tugas askep hall
DESCRIPTION
hallTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN
DI RUANGAN FLAMBOYAN
RSJ PROF. HB. SA’ANIN
PADANG
Oleh
EMIRA APRIYENI
1521312010
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNAND 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidup sehat dan memperoleh derajat kesehatan yang optimal itu
merupakan hak setiap orang di Republik ini, termasuk masalah kesehatan
jiwa. Dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Jadi, betapa indahnya kondisi hidup sehat itu.
Menurut Sudiyanto (2007) ciri utama kesehatan jiwa seseorang, adalah
ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat mandiri, bertanggung
jawab, bersikap matang, serta dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian
besar kehidupannya. Kalau salah satu dari ciri utama itu terganggu, berarti
kesehatan jiwa seorang individu bisa dikatakan terganggu. Apabila fungsi
kejiwaan seseorang terganggu, maka ia dapat mempengaruhi bermacam-
macam fungsi seperti pada ingatan,orientasi, psikomotor, proses berpikir,
persepsi, intelegensi pada kepribadian dan lain-lain. Oleh sebab itu, menurut
WHO, jika 10 persen dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa maka
harus mendapat perhatian karena termasuk rawan kesehatan jiwa. Sejalan
dengan paradigma sehat yang dicanangkan Departemen Kesehatan yang lebih
menekankan upaya proaktif, melakukan pencegahan daripada menunggu di 2
rumah sakit – kini orientasi upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan
(preventive) dan pengenalan (promotive). Upaya itu melibatkan banyak
profesi, selain psikiater, dokter juga perawat, psikolog, sosiolog, antropolog,
guru, ulama, jurnalis dan lain-lainnya.
Salah satu kesehatan jiwa yang sering terjadi dan menimbulkan kendala
yang cukup misalnya halusinasi. Halusinasi merupakan tanggapan indera
terhadap rangsangan yang datang dari luar, dimana rangsangan tersebut dapat
berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, dan
perabaan. Interpretasi terhadap rangsangan yang datang dari luar itu dapat 3
mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missing terpretation).
Salah tafsir tersebut terjadi antara lain karena adanya efek yang luar biasa,
seperti marah, takut, tercengang (excited) sedih dan nafsu yang memuncak
sehingga terjadi gangguan atau perubahan persepsi (Wahono, 2004).
Halusinasi adalah perubahan sensori persepsi pendengaran atau penglihatan
adalah sesuatu dimana keadaan seseorang mengalami dalam jumlah dan pola
dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal)
disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, destresi, atau kelainan
berespon terhadap stimulus.
Bila halusinasi ini terjadi tanpa diatasi, maka akan dapat menimbulkan
dampak yang buruk pada diri pasien sendiri maupun orang lain di sekitarnya.
Oleh karena itu kami mencoba untuk melakukan Asuhan Keperawatan Pada
Ny.E Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan agar
mengalami perubahan yang di harapkan
B. TUJUAN PENULISAN
a) Tujuan khusus
Tujuan utama dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
individu mata kuliah Keperawatan jiwa dalam melakukan asuhan
keprawatan pada Ny. E dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
penglihatan
b) Tujuan umum
- Menerapkan teori dan lebih menekankan dalam mempraktekan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
- Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi penglihatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. MASALAH UTAMA
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik
(Stuart & Sundenn, 1998). Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya
rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam
keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119). Halusinasi yaitu gangguan
persepsi (proses penyerapan) pada panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar pada pasien dalam keadaan sadar.
Menurut Maramis (1998) halusinasi adalah gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu sebenarnya yang tidak terjadi.
Perubahan persepsi sensorik adalah suatu keadaan individu yang
mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang
mendekat disertai dengan pengurangan berlebih-lebihan, distorsi atau
kelainan respon perubahan yang sering ditemukan pada klien gangguan
orientasi realitas adalah halusinasi dan dipersonalisasi (Stuart and sunden,
1998)
2. Rentang Respon Halusinasi
Rentang Adaptif Rentang
MalAdaptif
- Pikiran logis - Distorsi pikiran - Gangguan pikiran/delusi
- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Reaksi emosi berlebihan - Sulit berespon emosi
dengan pengalaman
- Perilaku sesuai -Perilaku aneh/tidak biasa -Perilaku disorganisasi
- Berhubungan sosial - Menarik diri - Isolasi sosial
3. Macam-Macam Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Stuart dan Larara 1908 membagi halusinasi
menjadi 7 jenis yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran
Karakteristinya meliputi mendengar suara-suara atau kebisingan,
paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang
jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan
sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh melakukan sesuatu yang
kadang-kadang dapat membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan
Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan cahaya,
gambar geometrik, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau
kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
3. Halusinasi Penghidu
Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau darah,
kemenyan atau faeces yang umumnya tidak menyenangkan.
