lp kespro mioma
DESCRIPTION
laporan pendahuluan kesehatan reproduksi mioma uterusTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
KESEHATAN REPRODUKSI
DI RSUD BANGIL PASURUAN
Disusun untuk memenuhi tugas praktik profesi bidan
di RSUD BANGIL PASURUAN
Oleh:
MONICA DARA DELIA SUJA
NIM. 105070607111003
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal ialah
dengan memperhatikan kesehatan wanita, khususnya kesehatan reproduksi karena hal
tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan
parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh besar dan berperan
penting terhadap kelanjutan generasi penerus bangsa.Salah satu masalah kesehatan
reproduksi wanita ialah mioma uteri dengan insidensi yang terus meningkat.
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), tetapi
faktor penyebab tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan sebelum
usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya bermanifestasi
selama usia reproduksi. Penyakit reproduksi yang banyak diderita oleh wanita
Indonesia ialah mioma uteri.Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati
urutan kedua setelah kanker serviks.
Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos
uterus.Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus serta jaringan ikat penyerta,
sehingga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.Mioma uteri
merupakan jenis tumor uterus yang paling sering.Diduga 20% dari wanita berusia 35
tahun menderita mioma uteri, walaupun tidak disertai dengan gejala-gejala.
Tingginya kejadian mioma uteri pada usia 35-50 tahun menunjukkan adanya
hubungan mioma uteri dengan estrogen pada usia reproduksi. Pada usia sebelum
menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan
menurun pada usia menopause. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi
sebelummenarche dan pada menopause angka kejadian sekitar 10%. Di
Indonesiaangka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua pasien
ginekologiyang dirawat. Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko, yang meningkat
seiring dengan peningkatan usia. Kasus mioma uteri terbanyak pada kelompok usia
40-49 tahun, dengan usia rata-rata 42 tahun sebanyak 51%. Risiko mioma uteri
meningkat pada wanita nullipara. Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia
reproduksi, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Pada masa
menopause, mioma
akan mengecil seiring dengan penurunan hormon estrogen dalam tubuh.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan management
kebidanan yang tepat pada ibu hamil dengan mioma uteri
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu menguraikan konsep dasar dan management kebidanan pada
ibu hamil dengan mioma uteri
2. Mampu mengidentifikasi masalah, diagnosa, kebutuhan pada ibu hamil
dengan mioma uteri
3. Mampu mengantisipasi masalah potensial dan diagnosa lain
4. Mampu merencanakan intervensi pada ibu hami dengan mioma uteri
5. Mempu melakukan implementasi pada ibu hamil dengan mioma uteri
6. Mampu memberikan evaluasi pada ibu hamil dengan mioma uteri
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan dibuatnya laporan pendahuluan ini diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang mioma uteri dan
dapat meningkatkan derajat kesehatan reproduksi wanita
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan asuhan kebidanan ini mencakup asuhan kebidanan
kesehatan reproduksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga
leimioma, fibromioma, atau fibroid.Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari
sel-sel otot polos, sedangkan untuk otot-otot rahim di sebut dengan mioma
uteri.Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau
fibroid.Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya,
sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta
otot rahimnya dominan.
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkanbahwa mioma uteri adalah suatu
pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikat,
neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang
paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya
mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35
tahun.
2.1.2 Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin
belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun
kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa
umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan
waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma
submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai
tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami
anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai
banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol
dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan
uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih
ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja di dalam uterus. Apabila
mioma di belah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern), dengan
pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah di temukan 200 sarang mioma dalam satu
uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat
mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma di temukan pada wanita berumur
20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan
mioma di perkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar
tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menoupause banyak
mioma yang menjadi kecil hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
2.1.3 Etiologi
Walaupun mioma uteri di temukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun
dari hasil penelitian Miller dan Lipschhlutz di katakan bahwa mioma uteri terjadi
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya
dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum
diketahui, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:
1. Teori Stimulasi, berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan
alasan :
- Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
- Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
- Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
- Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau Genitoblas, t erjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel
otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh estrogen.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri.Diduga mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari
sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tumor antara lain : estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang
berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada
otot rahim normal. Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen.
Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis
(16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B
hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada
periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma
selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
Estrogen.
2.1.4 Faktor Predisposisi
1. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu
mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.
Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan
(Wiknjosastro, 2005). Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah,
dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause.
Pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%
2. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
3. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim
aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen
tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan
prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.
4. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah
hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali.
5. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat
mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini ada
kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat
juga mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron
lebih dominan.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka mengandung
satu tumor dalam uterus. Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,
intramural, submucous) digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini sering bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan ini tidak
diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan
dalam hal ini adalah telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan
dalam kontraktibilitas miometrium.
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah
Dapat terjadi jika :
a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c. Adanya penyakit adneksa, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d. Terjadi degenerasi merah
3. Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma
uteri.Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-
pembuluh darah.Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan
gangguan miksi dan terhadap ureter bisa menyebabkan hidroureter.
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan pors
interstisialis tubae; mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus.
2.1.6 Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun
semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat
menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas
sehingga sering menimbulkan keluhan miksi. Tetapi masalah akan timbul jika terjadi:
berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat
timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah,
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan
perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
volume cairan.
2.1.7 Pathway
Faktor Predisposisi
- Usia - Riwayat Keluarga
- Paritas - Kehamilan
Mioma Uteri
Tanda – tanda Rasa nyeri
penekanan
Tergantung dari
besar dan lokasi
Dari mioma uteri
Gangguan Rasa nyaman nyeri
Mioma menyempitkan kanalis servikalismioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim Adanya penyakit adnexaTerjadinya degenerasi merah
Penipisan Dinding Uterus
Miometrium tidak bisa kontraksi maksimal
Perdarahan pervaginam tidak normal
Resiko defisit Volume Cairan
Mioma submukosal
Tergantung dari besar dan volume miomauteri
Hiperplasia Endometrium
Tekanan Intra abdomen
Penekanan Kandung kemih
BAB III
Menorhagi
Pecahnya pembuluh darah
Anemi
Kelemahan fisik
Disuria
Gangguan Eliminasi BAK
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
A. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal :
Tempat :
Jam :
A. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
Nama : ditanyakan nama wanita untuk memudahkan mengidentifikasi
pasien dan membedakan dengan pasien lain agar tidak keliru
Umur : untuk mengetahui usia wanita, akan dikategorikan sesuai masa
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan wanita sehubungan
dengan penyampaian nasehat pada wanita
Suku : untuk mengetahui latar belakang keluarga, adat istiadat, dan
kebudayaan sehubungan dengan penyampaian nasehat pada wanita
Pekerjaan : untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi keluarga
agar nasehat yang diberikan sesuai
Agama : untuk mengetahui latar belakang kepercayaan yang dianut
wanita dan keluarga sehubungan dengan penyampaian nasehat pada wanita
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal dan menjaga kemungkinan
bila ada nama yang sama dalam satu lingkungan untuk mengadakan satuan
kunjungan
2. Keluhan utama
Hal yang diutarakan wanita yang berhubungan dengan keadaan atau masalah
yang timbul pada dirinya.
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai
pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya
tidak mengeluh apapun.
a. Perdarahan abnormal. Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala
klinis yang paling sering terjadi dan paling penting (Fortner, Gibbs). Gejala
ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma
uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan
tidak teratur. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Patofisiologi
perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungan dengan mioma uteri
masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menerangkan
bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-
reseptor yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler dan
angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainanvaskularisasi
akibat disregulasi struktur vaskuler di dalam uterus.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain
adalah :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
2. Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.
3. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
4. Atrofi dan ulserasi endometrium di atas mioma submukosum.
5. Kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium.
6. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antaraserabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinyadengan baik.
b. Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas. Nyeri dapat disebabkan
oleh karena degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma
yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan
mioma subserosum. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan, pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan dismenore. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik
dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga
menyebabkan rasa nyeriyang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas inferior
c. Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan
tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kondisi mengenai haid wanita selama masa
kehidupannya meliputi:
Menarche : untuk mengetahui waktu awal wanita mendapatkan haid,
karena wanita dengan menarche lebih awal < 13 tahun memiliki
risiko lebih tinggi terkena mioma uteri
Haid terakhir :untuk mengetahui waktu terakhir wanita mendapatkan
haid
Lama haid : untuk mengetahui lamanya wanita mendapatkan haid
dalam 1 siklus haid
Banyaknya haid : untuk mengetahui perkiraan jumlah darah saat
wanita mendapat haid . Karena pada wanita dengan mioma uteri :
Perdarahan abnormal. Perdarahan uterus yang abnormal
merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling
penting (Fortner, Gibbs). Gejala ini terjadi pada 30% pasien
dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan
mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Patofisiologi
perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungan dengan
mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa adanya disregulasi dari beberapa
faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang mempunyai efek
langsung pada fungsi vaskuler dan angiogenesis. Perubahan-
perubahan ini menyebabkan kelainanvaskularisasi akibat
disregulasi struktur vaskuler di dalam uterus.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara
lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium.
- Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.
- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
- Atrofi dan ulserasi endometrium di atas mioma submukosum.
- Kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Siklus haid : untuk mengetahui jumlah hari/ jarak siklus haid
wanita dan teratur atau tidak
Nyeri haid : untuk mengetahui wanita sudah terbiasa mendapat
nyeri haid atau karena ada alasan tertentu. Salah satu tanda mioma
uteri yaitu dirasakan nyeri saat haid ( disminorea)
b. Riwayat Ginekologi
Untuk mengetahui kondisi wanita apakah pernah mengalami
penyakit/ infeksi menular seksual, atau pernah mengalami penyakit
kandungan, yang mengarah pada penyebab terjadinya mioma uteri
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang
Untuk mengetahui kondisi kesehatan wanita yang lalu dan saat ini,
apakah wanita pernah ada riwayat penyakit hipertensi, DM, jantung;
apakah wanita pernah ada riwayat ketergantungan obat-obatan,
minuman beralkohol atau rokok; apakah wanita pernah ada riwayat
alergi makanan atau minuman
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah terdapat anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan atau penyakit berat
6. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Untuk mengetahui mengenai pemenuhan kebutuhan dasar wanita
sehari-hari meliputi:
Nutrisi (pola makan, frekuensi, nafsu makan, pola minum)
Eliminasi (BAB, BAK)
Istirahat
Pola seksual
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Mengetahui keadaan umum wanita apakah baik atau tidak.
a) TTV
Nadi Normal :60-100x/menit
Suhu Normal :36,5-37,5 C
Pernafasan Normal :16-24 x/menit,
Tekanan darah : 110/70 – 120/80 mmHg
b) Antropometri
TB :
Digunakan sebagai indikator untuk gangguan pertumbuhan fisik.
BB :
Digunakan sebagai indikator tunggal yang terbaik untuk keadaan gizi
atau sebagai dasar perhitungan dosis obat, makanan yang diberikan
pada wanita.
c) Pemeriksaan fisik
Kepala dan rambut
Inspeksi : untuk mengetahui kesimetrisan antara bagian kanan dan
kiri, kebersihan rambut, perubahan warna rambut menjadi
beruban/tidak
Palpasi : untuk mengetahui adakah massa, kekuatan
rambut(rapuh/tidak)
Wajah
Inspeksi : untuk mengetahui ekspresi dan perasaan ibu, tanda-tanda
penuaan di wajah, kesimetrisan kanan dan kiri
Palpasi : untuk mengetahui adakah oedema pada wajah
Mata
Inspeksi : untuk mengetahui adakah tanda anemia (warna
konjuctiva), adakah tanda ikterus(warna sklera), adakah kantung
mata, warna iris mata
Hidung
Inspeksi : untuk mengetahui kesimetrisan bagian kanan kiri,
kebersihan hidung, adakah pengeluaran secret/cairan
Palpasi : untuk mengetahui adakah nyeri tekan, adakah tanda polip
Mulut dan gigi
Inspeksi : untuk mengetahui kebersihan mulut, adakah tanda
sariawan, warna gusi, adakah tanda perdarahan gusi dan mulut,
kondisi gigi
Telinga
Inspeksi : untuk mengetahui kesimetrisan kanan dan kiri, adakah
pengeluaran cairan, apakah daya dengar/kemampuan pendengaran
masih baik
Leher
Palpasi : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid,
bendungan vena jugularis, dan pembengkakan kelenjar limfe
Payudara
Inspeksi : untuk mengetahui kebersihan payudara, kesimetrisan
bagian kanan dan kiri, kekencangan payudara
Palpasi : untuk mengetahui adakah massa, apakah putting susu
menonjol, kekencangan payudara, adakah nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : untuk mengetahui adakah bekas luka operasi
Palpasi : untuk mengetahui adakah pembesaran massa, adakah nyeri
tekan.
Pada mioma uteri gejala dan tanda penekanan juga dijadikan
diagnosa. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri,
pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul
Genitalia
Inspeksi : untuk mengetahui kebersihan vulva vagina, adakah
abnormalitas pada vulva vagina
Pada mioma uteri : terjadi perdarahan abnormal dimana volume
darah saat menstruasi jumlahnya lebih banyak daripada wanita yang
tidak mengalami mioma uteri
Palpasi : untuk mengetahui adakah penipisan vagina, elastisitas
vagina, kelembapan vagina
Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : untuk mengetahui kesimetrisan bagian kanan dan kiri,
adakah fraktur, kondisi kuku (abnormalitas, sianosis, ikterik)
Palpasi : untuk mengetahui adakah oedema ekstrimitas, reflex patella
Kulit
Inspeksi : untuk mengetahui warna kulit, kelembapan kulit, tanda lain
(kebiruan, ikterik,dll)
Palpasi : untuk mengetahui elastisitas kulit, adakah kerutan pada kulit
d) Pemeriksaan penunjang
USG, MRI, Hiteroskopi,
B. INTERPRETASI DATA DASAR
DX: Hasil analisa data sehingga dapat dijadikan dalam penberian KIE serta terapi
yang akan di berikan.
DS : Data yang berasal dari keluarga, pasien sendiri yang dapat menegakkan
diagnose. Klien merasa nyeri pada abdomen bagian bawah dan saat menstruasi
darah keluar sangat banyak ( abnormal) bisa ganti pembalut sehari 6-7 kali
DO: Data yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga dapat mendukung /
memperkuat diagnose. Ada atau tidaknya kelainan/penyakit yang menyebakan
terjadinya mioma uteri
Masalah : timbulnya kecemasan atau ketidaknyamanan ibu karena adanya
perdarahan yang sangat banyak saat menstruasi dan nyeri pada perut bagian
bawah
C. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa Potensial : Mengidentifikasi diagnosa potensial lain berdasarkan
diagnosa yang ada, misalnya timbulnya komplikasi pada penyebab mioma uteri
D. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mengidentifikasi segera yang dibutuhkan oleh pasien untuk menghindari hal-hal
yang dapat mengancam jiwa pasien sehingga harus dilakukan kolaborasi /
rujukan. Dilakukan rujukan untuk pemeriksaan penunjang dalam menegakan
diagnosa dan penanganan atas diagnosa sementara bidan sehingga memerlukan
rujukan untuk menegakkan diagnosa mengenai penyebab yang mendasari dan
untuk memberikan intervensi yang sesuai oleh dokter yang lebih berwenang.
E. PLANNING
Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan
pada pasiennya sesuai dengan kebutuhan dari pasien tersebut, yaitu memberikan
KIE untuk mengurangi kecemasan ibu dan memberikan saran untuk segara
melakukan pemeriksaan penunjang
F. IMPLEMENTASI
1. Memperkenalkan diri, menyapa klien dengan ramah, menjelaskan tujuan
kedatangan, dan melakukan informed consent.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan kondisi umum klien termasuk antropometri
dan tanda-tanda vital klien.
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien bahwa klien terdiagnosis mioma
uteri sesuai dengan hasil USG yang telah dilakukan.
4. Menjelaskan pada klien bahwa sesuai dengan saran dokter harus dilakukan
tindakan operatif yaitu histerektomi.
5. Minta klien agar selalu membersihkan daerah genetalianya setelah selesai
BAB atau BAK, membasuh dari depan ke belakang
6. Minta klien agar memakai celana dalam berbahan katun, tidak ketat, dan dapat
menyerap keringat
7. Meminta klien untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang
berlebihan.
