Rangkuman Logika Dan Komunikasi

Topan Arief Wijayanto153150152

Kelas D

A. Pengantar Semua orang dapat berkomunikasi, minimal

secara nonverbal.namun tak semua komunikasi manusia bernilai logis, meski dimotori ratio. Seorang anak kecil pernah berkomentar “ Cikra punya adik, Aiz punya adik, Iam punya adik, Semua punya adik ” . Premis-premis itu benar namun kesimpulannya salah, karena tak semua orang punya adik. Kesimpulannya “ semua (orang) punya adik “ keliru.

Tak seharusnya kesimpulan ditarik sebelum saatnya. Di titik ini, tokoh masyarakat yang sering diliput televisi sekalipun kadang mengabaikannya. Sering kali kita saksikan narasumber di televisi memulai perkataanya dengan “jadi begini”.

Kata “jadi” adalah kata yang mengindikasikan kesimpulan. Secara logis, kesimpulan dimungkinkan bila premis-premis telah disampaikan. Kesimpulan tanpa premis tentu keliru, seperti kelirunya klaim tanpa dasar, yang biasa disebut asbun : asal bunyi. Apalagi kesimpulan tanpa premis sama sekali, seperti kata “jadi” di awal pernyataan.

Menyimpulkan dengan benar dan sahih adalah kegiatan yang seharusnya terjadi dalam komunikasi. Pernyataan keliru dan kesalahpahaman adalah hal-hal yang diupayakan untuk dihindari oleh ilmu komunikasi. Ketepatan pernyataan dan pemahaman itu bergantung pada kesimpulan yang tepat, dimana tehnik-tehnikmya dipelajari dalam logika.

B. Logika Asal muasal kata “logika” adalah kata logos,

logike, logica, logique dan logic. Dua kata yang pertama berasal dari bahasa Yunani. Yang pertama berarti kata,ide,akal. Yang kedua berarti seni berpikir. Tiga kata berikutnya berarti sama dengan kata kedua. Hanya saja kata ketiga berasal dari bahasa Perancis, dan kata terakhir dari bahasa Inggris.

Dalam literatur logika, definisi leksikal atas logika itu selaras dengan definisi Jevons, Gamut dan Mendelson yaitu “ the science of reasoning (ilmu tentang pemikiran) “ dan Mendelson mentraktif logika dengan “ the analysis of methods of reasoning ( analisis atas metode pemikiran )“

Bagi Smith, logika merupakan ilmu tentang kebenaran “the science of truth”. Smith berargumen : “ if logic is the science of reasoning, why focus on truth functional connectives, when they are far from the only connectives that figure in ordinary reasoning ? If we regard logic as the science of truth, however, then it is obvious why truth-function connectives are concerned only with the truth or falsity of the proporsitions they are connecting “.

Adapula tahapan logika dalam literatur logika, logika semacam itu disebut dengan logika formal . Richard C. Jeffrey mendefinisikan logika formal dengan “ the science of deduction .... Aims to provide systematic means of telling whether or not given conclutions follow from given premisses, i.e. Whether arguments are valid or invalid “ .

C. Komunikasi Komunikasi berasal dari kata bahasa inggris

communication. Oxford Dictionary of English mengategorikan communication sebagai kata benda yang berarti (1) the imparting or exchanging of information by speaking, writing, or using some other medium (penyampaian dan pertukaran informasi melalui pembicaraan, tulisan, atau penggunaan media lain) ; (2) a letter or message containing information or news (tulisan atau pesan yang berisi informasi atau berita) ; dan (3) the succesful conveying or sharing of ideas and feeling ( kesuksesan menyampaikan atau membagi gagasan dan perasaan ).

Communication asal mulanya dari kata Prancis lama comunicacion yang landasannya yang landasannya kata Latin communicatio. Sebagaimana communication, communicatio juga kata benda . Kata kerja pembentuk kata benda communicatio adalah communicare yang berarti to share (membagi) . Sedangkan kata kerja dari communication adalah communicate yang artinya beragam, antara lain : (1) share or exchange information, news or ideas (membagi atau menukar informasi, berita dan gagasan) ; (2) convey or transmit ( an emotion feeling ) in a non-verbal way ( menyampaikan atau mengirimkan emoasi atau perasaan secara nonverbal) ; (3) succeed in conveying one’s ideas or invoking understanding in others ( berhasil menyampaikan gagasan atau pemahaman tentang orang lain ) ;

(4) be able to share and understand each other’s thought and feeling ( dapat saling membagi dan saling memahami pemikiran serta perasaan ).

D. Komunikasi Dan Logika Sebelum Perang Dunia II, kajian tentang

komunikasi secara spesifik belumlah ada. Adalah aliran behaviorisme yang memungkinkan keberadaanku ilmu komunikasi. Berkat dukungan behaviorisme itu komunikasi menjadi ilmu yang merdeka dari filsafat. Sebelum komunikasi terlepas dari filsafat, para filsuf telah menyinggung hal-hal yang kemudian menjadi bahasan komunikasi. Di zaman yang lebih tua lagi, yaitu zaman Helenistik, filsuf-filsuf Yunani dan Romawi mengkaji hal-hal yang sekarang dibahas oleh komunikasi dalam domain retorika.

Bapak retorika telah memberikan panduan. Menurutnya, bujukan, secara teknis dapat sukses apabila rekayasa tiga hal : (1) karakter pembicara, (2) emosi pendengar, dan (3) perkataan yang disampaikan. Masing-masing disebut dikenal istilah ethos, pathos, logos.

Di poin yang terakhir itu (logos), retorika berjumpa dengan logika. Sebab, Aristotle menyatakan bahwa enthymeme adalah substansi persuasi retoris. Yang dimaksud enthymeme adalah silogisme tidak sempurna karena berisi satu atau dua premis tanp kesimpulan, atau sebaliknya, berisi kesimpulan tanpa premis satu pun. Misalnya orang mengatakan “ saya suka orang itu, karena dia ramah “

Meski begitu enthymeme justru lebih sering dipakai dalam komunikasi. Orang jarang secara lengkap dan runtut mengatakan : “ Saya suka orang ramah. Dia orang ramah. Jadi, saya suka dia”. Orang lebih suka mengatakan seperti contoh diatas “ saya suka orang itu, karena ramah ”. Dengan kata lain, orang lebih sering berkomunikasi dengan enthymeme ketimbang silogisme

tapi yang harus disadari adalah enthymeme tak bisa ditentukan kesahihan dan kebenarannya selain dengan mengurainya menjadi silogisme. Enthymeme dengan begitu sangat membutuhkan silogisme. Aristotle menjelaskan hal itu sebagai berikut :

“ He who is the best able to see how and from what elements a deduction is produced will also be best skilled in the enthymeme, when he has further learnt what its subject-matter is and in what respect it differs from the deductions of logic “

E. Dari Logika Untuk Komunikasi Pat Arneson mencatat bahwa kemampuan

komunikasi itu mungkin bagi orang yang menguasai paidea. Yang dimaksud dengan paidea adalah seni berfikir yang menyatukan filsafat, poetika dan retorika. Filsafat identik dengan pemikiran, poetika dengan sastra, dan retorika dengan wicara. Manifestasi retorika berupa ucapan, meski kadang tulisan. Sebaliknya poetika berwujud pada bentuk tulisan, meski kadang diucapkan. Yang jelas, retorika dan poetika berkaitan erat dengan ucapan dan tulisan. Posisi filsafat di paidea itu mirip dengan posisi logika di komunuikasi. Dalam paidea, filsafat, yang identik dengan pemikiran, menopang retorika dan poetika yang identik dengan ujaran dan tulisan. Komunikasi, khususnya yang verbal,

Berporos pada ujaran dan tulisan yang tidak akan jelas tanpa pemikiran yang jelas. Logika, di pihak lain, mengarahkan pikiran menjadi jelas. Di titik itu, logika memang dibutuhkan oleh komunikasi.

H. P. Grice telah membahas Logika dan Komunikasi dalam artikel berjudul “ Logic and Conversation “. Tulisan Grice itu layak menjadi rujukan bagi kajian seperti buku ini.

Sekian Dan Terima Kasih