4. Halusinasi Pengcapan
Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan faeces
5. Halusinasi Derabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang jelas,
rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang.
6. Halusinasi Cenesthehe
Dimana klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena atau
arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinestetic
Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak
4. Etiologi
Stuart and Sunden (1998 : 305) mengemukakan faktor predisposisi dari
timbulnya halusinasi, antara lain:
a. Faktor Biologis
1) Abnormalitas otak seperti : lesi pada areo frontal, temporal dan
limbic dapat menyebabkan respon neurobiologist
2) Beberapa bahan kimia juga dikaitkan dapat menyebabkan
respon neurbiologis misalnya: dopamine neurotransmiter yang
berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamine neurotransmiter
lain dan masalah-masalah pada sistem receptor dopamine.
b. Faktor sosial Budaya
Stres yang menumpuk, kemiskinan, peperangan, dan kerusuhan, dapat
menunjang terjadinya respon neurobiologis yang maladaftive.
c. Faktor Psikologis
Penolakan dan kekerasan yang dialami klien dalam keluarga dapat
menyebabkan timbulnya respon neurobiologis yang maladaftive
Stuart and sunden (1998: 310) juga mengemukakan faktor pencetus
(presipitasi) terjadinya halusinasi antara lain:
a. Faktor biologis
Gangguan dalam putaran balik otak yang memutar proses informasi
dan abnormaltas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
mengakibatkan ketidakmampuan menghadapi rangsangan. Stres
biologis ini dapat menyebabkan respon neurobiologis yang
maladaftive.
b. Faktor Stres dan Lingkungan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan merupakan
stressor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan perilaku.
Klien berusaha menyesuaikan diri terhadap stressor lingkungan yang
terjadi.
c. Faktor Pemicu Gejala
1) Kesehatan
Gizi yang buruk, kurang tidur, kurang tidur, keletihan, ansietas
sedang sampai berat, dan gangguan proses informasi.
2) Lingkungan
Tekanan dalam penampilan (kehilangan kemandiri dalam
melakukan aktivitas sehari-hari), rasa bermusuhan dan lingkungan
yang selalu mengkritik, masalah perumahan, gangguan dalam
hubungan interpersonal, kesepian (kurang dukungan sosial),
tekanan pekerjaan, keterampilan sosial, yang kurang, dan
kemiskinan.
3) Sikap/ perilaku
Konsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri),
kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas, perilaku amuk
dan agresif.
5. Tahapan Halusinasi
Halusinasi berkembang menjadi 4 fase (Habes, dkk, 1902):
1. Fase pertama (conforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang
terpisah, kesepian klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran
pada hal yang menyenangkan untuk menglilangkan kecemasan dan
stres. Cara ini menolong untuk sementara.
2. Fase kedua (condeming)
Pencemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal. Klien berada pada tingkat “ Listening” pada
halusinasi. Pemikian internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan
sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien tidak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau
tempat lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman yang sementara.
4. Fase Keempat (conquerting)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan
dalam waktu yang singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
C. POHON MASALAH
D. MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan …… etiologi
Perubahan sesuai persepsi halusinasi …… masalah utama
Isolasi Sosial menarik diri …………….etiologi
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknyajikasedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
2. Gangguan sensori persepsi: halusinasi (Masalah Utama)
Data Subjektif
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif
Klien berbicar dan tertawa sendiri
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
Disorientasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya
dijawab dengan singkat ”tidak”, ”ya”.
Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang
lain, berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada
(banyak diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan
orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin
(menekur)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Halusinasi penglihatan
3. Harga diri rendah
1. STRATEGI PELAKSANAAN
Diagnosa
KeperawatanPasien Keluarga
Gangguan sensori
persepsi:
halusinasi
SP I
1. Mengidentifikasi jenis
halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi
halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu
halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
pasien
5. Mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan
halusinasi
6. Mengidentifikasi respon
s pasien terhadap
halusinasi
7. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi dengan
menghardik
SP I
1. Mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala
halusinasi, dan jenis
halusinasi yang dialami
pasien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara
merawat pasien
halusinasi
8. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP II
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi
dengan berbincang
dengan orang lain
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP II
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
halusinasi
2. Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
halusinasi
SP III
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi
dengan kegiatan (yang
biasa dilakukan pasien).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP III
1. Membantu keluarga
membuat jadual aktivitas
di rumah termasuk
minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan follow
uppasien setelah pulang
SP IV
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol
halusinasi dengan teratur
minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
G. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan Keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat
halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya.Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien
tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah
satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya
dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
Melatih pasien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
4) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.
Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
Jelaskan guna obat
Jelaskan akibat bila putus obat
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit
maupun di rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di
rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan
sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi
pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
d. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien
BAB IIITINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENGLIHATAN
A. PENGKAJIAN
Ruangan Rawat : Flamboyan Tanggal Rawat : 25 Agustus 2015
I. IDENTITAS
1. Identitas klien
Inisial : Ny.E Tanggal pengkajian: 25 Agustus 2015
Umur : 37 Th RM No : 020920
Pendidikan : S1 Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja Status marital : menikah
Alamat : Padang Barat
2. Identitas penanggung jawab
Inisial : Tn.A Hubungan dgn klien :
Umur : Pekerjaan :
Status marital : menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Alamat : Padang Barat
II. ALASAN MASUK
3 bulan yang lalu, klien sering marah-marah tanpa sebab sampai merusak
alat-alat rumah tangga. Sering ketawa dan bicara sendiri. Klien merasa
melihat bayangan orang berbaju putih memakai sorban dan mengatakan
itu adalah jin islam. Klien post operasi caesar ± 2 minggu yang lalu
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien sakit sejak 10 tahun yang lalu, dan hanya berobat herbal dan rawat
jalan ke psikiater
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : -
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 22 x/menit
B. Ukuran
Tinggi badan : -
Berat badan : -
C. Kondisi Fisik :
Klien mengatakan kadang masih terasa nyeri ada bekas operasinya.
V. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
Keterangan :
: sudah meninggal : perempuan
: laki-laki : klien
: tinggal serumah
Klien tinggal dengan suaminya dan anak yang baru dilahirkannya lebih
kurang 2 minggu yang lalu. Klien mempunyai riwayat keluarga yang
memiliki gangguan jiwa yaitu anak dari adik bapaknya.
B. Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya
2. Identitas Diri
Klien mengatakan bahwa ia seorang perempuan yang telah
menikah dan mempunyai 2 orang anak
3. Peran
Klien mengatakan bahwa ia seorang istri dan ibu dari anak-
anaknya. Klien mengatakan merasa belum mampu jadi ibu yang
baik untuk anaknya karena belum bisa merawat mereka karena
harus di rawat di RSJ.
4. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa cepat pulang
untuk mengurus anaknya. Klien ingin menjadi orang yang berarti
dan berguna bagi keluarganya terutama bagi anaknya yang masih
bayi
5. Harga diri
Klien mengatakan belum bisa menjadi orang yang berarti dalam
keluarga dan masih menyusahkan suaminya, dan masih belum
mampu untuk merawat anaknya yang masih bayi
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
C. Hubungan Sosial
1. Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan suaminya. Klien lebih
senang menyimpan semua masalah pada diri sendiri dan tidak pernah
bercerita pada orang lain.
2. Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering
mengikuti kegiatan di masyarakat sekitar, apalagi saat kuliah dahulu
3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat
jalan / berobat jalan temannya berkurang karena klien malu
berkomunikasi.
D. Spiritual
Klien mengatakan sholat dalam 5x sehari, jika selesai sholat klien
berdoa agar cepat sembuh.
VI. STATUS MENTAL
1) Penampilan :
Penampilan klien tampak rapi dan sesuai , klien menggunakan baju
yang disediakan di rumah sakit
2) Pembicaraan :
Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
3) Aktivitas Motorik :
Klien tampak lesu dan memijat kakinya, karena klien mengatakan
kakinya sering pegal
4) Alam perasaan :
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien sedih belum
bisa merawat anak-anaknya
5) Afek :
Klien berafek labil, emosi kadang berubah dengan cepat
6) Interaksi selama wawancara:
Selama interaksi klien kooperatif, klien bisa menjawab setiap
pertanyaan dari perawat dan mau melakukan apa yang di instruksikan.
Klien tampak menunduk saat membicarakan mengenai keluarganya.
7) Persepsi:
Klien mengatakan melihat orang memakai baju putih dan sorban, klien
mengatakan munculnya di siang hari dan tidah menentu harinya, durasi
sekitar setengah jam, dan yang dilakukan klien adalah ketakutan dan
menghindar dari bayangan tersebut. Klien tampak melihat pada satu
sisi
8) Pola Fikir :
Flight of idea, klien saat di wawancara banyak meloncat dari satu
topik ke topik lainnya dan masih ada hubungan yang tidak logis
9) Tingkat kesadaran :
Klien disorientasi waktu, klien tidak bisa mengingat waktu dan tanggal
dengan tepat.
10) Memori:
Klien tidak bisa mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu
terakhir
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung:
Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5
12) Kemampuan Penilaian :
Klien dapat menganmbil keputusan yang sederhana dengan bantuan
orang lain seperti membersihkan tempat tidur atas instruksi perawat
karena belum rapi
13) Daya Tilik Diri :
Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa.
VI. MEKANISME KOPING
1) Klien mampu berkomunikasi dengan orang lai dengan baik
2) Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
3) Jika ada masalah klien tidak menceritakan kepada orang lain,lebih
suka memendam perasaan sendiri
VII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1) Masalah berhubungan dengan lingkungan:
Klien tidak ada masalah dengan lingkungannya, hubungannya baik
dengan lingkungan meskipun kadang lebih suka sendiri
2) Masalah dengan kesehatan: klien post operasi melahirkan lebih kurang
2 minggu yang lalu
3) Masalah dengan perumahan:
Klien tinggal dengan suami dan anaknya.
4) Masalah dengan Ekonomi:
Kebutuhan klien dipenuhi oleh suaminya
VIII. KEBUTUHAN PASIEN PULANG
a. Makan
Klien mampu makan secara mandiri tanpa bantuan,klien makan 3x
sehari dengan komposisi nasi,sayur,lauk pauk yang telah
disediakan oleh rumah sakit dan klien minum kurang lebih 8
gelas/hari.
b. BAK/BAB dan mandi
Klien mampu melakukan eliminasi dengan baik secara mandiri.
BAB 1x dan BAK kurang lebih 5x sehari. Mandi 2x sehari pagi
dan sore.
c. Berpakaian dan berhias
Klien mampu berpakaian secara mandiri,klien perlu diarahkan
untuk berhias dan berdandan
d. Istirahat tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur,klien dapat tidur
dengan kualitas 6-9 jam/hari. Tidur siang mulai 13.00 – 14.00 dan
tidur malam 21.00 – 05.00 dan klien sebelum dan sesudah tidur
merapikan tempat tidurnya. Untuk tidur klien butuh suasana yang
tenang dan tidak berisik
e. Penggunaan obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat-obatan yg
diberikan oleh perawat, tetapi perlu di arhkan kembali dan
dijelaskan lebih dalam lagi mengenai obat yang dikonsumsinya
f. Pemeliharaan kesehatan
Klien memiliki sistem pendukung,system pendukungnya adalah
perawat yang terlibat dalam pemenuhan ADLnya dan pengawasan
minum obat
IX. MASALAH KEPERAWATAN
A. Resiko Perilaku kekerasan
B. Halusinasi penglihatan
C. Harga diri rendah
X. TERAPI MEDIK
- Merlopam 1 x 1 mg
- Asam mefenamat K/P
- Risperidon 2 x 2 mg
XI. POHON MASALAH Resiko perilaku kekerasan _ _ _ _ ( Efek )
Halusinasi penglihatan _ _ _ ( Core problem )
Harga diri rendah _ _ _ ( Causa / Penyebab )
XII. ANALISA DATANo Data Masalah
keperawatan1. DS :
- Klien mengatakan melihat orang memakai baju putih dan sorban
- Klien mengatakan munculnya di siang hari dan tidah menentu harinya
- Durasi sekitar setengah jam- Yang dilakukan klien adalah ketakutan
dan menghindar dari bayangan tersebut
Halusinasi penglihatan
DO :Klien tampak melihat pada satu sisi
2. DS :- Klien mengatakan teman berkurang
semenjak sakit- Klien mengatakan merasa belum mampu
jadi ibu yang baik untuk anaknya karena belum bisa merawat mereka karena harus di rawat di RSJ
- Klien mengatakan belum bisa menjadi orang yang berarti dalam keluarga dan masih menyusahkan suaminya
DO :- Klien tampak menunduk saat berbicara
tentang keluarganya
Harga diri rendah
3. DO :- 3 bulan yang lalu, klien sering marah-
marah tanpa sebab sampai merusak alat-alat rumah tangga
- Klien berafek labil, emosi kadang berubah dengan cepat
Resiko perilaku kekerasan
XIII. RENCANA KEPERAWATAN 1. Halusinasi penglihatan
Tgl. Dx.Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
26- 08-15 Halusinasi penglihatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu mengontrol halusinasi
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi, waktu, dan frekuensi halusinasi, respon terhadap halusinasi, dan tindakan yg sudah dilakukan
Klien dapat menyebutkan dan mempraktekan cara mengntrol halusinasi yaitu
TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
Klien Bina hubungan saling
percaya Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap Observasi tingkah laku
klien terkait halusinasinya Tanyakan keluhan yang
dirasakan klien Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien tentang
dengan menghardik, minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain, dan terlibat/ melakukan kegiatan
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal
Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol
halusinasinya meliputi :SP I Identifikasi jenis
halusinasi Klien Identifikasi isi halusinasi
Klien Identifikasi waktu
halusinasi Klien Identifikasi frekuensi
halusinasi Klien Identifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi Identifikasi respons Klien
terhadap halusinasi Ajarkan Klien menghardik
halusinasi Anjurkan Klien
memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP II Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien Berikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
Menganjurkan Klien mendemonstrasikan cara control yang sudah diajarkan
Menganjurkan Klien memilih salah satu cara control halusinasi yang sesuai
SP III Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien Latih Klien
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien Latih Klien
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan Klien di rumah)
Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga Diskusikan masalah yang
dirasakn keluarga dalam merawat Klien
Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami Klien serta proses terjadinya
Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien halusinasi
Latih keluarga melakukan cara merawat Klien halusinasi secara langsung
Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat
TINDAKAN PSIKOFARMAKO
Berikan obat-obatan sesuai program Klien
Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum
Mengukur vital sign secara periodic
TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN Libatkan Klien dalam
kegiatan di ruangan Libatkan Klien dalam TAK
halusinasi
XIV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI 26 – 08 – 2015 Jam 11.00Data : DS:
- klien mengatakan melihat orang memakai baju putih dan sorban
- klien mengatakan munculnya di siang hari dan tidah menentu harinya
- durasi sekitar setengah jam- Yang dilakukan klien adalah ketakutan dan
menghindar dari bayangan tersebut DO:-klien melihat dari satu sisi
Diagnosis kep : halusinasi penglihatan
Tindakan Keperawatan SP2 : mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan minum obat
RTL : mengoptimalkan klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan mandiri
S :- klien mengatakan masih melihat bayangan
orang memakai baju putih dan sorban - klien mengatakan obat yang diminumnya
hanya dexa saja- klien mengatakan kadang tidak meminum
obatnya karena efeknya mengantuk
O: - Klien tampak masih bingung mengenai
obatnya - Klien tampak bingung nama obatnya, dan
waktu meminumnya - Obat klien : risperidon 2x2 mg, merlopam
1x1mg, asam mefenamat k/p
A :Klien belum mampu mengntrol halusinasi dengan cara minum obat dengan mandiri
P:Pasien : menganjurkan klien latihan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dan memasukkan dalam jadwal harian
Perawat : mengoptimalkan klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart, G.W. dan Sudeen, S.J. (1995). “Principles And Practice Of Psychiatric Nursing”. (6th ed). St. Louis : Mosby year book
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.
Town send, M.C. (1998). “Diagnosa Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan”. Jakarta : EGC (terjemahan).
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari : Rabu, 26 Agustus 2015
Pertemuan : 1
Sp/Dx : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan
Ruangan : Flamboyan
Nama Klien : Nn. E
A. Kondisi Klien Ds :
- klien mengatakan melihat orang memakai baju putih dan sorban
- klien mengatakan munculnya di siang hari dan tidah menentu harinya
- durasi sekitar setengah jam
- Yang dilakukan klien adalah ketakutan dan menghindar dari bayangan
tersebut
Do :
- Klien tampak melihat pada satu sisi
B. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi penglihatan
C. Tujuan
Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum obat
D. Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program Jelaskan akibat bila putus obat Jelaskan cara mendapatkan obat. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis dan kontinuitas.
1. Orientasi :
- Salam terapeutik : “Assalamu’alaikum, perkenalkan bu saya perawat
M, saya adalah perawat ibu pagi ini. Hari ini saya dinas pagi dari jam
07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di
panggil apa ?
- Validasi : bagaimana keadaan ibu, hari ini? Ibu terlihat segar ”
- Kontrak :
Topik :“ bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang bayangan
yang mengganggu ibu dan cara mengontrol bayangan tersebut tidak
mncul lagi, Apakah bersedia”
Tempat :“ibu mau kita bicara dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Waktu : “Berapa lama?Bagaimana kalau 15 menit?
2. Kerja :
“Apakah ibu melihat bayangan-bayangan? Saya percaya ibu melihat
bayangan tersebut, tetapi saya sendiri tidak melihat bayangan itu. Apakah ibu
melihat trus menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering ibu
melihat itu? Berapa kali dalam sehari ibu melihatnya? Pada keadaan apa
bayangan itu muncul? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang ibu rasakan
ketika melihat bayangan itu? Bagaimana perasaan ibu ketika melihat
bayangan tersebut? Kemudian apa yang ibu lakukan? Apakah dengan cara
tersebut bayangan itu hilang? Apa yang ibu alami itu namanya Halusinasi.
Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas”.
“Nah, sekarang kita mempelajari cara minum obat ya bu. Ibu perlu meminum
obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi
nyenyak. Obatnya ada dua macam, yang warnanya pink namanya merlopam
minum 1 kali sehari gunanya supaya tenang dan berkurang rasa cemasnya,
yang warnanya orange namanya risperidone minum 2 kali sehari supaya
pikiran dan perasaan jadi tenang, yang warnanya putih ini namanya asam
mefenamat gunannya untuk menghilangkan nyeri pada perutnya bekas
operasi ibu. Bila ibu merasa mata berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat
dan jangan beeraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum obat
sebelum berkonsultasi dengan dokter ya bu”.
“Sebelum ibu meminum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus
obat, apakah benar nama ibu yang tertulis disitu. Selain itu ibu perlu
memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang
harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum
obatnya. ibu harus meminum obat secara teratur dan tidak menghentikannya
tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan waktu meminum
obat kedalam jadwal ya bu. cara mengisi jadwalnya adalah jika ibu minum
obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat atau teman maka di isi dengan
M atinya mandiri, jika ibu meminum obatnya diingatkan oleh perawat atau
oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya
maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti bu? coba ibu ulangi
kembali cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, ibu sudah mengerti.
4. Terminasi :
- Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol bayangan itu agar
tidak muncul lagi? Coba ibu sebutkan.
- Evaluasi Objektif
“nah coba ibu ulangi lagi apa saja obat yang ibu minum dan
manfaatnya.”
- Rencana tindakan lanjut
” Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00 dan 19:00 pada
jadwal kegiatan ibu. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal
minum obat yang telah kita buat tadi ya bu. jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya bu”
- Kontrak
Topik : “bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat
manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi
yang ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. apakah bu
bersedia?”
Tempat : “ibu mau kita berbincang – bincang dimana.?
Waktu : “Mau berapa lama bu ?”bagaimana kalu 15 menit?setuju?“
sampai jumpa ya”
Assalamualaikum , wr.wb