer dia datang sendiri ke POLDA untuk mengadukan.

(4) Kita merasa tersinggung, kita tidak dijemput, kita tidak dihargai ketika kita

masuk kita sadar ini bukan negara kita dan kita harus tunduk.

Data tuturan (1), yang dituturkan oleh Fahri Hamzah memiliki kata

berpolisemi yaitu pada kata ‗kubu‘. Kata ‗kubu‘ memiliki beberapa makna, seperti

1) pagar dari kayu yang diberi berlapis tanah dan sebagainya untuk menahan

serangan dan sebagainya, 2) tempat pertahanan yang diperkuat dengan pagar-

pagar pertahanan; benteng pertahanan, 3) tempat yang diberi berpagar kuat-kuat

(untuk menangkap gajah dan sebagainya), 4) sekelompok pendukung atau

penggembira. Memiliki banyak makna, kata ‗kubu‘ menimbulkan keambiguitasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

59

bagi mitra tutur. Kalimat ‗Kubu kiri, kubu kanan, kubu Pancasila, kubu Islam,

dan lain-lain‘ dapat menimbulkan berbagai macam makna yang ditangkap oleh

penutur, seperti ‗tempat pertahanan di sebelah kiri, tempat pertahanan di sebelah

kanan, tempat pertahanan untuk Pancasila, tempat pertahanan untuk agama

Islam, dan lain-lain‟. Bukan makna tersebut yang ingin diungkapkan oleh Fahri

Hamzah sebagai pembicara. Makna kata ‗kubu‘ pada kalimat yang ingin

disampaikan oleh Fahri Hamzah adalah sekelompok pendukung ‗Sekelompok

pendukung kiri, sekelompok pendukung kanan, sekelompok pendukung Pancasila,

sekelompok pendukung agama islam, dan lain-lain.‘

Data tuturan (2) yang diungkapkan oleh penutur memiliki salah satu kata

yang berpolisemi, yaitu kata ‗tenggelam‘. Dikatakan kata berpolisemi karena kata

‗tenggelam‘ mempunyai makna lebih dari satu, seperti 1) masuk terbenam ke

dalam air, 2) karam (tentang perahu, kapal), 3) terbenam (tentang matahari),

4) jatuh ke dalam kesengsaraan (kesusahan dan sebagainya) 5) hilang; lenyap

6) asyik. Ketika mitra tutur mendengar kalimat ‗Selama beberapa tahun ini

Jakarta sebagai pusat pikiran ini tenggelam.‘ mengalami kebingungan karena

makna yang ditangkap oleh mitra tutur berbeda-beda. Ada yang menangkap

bahwa kalimat tersebut memiliki makna ‗Jakarta sebagai pusat pikiran masuk

terbenam di dalam air‘ Padahal, makna yang disampaikan oleh penutur tidak

demikian. Makna yang dimaksud oleh penutur adalah Jakarta selama beberapa

tahun ini sebagai pusat berbagai gagasan dan pikiran mulai menghilang.

Data tuturan (3), Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‗kawin‘

mempunyai beberapa arti, seperti 1) membentuk keluarga dengan lawan jenis;

bersuami atau beristri; menikah, 2) melakukan hubungan kelamin; berkelamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

60

(untuk hewan), 3) bersetubuh, 4) perkawinan. Memiliki banyak makna, kata

‗kawin‘ menimbulkan keambiguitasan bagi mitra tutur. Kalimat yang dituturkan

oleh Prof. Salim Said erbunyi ‗Ketika ada kasus dia ada cerita mengenai dia

sudah kawin sebelum masuk ke akademi militer dia datang sendiri ke POLDA

untuk mengadukan‘ menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam bagi mitra

tutur. Mitra tutur bisa menangkap makna yang dimaksud oleh penutur, seperti

‗Ketika ada kasus dia ada cerita mengenai dia sudah bersetubuh sebelum masuk

ke akademi militer dia datang sendiri ke POLDA untuk mengadukan‟, tetapi

makna yang dimaksudkan oleh penutur yang sebenarnya adalah ‗Ketika ada kasus

dia ada cerita mengenai dia sudah menikah sebelum masuk ke akademi militer

dia datang sendiri ke POLDA untuk mengadukan‟

Data tuturan (4), Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ‗tunduk‘ mempunyai

berbagai macam makna, seperti 1) menghadapkan wajah ke bawah, condong ke

depan dan ke bawah (tentang kepala), 2) melengkung ke bawah (tentang malai

padi), 3) takluk, 4) menyerah kalah. Kata ‗tunduk‘ pada kalimat ‗Kita merasa

tersinggung, kita tidak dijemput, kita tidak dihargai ketika kita masuk kita sadar

ini bukan negara kita. Dan kita harus tunduk.‟ menimbulkan keambiguitasan bagi

para pendengar. Hal tersebut terjadi karena ‗tanduk‘ makna yang ditangkap oleh

pendengarnya berbeda dengan makna yang disampaikan oleh pembicara.

Pendengar bisa saja menangkap makna ‗tunduk‘ yang dimaksudkan oleh

pembicara adalah menghadapkan wajah ke bawah. Padahal, makna yang

dimaksudkan oleh pembicara adalah takluk atau nurut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

61

b. Homonim

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, homonim merupakan kata yang

sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya karena berasal dari sumber

yang berlainan.

(5) Perlu dilakukan dialog biar tahu sampai kelapisan paling bawah.

(6) Presiden minta rapat konsultasi lagi.

(7) Ini hanya operasi menjelang pemilu doang.

