tugas askep gerontik gastrointestinal
DESCRIPTION
askep gastrointestinal gerontik 2013TRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan Gerontik
Terkait Sistem Gastrointestinal dan Nutrisi
A. Pengertian
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya.
B. Anatomi
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan
metabolism di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh
dan perubahan komposisi
tubuh. Organ sistem
pencernaan terdiri dari :
1. Mulut
2. Tenggorokan ( Faring)
3. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus dibagi menjadi
tiga bagian:
a. bagian superior
(sebagian besar adalah
otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu :Kardia, Fundus, dan Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.
b. Asam klorida (HCl)
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
- Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )
dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
- Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
7. Usus Buntu (sekum)
8. Umbai Cacing (Appendix)
9. Rektum dan anus
10. Pankreas
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon contoh insulin.
11. Hati
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang
penting dalam pencernaan.
12. Kandung empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat
kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan
terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya
menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
D. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal
pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan
berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari
lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi
lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-
laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan
disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila
terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga
tubuh akan menjadi kurus.
2. Protein
Pada lansia, masa ototnya berkurang, tetapi kebutuhan tubuhnya akan
protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa,
karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh
tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang
efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang
dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan
kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40%
dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis
(penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak
jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.
4. Karbohidrat Dan Serat Makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus.
Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut.
Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan
biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat
(yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya
terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap
oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan
karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian
yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin Dan Mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,
dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi
menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi
penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan
buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu
fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per
hari.
E. Proses Penuaan Normal pada Saluran Gastrointestinal
Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam
saluran gastrointestinal (GI). Namun, karena luasnya persoalan fisiologi pada
sistem gastrointestinal, hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan
usia yang dilihat dalam kesehatan. Banyak masalah-masalah GI yang
dihadapi oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.
Perubahan Normal Terkait Usia Implikasi Klinis
Rongga Mulut:
Hilangnya tulang periosteum
dan peridontal
Tanggalnya gigi
Retraksi dan struktur gusi Mempertahankan pelekatan gigi palsu
yang pas
Hilangnya kuncup rasa Perubahan sensasi rasa:
Peningkatan penggunakan garam
Esofagus, lambung, usus :
Dilatasi esofagus Peningkatan risiko aspirasi
Kehilangan tonus sfingter
Penurunan refleks muntah
Penurunan motilitas lambung Penurunan absorpsi obat-obatan, zat
besi, kalsium, vitamin B12
Tabel Perubahan-Perubahan Proses Penuaan Pada Sistem Gastrointestinal Yang Normal
Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk. Pada Lansia keluahan-keluhan seperti
kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya, seringkali disebabkan
makanan yang kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar
pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap
makanan terutama yang mengandung lemak.
Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan
karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan
karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa
terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks
disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden ini
mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun. Dan berikut gangguan sistem
gastrointestinal pada lansia:
1. Gannguan pada Sistem Gastrointestinal Atas
a) Penyakit Periodontal
Penyakit periondontal (gingivitis dan periodontitis) adalah
inflamasi dari struktur yang menyokong gigi, dengan hasil akhir
berupa kerusakan tulang. Kerusakan ini menyebabkan kehilangan
secara progresif dan pada akhirnya terjadi kehilangan gigi. Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri yang terdapat di dalam plak.
Tanda Gingivitis Gusi kemerahan dan gusi bengkak yang
beerdarah ketika gosok gigi. Jika infeksi makin berkembang, bau
napas tidak seap (halitosis), rasa tidak enak dalam mulut, atau rasa
tidak enak di mulut, atau adanya eksudat purulen di sekitar garis gusi.
b) Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan dianggap sebagai konsekuensi
normal akibat penuaan, penyebab struktural, vaskular atau neurogenik
sekarang telah dikenal sebagai patologi yang mendasari.
Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah
presofagus tepatnya di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi
dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler
seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot
menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan
pengosongan usofagus. Selain itu, produksi saliva yang menurun
dapat mempengaruhi proses perubahan kompleks krbohidrat menjadi
disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga
proses menelan menjadi sukar.
c) Refluks Gastroesofagus Dan Hernia Hiatal
- Refluk Gastroesofagus merupakan aliran balik getah lambung
masuk ke dalam esofagus. Dinding esofagus lebih tipis dan sensitif
pada lansia.
- Hernia Hiatal adalah masuknya lambung, dan organ-organ dalam
abdomen lainya ke dalam rongga toraks melalui suatu pembesaran
hiatus esofagus dalam diafragma. Namun, banyak pula lansia yang
mengalami gejala refluks tanpa hernia hiatal.
2. Gangguan-gangguan pada Usus Halus
Penyakit Malabsorbsi
Merupakan gangguan asimilasi nutrisi dari usus halus. Penurunan
sekresi asam lambung dan penggunaan antasid pada waktu yang lama
mendorong ke pertumbuhan bakteri secara berlebihan, sering
menyebabkan malabsorbsi pada lansia. Malabsorbsi dapa pula
dihubungkan dengan operasi sebelumnya atau obat-obatan yang
dikonsumsi seperti antikolinergik, dan narkotik yang memperlambat
motilitas usu kemudian meningkatkan pertumbuhan bakteri.
Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun
penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali
kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
Manifestasi Klinik
Malabsorbsi bukan akibat yang normal dari penuaan, walaupun
masalah malabsorbsi dapat muncul pada lansia, sering dengan manifestasi
lain yang menyertainya. Tanda dan gejala malabsorbsi sering terlihat
dalam hubungan dengan gangguan inflamasi usus. Diare, nyeri abdomen,
dan perdarahan rektum adalah gejala-gejala yang paling jelas.
3. Penyakit-penyakit pada Usus Besar
Gangguan yang sering terjadi pada usus besar yang mempengaruhi lansia
adalah divertikulosis, kanker, konstipasi dan diare.
a) Penyakit Divertikular
Divertikulum kolonik adalah suatu kantong di luar atau herniasi
melalui mukosa kolon. Biasanya terdapat penebalan dinding kolon
yang jelas. Gangguan motilitas usus dianggap merupakan predisposisi
pembentukan divertikula pada lansia.
b) Obstruksi usus
Obstruksi usus adalah penghentian sebagai atau keseluruhan dari
majunya aliran isi usus, biasanya terjadi sebagai akibat dari penutupan
lumen usus yang aktual. Obstruksi dapat disebabkan pula oleh tumor,
penyakit usus iskemik dsb.
c) Konstipasi
Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi pergerakan usus yang
disertai dengan perpanjangan waktu dan kesulitan pergerakan feses.
Konstipasi adalah masalah umum yang disebabkan oleh penurunan
motilitas, kurang aktivitas dan penurunan kekuatan dan tonus otot.
Banyak pula lansia yang mengalami ini akibat dari penurunan sensasi
saraf, tidak sempurnanya pengososngan usus, atau kegagalan dalam
menangani sinyal untuk defekasi.
d) Diare
Diare adalah defekasi yang meningkat dalam frekuensi, lebih cair, dan
sulit untuk dikendalikan. Infeksi bakteri dan virus, impaksi fekal,
pemberian makanan melalui slang, dan diet yang berlebihan dapat
menyebabkan diare akut pada lansia. Diare dapat disebabkan oleh
malabsorbsi, penyakit divertikular, gangguan inflamasi usus, atau
obat-obatan, terutama antasid, antibiotik, antisidisritmia, antihipertensi
dan penyakit sistemik lainya.
F. Masalah Gizi Pada Lansia
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat
dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda
menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan
kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan
itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang penghasilan
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social
ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori
terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang
normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein
menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki,
akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.
Faktor penyebab malnutrisi pada lanjut usia:
a) Penyakit akut dan kronis
b) Keterbatas sumber/penghasilan
c) Faktor psikologis
d) Hilangnya gigi
e) Kesalahan dalam pola makan
f) Kurangnya energi untuk mempersiapkan makanan
g) Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi yang tepat
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan
ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu
makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi
lesu dan tidak bersemangat.
4. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh
penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam
jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada
wanita dan 45 tahun pada pria.
5. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil
yang tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh
tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya
akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing,
mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
6. Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu
menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi
yang kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal
bebas, seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga
menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput.
7. Sulit buang air besar
Ini karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat
diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
o Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada
orangtua
o Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan
kolesterol dan gula darah
Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sel darah lengkap (CBC) menghitung atau mencari tanda-tanda
infeksi dan dehidrasi. Sebuah peningkatan jumlah sel darah
putih(15.000-20.000/mm3) adalah tanda infeksi dan mungkin
menunjukan sumbatan atau perforasi usus. Peningkatan tingkat
hematokrit dapat berarti dehidrasi.
2. Pemeriksaan elektrolit dan urinalisis untuk mengevaluasi
ketidakseimbangan cairan elektrolit dan sepsis.
3. Kleatinin dan nitrogen urea darah (BUN), tingkat peningkatan kadar
serum ini menunjukan bahwa kemungkinan pasien mengalami
dehidrasi
4. Rongten abdomen, untuk menentukan lokasi pola dan
jenisnya(mekanisme atau nonmechanical,sebagian atau seluruhnya)
dari obstruksi.
5. Kolonoskopi untuk membantu dalam penilaian dan diagnosis dari
obstruksi usus besar.
6. Tes fungsi hati
7. CT scan abdomen
8. USG.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian secara umum
Pengkajian ini meliputi identitas klien, status kesehatan saat ini, riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik sistem
gastrointestinal, pola aktivitas sehari-hari, serta pengkajian pola
psikososial dan spiritual.
a. Status kesehatan saat ini :
o status kesehatan secara umum
o keluhan kesehatan saat ini
o Pengetahuan, pemahaman, dan penatalaksanaan
masalah kesehatan
b. Riwayat kesehatan masa lalu:
o penyakit masa kanak-kanak
o penyakit kronik
o Pernah mengalami trauma
c. Pengkajian umum status gizi individu
Pengkajian Status Gizi
1) Pengukuran antropometri, yaitu pengukuran tinggi badan (TB),
dan berat badan (BB).
2) Menghitung indeks masa tubuhIMT = Kg BB / (TB)2
IMT Kategori
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 24,9 Berat badan normal
25,0 – 29,9 Berat badan lebih
30,0 – 34,9 Obesitas I
35.0 – 39.9 Obesitas II
>39,9 Sangat obesitas
Pada Lansia terjadi pengurangan tinggi padan, hal ini disebabkan
karena beberapa hal, antara lain:
Komponen cairan tubuh berkurang sehingga diskus
intervertebralis relatif kurang mengandung air sehingga
menjadi lebih pipih
Semakin tua cenderung semakin kifosis, sehingga tinggi dan
tagak lurus tulang punggung berkurang
Osteoporosis yang sering kali terjadi pada wanita lansia akan
mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan
berkurang.
Penurunan tinggi badan tersebut mempengaruhi hasil penghitungan
IMT (Indeks Massa Tubuh). Oleh karena itu dianjurkan memakai
ukuran tinggi lutut (knee hight). Tinggi lutut tidak akan berkurang
kecuali terjadi fraktur tungkai bawah.
Berikut rumusnya:
TB pria : 59,01 + (0,28 x TL cm)
TB wanita : 75,00 + (1,91 x TL cm) – (0,17 x U)
3) Pengukuran Biochemical (Laboratorium)
4) Pengkajian secara umum status gizi induvidu:
Area pengkajian
Tanda-tanda normal Tanda-tanda abnormal
Penampilan umum dan vitalitas
Gesit, energik, mampu beristirahat dengan baik
Apatis, lesu, tampak lelah
Berat badan Dalam rentang normal sesuai dengan usia dan tinggi badan
Obesitas, underweight
Rambut Bercahaya, berminyak dan tidak kering
Kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/ patah-patah
Kulit Lembut, sedikit lembab, turgor kulit baik
Kering, pucat, iritasi, petichie, lemak di subkutan tidak ada
Kuku Merah muda, keras Mudah patah, berbentuk seperti sendok
Mata Berbinar, jernih, lembab, konjungtiva merah muda
Konjungtiva pucat, kering, exoptalmus, tand-tanda infeksi
Bibir Lembab merah muda Kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat
Gusi Merah muda, lembab Perdarahan, peradangan, berbentuk seperti spon
Otot Kenyal ,berkembang dengan baik
Fleksia/ lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja
System kardiovaskuler
Nadi dan tekanan darah normal, irama jantung normal
Denyut nadi lebih dari 100X/ menit, irama abnormal, tekanan darah rendah atau tingi
System pencernaan
Nafsu makan baik, eliminasi normal dan teratur
Anorexia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver
System persarafan
Reflek normal, waspada, perhatian baik, emosi stabil
Bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun
d. Bau
Bau mulut (kurangnya kebersihan mulut, penyakit pada rongga mulut
dan paru-paru, infeksi abses paru, penyakit paru dan uremia).
e. Kulit
11
Turgor kulit yang jelek dihubungkan dengan dehidrasi, kulit bersisik,
gatal, kulit yang pucat, pengikisan kulit bisa disebabkan oleh
bermacam-macam defisiensi nutrisi. Kaji adanya edema akibat
gangguan sistem lain.
f. Pemeriksaan rongga mulut :
- Bibir
Kesimetrisan, warna, kelembaban, kebiru-biruan (rendahnya kadar
O2). Bibir pecah-pecah (defisiensi riboflafin atau perlukaan oleh
gigi yang tajam).
- Rongga mulut
Inspeksi kelembaban dan kemerahan membran mukosa
Membran mukosa dan lidah kering (dehidrasi), bintik putih
pada mukosa (infeksi moniliasis).
Gusi bengkak penyakit periodontal juga akibat fenitoin atau
leukimia. Keracunan timah dideteksi dengan timbulnya garis
biru kehitaman jika gigi masih ada.
- Faring
Selama proses menelan, nervus fagusà palatun lunak terangkat
dan menutup nasofaring dan aspirasi tidak terjadi.
Kaji fungsi gangguan refleks, tekan lidan pada bagian tengah,
tetapi tidak terlalu jauh kebelakang àrespon tersedak. Suruh
lansia mengatakan “ah” palatum lunak terangkat. Jika terjadi
rasa sakit dan kemerahan, atau adanya bintik putih
dikerongkongannya.
g. Pemeriksaan abdomen
a) Suruh pasien mengosongkan abdomen, lihat (tanya) apakah
ada bekas luka akibat apendektomi 50 tahun yang lalu.
b) Lihat apakan ada striae (biasanaya biru-pink atau warna
perak) Hasilà dari obesitas, ansites, kehamilan, atau tumor.
Lihat adanya ruam.
c) Kaji kesimetrisan abdomen dan mencakup semua keempat
kuadran. Catat adanya temuan dan lokasi.distensi bagian
bawah abdomen (dibawah pusar)àdistensi kandung kemih
atau tumor pada uterus dan ovarium.
d) Kaji adanya nyeri atau ketegangan.
e) Perkusi (bunyi abnormal pada sebagian organ abdomen,
misal hati, lambung,dll).
f) Kaji bising usus normal (terdengar satu kali setiap 5-15 detik,
biasanya tidak teratur), jika tidak terdengar, stimulasi dengan
jari. Tidak adanya bising usus kurang dari 5 menit
dibutuhkan evaluasi medis. Peningkatan suara sampai
penurunan peristaltik. Palpasi seharusnya tidak ada masa.
- Pemeriksaan rektum
a) Inspeksi perianal (hemoroid), lakukan DRE untukmengkaji
(fisura, tumor, inflamasi, dankebersihan yang kurang)
b) Minta klien untuk meneran (ada tambahan hemoroid atau
rectal prolaps). Masa yang keras bias menghalangi palpasi
penuh pada rektum.
h. Pemeriksaan feses
a) DRE (pemeriksaan spesimen feses)
b) Feses hitam (makanan yang tinggi besi atau perdarahan usus
proksimal)
c) Darah merah segar (perdarahan usus bagian distal atau
hemoroid). Pucat atau berlemak (masalah absorbsi). Feses
yang abu-abu (obstruksi jaundice) mukus (inflamasi)
(Eliopoulus, 2005)
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Menurut Tamher, Intervensi Keperawatan pada Gangguan Pencernaan
dan Nutrisi berdasarkan sebuah sumber, Penyuluhan sehubungan dengan
nutrisi dan pencernaan meliputi 3 hal yang penting, yaitu:
1. Kondisi rongga mulut dan gigi
a. Kebersihan mulut dan gigi
b. Menggunakan sikat yang lunak serta pasta gigi yang mengandung uor.
c. Hindari pemakaian obat kusia, karena dapat menyebabkan kekeringan
mulut
d. Hindari makanan manis seperti permen atau sejenisnya
e. Sehabis memakan makanan yang manis harus berkusia dan menyikat
gigi
f. Minta pelayanan dokter gigi secara teratur, misalnya dua kali setahun
g. Bila menggunakan gigi palsu, copot di malam hari, rendam dalam air,
dan bersihkan saebelum dipakai lagi
2. Penyuluhan tentang konstipasi
a. Defekasi setiap hari bukanlah suatu norma, karena masing-masing
lansia memiliki pola sendiri-sendiri yang berkisar antara 3 kali
sehari sampai 3 kali seminggu
b. Perlu memperhatikan diet tinggi serta berupa sayuran segar serta
beberapa jenis sayuran mentah, kacang-kacangan, serta makanan
sereal dari zat terapung
c. Minum air yang cukup sebaiknya disertai jus buah setiap hari
d. Hindari menggunakan obat pencahar, anjurkan lansia agar jangan
menunda bila merasa hendak buang air besar
3. Penyuluhan tentang kekeringan rongga mulut
a. Hal ini mungkin timbul akibat gangguan atau penyakit mulut atau
oleh pengaruh obat yang memerlukan dilakukanya pengkajian
seksama.
b. Merangsang produksi saliva dapat dilakukan dengan mengunyah
permen yang tak mengandun gula serta banyak minum air, hindari
alkohol, dan minuman asam.
c. Hindari pemakaian obat kusia, rokok, serta tingkatkan higiene
mulut dan gigi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen,
perubahan motilitas traktus gastrointestinal, asupan serat dan cairan yang
tidak cukup, ketidakadekuatan gigi geligi, ketidakadekuatan higiene oral
(Nanda, 2012).
Tujuan : pasien dapat defekasi dengan teratur, sesuai pola
Kriteria Hasil :
mendapatkan kembali pola fungsi yang normal
konsistensi feses lembut, lunak
eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
Intervensi :
1. Auskultasi bising usus, Observasi pola defekasi klien sebelumnya dan pola diet klien
2. Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari3. Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi4. Jelaskan manfaat makanan berserat atau beri penyuluhan mengenai diet
yang berhubungan5. Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi
Rasional :
1. Membantumenentukan intervensiselanjutnya2. Cairan membantu pergerakan cairan,kopi bersifatdiuretic danmenarik
cairan, dapat bertindak sebagaistimulus untuk evakuasi feses3. Diet tinggi serat yang seimbang akan menstimulasi peristaltic.4. Meningkatkan pengetahuan pasien5. Laksatif akan mengganggu program defekasi karena dapat menyebabkan
pengosongan usus yang berlebihan dan defekasi yang tidak terjadwal. Apabila digunakan terus-menerus, laksatif dapat menyebabkan penurunan tonus kolon dan retensi feses. Pelunak feses mungkin tidak diperlukan jika asupan makanan dan cairan adekuat
2. Diagnosa : Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan menelan
makanan, ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (Nanda, 2012)
Tujuan : Kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
NOC I : Status nutrisi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:
Asupan nutrisi tidak bermasalah Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah Energy tdak bermasalah Berat badan ideal
Intervensi :
NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management / 1030)1. Observasi BB, dan napsu makan pasien.2. Kembangkan hubungan suportif dengan pasien3. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan
kenaikan atau pemeliharaan berat badan4. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan
dan untuk menimimalkan berat badan.5. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badan, jika
berat badan pasien tdak sesuai dengan usia dan bentuk tubuh.6. Jelaskan konsep nutrisi yang baik pada pasien.7. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari
supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.
3. Diagnosa : Diare berhubungan dengan malabsorpsi (Nanda, 2012)
Tujuan : Setelah dilakukan diagnosa keperawatan selama ... x ... jam, diare
pasien berkurang dari sebelumnya, frekuensi defekasi kembali
normal
Kriteria Hasil :
NOC, Bowel elimination (0501)
Tidak terjadi diare Tidak ada darah dalam tempat buang air
Tidak ada lender dalam tempat buang air
Intervensi :
NIC, Diarea Management (0460)1. Observasi intake untuk kecukupan nutrisi2. Observasi turgor kulit3. Monitor tanda dan gejala diare4. Measure diarea / bowel input
5. Ajarkan pasien / keluarga pasien bagaimana menjaga kebiasaan makan
4. Diagnosa : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui
feses (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria Hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50C, RR : < 40
x/mnt )
Turgor kulit < 2detik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari atau normal sesuai pola
Intervensi :
1. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
2. Pantau intake dan output.
3. Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
4. Beri informasi mengenai pentingnya kesimbangan cairan
5. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
Rasionali :
1. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
2. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
3. Peningkatkan pengetahuan pasien.
4. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama
feses.
5. Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.
Daftar Pustaka
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Evelyn C.Pearce,cet. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic,.24,Jakarta: GM
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.
Lueckenotte, Annette Giesler.Ed . 1998. Pengkajian gerontology..2.Jakarta.EGC
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.
Subekti, Nike Budhi. 2007. Asuhan keperawatan geriatric/editor,Jaime L.Stockslager,et al : alih bahasa,;editor edisi bahasa Indonesia Nur Meity Sulistia Ayu.ed.2.jakarta : EGC
Tamher. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pemdekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba