tugas besar perancangan struktur baja 1
TRANSCRIPT
BAB 1
KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR
1.1. Dasar Perancangan
SNI – 03 – 1729 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung.
SKBI-1.3.53.1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung.
AISC Steel Construction Manual 13th Edition.
1.2. Kriteria Desain
1.2.1.Gambaran Umum
Bangunan yang akan didesain adalah bangunan hanggar pesawat
pribadi 1 lantai dimana material yang digunakan adalah baja. Bangunan
hanggar pesawat ini berdimensi 18x36 m dengan luas 648 m2 dan
memiliki tinggi 10 meter.
1.2.2.Pembebanan dan Material
1.2.2.1. Pembebanan
Pembebanan yang akan dianalisis pada perancangan ini meliputi
pembebanan mati, hidup, angin, dan hujan.
1.2.2.2. Material
Material yang digunakan adalah sepenuhnya profil baja dimulai
untuk kolom, balok, atap, dan sambungannya.
1.3. Sistem Struktur
1.3.1.Struktur Rangka
Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi kolom-kolom
dan balok-balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai
penyalur beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur
horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian
beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk
dan lentur.
1.4. Modelisasi
Perancangan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu manual dan
dengan menggunakan komputer. Dalam analisis perhitungan secara
manualnya berpedoman pada SNI 03-1729-2002 dan AISC Steel
Construction Manual 13th Edition. Struktur dimodelkan pada program SAP
2000 dengan analisa 2 dimensi pada perhitungan kuda-kuda. Konsep
perhitungan menggunakan LRFD (Load Factored Resistence Design).
1.5. Analisa Pembebanan
1.5.1.Beban Mati
Berat sendiri elemen struktur terdiri dari berat sendiri dari elemen
struktur kolom, balok, dan atap.
1.5.2.Beban Hidup
1.5.3.Kombinasi pembebanan
Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur baja harus
mampu memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini:
1,4D
1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (γ L L atau 0,8W)
1,2D + 1,3 W + γ L L + 0,5 (La atau H)
Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan
peralatan layan tetap.
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin,
hujan, dan lain-lain.
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh
orang dan benda bergerak.
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
W adalah beban angin.
1.6. Pengecekan Parameter Struktur
1.6.1.Batas Kemampuan Layan
Menurut SNI 03-1729-2002 tentang tata cara perencanaan struktur baja
untuk bangunan gedung, sistem struktur dan komponen struktur harus
direncanakan untuk keadaan kemampuan-layan batas. Lendutan akibat
beban dalam keadaan kemampuan-layan batas harus ditentukan
berdasarkan metode analisis elastis pada Butir 7.4 dengan semua faktor
amplifikasi diambil sama dengan satu. Lendutan harus memenuhi Butir
6.4.3;
1.6.2.Batas Kelangsingan
Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka
perbandingan kelangsingan λ=Lk/r dibatasi sebesar 200. Untuk batang-
batang yang direncanakan terhadap tarik, angka perbandingan
kelangsingan L/r dibatasi sebesar 300 untuk batang sekunder dan 240
untuk batang primer.
1.7. Desain Struktur
Setelah bangunan dimodelkan dan dianalisis hasil serta dilakukan pengecekan
parameter struktur dan hasilnya memenuhi, selanjutnya dilakukan desain
sambungan.
BAB 3
PERENCANAAN GORDING
Perhitungan atap dibagi menjadi beberapa klasifikasi perencanaan
yaituperencanaan gording, perencanaan kuda-kuda, dan perencanaan
sambungan. Secara umum, material yang digunakan untuk penutup atap adalah
baja dengan kualitas A-36. Kualitas material diseragamkan dalam penggunaan
gording, kuda-kuda, dan sambungan.
3.1. Gambar Desain Rencana Gording
Gambar . Desain Kuda-Kuda
Desain kuda-kuda (seperti pada gambar di atas) yang akan direncanakan yaitu
merupakan tipe Modified Fan (triple fans) yang pada umumnya memiliki
bentang 44 – 60 ft atau sekitar 13 – 18 meter. Desain kuda-kuda ini dirancang
sebagai rangka penutup pada bangunan hanggar pesawat pribadi yang
memiliki dimensi 18 x 36 m, yang desain denahnya dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Gambar . Desain Rencana Bangunan Hanggar Pesawat Pribadi
3.2. Spesifikasi Umum Perencanaan
Baja
Mutu Baja : A-36
Modulus Elastisitas ( E ) : 200 GPa
Modulus Geser ( G ) : 79,3 GPa
Poisson Ratio ( μ ) : 0,26
Koefisien Pemuaian ( α ) : 12 x 10-6/oC
Tegangan Leleh ( σy ) : 250 Mpa
Tegangan Dasar ( σ ) : 152 Mpa
Tegangan Putus ( fu ) : 400 – 550 MPa
Tegangan Geser ( τ ) : 92.8 Mpa
Gording
Jenis Profil : Profil Kanal C 6 x 13
Acuan : AISC Steel Construction Manual,13th
Edition
Jarak Antar Gording : 1,64 m
H (web channal) 15,240 cm
bf (flange channal) 5,486 cm
t1 (web thickness) 1,11 cm
t2 (flange thickness) 0,871 cm
Section area (A) 24,581 cm2
Mass per metre (W) 19,296 kg/m
Moment of inertia Ix 720,080 cm4 Iy 43,704 cm4
Radius of gyration rx 5,410 cm ry 1,331 cm
Plastic modulus Zx 119,462 cm3 Zy 22,123 cm3
Elastic modulus Sx 94,717 cm3 Sy 10,455 cm3
Torsional constant J 9,865 cm4
Warping constant Cw 1930,773 cm6
Kuda-Kuda
Jarak Antar Kuda-Kuda : 4 m
Atap
Penutup Atap : Atap Zincalcume Lysaght Spandek AZ-150
Berat Penutup Atap : 4,55 kg/m2
Kemiringan Atap : 24o
3.3. Pembebanan Gording
Beban Mati/Dead Load (DL)
Berat Sendiri Gording =19,296kg/m
Berat Penutup Atap
1,64m (Jarak Gording) x 4,55 kg/m2 = 7,462kg/m
Total Beban Mati Gording (qDL) = 26,758kg/m
Beban Pekerja (La)
Berat 2 Orang Pekerja = 200 kg
Beban Angin (W)
+
P, Wind Pressure (Psf) = 0,00256 x v2 (V= wind speed in Mph)
P = 0,00256 x ( 62,137)2 psf = 48,27kg/m2
Koefisien Angin Tekan = 0.02α – 0.4
= 0,02(24°) - 0,4
= 0,08
Angin Tekan= koefisien angin tekan x tekanan tiup angin x jarak gording
= 0,08 x 48,27 kg/m2 x1,64 m
= 6,333 kg/m
Koefisien Angin Hisap = - 0,4
Angin Hisap= koefisien angin hisap x tekanan tiup angin x jarak gording
= -0,4 x 48,27 kg/m2 x 1,64 m
= –31,665 kg/m
Beban Hujan (Ha)
Berat hujan dihitung dengan rumus = (40 – 0.8α) kg/m2
Berat hujan = 40 – 0,8 x 24
= 20,8 kg/m2
Beban Hujan (Ha)
Berat Hujan x Jarak Gording = 20,8 x 1,64
= 34,112 kg/m
3.4. Mekanisme Pembebanan Gording
Beban Mati/Dead Load (DL)
qDL = 26,758 kg/m
Gambar 3. Skema Pembebanan akibat Dead Load (DL)
qx = qDL x sin 24 ° = 26,758 kg/m x sin 24° = 10,88 kg/m
qy = qDL x cos24 ° = 26,758 kg/m x cos 24° = 24,44kg/m
Mx = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x 24,44 x 42 = 48,89 kg.m
My = 1/8 x qx x L2 = 1/8 x 10,88 x 42 = 21,77 kg.m
Vx = 1/2 x qxx L = 1/2 x 10,88 x 4 = 21,77 kg.m
Vy = 1/2 x qyx L = 1/2 x 24,44 x 4 = 48,89 kg.m
Beban Pekerja (La)
Pa = 200 kg
Gambar 4. Skema Pembebanan akibat Beban Pekerja (La)
Pax = Pa x sin 24 ° = 200 kg x sin 24° = 81,35kg/m
Pay = Pa x cos 24° = 200 kg x cos 24° = 182,71kg/m
Max = 1/4 x Pay x L = 1/4 x 182,71 x 4 = 182,71kg.m
May = 1/4 x Pax x L = 1/4 x 81,35 x 4 = 81,35kg.m
Vx = 1/2 x Pax = 1/2 x 81,35 = 91,35kg.m
Vy = 1/2 x Pay = 1/2 x 182,71 = 40,67kg.m
Beban Angin (W)
Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu x maka hanya ada Mx.
Gambar 5. Skema Pembebanan akibat Beban Angin (DL)
Angin Tekan (W = 6,33 kg/m)
Mx = 1/8 x qyx L2 = 1/8 x 6,33 x 42 = 12,67kg.m
Vy = ½ x qy x L = ½ x 6,33 x 4 = 12,66 kg
Angin Hisap tidak diperhitungkan karena mengurangi beban
struktur.
Beban Hujan (H)
H = 34,112 kg/m
Gambar 6. Skema Pembebanan akibat Beban Hujan (H)
qx = qhujan x sin 24 ° = 34,112 kg/m x sin 24° = 13,87kg/m
qy = qhujan x cos 24 ° = 34,112 kg/m x cos 24° = 31,16kg/m
Mx = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x 31,16 x 42 = 62,33kg.m
My = 1/8 x qx x L2 = 1/8 x 13,87 x 42 = 27,75kg.m
Vx = 1/2 x qxx L = 1/2 x 13,87 x 4 = 27,75kg.m
Vy = 1/2 x qyx L = 1/2 x 31,166 x 4 = 62,33kg.m
3.5. Kombinasi Beban
Berdasarkan hasil perhitungan momen lentur didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel . Hasil perhitungan momen akibat Pembebanan
Beban Mx My
Beban mati (D) 48,89 21,77
Beban pekerja (La) 182,71 81,35
Beban angin (W) 12,67 0
Beban hujan (H) 62,33 27,75
Tabel . Kombinasi Pembebanan
Sehingga didapat nilai momen ultimate :
Mux = 351,00 kg.m
Muy = 166,41 kg.m
Syarat: Mu ≤ ф .Mn (dimana ф = 0.9 dan Mn = Kuat lentur nominal
penampang)
Mux ≤ ф .Mnx
351,00 x 104 N.mm ≤ 0.9 x Mnx
Mnx ≥ 390,00 x 104 N.mm
Muy ≤ ф .Mny
166,41 x 104 N.mm ≤ 0.9 x Mny
Mny ≥ 184,9 x 104 N.mm
Jika Mn = Mp, Mp = σy.Z (σy A-36 = 250 MPa)
Mpx = σy.Zx
390,00 x 104 N.mm = 250 N/mm2 . Zx
Zx = 15.600 mm3 = 15,60 cm3 Zxbeban< Zxprofil → profil sesuai!
Mpy = σy.Zy
Kombinasi Momen Mux (kg.m) Muy (kg.m)
1.4D 68,44 30,47
1.2D + 1.6L + 0.5La 150,02 66,79
1.2D + 1.6L + 0.5H 89,83 39,99
1.2D + 1.6La + 0.8W 351,00 166,41
1.2D + 1.6H + 0.8W 158,39 80,65
1.2D + 1.3W + 0.5La 150,02 83,26
1.2D + 1.3W + 0.5H 89,83 56,46
312,63 x 104 N.mm = 250 N/mm2 . Zy
Zy = 7.396 mm3 = 7,40 cm3 Zybeban< Zyprofil → profil sesuai!
3.6. Perencanaan Profil untuk Gording
Dari profil yang dipilih, dilakukan pengecekan apakah profil tersebut
memiliki kategori compact, non-compact, ataupun slender. Pengecekan
dilakukan baik pada sumbu kuat ataupun sumbu lemah. Berikut adalah tabel
dari rasio kelangsingan (slenderness ratio) untuk jenis profil kanal C.
Tabel . Slenderness Ratio
Element λ λp Λr
Flangebf
t f
0,38.√ E/ f y 0.38 .√E / f y
Webhtw
3,76.√E / f y 5,70.√E / f y
Flange (sayap)
¿bf
t f
= 5,4862 x0,871
=6,30
❑p=0,38.√ E/ f y=0,38.√800=10,75
λ ≤ λp (compact shape)
Web (badan)
¿ htw
=15,241,11
=13,73
❑p=3,76.√E / f y=3,76.√800=106,35
λ ≤ λp (compact shape)
Jika ditinjau dari sumbu kuatnya, profil yang dipilih termasuk profil
compact.
Kontrol terhadap Lateral Torsional Buckling
Lb = 4000 mm
Lp=1.76 ∙ r y ∙√ Ef y
=1.76 ∙1,331∙√800=662,56mm
karena Lp< Lb maka kondisi plastis tidak tercapai sehingga Mn akan
mengalami reduksi.
X1=( πS x ) ∙(√ E ∙G ∙ J ∙ A
2 ) ¿( π
94,717 x 103 ) ∙(√ ( 2x 105 )∙ (7,93 x104 ) ∙ ( 9,865 x104 )∙ 2458,12 )
¿46011,89 MPa
X2=4 ∙( Sx
G ∙J )2
∙(Cw
I y)
¿4 ∙( 94,717 x103
( 7,93 x 104 ) ∙ (9,865 x104 ) )2
∙( 193077300043,704 x104 )
¿2,5907 x10−6 MPa
Lr=r y ∙( X1
f L)∙√1+√1+ X2 ∙ f L
2
di mana:
fL = fy – fr
fr = tegangan tekan residual = 70 Mpa
fL = (250–70) Mpa
= 180 Mpa
sehingga :
Lr=(13,31 ) ∙( 47312,74180 ) ∙√1+√1+(2,5455 x10−6 ) ∙ (180 )2
¿4860,68 mm
karena Lp< Lb< Lrinelastic lateral torsional buckling (zona II)
Perhitungan untuk Cb
Berdasarkan SNI Baja Pasal 8.3.1, Cb dihitung dengan rumus
Cb=12,5 M max
2,5 M max+3 M A+4 M B+3 M C
≤2,3
Dengan
MA = momen sejarak seperempat bentang
MB = momen di tengah bentang
MC = momen sejarak tiga per empat bentang
Nilai Cb tidak lebih dari 2,3
Untuk itu, diperlukan perhitungan MA, MB dan MC akibat kombinasi
pembebanan
1.2D + 1.6La + 0.8W. Perhitungan nilai Cb akibat beban terbagi merata
dan beban terpusat disajikan sebagai berikut
Gambar . Analisis nilai Cb akibat beban terbagi merata
Gambar 8. Analisis nilai Cb akibat beban terpusat
Sehingga, didapatkan nilai momennya
Beban Mati (D)
Momen terhadap sumbu x
qy = 24,44 kg/m
MA = MC = (3/32) x (24,44) x 42 = 36,67 kg.m
MB= (1/8) x (24,44) x 42 = 48,887 kg.m
Momen terhadap sumbu y
qx = 10,88kg/m
MA = MC = (3/32) x (10,88) x 42 = 16,33 kg.m
MB= (1/8) x (10,88) x 42 = 21,77 kg.m
Beban Pekerja (La)
Momen terhadap sumbu x
Py= 182,71kg
MA = MC = (1/8) x (182,71) x 4 = 91,35 kg.m
MB= (1/4) x (182,71) x 4 = 182,71 kg.m
Momen terhadap sumbu y
Px = 81,35 kg
MA = MC = (1/8) x (81,35) x 4 = 40,67kg.m
MB= (1/4) x (81,35) x 4 = 81,35 kg.m
Beban Angin (W)
Momen terhadap sumbu x
qy = 6,33kg/m
MA = MC = (3/32) x (6,33) x 42= 9,49 kg.m
MB= (1/8) x (6,33) x 42 = 12,6 kg.m
Momen terhadap sumbu y
q = 0
MA = MC = 0 kg.m
MB= 0 kg.m
Sehingga, dengan kombinasi pembebanan yang ada didapat nilai MA, MB
dan MC
MAx = MCx = 1.2D + 1.6La + 0.8W
= 1.2(36,67) + 1.6(91,35) + 0.8(9,49)
= 197,77 kg.m
MAy = MCy = 1.2D + 1.6La + 0.8W
= 1.2(16,33) + 1.6(40,67) + 0.8(0)
= 84,87 kg.m
Mmax x = MBx = 361,134 kg.m
Mmax y = MBy = 156,27kg.m
Maka, dapat diperoleh nilai Cb
Cbx=12,5 M max
2,5 M max+3 M A+4 M B+3 M C
¿12,5 (361,134 )
2,5 (361,134 )+3 (197,77 )+4 (361,134 )+3 (197,77 )=1,277
Cby=12,5 M max
2,5 M max+3 M A+4 M B+3 M C
¿12,5 (156,27 )
2,5 (156,27 )+3 (84,87 )+4 (156,27 )+3 (84,87 )=1,282
Dari nilai Cb, dapat dicari kuat nominal terhadap lenturnya, yaitu
M n=Cb[M r+( M p−M r )( Lr−Lb
L r−Lp)]≤ M p
M rx=(f y−f r )∗Sx= (250−70 )∗94717=172385400 N . mm
M px=f y∗Z x=250∗119462=301043500 N . mm
M ry=( f y−f r )∗S y=(250−70 )∗10455=1902800 N . mm
M py=f y∗Z y=250∗22123=5574879 N . mm
M nx=Cbx[M rx+( M px−M rx ) (Lb−Lp
Lr−Lp)]=22.143 .100 N .mm
M ny=Mpy = 6.181 .658 N .mm
Maka kuat nominal tereduksinya
фMnx = 0.9 x 22.143 .100 = 19.928.790N.mm
фMny = 0.9 x 6.181 .658 = 5.563.493 N.mm
sedangkan
Mux = 3.510.012 N.mm
Muy = 1.664.084 N.mm
Karena фMnx > Mux dan фMny > Muy, maka profil ini kuat
terhadap lateral torsional buckling.
Kontrol akhir momen (yang disebabkan momen tidak simetris)
Mux∅ . Mnx
+ Muy∅ . Mny
<1 0,478< 1, maka profil ini aman!
Kontrol Terhadap Geser
Tabel 3. Hasil perhitungan gaya geser akibat Pembebanan
Beban Vx Vy
Beban mati (D) 10,88336 24,44444
Beban pekerja (La) 81,34733 182,7091
Beban angin (W) 0 6,333024
Beban hujan (H) 13,8746 31,16286
Lintang maksimum
Vux = 172,2873 kg
Vuy = 168,5206 kg
Perhitungan ini didasarkan pada SNI baja Pasal 8.8.2
λ = h
tw=
15,241,11
= 13,73
k n=5
1.1√ k n . Efy
=1.1√ 5 ×210000250
=69,57
Kombinasi V Vux (kg) Vuy (kg)
1.4D 30,47342 68,44442
1.2D + 1.6L + 0.5La 71,79735 79,00348
1.2D + 1.6L + 0.5H 39,99468 89,82951
1.2D + 1.6La + 0.8W 172,2873 133,8774
1.2D + 1.6H + 0.8W 80,65163 168,5206
1.2D + 1.3W + 0.5La 88,26321 95,46934
1.2D + 1.3W + 0.5H 56,46054 106,2954
Maximum 172,2873 168,5206
Karena htw
≤1.1√ kn . Efy
maa digunakan rumus kuat geser pada pasal 8.8.3
фVnx = ф x 0.6 x fy x Aw
= 0.9 x 0.6 x 250 x 1498,28
= 202267,8 N
Karena фVnx> Vux dan фVny> Vuy, profil yang digunakan aman
terhadap kuat geser
фVny = ф x 0.6 x fy x Af
= 0.9 x 0.6 x 250 x 955,66
= 129014,1 N
Kontrol terhadap Lendutan Ijin
Lendutan Izin
δx= Lby240
=16,67 mm
δy= Lbx240
=16,67 mm
Sehingga Lendutan Izin
δ=(√δx2+δy2 )=23,57 mm
Lendutan total
δx= 5384
×∑ qx× L4
E × Iy+ 1
48×
Px × L3
E × Iy
¿ 5384
×0,24758 ×40004
200000 × 437040+ 1
48×
0,8135 × 40003
200000 × 437040=10,17366 mm
δy= 5384
×∑ qy× L4
E × Ix+ 1
48×
Py × L3
E × Ix
¿ 5384
×0,619403 × 40004
200000 × 7200800+ 1
48×
1,827 × 40003
200000 ×7200800=10,32375 mm
δ=(√δx2+δy2 )=14,49 mm
δ <¿ δijin (memenuhi)
BAB 4
PERENCANAAN KUDA-KUDA
4.1. Gambar Desain Rencana Kuda-Kuda
Proses desain diawali dengan menentukan desain struktur dan material yang
akan digunakan sebagai material kuda-kuda. Bentang kuda-kuda dan tinggi
kuda-kuda disesuaikan dengan bentang melintang bangunan.
Gambar. Desain perencanaan kuda-kuda
4.2. Spesifikasi Profil Rangka Kuda-Kuda
Sebagai struktur utama kuda-kuda digunakan profil baja siku ganda 2L
2x2x1/8 inch dan 2L 2x2x3/16 inch. Berikut spesifikasi dari profil yang
dipilih secara mendetail beserta sambungan dan pelat penyambung,
Gambar. Profil kuda-kuda yang digunakan
Tabel . Data profil baja rangka kuda-kuda
Profil yang digunakan
Double-angle 2L 2 x 2 x 1/8 inch
Double-angle 2L 2 x 2 x 3/16 inch
W 4,973 kg/m 7,293 kg/mAg 633,547 mm2 929,03 mm2
b 50,8 mm 50,8 mmd 50,8 mm 50,8 mmt 3,175 mm 4,763 mm
Ix 157335,479 mm4 225181,201 mm4
rx 15,748 mm 15,545 mmry 20,777 mm 21,107 mmFy 250 MPa 250 MPax 13,564 mm 14,249 mm
Fu 400-550 MPa 400-550 MPaTebal Gusset 0,635 cm 0,635 cm
Bolt A307Diasumsikan perkuatan 3 baut dalam 1 baris
D bolt 12,7 mm 12,7 mmD hole 15,875 mm 15,875 mmA bolt 126,613 mm2 126,613 mm2
Spacing 40 mm 40 mm
4.3. Pembebanan Kuda-kuda
Simulasi pembebanan dikelompokkan menjadi beban mati, beban hidup,
beban hujan, dan beban angin. Beban mati pada atap dikelompokkan menjadi
dua, yaitu beban mati atas dan beban mati bawah. Beban mati atas terdiri dari
berat penutup atap (gording dan penutup atap). Beban mati bawah terdiri dari
berat sendiri kuda-kudadan berat penggantung plafond (tidak menggunakan
plafond.