Homonim adalah kata yang mempunyai pelafalan dan ejaan yang sama,

tetapi memiliki makna berbeda. Homonim sangat berbeda dari polisemi. Polisemi

adalah kata yang memiliki lebih dari satu makna. Data tuturan (6), kata ‗tahu‘

yang terdapat pada kalimat ‗Ini juga perlu dilakukan dialog biar tahu sampai

kelapisan paling bawah‟‘ merupakan sebuah kata kerja yang seharusnya memiliki

arti mengerti, namun disalah artikan dengan kata tahu yang merupakan kata benda

yang berarti makanan dari kedelai putih yang digiling halus-halus, direbus, dan

dicetak. Kedua kata ‗tahu‘ tersebut memiliki penulisan dan pelafalan yang sama,

namun memiliki arti yang berbeda. Penulisan dan pelafalan yang sama membuat

mitra tuturnya merasa kebingungan. Mitra tutur bisa saja menangkap kalimat ‗Ini

juga perlu dilakukan dialog biar tahu sampai kelapisan paling bawah‘ berbeda

dengan yang dinyatakan oleh penutur. Makna sebenarnya yang ingin diungkapkan

oleh penutur adalah ‗dialog sangat diperlukan agar paham dan mengerti sampai

bagian yang mendasari permasalahan dibentuk‘

Data tuturan (7), kata ‗rapat‘ memiliki dua makna, yaitu 1) pertemuan atau

diskusi yang membahas suatu hal, 2) Tidak renggang, berhimpitan. Makna

‗Presiden minta rapat konsultasi lagi‘ bisa ditangkap berbeda oleh mitra tutur,

seperti Presiden meminta agar konsultasi yang dilaksanakan tidak renggang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

62

ataupun berhimpitan. Padahal makna yang dimaksudkan adalah Presiden

meminta pertemuan konsultasi. Data tuturan (8), kata ‗operasi‘ memiliki makna,

yaitu 1) bedah untuk mengobati penyakit, 2) tindakan atau gerakan militer, 3)

pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan. Makna kata ‗operasi‘ merupakan

homonim karena memiliki arti yang tidak saling berhubungan. Tuturan yang

berbunyi ‗Ini hanya operasi menjelang pemilu doang‟ pada kata „operasi‟

menimbulkan multitafsir. Makna kata ‗operasi‘ yang dimaksud oleh penutur

adalah ‗ini hanya pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan menjelang

pemilu‘

c. Sinonim

Sinonimi adalah ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frasa dan

kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan lain (Pateda,

2001b). Berikut ini adalah data kalimat yang mempunyai kata sinonim dan

memiliki ambiguitas yang dijabarkan oleh peneliti.

(8) Makanya waktu pembahasan tingkat pertama selesai Pak Muladi itu

mengeluarkan air mata.

(9) Bersatu saja belum tentu kita bisa melalui satu gelombang yang sangat

berat ini.

(10) Kita ada di situ, pada kekonyolan itu berupaya untuk menganalisis

sesuatu yang terang benderang diperlihatkan bahwa itu adalah ambisi

kursi.

(11) Perbuatan ini menunjukkan bahwa para ahli itu galau.

Data tuturan (9), kata ‗tingkat‘ bersinonim dengan kata tahapan dan level

yang memiliki makna sama tanpa mengubah konteks kalimatnya. Kalimat

‗Makanya, waktu pembahasan tingkat pertama selesai Pak Muladi itu

mengeluarkan air mata‘ memiliki arti yang sama dengan ‗Makanya, waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

63

pembahasan tahapan pertama selesai Pak Muladi itu mengeluarkan air mata‘.

Pada kata ‗mengeluarkan air mata‘ yang dimaksudkan disini adalah

mengeluarkan air mata karena menangis ataupun terharu. Hal tersebut menjadi

sebuah makna ambigu ketika orang-orang berpikir bahwa mengeluarkan air mata

bukanlah karena menangis, tetapi bisa saja mengeluarkan air mata karena ada

benda asing masuk ke mata sehingga mata mengeluarkan air mata.

Data tuturan (10), kata ‗gelombang‘ merupakan sinonim dari kata ombak,

aliran, arus, atau saluran. Sinonim tersebut memiliki makna yang sama tanpa

mengubah konteks kalimat yang ada, seperti pada kalimat yang berbunyi ‗bersatu

saja belum tentu kita bisa melalui satu gelombang yang sangat berat ini‘

mempunyai makna yang sama dengan kalimat yang berbunyi ‗bersatu saja belum

tentu kita bisa melalui satu ombak yang sangat berat ini‘. Makna kalimat yang

diungkapkan oleh penutur ditangkap berbeda dengan mitra tutur. Kata

‗gelombang‘ yang dimaksudkan disini bukanlah ombak besar yang bergulung-

gulung di laut ataupun aliran getaran suara yang bergerak dalam eter (radio),

tetapi makna kata ‗gelombang‘ yang dimaksudkan adalah rintangan ‗bersatu saja

belum tentu kita bisa melalui satu rintangan yang sangat berat ini‟.

Data tuturan (11) kata ‗ambisi‘ bersinonim dengan kata keinginan, tekad,

dan kemauan. Kalimat yang berbunyi ‗Kita ada di situ, pada kekonyolan itu

berupaya untuk menganalisis sesuatu yang sudah terang benderang diperlihatkan

bahwa itu adalah ambisi kursi‘ mempunyai arti yang sama jika kata ‗ambisi‘

diganti dengan kata sinonimnya, seperti ‗Kita ada di situ, pada kekonyolan itu

berupaya untuk menganalisis sesuatu yang sudah terang benderang diperlihatkan

bahwa itu adalah keinginan untuk mendapatkan kursi‟. Makna kalimat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

64

dituturkan oleh penutur memunculkan ambiguitas bagi mitra tutur. Makna pada

kata ‗terang benderang‘ bukanlah sesuatu yang sangat terang, tetapi yang

dimaksud oleh penutur adalah sesuatu yang sudah nyata.

