manajemen kb kespro kel 13

50
APLIKASI MANAJEMEN & ORGANISASI PELAYANAN KEBIDANAN PADA KESEHATA REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA MATA KULIAH MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN OLEH KELOMPOK XIII HOTMAULI (1320332021) YANTI (1320332024) ARI SUSANTI (1320332025) DOSEN PEMBIMBING Hj. ERWANI, SKM, M.Kes 1

Upload: gladeva-yugi-antari

Post on 05-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

vjxczncvSADNHfucahs

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Kb Kespro Kel 13

APLIKASI MANAJEMEN & ORGANISASI PELAYANAN

KEBIDANAN PADA KESEHATA REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

MATA KULIAHMANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

OLEH KELOMPOK XIII

HOTMAULI (1320332021)YANTI (1320332024)

ARI SUSANTI (1320332025)

DOSEN PEMBIMBINGHj. ERWANI, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

1

Page 2: Manajemen Kb Kespro Kel 13

2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirapbil’alamin kita ucapkan kepada Allah SWT atas selesainya tugas

mata kuliah Manajemen Pelayanan Kebidanan dengan judul “Aplikasi Manajemen dan

Pelayanan Kebidanan pada Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana”. Salawat dan

salam kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Topik ini merupakan suatu hal yang harus dipahami seorang bidan dalam aplikasi

asuhan kebidanan. Sebagai bidan yang memiliki filosofi bahwa layanan kesehatan primer

yaitu pencehagan dan peningkatan kesehatan adalah hal yang utama, maka untuk

meningkatkan status kesehatan masyarakat perlu dilakukan langkah-langkah

pengorganisasian dan manajemen pelayanan kebidanan secara sistematis dan terencana.

Terima kasih saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing, Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes

dan Tim selama perkuliahan dalam memberikan motivasi dan arahan kepada kita semua.

Page 3: Manajemen Kb Kespro Kel 13

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang

mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval

dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,

fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada

perempuan, keluarga dan komunitasnya

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam

menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan

kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung

jawab terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah masyarakat, bidan juga

berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat

terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan

pada individu tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan

harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur

unsur yang terlibat dalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka

kematian ibu dan anak.

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan

secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis.

Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam

memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung

jawabnya.

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.

pengertian Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang diarahkan untuk

mencapai tujuan spesifik. Manajemen  berasal dari kata  manage  atau  managiare

(romawi kuno)  berarti melatih dalam melangkahkan kaki. Manajemen adalah proses

pengaturan berbagai sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu.

Page 4: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu organisasi yang aktivitas

pokoknya melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan salah satu

tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu atau

berkualitas.

Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian

pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan

tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan

kepuasan bidan sebagai provider.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Mengetahui dan memahami perencanaan pelayanan kebidanan

1.2.2 Mengetahui dan memahami pengorganisasian pelayanan kebidanan

1.2.3 Mengetahui dan memahami aplikasi manajemen dan organisasi pelayanan

kebidanan pada kesehatan reproduksi dan keluarga berencana

Page 5: Manajemen Kb Kespro Kel 13

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Organisasi dan Manajemen

Pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian

terhadap sumber, tatacara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan

dan tuntutan terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat

dengan jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang

ditujukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. (Dr.

Suparyanto, 2009).

Pengorganisasian berbagai kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu

rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan

memuaskan.

Page 6: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Hal-hal yang diorganisasikan:

a. Kegiatan yang merupakan pengaturan berbagai kegiatan yang ada dalam rencana

sedemikian rupa sehingga terbentuk satu kesatuan terpadu, untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

b. Tenaga pelaksana mencakup pengaturan struktur organisasi, susunan personalia

serta hak dan wewenang dari setiap tenaga pelaksana, sedemikian rupa sehingga

setiap kegiatan ada pennggung jawabnya.

Proses pengorganisasian, menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang akan dilaksanakan serta

tenaga pelaksanaan yang dibutuhkan, mendapatkan pengaturan yang sebaiknya-

baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut memiliki penanggung

jawab pelaksanaannya.

Page 7: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Hasil pengorganisasian

a. Terbentuklah suatu wadah  yang  pada dasarnya merupakan perpaduan antara

kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk

melaksanakan kegiatan tersebut.

b. Wadah yang terbentuk ini di kenal dengan nama organisasi.

Menurut Ibnu Syamsi fungsi manajemen terdiri dari :

1. Fungsi perencanaan

2. Fungsi mengatur pelaksanaan

a) Pengorganisasian (organizing )

b) Penyiapan tenaga ( staffing)

c) Pengarahan (directing)

d) Pengkordinasian (coordinating)

e) Permintaan laporan ( reporting )

3. Fungsi pengendalian (controlling )

4. Fungsi pengembangan (development )

Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam pekerjaannya harus

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen,

yaitu sebagai berikut :

1. Planning ( Perencanaan )

Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang

akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.

2. Organizing

Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan

memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

3. Staffing

Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,

penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja.

3. Controlling (pengawasan )

Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab

penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.

Page 8: Manajemen Kb Kespro Kel 13

2.2 Konsep PDCA

Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun

1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan

oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”  The Deming

Wheel”. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau

sistem. Beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:

1. Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan

suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam

unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat

dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir

yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian

masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah

mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

a. Judul rencana kerja (topik)

b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem

statement)

c.   Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin

dicapai (goal, objective, and target)

d.   Kegiatan yang akan dilakukan (activities)

e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)

f. Biaya yang diperlukan (budget)

2.   Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah

disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di

luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf

pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan

dilaksanakan.

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf

terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan

b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia

menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan

c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara

penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan

Page 9: Manajemen Kb Kespro Kel 13

d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang

dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan, hasil

yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari

pemeriksaan untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan

b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan

dengan baik

c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia

d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan

perbaikan atau

e. Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat

bantu yang sering dipergunakan yakni:

1) Lembaran pemeriksaan (check list) : Lembar pemeriksaan adalah suatu

formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap

penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:

a) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati

b) Tetapkan jangka waktu pengamatan

c) Lakukan perhitungan penyimpangan

d) Peta kontrol (control diagram)

2) Peta kontrol adalah suatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya

penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat

bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

pembuatan peta kontrol adalah :

a) Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum

b) Tentukan prosentase penyimpangan

c) Buat grafik penyimpangan

d) Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana

kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu

mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk

Page 10: Manajemen Kb Kespro Kel 13

selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali.

Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian

tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

2.3 Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh Bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara

mandiri, kolaborasi atau rujukan. (KMK 369,2007,Standar profesi kebidanan)

Rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan

dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang

menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk

meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga

dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53). Memberikan asuhan bagi perempuan mulai

dari masa pra nikah, pra hamil, selama kehamilan, melahirkan, nifas, menyusui, masa

interval antar kehamilan hingga masa menopause. Pelayanan pada bayi baru lahir,

bayi dan balita (usia 1-5 th) dan memberikan konseling KB dan penyediaan berbagai

jenis kontrasepsi, pelayanan kontrasepsi, termasuk nasehat/tindakan jika timbul efek

samping.

2.3.1 Pelayanan Kebidanan mandiri

Pelayanan kebidanan mandiri adalah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Bidan

a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.

b. Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra nikah dengan

melibatkan klien.

c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.

d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan

melibatkan klien / keluarga.

e. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL ( Bayi baru Lahir )

f. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas

g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur (WUS)

h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan

wanita dalam masa klimakterium dan menopouse.

i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga.

2.3.2 Pelayanan Kebidanan kolaborasi

Page 11: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Pelayanan kebidanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan sebagai

anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari

sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

a. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan

pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko

tinggi dan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan

kolaborasi dengan melibatkan klien / keluarga

c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.

d. asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir (BBL) dan balita

2.3.3 Pelayanan Kebidanan Rujukan

Pelayanan kebidanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan dalam

rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan

yang dilakukan oleh Bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong

persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh Bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan

kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan

kesejahteraan ibu serta bayinya

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan

fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada hamil dengan

resiko tinggi dan kegawat daruratan

c. Memberikan asuhan kebidanann melalui konsultasi dan rujukan pada masa

persalinan dengan penyulit.

d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa nifas.

e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan

keluarga.

f. Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu.

Page 12: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Penerapan ilmu kebidanan dalam pemberian pelayanan atau asuhan kebidanan dengan

klien menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam

menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis. Dalam pelayanan

kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan

untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan

kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai

provider.

Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum.

Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer

ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat

melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi

kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya,

seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka

pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu

pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori-teori manajemen, fungsi-

fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill. Pengelola pelayanan kebidanan

memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman

dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Page 13: Manajemen Kb Kespro Kel 13

2.4. Kebijakan Pemerintah terhadap Kesehatan Reproduksi

Kebijakan umum di bidang kesehatan reproduksi adalah :

a. Menempatkan upaya reproduksi menjadi salah satu prioritas Pembangunan Nasional

b. Melaksanakan percepatan upaya kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak reproduksi

ke seluruh Indonesia

c. Melaksanakan upaya kesehatan reproduksi secara holistik dan terpadu melalui

pendekatan siklus hidup

d. Menggunakan pendekatan keadilan dan kesetaraan gender di semua upaya kesehatan

reproduksi

e. Menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas bagi keluarga miskin

Strategi Umum Kebijakan

a. Menempatkan dan memfungsikan Komisi Kesehatan Reproduksi (KKR) pada tingkat

Menteri Koordinator serta membentuk KKR di provinsi dan kabupaten/kota.

b. Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan di bidang kesehatan reproduksi

c. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan komitmen politis di semua tingkat.

d. Mengupayakan kecukupan anggaran/dana pelaksanaan kesehatan reproduksi

e. Masing-masing penanggungjawab komponen mengembangkan upaya kesehatan

reproduksi sesuai ruang lingkupnya dengan menjalin kemitraan dengan sektor terkait,

organisasi profesi dan LSM.

f. Masing-masing komponen membuat rencana aksi mengacu pada kebijakan yang telah

ditetapkan

g. Mengembangkan upaya kesehatan reproduksi yang sesuai dengan masalah spesifik

daerah dan kebutuhan setempat, dengan memanfaatkan proses desentralisasi.

Page 14: Manajemen Kb Kespro Kel 13

h. Memobilisasi sumber daya nasional dan internasioanl baik pemerintah dan non

pemerintah

i. Menyediakan pembiayaan pelayanan KR melalui skema Jaminan Sosial Nasional

j. Melakukan penelitian untuk pengembangan upaya KR

k. Menerapkan Pengarus-utama Gender dalam bidang KR

l. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya KR.

2.5 Kebijakan Keluarga Berencana

Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana dilaksanakan dalam konteks

desentralisasi yang menjamin integrasi yang mantap dalam perencanaan pembangunan

kesehatan serta proses alokasi anggaran dengan fokus pada Pelayanan KB. Gambaran

berikut ini menjelaskan tantangan yang diidentifikasi, strategi yang digunakan dan

program utama yang dikembangkan.

Gambar 1. Kerangka Pikir Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB Tahun 2014-2015

a. Tantangan

Hasil analisis situasi menunjukkan adanya beberapa tantangan dalam Pelayanan KB

sebagai berikut:

1) Kurangnya komitmen para pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non

pemerintah dalam penyelenggaraan Pelayanan KB.

Page 15: Manajemen Kb Kespro Kel 13

2) Masih rendahnya permintaan atas Pelayanan KB akibat terjadinya perubahan nilai

tentang jumlah anak ideal dalam keluarga.

3) Belum optimalnya ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas Pelayanan KB, termasuk

pelayanan KIE dan Konseling.

4) Masih tingginya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan akibat tingginya unmet need

dan ketidakberlangsungan penggunaan kontrasepsi.

5) Masih tingginya kejadian kehamilan dan persalinan pada remaja perempuan usia 15-19

tahun.

b. Tujuan dan Strategi Kebijakan

Tabel berikut ini meringkaskan strategi yang disusun untuk menanggulangi masalah

strategik yang telah diidentifikasi tujuan yang ingin dicapai berkenaan dengan setiap

masalah strategi.

Tabel 2.1. Tantangan, Tujuan dan Stategi Kebijakan Keluarga Berencana

Tantangan Tujuan Strategi

1. Kurangnya komitmen para pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non pemerintah,dalam penyelenggaraan Pelayanan KB

a) Adanya dukungan kebijakan dan regulasi yang lebih kuat dan efektif dalam penyelenggaraan Pelayanan KB

b) Adanya dukungan dan partisipasi yang lebih kuat dan efektif dalam penyelenggaraan

c) Pelayanan KB dari non pemerintah (swasta, organisasi dan masyarakat)

d) Meningkatnya kapasitas manajerial penyelenggaraan Pelayanan KB

Strategi 1: Penguatan komitmen para pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non pemerintah, dalam penyelenggaraan Pelayanan KB

2. Belum optimalnya ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

a) Terjaminnya ketersediaan sumber daya (tenaga, fasilitas pelayanan, peralatan, alat dan obat kontrasepsi) untuk penyelenggaraan Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

b) Terjaminnya ketersediaan Pelayanan, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

c) Terjaminnya keterjangkauan Pelayanan KB oleh seluruh masyarakat, termasuk

Strategi 2: Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

Page 16: Manajemen Kb Kespro Kel 13

pelayanan KIE dan Konselingd) Terjaminnya kualitas

Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

3. Masih rendahnya permintaan atas Pelayanan KB akibat terjadinya perubahan nilai tentang jumlah anak ideal dalam keluarga

a) Berubahnya nilai masyarakat tentang jumlah anak ideal dalam keluarga menjadi “2 anak cukup”.

b) Menguatnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan “4 terlalu”.

c) Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang alat dan obat kontrasepsi

d) Meningkatnya dukungan tokoh-tokoh agama/adat/ masyarakat lainnya terhadap nilai “2 anak cukup”, pentingnya pencegahan “4 terlalu”, dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

e) Meningkatnya partisipasi pria dalam ber-KB

Strategi 3: Peningkatan permintaan Pelayanan KB melalui perubahan nilai tentang jumlah anak ideal dalam keluarga

4. Masih tingginya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan akibat tingginya kejadian unmet need dan ketidakberlang-sungan penggunaan kontrasepsi

a) Meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang

b) Menurunnya kejadian unmet need

c) Menurunnya ketidakberlangsungan pemakaian kontrasepsi

d) Menurunnya kejadian kegagalan KB

e) Menurunnya kejadian komplikasi KB

Strategi 4: Penurunan unmetneed melalui peningkatan akses,konseling, dan penguatan KB pasca persalinan serta penurunan ketidakberlang-sungan penggunaan kontrasepsimelalui peningkatan penggunaan MKJP dan pembinaan KB

5. Masih tingginya kejadian kehamilan dan persalinan pada remaja perempuan usia 15-19 tahun

a) Meningkatnya akses remaja terhadap pelayanan kesehatan reproduksi

b) Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku remaja berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi

c) Meningkatnya rata-rata usia nikah pertama

Strategi 5:Penurunan kejadian kehamilan pada remaja usia 15-19 tahun melalui pendewasaan usia nikah dan peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

c. Strategi dan Program

1) Perhatian Terhadap Wilayah Penyangga Utama

Page 17: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Untuk mendekati tercapainya target MDGs pada tahun 2015 upaya khusus perlu

difokuskan ke daerah-daerah yang akan memberikan daya ungkit besar terhadap

pencapaian target. Daerah yang dimaksud adalah daerah yang memiliki populasi

terbesar dan daerah yang memiliki tingkat unmet need tertinggi. Memperhatikan kedua

kriteria tersebut, maka pembinaan dan peningkatan kesetaraan ber-KB melalui

intesifikasi penggarapan pembangunan KB di 9 provinsi fokus sangatlah tepat.

Kesepuluh provinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa

Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan. Perhatian

lebih khusus dapat diarahkan ke provinsi-provinsi di Pulau Jawa, mengingat sekitar

60% populasi Indonesia berada di Pulau Jawa.

2) Strategi, Program Utama dan Sub-Program

Tabel berikut ini menyajikan berbagai program untuk masing-masing strategi berikut sub-programnya:

Tabel 2.2. Strategi Program Utama dan Sub-Program Keluarga Berencana

Strategi Program Utama Sub-Program

Strategi 1: Penguatan komitmen para pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non pemerintah, dalam penyelengga-raan Pelayanan KB

1.1. Memastikan adanya dukungan kebijakan dan regulasi yang efektif dalam penyelenggara-an Pelayanan KB

a) Mengembangkan regulasi yang efektif untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan KB dengan penguatan struktur dan kapasitas kelembagaan Program KKB

b) Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal KB-KS

c) Pemantauan dan evaluasi pemenuhan Standar Pelayanan KB-KS

d) Menelaah peraturan perundangan yang terkait dengan praktik kedokteran dan pelayanan KB (bidan, CTU, dan topik lain)

e) Pelayanan KB di fasilitas kesehatan1.2. Meningkatkan

kapasitas manajerial penyelenggara Program KKB dan Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif

a) Melakukan pelatihan manajemen Program KKB bagi penyelenggara Program KKB pada berbagai tingkat administratif.

b) Melakukan pelatihan manajemen Pelayanan KB bagi penyelenggara Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif.

1.3. Meningkatkan a) Menerbitkan SK Menteri terkait

Page 18: Manajemen Kb Kespro Kel 13

koordinasi antar berbagai unit kerja yang berkaitan dalam penyelenggara Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif

kerjasama pelayanan KB lintas sektor, maupun antar berbagai tingkat administratif.

b) Supervisi dan fasilitasi ke daerahc) Peningkatan koordinasi Pelayanan

KB

1.4. Melakukan upaya advokasi secara sistematis dan efektif untuk memperoleh dukungan dan partisipasi berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga donor terhadap Program KKB dan penyelenggara-an Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif.

a) Mengembangkan strategi advokasi yang efektif untuk memperoleh dukungan dan partisipasi berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga donor terhadap Program KKB dan penyelenggaraan Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif.

b) Menyiapkan bahan advokasi yang efektif untuk memperoleh dukungan dan partisipasi berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga donor terhadap Program KKB dan penyelenggaraan Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif.

c) Melakukan advokasi yang efektif untuk memperoleh dukungan dan partisipasi berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga donor terhadap Program KKB dan penyelenggaraan Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif.

Strategi 2:Peningkatan ketersediaan,keterjangkauan, dan kualitas Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

2.1 Memastikan tersedianya berbagai sumber daya dalam jenis, jumlah dan mutu yang cukup untuk menyelenggara-kan Pelayanan KB yang bermutu, termasuk pelayanan KIE

a) Merencanakan, mengadakan, dan mengalokasikan tenaga dengan untuk menyelenggarakan Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling.

b) Merencanakan dan melaksanakan pelatihan tenaga pelaksana Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE, guna memastikan dikuasainya kompetensi yang dibutuhkan.

c) Merencanakan dan mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan Pelayanan KB

Page 19: Manajemen Kb Kespro Kel 13

dan Konseling. yang bermutu, termasuk pelayanan KIE dan Konseling.

d) Merencanakan, mengadakandan mendistribusikan bahan dan alat bantu dengan jenis, jumlah dan mutu yang cukup untuk menyelenggarakan pelayanan KIE dan Konseling.

e) Merencanakan, mengadakan dan mendistribusikan bahan dan alat bantu dengan jenis, jumlah dan mutu yang cukup untuk menyelenggarakan pelayanan KIE dan Konseling

f) Merencanakan, mengadakan dan mendistribusikan alat dan obat kontrasepsi dengan jenis, jumlah dan kualitas yang cukup untuk menyelenggarakan Pelayanan KB

g) Merencanakan dan melaksanakan upaya pengendalian mutu Pelayanan KB pada berbagai tingkat administratif.

2.2 Memastikan seluruh penduduk mampu menjangkau dan mendapatkan Pelayanan KB yang dibutuhkan, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

a) Menyelenggarakan Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling, di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

b) Menyelenggarakan outreach services untuk menjangkau penduduk yang tidak mudah menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling.

c) Menyelenggarakan Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling, dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.

d) Menyelenggarakan jaminan pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk memperoleh Pelayanan KB, termasuk pelayanan KIE dan Konseling

Strategi 3 :PeningkatanpermintaanPelayanan KB melalui

3.1 Menyelenggara-kanpelayanan KIE dan Konseling secara sistematis, efektif

a) Mengembangkan dan menyosialisasikan strategi dan metode pelayanan KIE yang sistematik dan efektif untuk menanamkan nilai “2 anak cukup”,

Page 20: Manajemen Kb Kespro Kel 13

perubahan nilaitentang jumlah anakideal dalam keluarga

dan bermutu untuk menanamkan nilai “2 anak cukup”, meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pencegahan “4 terlalu” dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pencegahan “4 terlalu” dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

b) Mengembangkan, mengadakan dan mendistribusikan alat bantu pelayanan KIE yang efektif untuk menanamkan nilai “2 anak cukup”, meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pencegahan “4 terlalu” dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

c) Mengembangkan pemahaman mengenai kesehatan kehamilan, bersalin, nifas, KB serta komplikasi kehamilan dan pencegahannya melalui pemberdayaan peran Bidan, kader dan masyarakat.

3.2 Melibatkan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya dalam menanamkan nilai “2 anak cukup”, meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pencegahan “4 terlalu” dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

a) Melakukan kegiatan KIE kepada pemangku kepentingan terkait dan tokoh-tokoh masyarakat secara sistematik dan efektif untuk menanamkan nilai “2 anak cukup”, meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pencegahan “4 terlalu” dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

b) Bersama-sama dengan pemangku kepentingan terkait dan tokoh-tokoh masyarakat melaksanakan pelayanan KIE secara sistematik dan efektif untuk menanamkan nilai “2 anak cukup”, meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pencegahan “4 terlalu” dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

c) Penyiapan lapangan untuk penggerakan calon akseptor dan PA

d) Pembinaan peserta KB baru dan PA (ulangan)

e) Pemantauan dan pelaporan3.3 Meningkatkan

partisipasi pria dalam Program KB.

a) Mengembangkan metode pelayanan KIE bagi pria yang efektif untuk meningkatkan partisipasi pria dalam Program KB.

b) Mengembangkan, mengadakan dan mendistribusikan alat bantu pelayanan KIE bagi pria yang efektif untuk meningkatkan

Page 21: Manajemen Kb Kespro Kel 13

partisipasi pria dalam Program KB.c) Bersama-sama dengan pemangku

kepentingan terkait dan tokoh-tokoh masyarakat melaksanakan pelayanan KIE bagi pria guna meningkatkan partisipasi pria dalam Program KB.

Strategi 4 : Penurunan unmet need melalui peningkatan akses, konseling, dan penguatan KB pascapersa-linan serta penurunan Ketidakber-langsungan penggunaan kontrasepsi melalui peningkatan penggunaan MKJP dan pembinaan KB

4.1 Mencegah terjadinya unmet need dan meningkatkan penggunaan MKJP melalui peningkatan pengetahuan tentang pemilihan metode kontrasepsi rasional

a) Mengembangkan metode pelayanan konseling untuk meningkatkan pengetahuan calon akseptor/akseptor tentang pemilihan metode kontrasepsi rasional.

b) Mengembangkan, mengadakan dan mendistribusikan alat bantu pelayanan konseling untuk meningkatkan pengetahuan calon akseptor/akseptor tentang pemilihan metode kontrasepsi rasional.

c) Reorientasi pentingnya MKJP dan KB Pasca persalinan

d) Meningkatkan kemampuan konseling tentang manfaat alkon khususnya IUD dan implant.

e) Melaksanakan konseling guna meningkatkan pengetahuan calon akseptor/akseptor tentang pemilihan metode kontrasepsi rasional.

4.2 Menurunkan kejadian efek samping melalui pelaksanaan Pelayanan KB yang bermutu dan memastikan ditanggulanginya kejadian efek samping secara cepat dan tepat.

a) Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan Pelayanan KB

b) Meningkatkan kemampuan pelatih dalam memberikan pelatihan Pelayanan KBtentang pentingnya pencegahan “4 terlalu” dan penerimaan terhadap pemakaian kontrasepsi.

c) Meningkatkan kapasitas tenaga pendidik dalam memberikan pendidikan pelayanan KB

d) Menjamin mutu Pelayanan KB melalui kegiatan supervisi fasilitatif.

e) Memantapkan asuhan kebidanan KB MKJP (IUD dan susuk KB) di RS dan Puskesmas

4.3 Memastikan kepatuhan akseptor terhadap standar pemakaian kontrasepsi

a) Mengembangkan metode pelayanan konseling untuk meningkatkan kepatuhan calon akseptor/akseptor terhadap standar pemakaian kontrasepsi.

b) Mengembangkan, mengadakan dan

Page 22: Manajemen Kb Kespro Kel 13

melalui pelayanan konseling yang bermutu

mendistribusian alat bantu pelayanan konseling untuk meningkatkan kepatuhan calon akseptor/akseptor terhadap standar pemakaian kontrasepsi

c) Melaksanakan konseling guna meningkatkan kepatuhan calon akseptor/akseptor terhadap standar pemakaian kontrasepsi.

Strategi 5: Penurunan kejadian kehamilan pada remaja usia 15-19 tahun melalui pendewasaan usia nikah dan peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

5.1 Meningkatkan jangkauan dan kualitas Pelayanan KIE dan Konseling bagi remaja untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi dan perencanaan berkeluarga.

a) Mengembangkan, mengadakan dan mendistribusikan alat bantu pelayanan KIE dan Konseling untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi dan perencanaan berkeluarga.

b) Bersama-sama dengan pemangku kepentingan terkait dan tokoh-tokoh masyarakat menyelenggarakan pelayanan KIE dan Konseling untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi dan perencanaan berkeluarga.

c) Meningkatkan peran remaja dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam kesehatan reproduksi dan perencanaan berkeluarga.

d. Indikator Keberhasilan Pelayanan Keluarga Berencana

Pencapaian upaya Akselerasi Pencapaian Target Pelayanan Keluarga Berencana diukur

dengan enam indikator, yaitu tiga indikator luaran Pelayanan KB dan tiga 3 indikator mutu

Pelayanan KB. Indikator luaran Pelayanan KB adalah CPR cara modern, tingkat unmet

need dan ASFR usia 15-19 tahun, sementara indikator mutu Pelayanan KB adalah angka

komplikasi kontrasepsi, tingkat ketidakberlangsungan penggunaan kontrasepsi dan angka

kegagalan kontrasepsi.

1) Cakupan Peserta KB aktif atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR)

CPR adalah angka yang menunjukkan berapa banyaknya Pasangan Usia Subur

(selanjutnya disingkat PUS) yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan

dibandingkan dengan seluruh PUS. Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat

untuk menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan serta penyediaan Pelayanan

KB baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi,

Page 23: Manajemen Kb Kespro Kel 13

pemasangan AKDR, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling

untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.

Persentase PUS yang sedang memakai suatu cara KB dihitung dengan cara membagi

jumlah PUS yang sedang memakai suatu cara KB dengan jumlah PUS, kemudian

dikalikan dengan 100%. CPR metode modern adalah jumlah PUS yang sedang

menggunakan cara KB modern dibagi jumlah PUS dikalikan 100%

2) Unmet Need

Unmet need atau kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi adalah persentase perempuan

usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin menunda kelahiran

berikutnya, tetapi tidak memakai alat/obat kontrasepsi.

3) Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 4 Puskesmas mampu laksana PKPR.

Target dihitung dengan presentase kabupaten/kota yang mempunyai minimal 4

Puskesmas mampu PKPR dibandingkan dengan jumlah seluruh kabupaten/kota.

Puskesmas mampu PKPR adalah Puskesmas yang memberikan pelayanan konseling

kepada semua remaja yang memerlukan konseling yang kontak dengan petugas

kesehatan, membina minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis agama) dan

melatih Kader Kesehatan Remaja/ Konselor Sebaya sebanyak 10% dari jumlah murid

di sekolah binaan.

4) Persentase komplikasi

Komplikasi adalah kejadian peserta KB baru atau lama yang mengalami gangguan

kesehatan mengarah pada keadaan patologis sebagai akibat dari proses

tindakan/pemberian/ pemasangan alat dan obat kontrasepsi yang digunakan seperti

perdarahan, infeksi/abses, fluor albus bersifat patologis, perforasi, translokasi,

hematoma, tekanan darah meningkat, perubahan kadar hemoglobin, ekspulsi.

Komplikasi yang terjadi dalam periode satu tahun kalender dihitung satu kali, dihitung

per metode AKDR, susuk KB, suntik KB, pil KB, MOW dan MOW. Persentase

Komplikasi (per metode kontrasepsi) adalah jumlah peserta KB aktif yang mengalami

komplikasi dibagi jumlah peserta KB aktif dikali 100%.

5) Persentase Ketidakberlangsungan (drop out)

Ketidakberlangsungan adalah peserta KB aktif yang tidak melanjutkan penggunaan

kontrasepsi. Persentase Ketidakberlangsungan adalah jumlah peserta yang tidak

melanjutkan penggunaan kontrasepsi dibagi jumlah peserta aktif dikali 100%.

6) Persentase Kegagalan Kontrasepsi

Page 24: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Kegagalan kontrasepsi adalah kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif yang

pada saat tersebut menggunakan metode kontrasepsi. Persentase Kegagalan Kontrasepsi

adalah jumlah peserta KB yang mengalami kegagalan dibagi jumlah peserta KB aktif

dikali 100%.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi merupakan sekumpulan pelayanan yang

telah ada, bahkan sebagian telah lama dilaksanakan dan telah jauh berkembang, seperti

pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan pelayanan KB. Di samping itu ada

pelayanan yang relative baru atau masih dalam tahap pengembangan, seperti pelayanan

kesehatan reproduksi remaja, pelayanan pencegahan dan penanggulangan PMS,

termasuk HIV/AIDS dan pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut. Selain itu

karakteristik sasaran dan masalah dari tiap komponen pelayanan kesehatan reproduksi

sangat berbeda, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda pula dalam

pengelolanya. Hal yang baru dan perlu diperhatikan dalam implementasi PKRE adalah

pelaksanaan paradigma baru,seperti dikemukakan dalam kebijaksanaan kesehatan

reproduksi, yaitu:

1) mengutamakan kepentingan klien dengan memperhatikan hak reproduksi,

kesetaraan dan keadilan jender,

2) menggunakan pendekatan siklus kehidupan dalam menangani masalah kesehatan

reproduksi,

3) memperluas jangkauan pelayanan kesehatan reproduksi secara proaktif

4) meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pelayanan kesehatan reproduksi

berkualitas.

Implementasi PKRE dikembangkan berdasarkan kebijaksanaan tersebut, disamping

memperhatikan tingkat perkembangan program, karakteristik sasaran dan masalah yang

berbeda antar-komponen program. PKRE diupayakan agar dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien, sehingga sifatnya mereorganisasikan upaya dan pelayanan yang

telah ada namun disesuaikan dengan kebutuhan baru. Dalam penerapannya di suatu

wilayah, perlu dikaji pula kebutuhan setempat yang mungkin berbeda disamping tingkat

pencapaian program yang berbeda pula. Karenanya, penyusunan rencana implementasi

PKRE hendaknya didasarkan atas analisis data dan masalah setempat.

Page 25: Manajemen Kb Kespro Kel 13

BAB III

PEMBAHASAN

Untuk meningkatkan jumlah peserta KB yang menggunankan kontra sepsi jangka

panjang maka perlu di analisa penyebab rendahnya peserta KB MKJP dengan memakai siklus

PDCA sebagai berikut:

A. Plan (perencanaan)

1. Judul Rencana : upaya meningkatkan mutu sosialisasi metoda kontra sepsi jangka

panjang di Puskesmas

2. Rumusan masalah dan uraian masalah

Puskesmas memiliki beberapa program, salah satu diantaranya adalah program

KIA-KB. Program KIA-KB ini memiliki satu orang petugas yang bertanggung

jawab. Dalam program KB ini memiliki beberapa elemen kegiatan diantaranya

memberikan penerangan kepada PUS mengenai manfaat KB, sehingga diharapkan

dapat meningkatkan angka cakupan akseptor KB. Tapi di Puskesmas Harapan

Raya sendiri angka cakupan ini belum mencapai target yakni hanya 30 %. Hal ini

disebabkan kurangnya sosialisasi tentang KB MKJP itu sendiri. Dapat dilihat dari

kurangnya media informasi yang tersedia seperti tidak adanya poster, folder dan

kegiatan penyuluhan-penyuluhan tentang KB MKJP ini.

3. Rumusan Tujuan

Meningkatkan jumlah pemakaian kontrasepsi jangka panjang pada PUS. Karena

Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang lebih efektif, efiesian, dilihat dari efek

samping, waktu pemakaian dan lebih murah dari Metoda Kontrasepsi Jangka

Pendek.

4. Uraian Kegiatan

a Melakukan identifikasi penyebab masalah yang dilakukan dengan cara

wawancara, observasi, penyebaran kuesioner kepada kepada PUS dan kepala

Puskesmas

Page 26: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Tabel 3.1

Identifikasi penyebab masalah rendahnya peserta KB MKJP di Puskesmas

Aspek yang di nilai Penyebab masalah Metode Identifikasi

masalah

Rendahnya PUS Menggunakan kontrasepsi jangka panjang

1. Kurangnya pengetahuan PUS tentang KB MKJP

2. Kurangnya tenaga dalam hal mensosialisasikan KB MKJP

3. Tidak adanya media informasi yang berhubungan dengan KB MKJP

4. Tidak adanya alokasi dana khusus untuk sosialisasi KB khususnya MKJP

Wawancara : kepada PUS mengatakan mereka kurang mengetahui tentang KB MKJP

Wawancara dengan Kapus : mengatakan jumlah tenaga kami sangat terbatas bahkan ada double job

Observasi : Tidak tersedianya media informasi mengenai KB-MKJP.

Wawancara : dengan Kapus

b Menetapkan prioritas masalah

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ditetapkan satu prioritas masalah

dengan metode scoring yang menggunakan pertimbangan 4 aspek yaitu:

1)         Urgensi/kepentingan

      nilai 1 tidak penting

      nilai 2 penting

      nilai 3 sangat penting

2)      Solusi

      nilai 1 tidak mudah

Page 27: Manajemen Kb Kespro Kel 13

      nilai 2 mudah

      nilai 3 sangat mudah

3)      Kemampuan merubah

      nilai 1 tidak mudah

      nilai 2 mudah

      nilai 3 sangat mudah

4)     Biaya

      nilai 1 tinggi

      nilai 2 sedang

      nilai 3 rendah

Masalah yang mempunyai total angka tertinggi yang akan menjadi prioritas

masalah. Di bawah ini dapat dilihat penetuan prioritas masalah:

No

Aspek Masalah Urgensi Solusi Kemampuan mengubah

Biaya Σ Rank

1 Kurangnya pengetahuan PUS tentang KB MKJP

2 2 1 2 8 IV

2 Kurangnya tenaga dalam hal mensosialisasikan KB MKJP

3 2 2 2 24 I

3 Tidak adanya media informasi yang berhubungan dengan KB MKJP

3 2 1 2 12 III

4 Tidak adanya alokasi dana khusus untuk sosialisasi KB khususnya MKJP

2 2 2 2 16 II

5. Uraian kegiatan

a. Menyusun proposal untuk penambahan tenaga dan dana dalam hal

mensosialisasikan KB MKJP.

b. Membuat poster dan folder mengenai metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Page 28: Manajemen Kb Kespro Kel 13

c. Menyebarkan poster dan folder mengenai KB-MKJP kepada pengunjung poli

KIA-KB, pengunjung puskesmas secara umum dan PUS di posyandu

d. Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB-MKJP di

Ruang tunggu puskesmas Harapan Raya

e. Melakukan konseling tentang manfaat dan keuntungan KB MKJP pada para

pengunjung poli KIA-KB

6. Waktu, Pelaksanaan dan Biaya

No Kegiatan Waktu /Minggu Penanggung

Jawab

Biaya

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Menyusun proposal untuk penambahan tenaga dan dana dalam hal mensosialisasikan KB MKJP.

Koordinator

KIA-KB

2. Membuat poster dan folder mengenai metode Kontra Sepsi Jangka Panjang

Staf dan TU

3. Menyebarkan poster dan folder mengenai KB MKJP kepada pengunjung puskesmas secara umum dan PUS di posyandu

Staf dan petugas

4. Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB MKJP di ruang tunggu puskesmas

Bidan

Page 29: Manajemen Kb Kespro Kel 13

harapan raya

5 Melakukan konseng tentang manfaat dan keuntungan KB MKJP kepada para pengunjung poli KIA-KB

Bidan

7. Metode dan kriteria keberhasilan

a. Indikator jangka pendek usulan terhadap penambahan tenaga dan dana untuk

kegiatan sosialisasi KB MKJP di terima oleh kepala Puskesmas

b. Indikator jangka panjang usulan penambahan tenaga dan dana untuk kegiatan

sosialisasi dapat direalisasikan

c. Meningkatnya pengetahuan PUS tentang kontrasepsi jangka panjang

d. Jumlah peserta KB MKJP kedepanya akan meningkat.

B. Do ( Pelaksanaan)

Implementasi yang dilakukan dalam peningkatan mutu sosialisasi metoda kontrasepsi

jangka panjang di Puskesmas adalah :

1. Menyusun proposal untuk penambahan tenaga dan dana dalam hal

mensosialisasikan KB MKJP pada minggu pertama. Proposal untuk penambahan

tenaga dan dana untuk sosialisasi KB MKJP sudah di ajukan ke kepala Puskesmas

2. Menyebarkan kuesioner awal untuk menilai tingkat pengetahuan para pengunjung

KIA-KB terhadap KB MKJP pada minggu ke dua. Hasil kuesiner awal

menunjukkan tingkat pengetahuan pengunjung tentang KB-MKJP kurang yaitu

70%

Tabel 3.2Tabel hasil kuesioner awal tingkat pengetahuan PUS di Puskesmas

Page 30: Manajemen Kb Kespro Kel 13

No Penilaian Range Persentase (%)

1

2

3

Baik

Sedang

Kurang

68-100

34-67

0-33

20%

10%

70%

Total 100

3. Menyediakan poster tentang KB MKJP di Puskesmas pada tanggal minggu ke tiga

4. Menyebarkan folder mengenai KB-MKJP kepada pengunjung poli KIA-KB,

pengunjung puskesmas secara umum dan PUS di posyandu pada minggu ke empat

5. Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB-MKJP di Ruang

tunggu Puskesmas pada minggu kelima

6. Melakukan konseling tentang manfaat dan keuntungan KB MKJP pada para

pengunjung poli KIA-KB yang dilakukan setiap minggu

7. Rekomendasi kepada Kepala Puskesmas untuk menambah petugas dan dana untuk

pelaksanaan sosialisasi KB MKJP di Puskesmas

8. Rekomendasi kepada pemegang program KB-MKJP untuk melanjutkan kegiatan

sosialisasi ini

C. Chek ( pemeriksaan)

Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu sosialisasi metoda

kontrasepsi jangka panjang di Puskesmas adalah :

Tahap evaluasi ini mulai dilaksanakan dari pada minggu kedua dengan diterimanya

proposal oleh kepala puskesmas kemudian dilanjutkan dengan memberikan kuesioner

pada PUS pengunjung ke Puskesmas, terutama pengunjung poli KB. Setelah

dilaksanakannya penyuluhan, konseling dan penyediaan media informasi. Kemudian

dilakukan pembagian kuesioner akhir kepada PUS pengunjung di Puskesmas. Hasil

kuesioner akhir menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan KB-MKJP  meningkat,

dimana pengunjung memiliki pengetahuan kurang menjadi 15%, dan adanya beberapa

beralih dari metode kontrasepsi suntik ke metode kotrasepsi IUD dan Impant

Page 31: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Tabel 3.2Tabel hasil kuesioner Akhir tingkat pengetahuan PUS di Puskesmas

No Penilaian Range Persentase (%)

1

2

3

Baik

Sedang

Kurang

68-100

34-67

0-33

75%

10%

15%

Total 100

D. Action (perbaikan)

Kegiatan sosialisasi tentang KB-MKJP ini dapat dijadikan standarisasi untuk

pelaksanaan sosialisasi di Puskesmas. Sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga metode

berikut ini:

1. Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah dusun, musyawarah

desa), kunjungan rumah, kunjungan ke tempat-tempat berkumpulnya warga,

lokakarya dalam rangka CAP, rapat evaluasi.

2. Komunikasi Massa seperti penyebarluasan leaflet, pamflet, poster, komik,

newsletter, dan pemutaran film.

3. Pelatihan Pelaku seperti pelatihan untuk Panitia Perencana, Juru Ukur, Pengawas

Konstruksi

4. Dilakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan baik di Puskesmas

maupun di luar Puskesmas, pemasangan poster, penyebaran folder dan

berkoordinasi dengan kepala Puskesmas dan pihak-pihak terkait untuk mendukung

kegiatan sosialisasi ini.

BAB IV

PENUTUP

Perencanaan pelayanan kebidanan Adalah suatu proses mempersiapkan secara

sistimatis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Untuk membuat perencanaan kita harus mengetahui siapa yang akan membuatnya,

Page 32: Manajemen Kb Kespro Kel 13

apa yang harus direncanakan , bila dilaksanakan, dimana tempat pelaksanaan, bagai

mana hasilnya. Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3

unsur ,yaitu: input,poses dan outcome.

Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan

pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien

dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan

kepuasan bidan sebagai provider.

Pengorganisasian pelayanan kebidanan merupakan pengorganisasian,

pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian terhadap sumber, tatacara

dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap

kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan

menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan

kepada perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-

langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam

semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-

tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

.

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Saifuddin,Abdul Bari.dkk.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Page 33: Manajemen Kb Kespro Kel 13

Simatupang,Erna Juliana. 2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta;EGC.

Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta;EGC.

Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1526952304002156

http://www.scielosp.org/scielo.php?pid=S0042-96862000000600011&script=sci_arttext

http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1891104&show=html

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S002072920100515X

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1526952304005860

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1526952301001155

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0091218293901457

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2557673/

KMK 369, Standar Profesi Bidan, Tahun 2007