8. Minta klien untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan menu nasi
atau roti, sayur, lauk pauk, buah. Minta klien untuk minum air putih ± 8
gelas/hari.
9. Memotivasi klien agar tidak perlu khawatir dengan keadaanya dan senantiasa
memberi dukungan bahwa penyakitnya ini dapat disembuhkan.
BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA NY. “S” USIA 46 TAHUN P1001 AB000 DENGAN MIOMA
UTERI DI RSUD BANGIL
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2015
Jam : 15.00
Tempat : Ruang Nifas RSUD Bangil Pasuruan
No Register : 1303xx
Tanggal MRS : 18 Februari 2015 / 13.00
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Sri Hartatik
Usia : 46 tahun
Alamat : Clumprit 02/11 Sebani, Pandaan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Buruh pabrik
Pendidikan : SD
2. Alasan datang
Klien ingin memeriksakan kondisi kesehatan dirinya terkait dengan nyeri yang
dialami selama beberapa hari terakhir
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan merasakan nyeri pada pinggang bagian kiri menjalar hingga ke
bagian depan, rasa nyeri semakin meningkat pada saat menjelang menstruasi, saat
menstruasi dan saat klien terlalu lelah.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun
Siklus : teratur, 30 hari
Lama haid : 7 hari
Banyak darah: ganti 4 pembalut/ hari
Dismenorrhoe: ada, terasa pada saat hari 1-2 menstruasi
Fluor albus : ada, cairan dalam jumlah banyak warna kekuningan, tidak gatal dan
tidak berbau
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas lalu
No Umur
Anak
UK Jenis
persalinan
Tempat
persalinan
Komplikasi Penolong Bayi Nifas
Ibu Bayi JK PB/BB Keadaan Keadaan Laktasi
1. 27 Tahun 9 bulan Normal Puskesmas Tida
k ada
Tidak
ada
Bidan Perempuan 47/3200 Baik Baik Baik
6. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 1Tahun
Usia Pertama Kali Menikah : 19 Tahun
7. Riwayat KB
Klien mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi apapun selama ini
8. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Lalu
Klien mengatakan pernah memeriksakan diri pada tahun 2011 ke dokter dan
diketahui menderita mioma uteri, namun klien takut untuk dilakukan tindakan operasi
dan beralih ke pengobatan alternatif.Saat melakukan pengobatan alternatif klien
diberikan jamu yang diminum setiap hari selama 3 minggu.Klien tidak pernah
menderita penyakit menurun seperti asma, jantung, darah tinggi, kencing manis
maupun penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis, HIV/AIDS.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan merasakan nyeri pada pinggang bagian kiri dan menjalar hingga ke
bagian depan, rasa nyeri semakin meningkat pada saat menjelang menstruasi dan
apabila klien terlalu lelah. Klien mengatakan merasakan seperti ada gumpalan besar
pada perut bagian bawah dan sering berkemih. Klien tidak sedang menderita penyakit
menurun seperti asma, jantung, darah tinggi, kencing manis maupun penyakit
menular seperti batuk darah, hepatitis, HIV/AIDS.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menular seperti hepatitis,
TBC. HIV/AIDS maupun penyakit menurun seperti asma, jantung, darah tinggi,
kencing manis.
9. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Sehari - hari
A. Pola Nutrisi dan cairan:
Makan 2-3x/hari, menu makanan seimbang, lauk, buah, sayur, nasi
Minum ± 6 gelas/ hari, air putih, sering mengkonsumsi jamu pada saat keputihan
B. Pola eliminasi :
BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, warna kuning
BAK 6x/ hari, setiap 3-4 jam sekali
C. Pola aktivitas :
Klien bekerja sesuai dengan shift yang didapat, shift pagi jam 6 – jam 2 sore, shift
siang jam 10-jam 2 sore, dan shift sore jam 2 – 10 malam
D. Pola istirahat :
Istirahat pada malam hari sekitar 6 jam, merasa tidur tidak nyenyak karena nyeri
yang dirasakan
E. Pola personal hygiene :
Mandi 2x/hari, ganti pakaian dan pakaian dalam 2x/hari
F. Riwayat psikososial dan spiritual
a. Status perkawinan : sudah bercerai dengan suami
b. Pengambil keputusan dalam keluarga : musyawarah
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : cukup
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-Tanda Vital
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 68x/menit
Suhu : 36,8 ˚C
Pernafasan : 22x/menit
A. Pemeriksaan Antropometri
1. Berat Badan : 50 kg
2. Tinggi Badan : 153 cm
B. Pemeriksaan Fisik
1. Wajah : tidak tampak pucat dan tidak ada oedem, tampak menahan rasa
nyeri
2. Mata : simetris, bersih, kongjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterus
3. Telinga: bersih, simetris
4. Hidung: bersih, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung
5. Mulut dan gigi: bersih , mukosa bibir lembab, tidak pucat
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid serta tidak
ada bendungan vena jugularis
7. Dada/Payudara :bentuk simetis, putting susu menonjol, tidak ada pembengkakan
dan tidak ada nyeri tekan pada payudara.
8. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, teraba masa padat pada perut
bagian bawah dengan konsistensi kenyal
9. Genetalia luar : tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada bekas luka,
tidak ada varises, tidak ada masa abnormal, tidak ada pembengkakan
kelenjar bartholini
10. Anus : tidak ada hemoroid
11. Ekskremitas atas dan bawah : simetris, pergerakan otot bebas, telapak tangan
dan kaki hangat, kuku jari tidak pucat, tidak ada oedema dan tidak ada varises
D. Data Penunjang
Hasil USG(02 Februari 2015):
terdapat masa pada uterus ukuran 6,6 cm x 6,0 cm
Hasil lab lengkap (17 Februari 2015):
HB : 10,6 gr/dL
Eritrosit: 4,0 juta
Leukosit: 6.100 ribu
Thrombosit 446 ribu
Glukosa urin : negatif
Protein urin : negatif
II. INTERPRETASI DATA DASAR
A. Diagnosa
Ny. “S” Usia 46 tahun P1001 Ab000 dengan mioma uteri
DS : Klien mengatakan merasakan nyeri pada pinggang bagian kiri menjalar
hingga ke bagian depan, rasa nyeri semakin meningkat pada saat menjelang
menstruasi, saat menstruasi dan saat klien terlalu lelah.
DO : Pada palpasi abdomen teraba masa padat pada perut bagian bawah dan
hasil USG menunjukkan adanya masa pada uterus sebesar 6,6 x 6,0 cm.
B. Masalah
Nyeri pada pinggang bagian kiri menjalar hingga ke bagian depan, rasa nyeri
semakin meningkat pada saat menjelang menstruasi dan saat klien terlalu lelah.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI, DAN RUJUKAN
Kebutuhan segera: infus RL 20 tetes/menit
Kolaborasi: berdasarkan saran dokter dilakukan tindakan operatif yaitu histerektomi
V. INTERVENSI
Diagnosa :Ny. “S” Usia 46 tahun P1001 Ab000 dengan mioma uteri
Tujuan :setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 30 menit diharapkan klien dapat
mengerti dan memahami tentang kondisi kesehatannya.
Kriteria Hasil :
- Keadaan umum klien baik
- TTV dalam batas normal
TD : 110/70-120/80 mmHg
N : 60-100x/menit
S : 36.5-37.5°C
RR : 16-24x/menit
- Klien dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan dan akan
melakukan sesuai penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien.
R/ dengan pendekatan terapeutik akan terjalin kerjasama yang kooperatif antara klien
dan petugas kesehatan.
2. Lakukan pemeriksaan pada klien.
R/mengetahui kondisi kesehatan klien.
3. Jelaskan pada klien tentang kondisi kesehatannya saat ini.
R/ klien bisa mengetahui tentang kondisi kesehatannya saat ini
4. Jelaskan pada klien tentang tindakan operatif yang akan dilakukan.
R/ mengetahui tentang prosedur tindakan operatif yang akan dilakukan dan
mengurangi kecemasan klien.
5. Minta klien agar menjaga kebersihan daerah genetalianya.
R/ dapat memberi rasa nyaman pada klien dan terhindar dari infeksi.
6. Minta klien agar memakai celana dalam berbahan katun, tidak ketat, dan dapat
menyerap keringat.
R/ menjaga personal hygiene klien
7. Minta klien untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang berlebihan.
R/ relaksasi yang sempurna mempengaruhi metabolisme tubuh.
8. Minta klien untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang dan memperbanyak minum
air putih.
R/ gizi seimbang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
9. Berikan dukungan dan motivasi pada klien.
R/ dukungan dan motivasi dapat mengurangi tingkat kecemasan klien.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 19 Februari 2015 Pukul 15.10 WIB
1. Memperkenalkan diri, menyapa klien dengan ramah, menjelaskan tujuan
kedatangan, dan melakukan informed consent.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan kondisi umum klien termasuk antropometri dan
tanda-tanda vital klien.
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien bahwa klien terdiagnosis mioma uteri
sesuai dengan hasil USG yang telah dilakukan.
4. Menjelaskan pada klien bahwa sesuai dengan saran dokter harus dilakukan
tindakan operatif yaitu histerektomi.
5. Minta klien agar selalu membersihkan daerah genetalianya setelah selesai BAB
atau BAK, membasuh dari depan ke belakang
6. Minta klien agar memakai celana dalam berbahan katun, tidak ketat, dan dapat
menyerap keringat
7. Meminta klien untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang
berlebihan.
8. Minta klien untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan menu nasi
atau roti, sayur, lauk pauk, buah. Minta klien untuk minum air putih ± 8
gelas/hari.
9. Memotivasi klien agar tidak perlu khawatir dengan keadaanya dan senantiasa
memberi dukungan bahwa penyakitnya ini dapat disembuhkan.
VII. EVALUASI
Tanggal : 19 Februari 2015 Pukul : 15.30
S : Klien mengatakan telah mengerti penjelasan yang diberikan dan bersedia
melakukan saran-saran yang diberikan oleh petugas kesehatan.
O : K/U cukup, kesadaran composmentis, TD: 110/70 mmHg, N: 78x/menit, S:
36,5°C, RR: 23x/menit
A :Ny. “S” Usia 46 tahun P1001 Ab000 dengan mioma uteri
P :
- Menyiapkan klien untuk operasi histerektomi pada hari jumat 20
Februari 2015
BAB V
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini dibahas tentang kesenjangan ataupun kesesuaian antara
teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen Asuhan Kebidanan padaNy.
“S” G1 P1001 Ab000 dengan mioma uteri di Ruang Nifas RSUD Bangil Pasuruan. Untuk
memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut:
4.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan diketahui adanya mioma uteri
pada klien.Dari data tersebut dapat diketahui disimpulkan bahwa kesehatan
reproduksi klien terganggu dan harus segera ditangani.
4.2 Interpretasi Data Dasar
Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa salah satu manifestasi klinis dari
mioma uteri adalah rasa nyeri yang menjalar pada bagian pinggang dan perut bagian
bawah serta penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan gangguan eliminasi
berupa sering buang air kecil. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan adanya masa
pada uterus sebesar 6,6 x 6,0 cm. Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan
teori dan kasus Ny ”S” sehingga diagnosa aktual dapat ditegakkan dan memudahkan
bidan dalam memberikan asuhan.
4.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan kasus diatas tidak terdapat adanya diagnosa dan masalah
potesial.
4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan
Berdasarkan data yang memberikan gambaran dan indikasi adanya tindakan
segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien. Tindakan yang berupa kolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lebih professional sesuai dengan keadaan yang dialami
oleh klien. Pada kasus tersebut, tindakan segera yang harus dilakukan adalah tindakan
pemasangan infus RL dan tindakan kolaborasi yang dilakukan adalah operasi
histerektomi.
4.5 Intervensi
Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif
ditujukan pada indikasi apa yang timbul beradasarkan kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang sedang dialami klien. Rencana tindakan harus
dengan persetujuan klien dan semua tindakan harus berdasarkan rasional dan relevan
dan diakui kebenarannya.Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah
diberikan pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dan kasus yang ada.
4.6 Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan jumlah intervensi yang telah
direncanakan dan berjalan dengan lanar karena adanya kerja sama yang kooperatif
antara klien dengan petugas.
4.7 Evaluasi
Berdasarkan studi kasus Ny. “S” tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang
dari yang diharapkan. Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan
studi kasus Ny “S” secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.