Data tuturan (12), kata ‗galau‘ bersinonim dengan kata bimbang, gelisah,

cemas, sehingga mempunyai makna yang sama dengan sinonimnya. Kalimat

‗Perbuatan ini menunjukkan bahwa para ahli itu galau‟ mempunyai makna yang

sama dengan ‗Perbuatan ini menunjukkan bahwa para ahli itu sedang dilanda

kecemasan atau kegelisahan‟

Selain itu, kalimat ‗Perbuatan ini menunjukkan bahwa para ahli itu galau‘

menimbulkan ambiguitas bagi mitra tutur. Apalagi kata ‗galau‘ adalah kata

kekinian yang banyak digunakan oleh anak-anak muda zaman sekarang untuk

menggambarkan suasana hati yang sedang sedih karena percintaan atau hal yang

lainnya. Mitra tutur dapat menangkap kalimat ‗Perbuatan ini menunjukkan bahwa

para ahli itu galau‘ sebagai perbuatan itu menunjukkan bahwa para ahli sedang

sedih karena urusan percintaan. Padahal, makna kata ‗galau‘ yang dimaksud oleh

penutur adalah bimbang, gelisah, maupun kecemasan.

4.3 Pembahasan

Setelah peneliti menganalisis data tuturan ambiguitas pada peristiwa tutur

dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019, dalam

analisis tersebut peneliti mengulas jenis ambiguitas, makna yang mengandung

ambiguitas, dan diksi yang mengandung ambiguitas. Pada sub bab ini, peneliti

akan menjelaskan temuan data-data hasil analisis penelitian yang secara

keseluruhan didapatkan dari proses analisis sebelumnya, yaitu pada sub bab 4.2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

65

Beberapa teori yang digunakan peneliti dan sub bab pembahasan ini, yaitu

teori yang disampaikan oleh Djajasudarma sebagai landasan analisis mengenai

ambiguitas fonetik, teori Chaer sebagai landasan analisis mengenai ambiguitas

leksikal, dan teori Dewa Putu dan Rohmadi sebagai landasan analisis mengenai

ambiguitas gramatikal. Marafad sebagai landasan analisis mengenai makna

konotatif dan teori Chaer sebagai landasan analisis mengenai makna

nonreferensial. Kemudian, peneliti menggunakan teori Parera sebagai landasan

analisis mengenai polisemi, teori dari Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai

landasan analisis mengenai homonim, serta teori Pateda sebagai landasan analisis

mengenai sinonim.

Dalam data yang telah peneliti analisis, peneliti mencantumkan latar

belakang ambiguitas dalam tuturan yang peneliti analisis. Tuturan tersebut terjadi

pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club yang tayang di TvOne setiap hari

Selasa dan dipandu oleh Karni Tyas.

Selanjutnya, pembahasan akan didasarkan pada tiga pokok rumusan

masalah yang diangkat dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian dan

keserasian teori dengan hasil temuan data-data hasil penelitian. Tiga pokok

rumusan masalah tersebut meliputi jenis ambiguitas, makna yang menimbulkan

ambiguitas, dan diksi yang menimbulkan ambiguitas.

Hasil dari penelitian ini akan dipaparkan dengan urutan pertama, yakni

mendeskripsikan jenis ambiguitas yang muncul dalam dialog interaktif Indonesia

Lawyers Club Periode Juli—September 2019. Kedua, yaitu mendeskripsikan

makna yang mengandung ambiguitas dalam dialog interaktif Indonesia Lawyers

Club Periode Juli—September 2019. Ketiga cara yang digunakan oleh orang tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

66

menanamkan kesantunan berbahasa melalui implikatur, dan yang terakhir, yaitu

mendeskripsikan makna implikatur percakapan dalam tuturan orang tua kepada

anak untuk menanamkan kesantunan berbahasa. Berikut pembahasan hasil analisis

terhadap ketiga poin penting tersebut.

4.3.1 Ambiguitas

Setiap kata dalam suatu bahasa memeiliki kemungkinan ada makna lebih

dari satu. Akibatnya, mitra tutur sering melakukan kesalahan dalam menafsirkan

makna suatu kata. Makna suatu kata dapat saja berbeda tergantung pada konteks

kalimatnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan berbagai tuturan yang memiliki

ambiguitas. Berbekal pendapat menurut KBBI dan berbagai pendapat para ahli

peneliti memperoleh tiga belas tuturan yang mengandung ambiguitas fonetik,

ambiguitas leksikal, dan ambiguitas gramatikal. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008:50) ambiguitas memiliki pengertian, yaitu (1) sifat atau hal yang

bermakna dua atau kemungkinan yang mempunyai dua pengertian, (2)

ketidaktentuan dan ketidakjelasan, (3) kemungkinan adanya makna atau

penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra, dan (4) kemungkinan

adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat.

Lain halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chaer, yaitu mbiguitas atau

ketaksaan merupakan gejala kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang

berbeda yang umumnya terjadi pada bahasa tulis (Chaer, 2003). Walaupun,

menurut Chaer ambiguitas muncul pada bahasa tulis, bagi peneiti tidak menutup

kemungkinan bahwa ambiguitas juga dapat muncul pada bahasa lisan. Dari

beberapa konsep ambiguitas yang diterangkan oleh para ahli di atas, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

67

mengambil kesimpulan bahwa ambiguitas adalah makna yang menimbulkan

multitafsir bagi mitra tuturnya.

Peneliti menggunakan teori Ullman (diadaptasi dari Sumarsono) dalam

mengelompokkan jenis-jenis ambiguitas seperti, ambiguitas fonetik, ambiguitas

leksikal, dan ambiguitas gramatikal. Ketiga jenis ambiguitas ini diteliti

berdasarkan dari teori masing-masing ambiguitas. Ambiguitas fonetik, peneliti

menggunakan teori menurut Pateda (2001:202) sebagai landasan untuk

menemukan ambiguitas fonetiik yang terdapat dalam tuturan dialog interaktif

Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019. Menurutnya, ambiguitas

fonetik timbul akibat membaurnya bunyi-bunyi bahasa yang diujarkan, kadang

karena kata-kata yang membentuk kalimat diujarkan terlalu cepat sehingga

menjadi ragu akan makna kalimat yang diujarkan.

Pada ambiguitas fonetik ini peneliti menemukan salah satu ambiguitas

fonetik yang disebabkan oleh atrikulatoris, yaitu monopoli. Ambiguitas fonetik

terjadi karena adanya penambahan fonem. Selain itu, ambiguitas fonetik terjadi

karena kata yang diucapkan terlalu cepat ataupun ketidakjelasan jeda saat sebuah

kata dituturkan. Pembauran bunyi bahasa tersebut mengakibatkan ketidakjelasan

Agar kata yang dituturkan dapat dipahami, penuturannya harus memperlambat

dan memberi jeda pada bunyi bahasa yang membaur tersebut.

Ambiguitas yang kedua adalah ambiguitas leksikal. Peneliti menggunakan

teori Chaer (2014:308) yang menjelaskan bahwa ambiguitas leksikal terjadi

karena interprestasi tata bahasa tetapi karena homonim dan polisemi. Homonin

merupakan dua kata yang sama tetai mempunyai makna yang berbeda, sedangkan

polisemi adalah satu kata yang memiliki banyak mana yang saling bekaitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

68

Ambiguitas leksikal berkaitan dengan makna yang terkandung pada setiap

kata yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh kata homonim adalah salam

memiliki arti ucapan ataupun sebuah tananaman berbentuk daun. Contoh kata

polisemi adalah pada kata ekor yang memiliki banyak makna seperti 1) bagian

tubuh binatang dan sebagainya yang paling belakang, baik berupa sambungan dari

tulang punggung maupun sebagai lekatan 2) kata penggolong untuk binatang, 3)

sesuatu yang rupanya (keadaannya) seperti ekor, 4) bagian yang di belakang

sekali (tentang pesa-wat, pasukan dan sebagainya), 5) akibat dari kejadian atau

keadaan sebelumnya, 6) orang yang harus ditanggung (diurus, dibiayai dan

sebagainya) 7) tanggungan.

Ambiguitas yang ketiga adalah ambiguitas gramatikal. Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan teori Wijana untuk membahas mengenai ambiguitas

gramatikal. Ambiguitas gramatikal merupakan ketaksaan yang terbentuk karena

proses penggabungan satuan-satuan lingual menurut sistem bahasa tertentu

(Wijana, 2008). Peneliti berpendapat bahwa ambiguitas gramatikal terjadi karena

proses-proses gramatikal, seperti reduplikasi, afiksasi, ataupun komposisi.

4.3.2 Makna

Dalam teori di penelitian ini, peneliti menemukan tipe-tipe makna menurut

Chaer (2003:289), seperti 1) berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata

atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna

nonreferensial, 2) berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau

leksem, dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif, 3)

berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

69

dan makna istilah, 4) berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan

menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif dan sebagainya. Peneliti

menggunakan tipe-tipe makna menurut Chaer sebagai landasan untuk menemukan

tipe makna yang sesuai dengan keambiguitasan karena tidak semua tipe makna

bisa dikaitkan sebagai ambiguitas.

Berdasarkan tipe-tipe makna yang diungkapkan oleh Chaer diatas, peneliti

hanya membahas dua tipe makna, yaitu makna konotatif dan makna

nonreferensial. Makna konotatif adalah makna kiasan atau makna yang memiliki

tambahan nilai rasa (Marafad, 2011). Misalnya,

Selain makna konotatif ada makna non referensial. Makna non referensial

merupakan makna yang tidak memiliki acuan atau referen. Kata preposisi,

konjungsi, ataupun kata tugas lainnya merupakan makna non referensial. Makna

non referensial merupakan kata yang tidak memiliki referen atau tidak memiliki

wujud benda yang diacu oleh makna tersebut, contohnya kata sehingga, tetapi,

dan, atau, dan walaupun.

4.3.3 Diksi

Di dalam sebuah tindak tutur, diksi atau pilihan kata merupakan salah satu

unsur penting yang harus diperhatikan oleh penutur. Hal ini dikarenakan agar

mitra tutur mengerti makna atau konteks yang dimaksudkan oleh penutur. Diksi

tidak hanya mengenai ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mengenai kata yang

dipilih mampu memengaruhi imajinasi pembacanya.

Diksi berasal dari kata dictionary (bahasa Inggris yang kata dasarnya

diction) berarti perihal pemilihan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

70

(Putrayasa, 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diksi dapat diartikan

sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk

mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu seperti yang

diharapkan. Dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan berbagai jenis-jenis diksi,

seperti sinonim, antonim, polisemi, homonim, hiponim, dan hipernim, tetapi data

yang diperoleh oleh peneliti hanya sinonim, polisemi, dan homonim.

Sinonim merupakan kata-kata yang sinonim memiliki makna yang

‗sama‘, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda (Verhaar, 2004). Sinonim

adalah hubungan atau relasi persamaan makna, jadi bentuk kebahasaan yang satu

memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain (Wijana, 2008).

Kata yang bersinonim memiliki makna yang sama tetapi dalam bentuk kata yang

berbeda. Penulis dan penutur harus berhati-hati ketika menggunakan kata untuk

menyampaikan makna yang akan diungkapkan kepada pembaca maupun mitra

tutur, seperti pada kata wafat dan mati. Kedua kata tersebut sama-sama memiliki

makna yang sama yaitu mati atau sudah tiada. Kata wafat untuk orang dan kata

mati untuk benda, tumbuhan, ataupun hewan.

Polisemi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008:1305)

menyatakan polisemi merupakan bentuk bahasa (kata, frasa, dan sebagainya) yang

mempunyai makna lebih dari satu. Selain itu, polisemi adalah kata-kata yang

mengandung makna lebih dari satu, tetapi makna itu masih berhubungan dengan

makna dasarnya disebut juga kata beraneka (Sudaryat, 2009). Ambiguitas dan

polisemi sebenarnya tidak bisa dibedakan karena sama-sama memiliki banyak

makna yang berbeda. Perbedaan yang mencolok antara polisemi dan ambiguitas

terletak pada bentuknya. Ambiguitas memiliki banyak makna jika dilihat dari satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

71

bentuk kalimat, sedangkan polisemi memiliki banyak makna jika dilihat dati satu

bentuk kata, contohnya pada kata kepala.

