tugas material polimer

21
TUGAS MATERIAL POLIMER STRUKTUR DAN SIFAT POLIMER KELOMPOK VI KHAIRUL UMAM (0405040392) NUR HIMAWAN A (0405040538) NURMAWATI (0405040546)

Upload: api-3717635

Post on 07-Jun-2015

5.974 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

struktur polimer dan kaitannya dengan sifat polimer

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Material Polimer

TUGAS MATERIAL POLIMER

STRUKTUR DAN SIFAT POLIMER

KELOMPOK VI

KHAIRUL UMAM (0405040392)

NUR HIMAWAN A (0405040538)

NURMAWATI (0405040546)

DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

2007

Page 2: Tugas Material Polimer

BAB I

STRUKTUR KIMIA POLIMER

I.1. Identitas Monomer (Monomer Identity)

Identitas polimer yang terdiri dari monomer-monomer adalah sifat utama dan

yang penting dari polimer. Tatanama polimer biasanya berdasarkan pada tipe monomer

yang menyusun polimer. Polimer yang terdiri dari hanya satu jenis monomer disebut

homopolimer, contohnya yaitu Poly(styrene) yang terdiri dari monomer-monomer styrene.

Sedangkan polimer yang terdiri dari campuran beberapa monomerdisebut kopolimer,

contohnya yaitu Etilen Vinil Asetat yang terdiri atas lebih dari satu macam monomer.

Molekul polimer yang mengandung sub-unit yang dapat diionisasi disebut sebagai

polyelectrolyte. Polyelectrolyte yang mengandung subunit yang fraksi ionisasinya rendah

disebut ionomer.

I.2. Chain Linearity

Bentuk paling sederhana dari molekul polimer adalah rantai lurus atau disebut juga

sebagai polimer linear yang terdiri dari satu rantai utama. Fleksibilitas dari rantai polimer

yang tidak bercabang di pengaruhi oleh persistence length (sifat dasar mekanis yang

mengukur kekakuan dari polimer panjang). Molekul polimer bercabang disusun dari

rantai utama dengan satu atau lebih cabang. Beberapa tipe khusus dari polimer

bercabang adalah star polymers, comb polymers, dan brush polymers. Jika polimer

mengandung rantai cabang yang komposisinya berbeda dengan rantai utama maka dia

disebut grafted polymer. Cross-link menunjukkan dimana titik percabangan dimulai.

a. Linear Polymer

Polimer linear tersusun atas satu rantai panjang yang kontinu, tanpa adanya

percabangan dari rantai tersebut.

Gambar struktur linear adalah sebagai berikut 2:

b. Branched Polymer

Branched polymer terdiri atas satu rantai utama yang mempunyai rantai molekul lebih

kecil sebagai cabang. Sebuah struktur rantai bercabang cendrung menurunkan

tingkat kristanilitas ( cristanility ) dan kepadatan ( density ) polymer tersebut. Susunan

Page 3: Tugas Material Polimer

geometrik dari ikatan bukan merupakan penyebab bervariasinya stuktur polymer.

Branched polymer terbentuk ketika terdapat rantai cabang yang menempel pada

rantai utama.contoh sederhana dari branched polymer seperti terlihat pada gambar di

bawah.

Terdapat berbagai jenis branched polymer yang dapat terbentuk. Salah satunya yang

dinamakan dengan star-branching. Star-branching terbentuk ketika polimerisasi

dimulai dengan single monomer dan mempunyai cabang radial keluar. Polymer

dengan tingkat kecabangan yang tinggi disebut dendrimers. Sering kali pada molekul

ini, tiap cabangnya mempunyai cabang lagi. Ini menyebabkan keseluruhan

molekulnya mempunyai bentuk spherical.

c. Cross-Linking

Cross-linking dalam polymer terjadi ketika ikatan valensi primer terbentuk antara

moleku-molekul rantai polymer yang terpisah. Selain ikatan dimana monomer

membentuk rantai polymer, ikatan polymer yang lain terbentuk diantara polymer

tetangganya. Ikatan ini dapat terbentuk secara langsung diantara rantai tetangganya,

atau dua rantai dapat terikat menjadi rantai yang lain. Walupun tidak sekuat ikatan

pada rantai, cross-links mempunyai peran yang sangat pentin pada polymer. Polymer

mempunyai ikatan cross-links yang banyak mempunyai "memory." Ketika polymer

diregangkan, ikatan cross-links mencegah rantai untuk berpisah. Ikatan ini

memperkuat, namun ketika tegangan dihilangkan maka struktur akan kembali ke

bentuk semula dan objek pun demikian.

I.3. Ukuran Rantai (Chain Size)

Sifat jenuh polimer sangat bergantung pada ukuran dari rantai polimer. Seperti

kebanyakan molekul, ukuran molekul polimer dapat digambarkan melalui berat molekul

Pada polimer, berat molekul dapat digambarkan oleh derajat polimerisasi, yaitu jumlah

monomer yang membentuk polimer. Untuk polimer sintetik, berat molekul digambarkan

Page 4: Tugas Material Polimer

dengan statistik untuk menjelaskan distribusi berat molekul pada sampel. Hal ini karena

hampir semua proses industri memproduksi distribusi ukuran rantai polimer. Contoh dari

perhitungan statistic adalah number average molecular weight dan weight average

molecular weight. Perbandingan dari kedua nilai tersebut disebut polydispersity index,

biasanya digunakan untuk menggambarkan “ketebalan” dari berat molekul. Ruang yang

ditempati oleh molekul polimer secara umum digambarkan oleh radius of gyration.

I.4. Susunan Monomer dalam Kopolimer (Monomer Arrangement in Copolymers)

a. Alternating copolymers

monomer yang berbeda tersusun berurutan

b. Random copolymers

monomer yang berbeda tersusun acak

c. Block copolymers

monomer yang sama membentuk grup dan 2 grup yang berbeda tersusun berurutan.

d. Graft Copolymers

Rantai-rantai cabang terdiri dari monomer yang berbeda dengan rantai utama.

Page 5: Tugas Material Polimer

I.5. Stereokimia Polimer

a. Architecture

Polimer yang berbeda arsitekturnya mewakili isomer konstitusional dimana hubungan

dari atom-atomnya berbeda. Polimer semacam ini di dapat dari polimerisasi

monomer dari sifat kimia yang berbeda tetapi memiliki komposisi atom yang yang

sama.

Rumus molekul dari unit monomer untuk semua tipe polimer berikut ini adalah

C2H4O:

b. Orientation

Perbedaan dimana atom dalam polimer dapat dihubungkan, muncul dari dua cara

penambahan dari monomer yang sama untuk pertumbuhan rantai polimer.6

c. Geometric isomerism

Sebagai contoh, polimerisasi dari 1,3-diena mempunyai dua ikatan rangkap yang

berbeda yang dapat mengalami tiga isomer geometri.

Struktur kimia atau arsitektur mempengaruhi sifat polimer

CH2CH2 On

CH2 CH

OH n

CH O

CH3 n

PEG PVA PAA

Tg = 206 K Tg = 358 K Tg = 243 K

Page 6: Tugas Material Polimer

d. Tacticity 2

CH2 CX CH CH2

CH CH2

CH2 C

X

n

CH CH2

CH CH2

X

n

C CH CH2

X

CH2

n

1,2-Addition

1,4-Addition

3,4-Addition

Page 7: Tugas Material Polimer

BAB II

SIFAT-SIFAT POLIMER

II.1. SIFAT MEKANIK

II.1.1. Kekuatan (Strength)

Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Ada beberapa macam

kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu sampel.

Kekuatan tarik penting untuk polymer yang akan ditarik, contohnya fiber, harus

mempunyai kekuatan tarik yang baik.

b. Compressive strength

Adalah ketahanan terhadap tekanan. Beton merupakan contoh material yang

memiliki kekuatan tekan yang bagus. Segala sesuatu yang harus menahan berat

dari bawah harus mempunyai kekuatan tekan yang bagus.

c. Flexural strength

adalah ketahanan pada bending (flexing). Polimer mempunyai flexural strength jika

dia kuat saat dibengkokkan.

d. Impact strength :

adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-tiba. Polimer

mempunyai kekuatan impak jika dia kuat saat dipukul dengan keras secara tiba-tiba

seperti dengan palu.

II.1.2. Elongation

Semua jenis kekuatan memberitahu kita berapa tegangan yang dibutuhkan untuk

mematahkan sesuatu, tetapi tidak memberitahu kita tentang apa yang terjadi pada

sampel kita saat kita mencoba untuk mematahkannya, itulah kenapa kita mempelajari

elongation dari polimer. Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi

merupakan perubahan ukuran yang terjadi saat material di beri gaya.

% Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri gaya (L) dibagi dengan

panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian dikalikan 100:

Elongation-to-break (ultimate elongation) adalah regangan pada sampel pada

saat sampel patah. Elastomer memiliki ultimate elongation yang tinggi. Elongasi

sampai terjadinya fracture dapat dilihat pada gambar berikut 3:

Page 8: Tugas Material Polimer

II.1.3. Modulus

Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi. Satuan

modulus sama dengan satuan kekuatan (N/cm2)

Pada kurva tegangan-regangan 4:

Untuk beberapa polimer, terutama flexible plastics, kurvanya adalah sebagai

berikut 4:

Slope diatas tidak constant seiring dengan penambahan tegangan seperti pada

kurva sebelumnya. Pada kasus seperti ini, biasanya digunakan initial slope sebagai

modulus, seperti yang terlihat pada kurva diatas. Secara umum, fiber mempunyai

tensile moduli yang paling tinggi dan elastomer paling rendah, dan plastic berada

diantara keduanya.

Page 9: Tugas Material Polimer

II.I.4. Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap oleh

suatu material sebelum material tersebut patah. Pengukuran dibawah kurva stress-

strain berikut ini 4, yang diberi warna merah, menunjukkan toughness (ketangguhan)

Apakah perbedaan dari ketangguhan dan kekuatan? Dari segi fisika, kekuatan

(strength) adalah gaya yang dibutuhkan untuk mematahkan sampel, dan ketangguhan

(toughness) adalah berapa banyak energi yang dibutuhkan untuk mematahkan sampel.

Pada kurva diatas 4, kurva yang berwarna biru menunjukkan sampel yang kuat

tetapi tidak tangguh. Seperti yang dapat dilihat, sampel tersebut membutuhkan gaya

yang besar untuk mematahkan sampel, tapi tidak banyak energi. Demikian pula,

sampel tersebut tidak dapat merentang jauh sebelum patah. Material seperti ini, kuat

tetapi tidak dapat banyak terdeformasi sebelum patah disebut material yang getas

(brittle).

Disisi lain, kurva berwarna merah, menunjukkan material yang kuat dan tangguh.

Material ini tidak sekuat material yang digambarkan oleh kurva biru, tetapi memiliki luas

daerah dibawah kurva yang lebih besar, menunjukkan bahwa material ini dapat

menyerap energi lebih banyak dari pada sampel sebelumnya. Material merah memiliki

elongasi yang lebih besar dibandingkan dengan material biru sebelum patah. Karena

deformasi yang diikuti energi disipasi (energi yang tersimpan). Jika material tidak

berdeformasi maka tidak ada energi dissipasi sehingga material patah

II.1.5. Pengaruh Struktur Kimia Terhadap Sifat Mekanik Polimer

Page 10: Tugas Material Polimer

Chain Length

semakin panjang rantai à ketangguhan dan kekuatan semakin meningkat

sebab: terjadi peningkatan interaksi dalam rantai seperti ikatan Van der Waals à

rantai menjadi lebih kuat pada posisinya dalam menahan deformasi dan perpecahan

matriks, baik pada tegangan tinggi maupun temperatur tinggi.

Branching

à meningkatkan kekuatan & ketangguhan polimer

Cross-Linking

à meningkatkan kekuatan & ketangguhan polimer

Molecular Weight 5:

Table 4.1 Mechanical Properties of Common Homopolymers5

Page 11: Tugas Material Polimer

II.2. THERMAL PROPERTIES

II.2.1. Sifat dan Performa Polimer pada Temperatur Tinggi

Polimer sering dianggap sebagai material yang tidak mampu memberikan performa

yang baik pada termperatur tinggi. Namun, pada kenyataannya, terdapat beberapa

polimer yang cocok untuk penggunaan pada temperatur tinggi, bahkan lebih baik

daripada traditional materials.

Pada polimer, khususnya plastik, definisi temperatur tinggi adalah suhu diatas 135oC.

Pada temperatur tinggi, polimer tidak hanya melunak, tetapi juga dapat mengalami

degradasi termal. Sebuah plastik yang mengalami pelunakan pada temperatur tinggi

tetapi mulai mengalami degradasi termal pada suhu yang jauh lebih rendah hanya

dapat digunakan pada suhu di bawah suhu dia mulai mengalami degradasi.

Menentukan temperatur aplikasi membutuhkan pengetahuan mengenai perilaku

degradasi termal dari polimer tersebut.

Titik pelunakan pada polimer sangatlah ditentukan oleh tipe polimer yang digunakan.

Pada polimer amorf, suhu yang penting adalah Tg (glass transition temperature).

Sedangkan, pada polimer kristalin dan semi-kristalin, suhu yang penting terletak pada

Tm (melting point).

Time-Temperature Superposition

Sifat mekanis dari polimer ditentukan oleh prinsip time-temperature superposition.

Prinsip ini mampu menunjukkan bahwa waktu dan temperatur dapat memiliki sifat yang

sama namun berlawanan. Kekuatan polimer pada pembebanan high-rate dan

temperatur rendah dapat secara efektif menyerupai kekuatannya pada pembebanan

low-rate dan temperatur tinggi.

Hal ini dapat berarti jika dilakukan pengujian pada temperatur tinggi dan pembebanan

fast-rate, hasil pengujian dapat digunakan untuk memperkirakan kekuatan polimer

pada temperatur rendah dan rate pembebanan yang lebih rendah. Namun, hal ini dapat

pula berarti temperatur aplikasi polimer dapat bervariasi tergantung pada rate

pembebanan pada aplikasi tersebut, dimana beban kecil pada temperatur tinggi dapat

berakibat yang sama dengan beban besar pada temperatur rendah.

Untuk aplikasi pada temperatur tinggi, material yang paling cocok adalah :

PTFE : 260oC

PFA : 260oC

PEEK : 260oC

FEP : 200oC

PEI : 180oC

PET/PBT : 170oC

Page 12: Tugas Material Polimer

Polimer-polimer tersebut mampu mengcover wide-range temperatures dan dapat

digunakan dengan baik pada temperatur tinggi. Selain itu, polimer-polimer ini juga tidak

membutuhkan pemrosesan khusus (selain PTFE karena koefisien friksinya rendah) bila

dibandingkan dengan commodity polymers. Hal ini berarti proses ekstrusi yang

digunakan pada commodity polymers dapat pula digunakan untuk membuat polimer

yang cocok untuk aplikasi pada suhu tinggi.

Di bawah ini adalah beberapa aplikasi dari polimer pada temperatur tinggi :

Interior pesawat udara / pesawat ulang-alik

Komponen elektrik pesawat udara / pesawat ulang-alik

Industri otomotif (under-hood)

Insulator kabel untuk aplikasi pada extremely high temperature, coupling kabel, dan

connectors

Industri elektrik / elektronik pada temperatur aplikasi tinggi

Medical tubing atau produk lain yang memerlukan sterilisasi

Monofilament untuk proses produksi filter, belting, serta meshes

II.2.2. Sifat Polimer Pada Temperatur Rendah

Pada umumnya, polimer pada suhu ruang menunjukkan sifat fleksibilitas dan

ketahanan yang tinggi terhadap cracking, tetapi pada penurunan suhu, sifat tersebut

dapat berubah drastis dan polimer menjadi getas hanya dengan beban kegagalan yang

rendah.

Polimer memiliki rantai molekul yang panjang dan saling tumpang-tindih satu sama

lain. Jika polimer berada pada suhu ruang, gerakan antar rantai polimer dapat saling

menyesuaikan dan meregang. Namun, jika polimer itu didinginkan, rantai tersebut akan

menempel satu sama lain dan tidak dapat meregang lagi. Polimer tersebut akan

menjadi kaku dan melewati temperatur transisi gelas menjadi material yang keras dan

rapuh. Temperatur transisi gelas biasanya tidak memiliki transisi yang jelas antara

rubbery state dan glass regions. Temperatur transisi gelas biasanya berkisar antara 10-

50oC. Jika polimer didinginkan di bawah Tg, polimer menjadi stabil dan tidak terjadi

transisi lagi. Dengan demikian, temperatur rendah pada polimer dapat didefinisikan

sebagai suhu di bawah Tg.

Page 13: Tugas Material Polimer

Grafik Ketangguhan vs Temperatur 7

Nilai sesunguhnya dari Tg bervariasi bergantung kepada struktur molekul spesifik dari

polimer dasarnya, berat molekul, distribusi berat molekul dari polimer tersebut, aditif

yang ditambahkan ke dalam formula, serta beberapa faktor lain. Polimer dengan Tg di

atas suhu ruang akan mengalami glassy state pada suhu ruang dan akan memiliki

kecenderungan untuk rapuh dan rusak pada suhu ruang. Contohnya adalah PS,

PMMA, dan PET. Polimer dengan Tg di bawah suhu ruang akan mengalami rubbery

state pada suhu ruang sehingga akan cenderung fleksibel dan sulit dihancurkan pada

suhu ruang. Contohnya adalah PP, PE, dan PTFE.

Pada temperatur yang sangat rendah, beberapa aplikasi mengharuskan adanya kontak

dengan Liquid Oxygen (LOX) dimana pada umumnya plastik tidak kompatibel dan akan

terbakar. Namun, beberapa polimer yang tergabung dalam keluarga flourocarbon

(PTFE, PCTFE, FEP, dll.) memiliki resistansi yang baik terhadap LOX. Selain itu,

kelompok ini juga merupakan insulator yang baik, dan memiliki keuletan yang dapat

dihitung (sebesar 1%) pada temperatur mendekati absolute zero (-269oC). Dapat dilihat

pada tabel berikut7:

II.3. FLAMMABILITY DAN FLAME RESISTANCE

Dikarenakan polimer sintetsis telah banyak digunakan pada konstruksi dan

transportasi, maka diperlukan suatu usaha untuk membuat polimer tahan api atau tidak

mudah terbakar.

Ditinjau dari ketahanan terhadap api, maka polimer terbagi menjadi tiga bagian:

1. Polimer yang tidak mudah terbakar

Polimer yang mengandung banyak halogen. Contohnya PVC.

2. Polimer yang mampu memadamkan api sendiri

Page 14: Tugas Material Polimer

Terbakar hanya ketika sumber api ada, akan tetapi berhenti terbakar ketika sumber

api dipindahkan. Contohnya PC.

3. Polimer yang mudah terbakar

Kebanyakan polimer adalah mudah terbakar.

Pada polimer, proses pembakaran sangatlah kompleks akan tetapi secara umum

mengalami 6 hal:

Primary Thermal: sumber api memanaskan polimer dan menaikkan temperature.

Primary Chemical: Plastik yang dipanaskan tadi mulai terdegradasi umumnya

disebabkan oleh pembentukan radikal bebas dibawah pengaruh sumber api.

Polymer Decomposition: polimer mulai terdegradasi secara cepat kea rah

penurunan berat molekul. Produk khas dari tahapan ini adalah gas dan cairan yang

mudah terbakar dan mungkin juga asap.

Ignition: gas-gas yang mudah terbakar, karena ada ketersediaan oksigen dan

sumber api, mulai terbakar.

Combustion: gas yang terbakar menghasilkan kobaran api pada atau dekat

permukaan polimer. Sebenarnya bisa terjadi pemadaman api dengan sendirinya

jika tersedia cukup energi.

Flame propagation: penyebaran api.

II.4. KETAHANAN KIMIA

Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan minyak adalah korosi pada bagian

dalam dari tangki minyak logam. Salah satu solusinya adalah dengan melapisi logam

tangki dengan glass fiber-reinforced unsaturated polyester.

Chemical resistance dari suatu polimer sangat dipengaruhi oleh struktur kimia dari

material dan kekuatan dari ikatan terlemah pada structure. Misalnya pada PTFE yang

hanya ada dua jenis ikatan yaitu C-C dan C-F. Kedua ikatan ini sangat stabil dan sulit

untuk diputus. Putusnya ikatan bisa menyebabkan reaksi kimia yang berlangsung.

Akan tetapi pada faktanya, C-F adalah salah satu ikatan terkuat pada polimer.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari flouropolymers (contohnya PTFE,PDVF) dikenal

sebagai polimer dengan ketahanan terhadap zat kimia yang tinggi.

Gambar II.4.1.Ikatan rantai PTFE 8

Page 15: Tugas Material Polimer

Ada dua usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan chemical resistance pada

Polyester:

1. meningkatkan steric-hindrance pada gugus ester.

2. mengurangi jumlah gugus ester per satuan panjang rantai.

Kedua langkah ini meningkatkan sifat hidrofobik dari Polyester.

Dibandingkan dengan polimer amorphous, polimer dengan kristalinitas yang tinggi

memiliki chemical rasistance yang lebih baik. Hal ini dikarenakan ikatan rantai pada

polimer kristalin yang saling berdekatan sehingga mengurangi permeabilitas. Polimer

dengan ikatan cross-link memiliki solvent resistance yang baik.

REFERENSI

1. http://polychem.kaist.ac.kr/bk_home/lecture2005/Chap4.pdf

2. http://www.eng.uwo.ca/es021/ES021a_2006/Lecture%20Notes/Chap%2014-15%20-

%20Polymers.pdf

3. http://faculty.uscupstate.edu/llever/Polymer%20Resources/Mechanical.htm

4. http://www.pslc.ws/mactest/mech.htm#strength

Page 16: Tugas Material Polimer

5. www.eng.uwo.ca/es021/ES021a_2006/Lecture%20Notes/Chap%2014-15%20-

%20Polymers.pdf

6. www.polymer.uu.se/K3/2007/Polymer%20stereochemistry-2.ppt

7. http://www.zeusinc.com/newsletter/low_temp.asp

8. http://www.zeusinc.com/newsletter/chemical_resistance.asp