Tabel 5. Spesifikasi penutup atap
SpesifikasiJenis Penutup Atap Zincalcume Lysaght Spandek AZ-150Berat Penutup Atap 4,55 kg/m2
Jarak Gording 1,64 mBerat Penggantung Langit-Langit 7 kg/m2
Jarak Antar Kuda-Kuda 4 mKemiringan atap α 24 Derajat
Beban Mati (DL)
Beban Mati Atas
Beban-beban mati yang berada di atas kuda-kuda akan ditransfer menjadi
beban titik. Adapun distribusi beban mati atas ialah sebagai berikut:
Gambar 10. Distribusi pembebanan penutup atap dan gording
PDLatas=Pgording+Ppenutupatap
PDLatas=Q gording+W atap× jarakgording × jarakkuda−kuda
Tengah : P=19,296 × 4+4,55 ×1,64 ×4
P=107,032 kg=108 kg=1,08 kN
Ujung : P=19,296 × 4+(4,55 ×1,64 × 4 )
2
P=92,108 kg=93 kg=0,93 kN
Beban Mati Bawah
Beban mati bawah terdiri dari berat kuda-kuda sendiri, berat
penggantung plafond (tidak memakai langit-langit). Profil kuda-kuda
yang dipakai adalah profil double-angle : 2L (2 x 2 x 1/8) inch dan 2L (2
x 2 x 3/16). Setiap batang kuda-kuda mempunyai panjang yang berbeda-
beda, maka diperlukan perhitungan khusus. Setiap titik kumpul
menanggung beban setengah bagian rangka bagian kanan dan kirinya.
Beban yang didistribusikan ke masing-masing titik merupakan berat dari
batang di sekitarnya, berikut adalah contoh distribusinya:
- Titik A merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
1 dan 9.
- Titik B merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
1, 2, 9, 10, 28, dan berat penuh dari batang 21.
- Titik C merupakan pusat distribusi beban dari berat setengah batang
2, 3, 10, 11, 28, 29, dan berat penuh dari batang 22.
Gambar . Rangka batang kuda-kuda
Berat dari masing-masing batang diperoleh dari berat batang per meter
dikalikan dengan panjang batang sendiri. Adapun distribusi penggunaan
profil baja terdapat pada gambar berikut ini.
Gambar . Pemilihan profil baja untuk rangka kuda-kuda
Batang atas : 2L 2x2x3/16 inch
Batang bawah : 2L 2x2x1/8 inch
Batang tegak : 2L 2x2x1/8 inch
Batang diagonal : 2L 2x2x3/16 inch
Adapun panjang dari masing-masing batang adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Panjang Masing-Masing Batang
PA=Pplafond+Pkuda−kuda A
Pplafond=( Ppenggantung )× Lgording × Lkuda−kuda
Tengah : Pplafon=(7 )×3× 4
Pplafon=84 kg=0,84 kN
Ujung : Pplafon=7 x1,5 x 4
2
Pplafon=21 kg=0,21 kN
Pkuda−kuda A=W kuda−kuda x12(L 1+L 9)
Pkuda−kudaA=4,973 x12
x (1,5 )+7,293 x12
x (1,64)=9,71 kg 9,8 kg=0,098 kN
Batang Panjang (m)1 1,52 1,53 34 35 36 37 1,58 1,59 1,6410 1,6411 1,6412 1,6413 1,6414 1,6415 1,6416 1,6417 1,6418 1,6419 1,64
Batang Panjang (m)20 1,6421 0,6722 1,3323 2,6724 425 2,6726 1,3327 0,6728 1,6429 2,530 2,531 3,6532 3,6533 3,6534 3,6535 2,536 2,537 1,64
PA=0,21kN+0 , 098kN=0,31kN
Tabel . Beban Mati Bawah Tiap Titik
TITIKBERAT PLAFOND
(kN)BERAT KUDA-
KUDA (kN)TOTAL BEBAN
BAWAHA 0,21 0,0971 0.31B 0,42 0,2873 0.71C 0,63 0,4486 1.08D 0,84 0,6258 1.47E 0,84 0,7339 1.57F 0,84 0,6258 1.47G 0,63 0,4486 1.08H 0,42 0,2873 0.71I 0,21 0,0971 0.31
Sehingga pembebanan struktur kuda-kuda akibat Dead Load menjadi
seperti berikut ini:
Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Dead Load (DL)
Beban Pekerja (La)
Untuk beban pekerja digunakan berat 2 orang ditambah berat peralatan
dengan total berat 200 kg. Pembebanan yang terjadi pada kuda-kuda
akibat beban pekerja (La) ditampilkan sebagai berikut.
Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Pekerja (La)
Beban Angin (W)
Beban angin terdiri dari 2 jenis, yaitu beban angin tekan (yang datang
menuju atap) dan beban angin hisap (yang menjauhi atap dan bersifat
menghisap/mengangkat atap).Tekanan tiup angin = 48,27 kg/m2
Angin Muka
W anginmuka=koefisienangin×tekanantiupangin
W anginmuka=(0.02 α−0.4 ) × 48,27
W anginmuka=(0.02× 24−0.4 )× 48,27
W anginmuka=3,86 kg /m2
Angin Belakang
W anginbelakang=−0.4 × 48,27
W anginbelakang=−19,31 kg /m2
Setelah mengetahui besarnya beban angin untuk setiap luasan, maka
apabila beban-beban tersebut ditransfer menuju rangka kuda-kuda,
terdapat dua proyeksi beban anginnya, yaitu proyeksi vertikal dan
proyeksi horizontal. Berikut perhitungannya.
o Proyeksi Vertikal Beban Angin
Angin Muka
AnginMuka=W anginmuka × Lkuda−kuda× Lgording × cosα
AnginMuka=3,86 × 4 ×1,64 × cos24 °
AnginMuka=23,13 kg 24 kg=0,24 kN
Angin Belakang
AnginBelakang=W belakang × Lkuda−kuda× Lgording ×cosα
AnginBelakang=−19,31 × 4 ×1,64 × cos24 °
AnginBelakang=−115,72kg −116 kg=−1,16 kN
o Proyeksi Horizontal Beban Angin
Angin Muka
AnginMuka=W anginmuka × Lkuda−kuda× Lgording × sin α
AnginMuka=3,86 × 4 ×1,64 × sin 24 °
AnginMuka=10,29 kg 11kg=0,11 kN
Angin Belakang
AnginBelakang=W belakang × Lkuda−kuda× Lgording ×sin α
AnginBelakang=−19,31 × 4 ×1,64 × sin 24 °
AnginBelakang=−51,52 kg −52 kg=−0,52 kN
Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Angin (W)
Beban Hujan (H)
Beban hujan yang jatuh di atas atap akan membebani kuda-kuda yang
penyaluran bebannya tergantung dari kemiringan atap. Berat hujan
dihitung dengan rumus (40 – 0,8α) kg/m2. Berikut penentuan beban atap
akibat hujan.
W hujan=(40−0,8x 24 °)
W hujan=20,8 kg /m2
Phujan=W hujan× jarakgording × jarakkuda−kuda
Tengah : P=20,8 × 1,64× 4
P=136,45 kg=137 kg=1,37 kN
Ujung : P=(20,8 ×1,64 × 4 )
2
P=68,224 kg=69 kg=0,69 kN
Gambar . Skema pembebanan kuda-kuda akibat Beban Hujan (H)
4.4. Gaya Dalam Aksial Tiap Batang
Berdasarkan pembebanan pada sub-bab sebelumnya, dapat digambarkan
diagram gaya dalam aksial sehingga diperoleh nilai gaya-gaya dalam batang
dan sifatnya (tarik-tekan). Berikut gambar maupun ringkasan gaya-gaya
dalam tiap batang.
Akibat Dead Load (DL)
Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Dead Load (DL)
Akibat Beban Pekerja (La)
Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Pekerja (La)
Akibat Beban Angin (W)
Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Angin (W)
Akibat Beban Hujan (H)
Gambar . Gaya dalam aksial kuda-kuda akibat Beban Hujan (H)
Tabel . Gaya dalam aksial batang akibat pembebanan
Lokasi Batang Panjang (m)
Gaya Dalam Aksial Batang (kN)
DL (Dead Load)
La (Pekerja) W (Angin) H (Hujan)
Bat
ang
Baw
ah
1 1,5 22.47 24.75 0.72 16.96
2 1,5 22.47 24.75 0.72 16.96
3 3 18.16 20.25 0.07 13.87
4 3 14.21 15.75 -0.58 10.79
5 3 14.21 15.75 -2.47 10.79
6 3 18.16 20.25 -5.6 13.87
7 1,5 22.47 24.75 -8.73 16.96
8 1,5 22.47 24.75 -8.73 16.96
Bat
ang
Ata
s (
Kir
i) 9 1,64 -24.59 -27.09 3.47 -18.55
10 1,64 -22.38 -24.62 3.7 -16.87
11 1,64 -22.38 -24.62 3.58 -16.87
12 1,64 -17.96 -19.7 4.17 -13.49
13 1,64 -17.96 -19.7 4.05 -13.49
14 1,64 -13.5 -14.77 4.65 -10.12
Bat
ang
Ata
s (k
anan
)
15 1,64 -13.5 -14.77 4.4 -10.12
16 1,64 -17.96 -19.7 7.26 -13.49
17 1,64 -17.96 -19.7 6.69 -13.49
18 1,64 -22.38 -24.62 9.55 -16.87
19 1,64 -22.38 -24.62 8.98 -16.87
20 1,64 -24.59 -27.09 10.12 -18.55
Bat
ang
Teg
ak
21 0,67 0.71 0 0 0
22 1,33 -1.08 -2 -0.29 -1.37
23 2,67 -1.08 -2 -0.29 -1.37
24 4 9.89 10 -2.76 6.85
25 2,67 -1.08 -2 1.39 -1.37
26 1,33 -1.08 -2 1.39 -1.37
27 0,67 0.71 0 0 0
Bat
ang
Mir
ing
(Kir
i)
28 1,64 -2.21 -2.46 -0.36 -1.69
29 2,5 3.82 3.75 0.54 2.57
30 2,5 -2.92 -3.75 -0.54 -2.57
31 3,65 5.36 5.48 0.79 3.76
32 3,65 -4.56 -5.48 -0.79 -3.76
Bat
ang
Mir
ing
(Kan
an) 33 3,65 -4.56 -5.48 3.81 -3.76
34 3,65 -1.08 5.48 -3.81 3.76
35 2,5 -2.92 -3.75 2.61 -2.57
36 2,5 3.82 3.75 -2.61 2.57
37 1,64 -2.21 -2.46 1.71 -1.69
Tabel . Gaya dalam aksial batang setelah dilakukan kombinasi pembebanan
Lokasi BatangPanjang
(m)
Kombinasi Pembebanan
1,4 D1,2 D+1,6L+
0,5La
1,2 D+1,6L+
0,5Ha
1,2D+1,6La+
0,8W
1,2D+1,6H+
0,8W
1,2D+1,3W+
0,5La
1,2D+1,3W+
0,5H
Bat
ang
Baw
ah
1 1.5 31.458 39.339 27.464 67.14 54.676 40.275 36.38
2 1.5 31.458 39.339 27.464 67.14 54.676 40.275 36.38
3 3 25.424 31.917 22.292 54.248 44.04 32.008 28.818
4 3 19.894 24.927 17.552 41.788 33.852 24.173 21.693
5 3 19.894 24.927 17.552 40.276 32.34 21.716 19.236
6 3 25.424 31.917 22.292 49.712 39.504 24.637 21.447
7 1.5 31.458 39.339 27.464 59.58 47.116 27.99 24.095
8 1.5 31.458 39.339 27.464 59.58 47.116 27.99 24.095
Bat
ang
Ata
s (
Kir
i)
9 1.64 -34.426 -43.053 -29.008 -70.076 -56.412 -38.542 -34.272
10 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -63.288 -50.888 -34.356 -30.481
11 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -63.384 -50.984 -34.512 -30.637
12 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -49.736 -39.8 -25.981 -22.876
13 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -49.832 -39.896 -26.137 -23.032
14 1.64 -18.9 -23.585 -15.7 -36.112 -28.672 -17.54 -15.215
Bat
ang
Ata
s (k
anan
)
15 1.64 -18.9 -23.585 -15.7 -36.312 -28.872 -17.865 -15.54
16 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -47.264 -37.328 -21.964 -18.859
17 1.64 -25.144 -31.402 -21.052 -47.72 -37.784 -22.705 -19.6
18 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -58.608 -46.208 -26.751 -22.876
19 1.64 -31.332 -39.166 -26.356 -59.064 -46.664 -27.492 -23.617
20 1.64 -34.426 -43.053 -29.008 -64.756 -51.092 -29.897 -25.627
Bat
ang
Teg
ak
21 0.67 0.994 0.852 1.352 0.852 0.852 0.852 0.852
22 1.33 -1.512 -2.296 -0.796 -4.728 -3.72 -2.673 -2.358
23 2.67 -1.512 -2.296 -0.796 -4.728 -3.72 -2.673 -2.358
24 4 13.846 16.868 12.368 25.66 20.62 13.28 11.705
25 2.67 -1.512 -2.296 -0.796 -3.384 -2.376 -0.489 -0.174
26 1.33 -1.512 -2.296 -0.796 -3.384 -2.376 -0.489 -0.174
27 0.67 0.994 0.852 1.352 0.852 0.852 0.852 0.852
Bat
ang
Mir
ing
(Kir
i)
28 1.64 -3.094 -3.882 -2.152 -6.876 -5.644 -4.35 -3.965
29 2.5 5.348 6.459 5.084 11.016 9.128 7.161 6.571
30 2.5 -4.088 -5.379 -3.004 -9.936 -8.048 -6.081 -5.491
31 3.65 7.504 9.172 6.932 15.832 13.08 10.199 9.339
32 3.65 -6.384 -8.212 -4.972 -14.872 -12.12 -9.239 -8.379
Bat
ang
Mir
ing
(Kan
an)
33 3.65 -6.384 -8.212 -4.972 -11.192 -8.44 -3.259 -2.399
34 3.65 -1.512 1.444 -0.796 4.424 1.672 -3.509 -4.369
35 2.5 -4.088 -5.379 -3.004 -7.416 -5.528 -1.986 -1.396
36 2.5 5.348 6.459 5.084 8.496 6.608 3.066 2.476
37 1.64 -3.094 -3.882 -2.152 -5.22 -3.988 -1.659 -1.274
4.5. Pemeriksaan Batang
Pemeriksaan batang dilakukan terhadap beban terbesar pada batang-batang
bawah, atas, tegak dan melintang, dari tabel kita dapatkan beban terbesar :
Batang Bawah = 67,14 kN (tarik)
Batang Atas = 70,076 kN (tekan)
Batang Tegak = 25,66 kN (tarik)
Batang Diagonal = 15,832 kN (tarik)
1. Batang Bawah (Cek terhadap Tarik)
a. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang bawah, panjang batang terbesar (L) adalah = 3000 mm.
Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)
❑x=Lr x
= 300015,748
=190,500
❑y=Lr y
= 300020,777
=144,389
❑x∧❑y<240 jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.
b. Yielding Strength
Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua
siku.
Pn=(0.9 × F y × Ag )
¿ (0.9 ×250× 633,547 )
¿142,548 kNc. Fracture Strength
An=( A g−Aholes )=583,144 mm2 U =1−( x
L )=1−( 6,78240 )=0.915
Ae=An× U=583,144 ∙ 0.915=533,709 mm2 Pn=( 0 ,75 × Fu × Ae) ¿ (0 ,75 ×450 × 533,709 ) ¿180,127 kN
d. Block Shear Strength
Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika
disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember ≥ tgusset plate, maka diasumsikan
block shear akan terjadi pada gusset plate.
A¿=25,4 × 6,35=161,29 mm2
Ant=161,29−2× (0 ,5 ×15 ,875 × 6,35 )=60,484 mm2
Agv=11×6,35 ×100=698,5 mm2
Anv=698,5−(2 , 5× 15 , 875× 6,35 )=446,484 mm2
Fu∙ Ant=450 ×60,4841000
=27,218 kN
0.6 ∙ Fu ∙ Anv=0.6 × 450 ×446,484=120,551 kN
Fu∙ Ant<0.6∙ Fu∙ Anv
maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield
Rn=[0.6 ∙Fu ∙ Anv+F y ∙ A¿ ]¿0.75 [0.6 ∙ 450 ∙ 446,484+ (250∙ 161,29 ) ]¿120,655 kN
upper limit
Rn=[0.6 ∙Fu ∙ Anv+Fu ∙ Ant ] ¿0.75 [0.6 ∙ 450 ∙ 446,484+ (450 ∙ 60,484 ) ] ¿110,826kN
jadi block shear strength = 110,826 kN
Karena Pn>Pu110,826 kN>67,14 kN ,batang dapat menahan
beban aksial ultimate.
2. Batang Atas (Cek terhadap Tekan)
a. Cek kekakuan batang tekan
Pada batang atas, panjang batang terbesar (L) adalah = 1640 mm
Syarat kekakuan batang tekan adalah < 240
❑x=KLr x
= 164015,545
=105,50
❑y=KLr y
= 164021,107
=77,69
❑x∧❑y<240(batangmemenuhipersyaratankekakuan)
b. Mencari nilai c
❑c=K ∙ Lx
π ∙ rx √ F y
E= 1640
π ∙ 15,545 √ 2502 x 105 =1,188
Karena 0.25 <c < 1.2 , maka:
ω= 1.431.6−(0.67 ∙c)
= 1.431.6−(0.67 ∙1,188 )
=1.778
c. Mencari f cr
ƒcr=F y
ω= 250
1.778=140,576 N /mm2
e. Design Strength
Pn= [0.85× ƒcr × Ag ]=[ 0.85× 140,576 ×929,030 ]=111,01kN Karena, Pn>Pu yaitu 111,01 kN>70,076 kN ,batang dapat
menahan beban aksial ultimate.
3. Batang Vertikal (Cek terhadap Tarik)
a. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang vertikal, panjang batang terbesar (L) adalah = 4000 mm.
Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang primer)
❑x=KLr x
= 400015,748
=254,00
❑y=KLr y
= 400020,777
=192,519
❑x>240∧❑y<240 Batang tidak memenuhi persyaratan, oleh karena itu pada sumbu x diberikan lateral support pada jarak 2 m, sehingga menjadi❑x=
KLr x
= 200015,748
=127,00
Batang memenuhi persyaratan.
b. Yielding Strength
Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua
siku.
Pn=(0.9 × F y × Ag )
¿ (0.9 ×250× 633,547 )
¿142,548 kN
c. Fracture Strength
An=( A g−Aholes )=532,741 mm2
U =1−( xL )=1−( 6,782
40 )=0 , 915
Ae=An× U=532,741 ∙ 0 , 915=487,579 mm2
Pn=( 0.75× Fu × Ae)
¿ (0.75 × 450 ×487,579 )
¿164,558 kN
d. Block Shear Strength
Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika
disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember ≥ tgusset plate, maka diasumsikan
block shear akan terjadi pada gusset plate.
A¿=25,4 × 6,35=161,29 mm2
Ant=161,29−2× (0,5× 15,875 ×6,35 )=60,484 mm2
Agv=11×6,35 ×100=698,5 mm2
Anv=698,5−(2,5 ×15,875 ×6,35 )=446,484 mm2
Fu∙ Ant=450 ×60,4841000
=27,218 kN
0.6 ∙ Fu ∙ Anv=0.6 × 450 ×446,484=120,551 kN
Fu∙ Ant<0.6∙ Fu∙ Anv
maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield
Rn=[0.6 ∙Fu ∙ Anv+F y ∙ A¿ ]¿0.75 [0.6 ∙ 450 ∙ 446,484+ (250∙ 161,29 ) ]¿120,655 kN
upper limit
Rn=[0.6 ∙Fu ∙ Anv+Fu ∙ Ant ] ¿0.75 [0.6 ∙ 450 ∙ 446,484+ (450 ∙ 60,484 ) ] ¿110,826kN
jadi block shear strength = 110,826 kN
Karena Pn>Pu110,826 kN>25,66 kN , batang dapat menahan
beban aksial ultimate.
4. Batang Diagonal (Cek terhadap Tarik)
a. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang diagonal, panjang batang terbesar (L) adalah = 3650
mm. Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240 (untuk batang
primer)
❑x=Lr x
= 365015,545
=234,805
❑y=Lr y
= 365021,107
=172,925
❑x∧❑y<240 jadi batang memenuhi persyaratan kekakuan.
b. Yielding Strength
Yielding Strength yang dihitung merupakan kekuatan dari profil dua
siku.
Pn=(0.9 × F y × Ag )¿ (0.9 ×250× 929,03 )
¿209,032 kN
c. Fracture Strength
An=( A g−Aholes )=853,425 mm2
U=1−( xL )=1−( 7,125
40 )=0.91 1
Ae=An× U=853,425 ∙ 0.91 1=7 77,421 mm2
Pn=( 0.75× Fu × Ae)
¿ (0.75 × 450 ×781,078 )
¿26 2,379 kN
d. Block Shear Strength
Jenis Kegagalan Block Shear dapat terjadi pada member yang
memiliki ketebalan kurang dari member lain pada sambungan. Jika
disambung menggunakan gusset plate, maka perlu dilakukan
pengecekan ketebalan. Karena 2 tmember ≥ tgusset plate, maka diasumsikan
block shear akan terjadi pada gusset plate.
A¿=25,4 × 6,35=161,29 mm2
Ant=161,29−2× (0,5× 15,875 ×6,35 )=60,484 mm2
Agv=11×6,35 ×100=698,5 mm2
Anv=698,5−(2,5 ×15,875 ×6,35 )=446,484 mm2
Fu∙ Ant=450 ×60,4841000
=27,218 kN
0.6 ∙ Fu ∙ Anv=0.6 × 450 ×446,484=120,551 kN
Fu∙ Ant<0.6∙ Fu∙ Anv
maka yang terjadi adalah shear fracture, tension yield
Rn=[0.6 ∙Fu ∙ Anv+F y ∙ A¿ ]¿0.75 [0.6 ∙ 450 ∙ 446,484+ (250∙ 161,29 ) ]¿120,655 kN
upper limit
Rn=[0.6 ∙Fu ∙ Anv+Fu ∙ Ant ] ¿0.75 [0.6 ∙ 450 ∙ 446,484+ (450 ∙ 60,484 ) ] ¿110,826kN
jadi block shear strength = 110,826 kN
Karena Pn>Pu110,826 kN>15,832 kN ,batang dapat menahan
beban aksial ultimate.
4.6. Pemeriksaan Baut
Baut diasumsikan diperbolehkan untuk terjadi slip dan sama pada setiap
batang, sehingga pemeriksaan baut menggunakan batang dengan beban
terbesar sebesar 67,14 kN. Baut diasumsikan bermutu A-307 dan banyaknya
baut adalah 3 baut dalam 1 baris.
Pemeriksaan baut :
1. Shear Strength
Single Shear Strength
∅ Rn= (0 ,75 ∙ Fv ∙ Abolt )∙ banyakbaut
¿ (0 ,75 ∙168 , 7 ∙1 , 266 ) ∙ 3
¿48,069 kN
Double Shear Strength
∅ Rn=2∙ (0.75 ∙Fv ∙ Abolt ) ∙ banyakbaut
¿2 ∙ (0.75 ∙168 ,7 ∙ 1 , 266 ) ∙3
¿96,118 kN
2. Bearing Strength
Profil 2x2x1/8
Member (1 siku) – tmember = 0.64 cm
Ujung member
Lc=3−(dh/2 )
¿3− (1, 5875/2 )
¿2 ,20625 cm=22 ,0625 mm
∅ Rn= ∙ (1 , 2× Lc × tmember × Fu ) ≤∙ (2 , 4× db ×tmember × Fu )
¿0 ,75 ∙ (1 , 2× 22 ,0625 × 2× 3,175× 450 ) /1000 ≤ 0 ,75∙ (2 , 4 × 12, 7 ×2 ×3,175 × 450 ) /1000
¿5 6,739 kN ≤ 65,322 kN
yang digunakan=¿56,739 kN
Tengah member
Lc=4−dh
¿4−1 , 5875
¿2 ,4125 cm=24 ,125 mm
∅ Rn= ∙ (1 , 2∙ Lc ∙ tmember ∙ Fu ) ≤∙ (2 , 4 ∙ db ∙tmember ∙Fu )¿0 ,75 ∙ (1 , 2× 24 ,125 ×2×3,1 75× 450 )≤ 0 , 75∙ (2 ,4 × 12,7 ×2×3,1 75 × 450 )
¿62,043 kN ≤ 65,322 kN
yang digunakan=¿62,043 kN
Total Bearing Strength
∅ Rn=1∙ ujung+2∙ tengah
¿1 ∙56,739+2 ∙ 62,043
¿180,826 kN (dua siku)
Profil 2x2x3/16
Member (1 siku) – tmember = 0.64 cm
Ujung member
Lc=3−(dh/2 )
¿3− (1.5875/2 )
¿2 ,20625 cm=22 ,0625 mm
∅ Rn= ∙ (1 , 2× Lc × tmember × Fu ) ≤∙ (2 , 4× db ×tmember × Fu )
¿0 ,75 ∙ (1 , 2× 22 ,0625 × 2× 4,763 × 450 )/1000 ≤0 ,75 ∙ (2, 4×12 , 7×2×4,763 × 450 )/1000
¿85,118 kN ≤ 97,994 kN
yangdigunakan=¿85,118 kN
Tengah member
Lc=4−dh
¿4−1 , 5875
¿2 ,4125 cm=24 ,125 mm
∅ Rn= ∙ (1 , 2∙ Lc ∙ tmember ∙ Fu ) ≤∙ (2 , 4 ∙ db ∙tmember ∙Fu )
¿0 ,75 ∙ (1 , 2× 24 ,125 ×2× 4,763× 450 )≤ 0.75 ∙ (2 , 4 × 12 ,7 × 2× 4,763 × 450 )
¿93,075 kN ≤ 97,994 kN
yangdigunakan=¿93,075 kN
Total Bearing Strength
∅ Rn=1∙ ujung+2∙ tengah
¿1 ∙85,118+2 ∙93,075
¿271,268 kN (dua siku)
3. Bearing Strength gusset plate
Member (1 siku) – tmember = 0,64 cm
Ujung gusset
Lc=3−(dh/2 )¿3− (1.5875/2 )
¿2 ,20625 cm=22 ,0625 mm
∅ Rn= ∙ (1 , 2× Lc × t gusset × Fu )≤ ∙ (2 , 4 ∙ db ∙t gusset . Fu )
¿0 ,75 ∙ (1 , 2× 22 ,0625 × 6,35× 450 )/1000 ≤ 0 , 75 ∙ (2 ,4 × 12 ,7 × 6,35× 450 ) /1000
¿56,739 kN ≤ 65,322 kN
yang digunakan=¿56,739 kN
Tengah member
Lc=4−dh
¿4−1.5875
¿2 ,4125 cm=24 ,125 mm
∅ Rn= ∙ (1,2 × Lc ×t gusset × Fu ) ≤ ∙ (2,4 ∙db ∙ t gusset . Fu )¿0,75 ∙ (1,2× 24,125× 6,35×450 ) /1000≤ 0,75 ∙ (2,4 ×12,7 × 6,35× 450 ) /1000
¿62,043 ≤ 65,322 kN
yang digunakan=¿62,043 kN
Total Bearing Strength
∅ Rn=1∙ ujung+2∙ tengah
¿1 ∙56,739+2 ∙ 62,043
¿180,826 kN
Jadi, kekuatan sambungan dari struktur kuda-kuda adalah sebesar 96,118 kN,
sementara gaya batang tarik terbesar pada struktur adalah sebesar 67,14 kN.
Karena itu, profil baut cukup kuat untuk dijadikan sambungan dari struktur
kuda-kuda.
4.7. Pemeriksaan Lendutan
Besar lendutan di tengah bentang kuda-kuda dicari dengan metode virtual
work yaitu:
1 ×∆=∑ N × n × LA × E
(Hibbler, Structural Analysis, p.303)
dimana :
1 = beban 1 satuan (virtual) yang diletakkan pada titik yang
akan dicari besar lendutannya (kg)
Δ = besar lendutan yang terjadi pada suatu titik (m)
N = gaya dalam batang akibat gaya luar (kg)
n = gaya dalam batang akibat beban 1 satuan (kg)
L = panjang batang (m)
A = luas permukaan profil batang (cm2)
E = modulus elastic profil batang (kg/cm2)
Gaya dalam batang akibat gaya luar yang digunakan adalah gaya dalam yang
diambil dari penjumlahan beban mati dan beban hidup, karena 2 beban
tersebut diasumsikan yang paling memberikan beban terbesar dan beban yang
selalu ada. Sedangkan gaya dalam akibat gaya 1 satuan diletakkan pada
tengah bentang bawah kuda-kuda. Untuk mempermudah perhitungan,
digunakan tabulasi dari nilai-nilai diatas sehingga diperoleh total dari masing-
masing nilai. Berikut adalah perhitungan dari lendutan,
Gambar . Gaya dalam akibat beban 1 satuan pada tengah bentang
Tabel . Pemeriksaan Lendutan
Batang N (kN) n (kN) L N x n x L A x E (kN)(N x n x L)/(A x
E)
1 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095
2 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095
3 63.41 1.13 3 214.9599 1406448.8 0.153
4 49.99 1.13 3 169.4661 1406448.8 0.120
5 49.99 1.13 3 169.4661 1406448.8 0.120
6 63.41 1.13 3 214.9599 1406448.8 0.153
7 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095
8 78.64 1.13 1.5 133.2948 1406448.8 0.095
9 -86.06 -1.23 1.64173.60023
21406448.8 0.123
10 -78.59 -1.23 1.64158.53174
81406448.8 0.113
11 -78.59 -1.23 1.64158.53174
81406448.8 0.113
12 -62.89 -1.23 1.64126.86170
81406448.8 0.090
13 -62.76 -1.23 1.64126.59947
21406448.8 0.090
14 -48.07 -1.23 1.64 96.966804 1406448.8 0.069
15 -48.07 -1.23 1.64 96.966804 1406448.8 0.0689
16 -62.76 -1.23 1.64126.59947
21406448.8 0.090
17 -62.89 -1.23 1.64126.86170
81406448.8 0.090
18 -78.59 -1.23 1.64158.53174
81406448.8 0.113
19 -78.59 -1.23 1.64158.53174
81406448.8 0.113
20 -86.06 -1.23 1.64173.60023
21406448.8 0.123
21 2.98 0 0.67 0 1406448.8 0
22 -3.08 0 1.33 0 1406448.8 0
23 -3.02 0 2.67 0 1406448.8 0
24 35.97 0 4 0 1406448.8 0
25 -3.02 0 2.67 0 1406448.8 0
26 -3.08 0 1.33 0 1406448.8 0
27 2.98 0 0.67 0 1406448.8 0
28 -7.46 0 1.64 0 1406448.8 0
29 14.02 0 2.5 0 1406448.8 0
30 -9.89 0 2.5 0 20320 0
31 17.93 0 3.65 0 20320 0
32 -14.76 0 3.65 0 3810 0
33 -14.76 0 3.65 0 1265343534 0
34 17.93 0 3.65 018287963.4
20
35 -9.89 0 2.5 0 5994.4 0
36 14.02 0 2.5 0 32774128 0
37 -7.46 0 1.64 0 10312.4 0
Maka, defleksinya adalah :
∆ = 14,122 mm
Menurut SNI 03-1729-2002, lendutan ijin untuk balok biasa adalah L/240, dengan
nilai L adalah panjang bentang terbesar rangka batang yaitu 18 m.
∆ijin = L
240=1800
240=75 mm
Karena ∆ < ∆ijin, maka lendutan yang terjadi pada rangka batang memenuhi
persyaratan.
BAB 5
PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA (KOLOM DAN BALOK)
5.1. Perencanaan Kolom
Berdasarkan perhitungan reaksi perletakan pada kuda-kuda, didapatkan nilai
gaya aksial ultimate dan gaya geser ultimate sebagai berikut:
Pu = -33,51 kN = -3351 kg
Vu = 3,20 kN = 320 kg
5.1.1.Properti Kolom Rencana
Direncanakan Hanggar Pesawat ini dibangun dengan menggunakan
kolom baja dengan profil WF 150 x 150 x 7 x 10
WF 150 x 150 x 7 x 10d 150 mmbf 150 mmtw 7 mmtf 10 mmr 11 mm
H2 108 mmA 40,1 cm2
w 31,51 kg/mIx 1640 cm4
Iy 563 cm4
rx 6,39 cmry 3,75 cmSx 219 cm3
Sy 75 cm3
Zx 240 cm3
Zy 114 cm3
bf/2tf 7,5h/tw 15,43
Mutu Baja = A36
Fu = 450 MPa
Fy = 240 Mpa
Fr = 70 Mpa
5.1.2.Kontrol Kelangsingan Penampang Kolom
Untuk melakukan kontrol terhadap kekuatan kolom, terlebih dahulu
dilakukan pengontrolan terhadap elemen dari profil WF yang terjadi
pada flange dan web untuk menentukan apakah penampang kompak
atau tidak.
Pada Flange
b2tf
<0,56 .√ Ef y
7,5<0,56 √ 200000250
7,5<15,839 OKE!
Pada Web
htw
<1,49 .√ Ef y
15,43<1,49 .√ 200000250
15,43<42,143 OKE!
5.1.3.Kontrol Terhadap Tekuk
Kontrol tekuk dilakukan untuk melihat apakah gaya aksial ultimate
yang berasal dari kuda-kuda dapat menyebabkan tekuk pada kolom
rencana atau tidak. Adapun pengontrolan terhadap tekuk dilakukan
pada dua sumbu, yaitu sumbu kuat (sumbu-x) dan sumbu lemah
(sumbu-y) pada penampang kolom ini.
Sumbu Kuat (Sumbu-x)
λx=K . Lr x
(K diasumsikan 1,0 untuk perletakan sendi-sendi)
λx=1,0 .10000
63,9
λx=156,495
λc x=λx
π √ f y
E
λc x=156,495
π √ 250200000
λc x=1,760
Untuk λc x > 1,2 digunakan rumus ωx = 1,25 λc x2
ωx=1,25 .1,7602
ωx=3,874
Pn=Ag . f cr=Ag .f y
ωx
Pn=4010 .250
3,874
Pn=258,771 kN
Pu
φPn
= 33,510,9.258,771
=0,144 < 1 OKE!
Sumbu Lemah (Sumbu-y)
λ y=K . Lr y
(K diasumsikan 1,0 untuk perletakan sendi-sendi)
λ y=1,0. 10000
37,5
λ y=266,667
Karena rasio kelangsingan >200, maka diharuskan adanya lateral
support pada kolom, sehingga desain rencana kolomnya yaitu
dengan bentang bersih 5 m, sehingga menjadi
λ y=1,0. 5000
37,5
λ y=133,333
λcy=λy
π √ f y
E
λcy=133,333
π √ 250200000
λcy=1,50
Untuk λcy > 1,2 digunakan rumus ωy = 1,25 λcy2
ω y=1,25 . 1,52
ω y=2,812
Pn=Ag . f cr=Ag .f y
ω y
Pn=4010 .250
2,812
Pn=356,481 kN
Pu
φPn
= 33,510,9 .356,481
=0 , 104 < 1 OKE!
5.1.4.Kontrol Terhadap Kuat Geser
Kontrol terhadap kuat geser dilakukan untuk melihat apakah profil
mengalami keruntuhan akibat gaya geser atau tidak. Adapun
perhitungannya direncanakan sebagai berikut.
htw
< 1100
√ fy
htw
< 1100
√250
15,43<69,570 Penampang berada pada zona 1
Vn = 0,6 Fy Aw
= 0,6 x 250 x (108 x 7) = 113,4 kN
Vu < ØVn
3,20 < 0,9 x 113,4
3,2 kN < 102,06 kN OKE!
5.2. Perencanaan Balok (Ringbalk)
Ringbalk berfungsi sebagai balok pengikat kolom pada sistem portal,
sehingga beban yang dipikul hanya beban geser dari perletakan pada ujung
kolom (menjadi beban aksial pada balok).
5.2.1.Properti Ringbalk Rencana
Ringbalk yang digunakan pada struktur ini menggunakan baja profil
WF 100 x 100 x 6 x 8
Mutu Baja = A36
Fu = 450 MPa
Fy = 240 Mpa
WF 100 x 100 x 6 x 8
d 100 mmbf 100 mmtw 6 mmtf 8 mmr 10 mm
H2 64 mmA 21,9 cm2
w 17,19 kg/mIx 383 cm4
Iy 134 cm4
rx 4,18 cmry 2,47 cmSx 77 cm3
Sy 27 cm3
Zx 84 cm3
Zy 41 cm3
bf/2tf 6,25h/tw 10,67
Fr = 70 Mpa
5.2.2.Kontrol Kelangsingan Penampang Ringbalk
Untuk melakukan kontrol terhadap kekuatan ringbalk, terlebih dahulu
dilakukan pengontrolan terhadap elemen dari profil WF yang terjadi
pada flange dan web untuk menentukan apakah penampang kompak
atau tidak.
Pada Flange
b2tf
<0,56 .√ Ef y
6,25<0,56√ 200000250
6,25<15,839 OKE!
Pada Web
htw
<1,49 .√ Ef y
10,67<1,49 .√ 200000250
10,67<42,143 OKE!
5.2.3.Kontrol Terhadap Tekuk
Kontrol tekuk dilakukan untuk melihat apakah gaya aksial ultimate
dapat menyebabkan tekuk pada ringbalk rencana atau tidak. Adapun
pengontrolan terhadap tekuk dilakukan pada sumbu kuat (sumbu-x)
saja.
Sumbu Kuat (Sumbu-x)
λx=K . Lr x
(K diasumsikan 1,0 untuk perletakan sendi-sendi)
λx=1,0 . 4 000
41,8
λx=95,694
λc x=λx
π √ f y
E
λc x=95,694
π √ 250200000
λc x=1,449
Untuk λc x > 1,2 digunakan rumus ωx = 1,25 λc x2
ωx=1,25 .1,4492
ωx=1,449
Pn=Ag . f cr=Ag .f y
ωx
Pn=2190 .250
1,449
Pn=377,960 kN
Pu
φPn
= 3,20,9 .377,960
=0 ,0 094 < 1 OKE!
5.2.4.Kontrol Terhadap Geser
htw
< 1100
√ fy
htw
< 1100
√250
10,67<69,570 Penampang berada pada zona 1
Vn = 0,6 Fy Aw
= 0,6 x 250 x (84 x 6) = 75,6 kN
Vu < ØVn
33,166 kN < 0,9 x 75,6
33,166 kN < 68,04 kN OKE!
5.2.5.Kontrol Terhadap Lendutan
Kontrol terhadap lendutan dilakukan untuk melihat apakah lendutan
yang terjadi pada balok melebihi lendutan izin atau tidak.
Δizin = L
360=4000
360=11,111mm
Δ = 5 L2
48 EIMmax =
5 x 42 x0,343848 x200 000 x 3830000
= 0,748 mm
Δ = 11,111 mm < Δizin = 0,748 mm OKE!