Pada pengertian homonim, peneliti menggunakan pengertian dari seorang

ahli yang bernama Tarigan (2009:26) yang mengatakan bahwa homonim dalam

ilmu bahasa adalah kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung arti dan

pengertian berbeda. Peneliti menemukan kata yang berhomonim, seperti pada kata

tahu, rapat, dan operasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

72

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini peneliti memaparkan dua hal pokok yaitu, (1) simpulan, (2)

saran. Simpulan berisi rangkuman secara menyeluruh isi dari penelitian ini. Saran

bersisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan pada penelitian-penelitian

selanjutnya, baik bagi peneliti, maupun bagi peneliti-peneliti lainnya. Berikut

paparan terkait simpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul

Ambiguitas Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September

2019, peneliti menyimpulkan bahwa makna ambiguitas yang dikemas dalam

dialog interaktif tersebut sering kali terjadi secara tidak sengaja yang membuat

mitra tutur bingung dengan makna yang dimaksud oleh penutur. Oleh karena itu,

mitra tutur dituntut untuk lebih jeli dalam menyerap makna yang dimaksud oleh

penutur agar tidak menimbulkan multitafsir. Peneliti menemukan empat puluh

satu data ambiguitas pada makna yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur.

Pada dasarnya ketaksaan atau yang biasa disebut ambiguitas merupakan

salah satu penyimpangan dalam kegiatan berbahasa. Ada tiga bentuk ketaksaan

yang terjadi, yakni ketaksaan fonetik, gramatikal, dan leksikal. Peneliti

menemukan fenomena makna yang mengandung ambiguitas berupa makna

konotatif yang mengandung ambiguitas dan makna nonreferensial yang

mengandung ambiguitas. Selain itu, beberapa penyebab ambiguitas, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

73

kurangnya penanda ejaan, kesalahan peletakan unsur dalam kalimat, pemilihan

kata yang kurang tepat dengan teks bahasa sumber, serta adanya unsur homonim

dan polisemi. Peneliti menemukan beberapa fenomena diksi yang mengandung

ambiguitas, yaitu diksi berpolisemi, berhomonim, dan bersinonim.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti menyadari bahwa

masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti

mengajukan beberapa saran bagi peneliti selanjutnya terutama dalam melakukan

penelitian yang sejenis. Berikut merupakan beberapa saran yang dapat peneliti

berikan:

1. Bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mencari tahu

seberapa besar penggunaan ambiguitas dimasyarakat khususnya pada acara

talkshow Indonesia Lawyers Club. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian

yang masih terbilang baru dan jarang diteliti oleh banyak peneliti. Peneliti

berharap bahwa penelitian ini dapat berguna bagi program studi untuk

dipergunakan dalam hal memperkaya litelatur pembahasan mengenai ambiguitas.

2. Bagi masyarakat umum atau pembaca

Penelitian ini pada dasarnya meneliti mengenai tuturan ambiguitas antar

pembicara Indonesia Lawyers Club. Peneliti berharap, kedepannya terdapat

penelitian serupa yang mungkin dapat memperkaya pengetahuan dan pembahasan

mengenai tuturan ambiguitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

74

DAFTAR PUSTAKA

Alwi. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Aminuddin. (2008). Semantik Pengantar Studi Makna. Bandung: Sinar Baru

Agensindo.

Aminuddin. (2011). Semantik Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar

Baru Agensindo.

Chaer, A. (1995). Sosiolinguistik : Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum cetakan ketiga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, A. (2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, A. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Djajasudarma, F. (1999). Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Djajasudarma, F. (2008). Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:

Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna.

Djajasudarma, F. (2012). Semantik 1- Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung:

Refika Aditama.

Gorys, K. (2004). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores:

Nusa Indah.

Hardiyanto. (2008). Leksikologi. Yogyakarta: Kanwa.

Hermintoyo, M. (2019). Ambiguitas dalam Humor Parikan atau Pantun Kilat

sebagai Pelesetan Makna. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra, 14(2), 160.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

75

https://doi.org/10.14710/nusa.14.2.160-168

Keraf, G. (2002). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kutha, R. N. (2009). Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Mataram: Rajawali Pers.

Marafad. (2011). Mutiara Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Puitika.

Marsono. (1999). Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Parera. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pateda, M. (2001a). Semantik Leksikal: edisi kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pateda, M. (2001b). Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pateda, M. (2010). Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Putrayasa, I. B. (2007). Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung:

Refika Aditama.

Rahardi, K. (2009). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Rahardi, K. (2009). Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang.

Jakarta: Erlangga.

Rahardi, K. (2010). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Ramlan. (2009). Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.

Yogyakarta: CV. Karyono.

Setyawati, N. (2013). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan

Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

76

Siswono. (2014). Teori dan Praktik (Diksi, Gaya Bahasa, dan Pencitraan).

Yogyakarta: Deepublish.

Subroto, E. (2011). Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta:

Cakrawala Media.

Sudaryat, Y. (2009). Makna dalam Wacana (Prinsip-prinsip Semantik dan

Pragmatik). Bandung: Yrama Widya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabet.

Sumarsono. (2007). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Suwandi, S. (2008). Semantik: Penganta Kajian Makna. Yogyakarta: Media

Perkasa.

Tarigan. (2009). Pengkajian Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Tarigan. (2015). Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Verhaar. (2004). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada

Univetsity Press.

Wahyu, W. (2001). Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wijana, D. P. dan M. R. (2008). SEMANTIK: Teori dan Analisis. Surakarta:

Yuma Pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

77

LAMPIRAN

TRIANGULASI DATA

Ambiguitas dalam Peristiwa Tutur Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019

Oleh: Eka Averia Desyyanti / 161224011

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.

Berikut ini adalah hasil analisis data penelitian Ambiguitas dalam Peristiwa Tutur Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club Periode

Juli—September 2019 yang perlu dicek oleh ahli atau pakar. Berilah tanda centang (✓) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang

menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis kesalahan berbahasa.

