tugas laporan kasus1

4
Tugas Laporan Kasus 1. Tanda khas dermatitis seboroik Gambaran khas dermatitis seboroik adalah eritema dengan warna kemerahan dan ditutupi dengan sisik berminyak besar yang dapat dilepaskan dengan mudah.Pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik kering (ketombe) sampai sisik berminyak dengan eritema (Gambar A). Pada wajah, penyakit ini sering mengenai bagian medial alis, yaitu glabella (Gambar B), lipatan nasolabial (Gambar C), concha dari daun telinga, dan daerah retroauricular (Gambar D). Lesi dapat bervariasi dalam tingkat keparahan eritema sampai sisik halus (Gambar E).Pria dengan jenggot, kumis, atau jambang, lesi mungkin melibatkan daerah yang ditumbuhi rambut (Gambar F), dan lesi hilang jika daerah tersebut dicukur. Daerah dada medial pada pria terlihat petaloid yang bervariasi dan ditandai dengan bercak merah terang di pusat dan merah gelap di tepi (Gambar G).Pasien yang terinfeksi HIV, lesi terlihat menyebar dengan pertanda inflamasi (Gambar H).

Upload: dimas

Post on 04-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Lapkas

TRANSCRIPT

Tugas Laporan Kasus

1. Tanda khas dermatitis seboroikGambaran khas dermatitis seboroik adalah eritema dengan warna kemerahan dan ditutupi dengan sisik berminyak besar yang dapat dilepaskan dengan mudah.Pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik kering (ketombe) sampai sisik berminyak dengan eritema (Gambar A). Pada wajah, penyakit ini sering mengenai bagian medial alis, yaitu glabella (Gambar B), lipatan nasolabial (Gambar C), concha dari daun telinga, dan daerah retroauricular (Gambar D). Lesi dapat bervariasi dalam tingkat keparahan eritema sampai sisik halus (Gambar E).Pria dengan jenggot, kumis, atau jambang, lesi mungkin melibatkan daerah yang ditumbuhi rambut (Gambar F), dan lesi hilang jika daerah tersebut dicukur. Daerah dada medial pada pria terlihat petaloid yang bervariasi dan ditandai dengan bercak merah terang di pusat dan merah gelap di tepi (Gambar G).Pasien yang terinfeksi HIV, lesi terlihat menyebar dengan pertanda inflamasi (Gambar H).

2. Hifa : berasal dari bahasa Yunani : hyphe = jaring. Suatu filamen atau benang yang membentuk miselium fungi.Pseudohifa : Sel benang yang terjadi dari pembentukan blastokonidia, tanpa hubungan sitoplasmik hifa sejati.

3. Antijamur Golongan AzolAntijamur azol merupakan senyawa sintetik dengan aktivitas spectrum yang luas. Antijamur ini memiliki cincin azol, terbagi 2 yaitu Kelompok imidazole terdiri dari atas: Ketokonazol Mikonazol KlotrimazolKelompok Triazol terdiri atas: Itrakonazol Flukonazol VorikonazolCara kerjanya dengan menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur.

KetokonazolKetokonazol merupakan turunan imidazole sintetik dengan struktur mirip mikronazol dan klotrimazol obat ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam.Obat ini menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada pasien dengan pH lambung yang tinggi, pada pemberian bersamaan antasida. Sebagian besar ketokonazol diekdresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit tidak aktif.Efek samping yang sering dijumpai adalah mual dan muntah. Efek samping yang lebih jarang ialah sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, pruritus, paresthesia, gusi berdarah, erupsi kulit dan trombositopenia.FlukonazolFlukonazol merupakan inhibitor cytochrome p-450 sterol c-14 alpha-demethylation (biosintesis ergosterol) jamur yang sangat efektif. Pengurangan ergosterol, merupakan sterol utama yang terdapat di dalam membrane sel-sel jamur, dan akumulasi sterol-sterol yang mengalami metalase menyebabkan terjadinya perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membrane.Efek samping dari flukonazol berupa sakit kepala, nyeri abdominal, diare, dan pusing. Flikonazol bias menyebabkan kerusakan hati pada kasus jarang.

4. Cara Kerja GriseofulvinGriseofulvin in vitro efektif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit seperti Tricophyton, Epidermophyton, dan Microsporum. Terhadap sel muda yang sedang berkembang griseovulvin bersifat fungisidal.Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas karena obat ini tidak larut dalam air. Obat ini dimetabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-metilgliseofulvin. Waktu paruh obat kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari. Obat ini akan akan dihimpum dalam sel pembentuk keratin, lalu muncul bersama sel yang baru berdiferensiasi, terikat kuat dengan keratin sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur. Keratin yang mengandung jamur akan terkelupas dan diganti oleh sel yang normal.Efek samping yang dapat terjadi pada pemakaian dosis besar dalam waktu yang lama yaitu leukopenia dan granulositopenia. Efek samping lainnya seperti arthralgia neuritis perifer, demam, pandangan kabur, insomnia, serta pusing.