tugas manajemen kel.5 (disch.plan)

17
KONSEP DISCHARGE PLANNING KEPERAWATAN A. PENDAHULUAN Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001). Perawat adalah salah satu anggota tim Discharge Planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan 1

Upload: veronica-aries-dwi-kurniawati

Post on 24-Jul-2015

626 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

KONSEP DISCHARGE PLANNING

KEPERAWATAN

A. PENDAHULUAN

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan

pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses

penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien

merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan

beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk

mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001). Perawat

adalah salah satu anggota tim Discharge Planner, dan sebagai discharge planner perawat

mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan

untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau

bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan

mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi

pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.

Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan

meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat

berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi

dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya

dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Pemberian informasi kepada pasien diberikan agar pasien mampu mengenali

tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan pasien dan

keluarganya harus mengetahui bagaimana cara memanajemen pemberian perawatan di

rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang

berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah

kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien meningkatkan

komplikasi (Perry & Potter, 2006).

1

Page 2: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan. Orem

(1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa intervensi keperawatan

dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri sebagai

akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat

dilakukan adalah discharge planning (perencanaan pemulangan pasien) untuk

mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga

dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal Marsden

Hospital 2004). Discharge planning yang tidak  baik dapat menjadi salah satu faktor yang

memperlama proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett dan Fordham, 1982 dalam

Torrance, 1997. Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu

melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan

rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006)

B. PENGERTIAN

Suatu proses dimulainya pasien mendapat pelayanan kesehatan yang diikuti

dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam

mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke

lingkungannya (Rosdahl dan Kowalski, 2008).

Maramba et al (2004), discharge planning adalah suatu proses mengidentifikasi

dan menyiapkan kebutuhan pelayanan kesehatan pada pasien yang dirawat inap di suatu

institusi pelayanan kesehatan.

Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen

pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk

menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup

pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang

kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan

untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi

layanan kesehatan (Kozier, 2004).

C. PEMBERI LAYANAN DISCHARGE PLANNING2

Page 3: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan

multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi

layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya

melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta  pemberi layanan kesehatan

dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (Nixon et al, 1998

dalam The Royal Marsden Hospital, 2004).

Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan

berkelanjutan (Continuing Care Coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi

sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan,

menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk

merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning

Association, 2008).

D. PENERIMA LAYANAN DISCHARGE PLANNING

Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge

Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien

beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan

setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien

dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh

anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan

(Medical Mutual of Ohio, 2008).

E. TUJUAN DISCHARGE PLANNING

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk

mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito,1999). Juga

bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan

berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang

efektif (Discharge Planning Association, 2008).

The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya

discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara

3

Page 4: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat

disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan

kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan,

memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas

pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,

mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan

keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri.

F. MANFAAT DISCHARGE PLANNING

Menurut Spath (2003) perencanaan pulang mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang

dimulai dari rumah sakit.

2. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin

kontinuitas perawatan pasien.

3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan

mengindentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.

4. Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di rumah.

G. PRINSIP DISCHARGE PLANNING

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada

beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa prinsip

yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004), yaitu:

1. Pasien adalah fokus dari perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari

pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang

mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang

muncul dirumah dapat segera diatasi.

3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan

pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.

4

Page 5: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.

Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan

pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.

5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien

masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

6. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika

menyusun discharge planning.

H. JENIS-JENIS DISCHARGE PLANNING

Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut :

1. Pemulangan sementara atau cuti (Conditioning Discharge)

Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat

komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan

dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.

2. Pulang mutlak atau selamanya (Absolute Discharge)

Cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila

klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.

3. Pulang paksa (Judicial Discharge)

Kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak

memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja

sama dengan perawat puskesmas terdekat.

I. ALUR DISCHARGE PLANNING

5 Menyambut Kedatangan pasien Orientasi ruangan , jenis pasien,

peraturan, dan denah ruangan Memperkenalkan pasien dgn teman

sekamar, perawat, dokter, dan tenaga kesehatan yg lain

Melakukan pengkajian keperawatan

Page 6: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

Sumber : Pendidikan dalam Keperawatan, Nursalam, Ferry Efendi, Jakarta: Salemba

Medika,2007

Keterangan :

1. Tugas Kepala Ruangan :

6

Pasien MRS

RS

Pasien Selama Dirawat

RS

Pemeriksaan klinis & pemeriksaan penunjang lainnya

Melakukan Asuhan Keperawatan Penyuluhan kesehatan : penyakit,

perawatan,pengobatan, diet & aktivitas kontrol

Pasien KRS

RS

Perencanaan PULANG

PROGRAM HEALTH EDUCATION : Kontrol dan Obat/Perawatan Nutrisi Aktivitas dan Istirahat Perawatan Diri

MONITOR : Petugas Kesehatan Keluarga

- Perawat-Dokter-Tim Kesehatan Lain

Penyelesaian Administrasi

Lain-Lain

Page 7: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

Menerima pasien baru

Menentukan estimasi lama perawatan

2. Tugas Perawat Primer :

Membuat perencanaan pulang (Discharge Planning)

Membuat leaflet

Memberikan konseling

Memberikan pendidikan kesehatan

Melakukan tindakan berupa diskusi dan demonstrasi

Melakukan evaluasi

Mendokumentasikan Discharge Planning

Melakukan follow up

3. Tugas Perawat Asosiate :

Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan akhir

perawatan)

J. PROSES PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial,

budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning atas

tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian

utama medis berfokus pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase transisional,

kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang

dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan

masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi

dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan

setelah pemulangan. Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :

7

Page 8: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

a. Data kesehatan

b. Data pribadi

c. Pemberi perawatan

d. Lingkungan

e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,

dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga. Yaitu mengetahui

problem, etiologi (penyebab), support  sistem (hal yang mendukung pasien sehingga

dilakukan discharge planning).

3. Perencanaan

Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan

identifikasi kebutuhan pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana

pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan

METHOD yaitu :

a. Medication  (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.

b. Environment  (lingkungan)

Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien

juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan

perawatannya.

c. Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah pasien

pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.

d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)

Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan

kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan

kesehatan tambahan

e. Outpatient Referal

8

Page 9: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain

yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu.

f. Diet

Pasien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya dan pasien

sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi

Implementasi  dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran

referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan pada catatan

perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan kepada

pasien . Demontrasi ulang harus menjadi memuaskan, pasien dan pemberi perawatan

harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses

discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk

menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai. Keberhasilan program rencana

pemulangan tergantung pada enam variabel :

a. Derajat penyakit

b. Hasil yang diharapkan dari perawatan

c. Durasi perawatan yang dibutuhkan

d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan

e. Komplikasi tambahan

f. Ketersediaan  sumber-sumber untuk mencapai pemulihan

K. UNSUR-UNSUR DISCHARGE PLANNING

Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang harus ada

pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain :

1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan,

dan pengobatan yang harus dihentikan.

2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang

umum terjadi.

9

Page 10: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan

lain,dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan

diadakannya.

4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,

latihan,diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.

5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin,dan

lain-lain).

6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi

setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji

untuk kontrol.

7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa

dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.

8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang

menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta

dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab

untuk menyediakan pelayanan.

L. CARA MENGUKUR DISCHARGE PLANNING

Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan untuk

pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta instruksi-

instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan pulang sampai ke mobil

atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004).

Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan

tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit

(Hou,2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk 

menghadapi pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.

M. KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI KEPULANGAN

10

Page 11: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan yaitu

kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan atau

tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan

motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu. Kesiapan merupakan

kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda yang ditunjukkan

seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien

menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, pengalaman,

dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen, dan motivasi

pasien. Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui

pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan lanjutan di

rumah (TheRoyal Marsden Hospital, 2004).

11

Page 12: Tugas Manajemen Kel.5 (Disch.plan)

DAFTAR PUSTAKA

1. Chesca. 1990. Perencanaan Pulang Pasien.Makalah Kuliah untuk Perawat. Jakarta

2. Keliat,BA.1995. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien di Rumah Sakit.

Jakarta: EGC

3. Swanberg alih bahasa Suharyati. 2000.Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC 

4. Nursalam, Ferry Efendi. 2007. Pendidikan dalam Keperawatan, Jakarta: Salemba

Medika

5. Chase, S. (1994). Clinical Judgement by critical care nurse: An ethnographic study. In

R. M. Carroll-Johnson 7 Pacquette (Eds),Classification of nursing diagnosis:

Proceedingof the ninth conference, North American Nursing Diagnosis Association

(pp.367-368). Philadelphia: J.B. Lippincott.

6. Lunney; M. (1992). Divergent productie thinking factors and accuracy of nursing

diagnoses. Research in Nursing and Health, 15(4), 303-312.

12