No Jenis ambiguitas yang

banyak terjadi pada

peristiwa tutur

Analisis Kesalahan Triangulator

Keterangan Alasan Setuju Tidak Setuju Komentar

1. Ini kekacauan kita

seolah-olah Pancasila

itu hanya dimonopoli.

Ambiguitas

Fonetik

Ambiguitas fonetik adalah

ambiguitas yang ditimbulkan

karena ketidakjelasan struktur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

78

fonetik dalam satu kata

maupun kalimat. Kata

monopoli pada kalimat

tersebut merupakan

ambiguitas fonetik.

Peneliti memilih data ini

karena kata monopoli jika

diucapkan menggunakan jeda

akan berbeda artikulasinya.

2. Itu baru bunganya saja

belum pokoknya.

Ambiguitas

Fonetik

Ambiguitas fonetik adalah

ambiguitas yang ditimbulkan

karena ketidakjelasan struktur

fonetik dalam satu kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

79

maupun kalimat. Kata bunga

pada kalimat tersebut

merupakan ambiguitas

fonetik.

3. Kita pribadi saja yang

tidak presiden yang

tidak dipilih 100 juta

rakyat Indonesia kalau

diserang kehormatan

kita, kita menuntut.

Konon lagi seorang

kepala Negara.

Ambiguitas

Leksikal

Ambiguitas leksikal adalah

sebuah kata yang mengacu

pada suatu yang berbeda

sesuai dengan lingkungan

pemakaiannya. Ambiguitas

leksikal dilihat dari bentuk

polisemi dan homonim,

sehingga kata kepala

merupakan salah satu bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

80

ambiguitas leksikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata kepala

merupakan salah satu bentuk

polisemi.

4. Ketika sebelumnya

saling serang, ketika

sebelumnya saling

evaluasi tapi di akhir

masa jabatan ini malah

sama-sama saling

menyepakati RUU-

RUU bermasalah.

Ambiguitas

Leksikal

Ambiguitas leksikal adalah

sebuah kata yang mengacu

pada suatu yang berbeda

sesuai dengan lingkungan

pemakaiannya. Ambiguitas

leksikal dilihat dari bentuk

polisemi dan homonim,

sehingga kata serang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

81

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas leksikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata serang

merupakan salah satu bentuk

homonym yang homograf.

5. Kasian dong saya

memimpin tanpa wakil.

Ambiguitas

Leksikal

Ambiguitas leksikal adalah

sebuah kata yang mengacu

pada suatu yang berbeda

sesuai dengan lingkungan

pemakaiannya. Ambiguitas

leksikal dilihat dari bentuk

polisemi dan homonim,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

82

sehingga kata wakil

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas leksikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata wakil merupakan

salah satu bentuk polisemi.

6. Kami ingin mendorong

supaya presiden

mendengarkan.

Ambiguitas

Gramatikal

Ambiguitas gramatikal

adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

83

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata mendorong

merupakan salah satu

ambiguitas gramatikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata mendorong

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas gramatikal yang

terjadi karena afiksasi.

7. Ada 68 juta lebih rakyat Ambiguitas Ambiguitas gramatikal ✓

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

84

Indonesia yang

menjatuhkan pilihan

kepada Pak Prabowo

Sandi.

Gramatikal adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata menjatuhkan

merupakan salah satu

ambiguitas gramatikal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

85

Peneliti memilih data ini

karena kata menjatuhkan

merupakan salah satu salah

satu bentuk ambiguitas

gramatikal yang terjadi

karena afiksasi.

8. Bagaimana perjuangan

mengadu gagasan.

Ambiguitas

Gramatikal

Ambiguitas gramatikal

adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

86

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata mengadu

merupakan salah satu

ambiguitas gramatikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata mengadu

merupakan salah satu salah

satu bentuk ambiguitas

gramatikal yang terjadi

karena afiksasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

87

9. Saya pribadi tentunya

memiliki satu

pandangan.

Ambiguitas

Gramatikal

Ambiguitas gramatikal

adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata pandangan

merupakan salah satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

88

ambiguitas gramatikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata pandangan

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas gramatikal yang

terjadi karena afiksasi.

10. Saya ingin

menyinggung hal yang

terkait dengan RKUHP

yang menjadi topik

utama pada malam ini.

Ambiguitas

Gramatikal

Ambiguitas gramatikal

adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

89

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata

menyinggung merupakan

salah satu ambiguitas

gramatikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata menyinggung

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas gramatikal yang

terjadi karena afiksasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

90

11. Terakhir saya

mendoakan Pak Jokowi

di periode keduanya ini

itu bisa lebih baik, lebih

peka lagi dengan

kebutuhan rakyat

dimampukan oleh Yang

Maha Kuasa untuk

melunasi janji-janji

kampanyenya selama

ini.

Ambiguitas

Gramatikal

Ambiguitas gramatikal

adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata janji-janji

merupakan salah satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

91

ambiguitas gramatikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata janji-janji

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas gramatikal yang

terjadi karena reduplikasi.

12. Sebetulnya kami polos-

polos saja melihat

politik.

Ambiguitas

Gramatikal

Ambiguitas gramatikal

adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

92

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata polos-polos

merupakan salah satu

ambiguitas gramatikal.

Peneliti memilih data ini

karena kata polos-polos

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas gramatikal yang

terjadi karena reduplikasi.

13. Jangan ada orang yang Ambiguitas Ambiguitas gramatikal ✓

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

93

bersembunyi dengan

kekuatannya di

belakang menjadi

dalang-dalang.

Gramatikal adalah ambiguitas yang

terjadi karena sebuah proses

pembentukan suatu

ketatabahasaan baik kata,

frasa, maupun kalimat. Di

dalam semantik, makna

gramatikal hadir sebagai

akibat adanya proses

gramatikal, seperti proses

afiksasi, reduplikasi, dan

komposisi. Kata dalang-

dalang merupakan salah satu

ambiguitas gramatikal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

94

Peneliti memilih data ini

karena kata dalang-dalang

merupakan salah satu bentuk

ambiguitas gramatikal yang

terjadi karena reduplikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

95

No Makna yang

Mengandung

Ambiguitas

Analisis Makna Ambiguitas Triangulator

Keterangan Alasan Setuju Tidak Setuju Komentar

1. Demokrasi

menggantikan prinsip-

prinsip totaliter tirani-

tirani ketika tirani

dirontokkan.

Makna

konotatif

Makna konotatif adalah

makna yang bukan dalam

artian yang sebenarnya. Kata

‗dirontokkan‟ mempunyai

kata dasar ‗rontok‘ dapat

masuk ke dalam jenis makna

konotatif karena bukan dalam

arti yang sebenarnya.

2. Ketika nenek moyang

kita memang bangsa

Makna

Konotatif

Makna konotatif adalah

makna yang bukan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

96

pelaut dan mengambil

kendali laut dunia ini

menerawangi dengan

kapal yang sederhana

kemana-mana dan itu

luar biasa.

artian yang sebenarnya. Kata

‗menerawangi‟ mempunyai

kata dasar ‗terawang‘ dapat

masuk ke dalam jenis makna

konotatif karena bukan dalam

arti yang sebenarnya.

3. Selalu saja ada

kambing hitam dalam

kegagalan.

Makna

Konotatif

Makna konotatif adalah

makna yang bukan dalam

artian yang sebenarnya. Arti

kata dari ‗kambing hitam‟

dapat masuk ke dalam jenis

makna konotatif karena bukan

dalam arti yang sebenarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

97

4. Pertama-tama saya

ingin mengucapkan

terima kasih sudah

menjadi pilar dalam

demokrasi kita dan

memperkaya diskusus

pada periode pilpres

kemarin.

Makna

Konotatif

Makna konotatif adalah

makna yang bukan dalam

artian yang sebenarnya. Kata

‗pilar‟ dapat masuk ke dalam

jenis makna konotatif karena

bukan dalam arti yang

sebenarnya.

5. Tapi yang mereka

persoalkan itu soal

kumpul kebo.

Makna

Konotatif

Makna konotatif adalah

makna yang bukan dalam

artian yang sebenarnya. Kata

‗kumpul kebo‘ dapat masuk ke

dalam jenis makna konotatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

98

karena bukan dalam arti yang

sebenarnya.

6. Jadi, saya mencoba

mendalami perasaan

presiden.

Makna

nonreferensial

Makna nonreferensial

merupakan makna kata yang

tidak memiliki makna

referensial atau dalam artian

tidak memiliki gambaran

dalam dunia nyata. Kata ‗jadi‟

merupakan salah satu makna

nonreferensial.

7. Modalnya untuk

membayar utang lebih

besar daripada kita.

Makna

nonreferensial

Makna nonreferensial

merupakan makna kata yang

tidak memiliki makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

99

referensial atau dalam artian

tidak memiliki gambaran

dalam dunia nyata. Kata

‗untuk‟ merupakan salah satu

makna nonreferensial.

8. Saya bisa ngerti

perasaan orang seperti

Roma Irama.

Makna

nonreferensial

Makna nonreferensial

merupakan makna kata yang

tidak memiliki makna

referensial atau dalam artian

tidak memiliki gambaran

dalam dunia nyata. Kata

‗seperti‟ merupakan salah satu

makna nonreferensial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

100

9. Kita lihat dulu

masyarakat karena ini

ada tekanan.

Makna

nonreferensial

Makna nonreferensial

merupakan makna kata yang

tidak memiliki makna

referensial atau dalam artian

tidak memiliki gambaran

dalam dunia nyata. Kata ‗ini‟

merupakan salah satu makna

nonreferensial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

101

No Diksi pada kalimat

yang Mengandung

Ambiguitas

Analisis Makna Diksi Triangulator

Keterangan Alasan Setuju Tidak Setuju Komentar

1. Kubu kiri, kubu kanan,

kubu Pancasila, kubu

Islam, dan lain-lain.

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗kubu‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

makna lebih dari satu.

2. Jadi, mereka tumbuh Polisemi Polisemi merupakan kata ✓

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

102

menjadi organisasi

eksklusif yang tidak bisa

di kontrol terjadi

pembusukan di dalam.

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗tumbuh‘ merupakan

kata polisemi karena

memiliki makna lebih dari

satu.

3. Ikut rapat konsultasi

dengan presiden sekitar

empat kali khusus

Undang-Undang tentang

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

103

KPK. hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗rapat‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

makna lebih dari satu.

4. Selama beberapa tahun

ini Jakarta sebagai pusat

pikiran ini tenggelam.

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗tenggelam‘ merupakan

kata polisemi karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

104

memiliki makna lebih dari

satu.

5. Jalan kaki, bebas emisi,

dan angkutan umum.

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗emisi‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

makna lebih dari satu.

6. Ketika ada kasus dia ada

cerita mengenai dia

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

105

sudah kawin sebelum

masuk ke akademi

militer dia datang

sendiri ke POLDA

untuk mengadukan

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗kawin‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

makna lebih dari satu.

7. Jujur setiap langkah Pak

Prabowo kita selalu

berkonsultasi.

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

106

kata ‗langkah‘ merupakan

kata polisemi karena

memiliki makna lebih dari

satu.

8. Kita merasa

tersinggung, kita tidak

dijemput, kita tidak

dihargai ketika kita

masuk kita sadar ini

bukan negara kita. Dan

kita harus tunduk.

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗tunduk‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

makna lebih dari satu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

107

9. Kita sangat

menyayangkan

tudingan-tudingan yang

sangat liar.

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗liar‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

makna lebih dari satu.

10. Presiden kan bisa punya

alat.

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

108

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗alat‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

makna lebih dari satu.

11. Bagus niatnya mungkin

agar kemudian pejalan

kaki dapat tempat lebih

terhormat, tapi jadi

kontradiktif dengan

pencemaran udara yang

semakin masif karena

kemacetan yang

Polisemi Polisemi merupakan kata

yang memiliki makna lebih

dari satu, tetapi makna

tersebut masih memiliki

hubungan dengan makna

yang lainnya. Oleh sebab itu,

kata ‗masif‘ merupakan kata

polisemi karena memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

109

berkepanjangan. makna lebih dari satu.

12. Perlu dilakukan dialog

biar tahu sampai

kelapisan paling bawah.

Homonim Homonim adalah sebuah

kata, frasa, atau kalimat yang

mempunyai bentuk yang

sama dengan kata, frasa, atau

kalimat, tetapi memiliki

makna yang berbeda. Kata

‗tahu‘ merupakan salah satu

kata berhomonim.

13. Presiden minta rapat

konsultasi lagi.

Homonim Homonim adalah sebuah

kata, frasa, atau kalimat yang

mempunyai bentuk yang

sama dengan kata, frasa, atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

110

kalimat, tetapi memiliki

makna yang berbeda. Kata

‗rapat‘ merupakan salah satu

kata berhomonim.

14. Ini hanya operasi

menjelang pemilu

doang.

Homonim Homonim adalah sebuah

kata, frasa, atau kalimat yang

mempunyai bentuk yang

sama dengan kata, frasa, atau

kalimat, tetapi memiliki

makna yang berbeda. Kata

‗operasi‘ merupakan salah

satu kata berhomonim.

15. Jangan dikaitkan jujur Sinonim Sinonim atau persamaan ✓

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

111

kami keberatan.

makna adalah suatu bentuk

kata yang memiliki bentuk

yang berbeda, tetapi memiliki

arti atau pengertian yang

sama. Oleh karena itu, kata

‗keberatan‘ merupakan kata

sinonim dengan kata terlalu

berat, penolakan, protes, dan

keluhan.

Penutur harus berhati-hati

dan memperhatikan konteks

ketika menggunakan kata,

apalagi kata-kata dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

112

bentuk sinonim untuk

menyampaikan makna yang

akan diungkapkan kepada

pembaca maupun mitra tutur.

16. Makanya waktu

pembahasan tingkat

pertama selesai Pak

Muladi itu

mengeluarkan air mata.

Sinonim Sinonim atau persamaan

makna adalah suatu bentuk

kata yang memiliki bentuk

yang berbeda, tetapi memiliki

arti atau pengertian yang

sama. Oleh karena itu, kata

‗tingkat‘ merupakan kata

sinonim dengan kata tahap,

bagian, dan level.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

113

Penutur harus berhati-hati

dan memperhatikan konteks

ketika menggunakan kata,

apalagi kata-kata dalam

bentuk sinonim untuk

menyampaikan makna yang

akan diungkapkan kepada

pembaca maupun mitra tutur.

17. Bersatu saja belum tentu

kita bisa melalui satu

gelombang yang sangat

berat ini.

Sinonim Sinonim atau persamaan

makna adalah suatu bentuk

kata yang memiliki bentuk

yang berbeda, tetapi memiliki

arti atau pengertian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

114

sama. Oleh karena itu, kata

‗gelombang‘ merupakan kata

sinonim dengan kata ombak,

arus, dan aliran.

Penutur harus berhati-hati

dan memperhatikan konteks

ketika menggunakan kata,

apalagi kata-kata dalam

bentuk sinonim untuk

menyampaikan makna yang

akan diungkapkan kepada

pembaca maupun mitra tutur.

18. Kita ada di situ, pada Sinonim Sinonim atau persamaan ✓

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

115

kekonyolan itu berupaya

untuk menganalisis

sesuatu yang sudah

terang benderang

diperlihatkan bahwa itu

adalah ambisi kursi.

makna adalah suatu bentuk

kata yang memiliki bentuk

yang berbeda, tetapi memiliki

arti atau pengertian yang

sama. Oleh karena itu, kata

‗ambisi‘ merupakan kata

sinonim dengan kata

keinginan, target, dan tekad.

Penutur harus berhati-hati

dan memperhatikan konteks

ketika menggunakan kata,

apalagi kata-kata dalam

bentuk sinonim untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

116

menyampaikan makna yang

akan diungkapkan kepada

pembaca maupun mitra tutur.

19. Perbuatan ini

menunjukkan bahwa

para ahli itu galau.

Sinonim Sinonim atau persamaan

makna adalah suatu bentuk

kata yang memiliki bentuk

yang berbeda, tetapi memiliki

arti atau pengertian yang

sama. Oleh karena itu, kata

‗galau‘ merupakan kata

sinonim dengan kata

bimbang, bingung, dan

gelisah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

117

Penutur harus berhati-hati

dan memperhatikan konteks

ketika menggunakan kata,

apalagi kata-kata dalam

bentuk sinonim untuk

menyampaikan makna yang

akan diungkapkan kepada

pembaca maupun mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: AMBIGUITAS DALAM PERISTIWA TUTUR DIALOG INTERAKTIF

119

BIOGRAFI PENULIS

Penulis lahir di Jakarta, 3 Desember 1997. Pendidikanya

dimulai pada jenjang Taman Kanak-kanak (TK) di TK

Notre Dame pada 2002 dan lulus pada 2004. Kemudian

penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD) di SD

Notre Dame dan lulus pada 2010. Selanjutnya, penulis

menempuh jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

SMP Notre Dame dan lulus pada tahun 2013. Lalu,

penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di

SMA Notre Dame dan lulus pada tahun 2016. Sejak tahun 2016, penulis

memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi sebagai salah

satu mahasiswi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia menempuh jalur skripsi untuk

mendapatkan gelar S-1. Skripsi yang ia tulis berjudul Ambiguitas dalam Peristiwa

Tutur Dialog Interaktif Indonesia Lawyers Club Periode Juli—September 2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI