tugas akhir (060404092) -...
TRANSCRIPT
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Seluruh permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang
telah diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun. Secara
relatif ketebalan lapisan sedimen yang terdapat di banyak bagian laut, mempunyai
variasi kedalaman yang berbeda-beda dari sekitar 600 meter di lautan Pasifik, antara 500
sampai 1000 meter di Lautan Atlantik, 4000 meter di Laut Antartika dan 9000 meter
Puerto Rico Trench (Sahala dan Evans, 1985). Sedimen terdiri dari suatu
kepingan/potongan material yang terbentuk oleh proses phisik dan kimia dari
batuan/tanah. Partikel tersebut bervariasi dalam ukuran (dari bongkah sampai
lempung/koloidal), bentuk dari bulat sampai tajam.
Ada beberapa pengertian dari sedimentasi atau juga disebut proses pengendapan.
Menurut Krumbein dan Sloss (1971) sedimentasi berdasarkan ilmu geologi dan
sratigrafi adalah proses-proses yang berperan atas terbentuknya batuan sedimen.
Selanjutnya disebutkan bahwa urutan proses sedimentasi adalah meliputi proses :
pelapukan, perpindahan, deposisi (sedimentasi), serta lithifikasi (pembatuan).
Menurut Pipkin (1977) sedimen adalah material atau pecahan dari batuan,
mineral dan material organik yang dipindahkan dari berbagai sumber air darat maupun
laut dan didepositkan oleh udara, angin, es, dan air. Selain itu ada juga yang dapat
diendapkan dari material yang melayang dalam air (suspensi) atau dalam bentuk kimia
pada suatu tempat (presipitasi kimia).
Universitas Sumatera Utara
18
Batuan sedimen dibentuk dari batuan yang telah ada oleh kekuatan luar (gaya)
dalam geologi, oleh pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan angin maka batuan-batuan
yang telah ada seperti batuan beku dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan di
tempat-tempat yang rendah letaknya, misalnya di laut, samudra atau danau (Kaliti,
1963).
Pada permukaan dasar laut terdapat tiga sumber material dari sedimen yang
ditemukan. Drake (1978) menerangkan bahwa sumber tersebut, yaitu sumbernya dari
daratan yang menyuplai material hancuran dan material terlarut, sumber asli dari laut
dan dari material angkasa luar. Dari ketiganya yang paling penting adalah sumber dari
daratan.
Kebanyakan sumber dari material sedimen adalah daratan, dimana erosi dan
pelapukan sangat nyata terhadap pengikisan daratan dan dipindahkan ke laut. Pelapukan
adalah aksi dari tumbuhan dan bakteri, juga proses kimia, termasuk juga penghancuran
batuan secara mekanik (Drake 1978).
2.2 Sifat-sifat Cairan
Pengangkutan sedimen di sungai pada umumnya digerakkkan oleh aliran air,
sehingga sangat penting untuk mengetahui sifat-sifat aliran terutama aliran pada saluran
terbuka. Beberapa sifat dan parameter yang saling berkaitan dan berpengaruh pada
pengangkutan sedimen dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
Universitas Sumatera Utara
19
Tabel 2.1 Parameter yang berpengaruh pada pengangkutan sedimen
BESARAN SIMBOL SATUAN/DIMENSI KETERANGAN
Rapat massa/kerapatan air ρa kg.m-3 -
Rapat massa/kerapatan sedimen ρs kg.m-3 -
Kerapatan relatif dalam air ∆ - ∆ = ρs - ρa /ρa
Viskositas dinamik Η kg.m-1.det-2 -
Viskositas kinematik Ν m2/det -
Tegangan permukaan Σ kg.det-2 -
2.2.1 Berat jenis ( Specific weight) – γ ( N/m3)
γ = �����
��� = � �
= γ.g (2.1)
Besarnya harga γ tergantung pada tempat di bumi (g), pada garis katulistiwa
harga g = 9,78 m/det2, sedangkan di daerah kutub harga g = 9,832 m/det2 . Dengan
demikian pada umumnya diambil harga rata-rata g = 9,8 m/det2.
2.2.2 Kekentalan (viscocity)
Kekentalan (viscocity) merupakan sifat zat cair untuk melawan tegangan geser
atau perubahan sudut, terbagi dua macam :
1. Kekentalan kinematik (ν)
Kekentalan kinematik sangat dipengaruhi suhu :
ν = ( �.����)
(����) (2.2)
dimana T merupakan suhu (oC)
Universitas Sumatera Utara
20
2. Kekentalan dinamik (η)
Kekentalan dinamik dipengaruhi partikel sedimen.
Untuk larutan yang dicairkan (c < 0.1) – Einstein (1906), mendapat :
ηm = η (1 + 2,5 c) (2.3)
dimana ηm adalah koefisien kekentalan dinamik – campuran/larutan sedimen; η
adalah koefisien kekentalan dinamik air bersih; dan c merupakan konsentrasi sedimen.
2.2.3 Kerapatan relatif dalam air - ∆ (tanpa dimensi)
Kerapatan relatif dalam air adalah perbandingan selisih kerapatan suatu
zat/sedimen dan air terhadap kerapatan air.
∆ = �� � ��
�� (2.4)
2.3 Sifat-sifat Sedimen
Sifat sedimen yang paling mendasar adalah ukuran butiran dan bentuk, berat
jenis dari sedimen dan air, viskositas, dan kecepatan jatuh dan lain-lain.
2.3.1 Ukuran partikel
Sekumpulan sedimen alami memilki bentuk yang tidak seragam. Para geolog
mengembangkan klasifikasi untuk menentukan mana yang termasuk pasir, mana yang
termasuk kerikil dan sebagainya. Salah satu klasifikasi yang terkenal adalah skala
Wenworth yang mengklasifikasikan sedimen oleh ukuran (dalam millimeter) seperti
ditunjukkan dalam tabel 2.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
21
Tabel 2.2 Skala Wenworth dari klasifikasi ukuran sedimen
Deskripsi Ukuran Skala Wenworth
Diameter Ukuran Unified Soil
Classification (USC) Ayakan Ayakan d (mm) U.S.
Bongkah (Boulder)
Brangkal (Cobble) 256
Brangkal (Cobble)
Kasar
76,2 3 in
64,0 Kerikil
Krakal/Koral (Peeble)
Halus
(Gravel) 19,0 ¾ in
4,76 No. 4
4,0
Batu Kerikil (Granule)
Kasar
2,0
Sangat Kasar
No. 10
Sedang
1,0 No. 20
Kasar
0,5
Sedang
Pasir 0,42 No. 40 Pasir
(Sand)
0,25 (Sand)
Halus
Halus
0,20 No. 100
Sangat Halus
0,125 No. 140
0,075 No. 200 0,0625
Lanau
(Silt) 0,00391
Lempung Lanau atau Lempung
(Clay) 0,00024 (Silt or Clay) Koloid
(Colloid)
Sumber: Dean and Dalrymple, 2002
Universitas Sumatera Utara
22
Berdasarkan klasifikasi tersebut pasir memilki diameter antara 0,0625 dan 2,00
mm yang selanjutnya dibedakan menjadi lima kelas. Material sangat halus seperti
lumpur dan lempung berdiameter di bawah 0,0625 mm yang merupakan sedimen
kohesif.
Untuk beberapa studi kasus analisa ayakan menggunakan SNI 03-6388-2000 dan
SNI 03-6408-2000 seperti pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.3 Standar ukuran saringan
Standar Ukuran (mm) Alternatif Satuan
75 3 inci
50 2 inci
25 1 inci
9,25 3/8 inci
4,75 No. 4
2,00 No. 10
0,425 No. 40
0,075 No. 200
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.4 Batasan-batasan ukuran butiran tanah
Jenis Butiran Ukuran Butir (mm)
Pasir kasar 2,0 mm – 0,42 mm
Pasir halus 0,42 mm – 0,075 mm
Lanau 0,075 mm – 0,002 mm
Lempung 0,002 mm – 0,001 mm
Kolloida < 0,001 mm
Untuk menentukan batasan dari ukuran dalam suatu sample pasir, harus
dilakukan analisis ukuran. Mengayak pasir adalah dimaksudkan untuk menemukan
batasan dari ukuran dalam sampel. Biasanya ayakan berupa pan dengan saringan kawat
sebagai suatu standar diberikan di dasarnya dan diklasifikasikan seperti yang dapat
dilihat dalam Tabel 2.2. Ayakan disusun dalam suatu tumpukan di mana untuk ayakan
yang lebih besar pada bagian atas dan ayakan yang lebih halus berada di bawahnya.
Sampel diletakkan pada ayakan yang paling atas dan ayakan digetarkan sehingga pasir
jatuh sejauh mungkin menembus tumpukan ayakan. Ukuran fraksi yang berbeda terjebak
dalam ayakan dengan ukuran yang bervariasi. Berat pasir yang tertangkap dalam setiap
ayakan ditimbang dan kemudian ditentukan persentase dari berat total sampel yang
melewati ayakan.
Universitas Sumatera Utara
24
2.3.2 Bentuk partikel
Bentuk dari sedimen alam beraneka ragam dan tidak terbatas. Di samping ukuran
butir, bentuk partikel juga penting, karena ukuran partikel sedimen itu sendiri belum
cukup untuk menjelaskan karakteristik butir-butir sedimen. Suatu partikel yang pipih
mempunyai harga kecepatan endap yang lebih kecil dan akan lebih sulit untuk terangkut
dibandingkan dengan suatu partikel yang bulat seperti muatan dasar.
Sifat-sifat yang paling penting dan berhubungan dengan angkutan sedimen
adalah bentuk dan kebulatan butir (berdasarkan pengamatan H. Wadell). Bentuk butiran
dinyatakan dalam kebulatannya yang didefinisikan sebagai perbandingan daerah
permukaan partikel. Daerah permukaan sulit ditentukan dan isi butiran relatif kecil,
sehingga Wadell mengambil pendekatan untuk menyatakan kebulatan.
Kebulatan dinyatakan sebagai perbandingan diameter suatu lingkaran dengan
daerah yang sama terhadap proyeksi butiran dalam keadaan diam pada ruang terhadap
bidang yang paling besar terhadap diameter yang paling kecil atau dengan kata lain
kebulatan digambarkan sebagai perbandingan radius rata-rata kelengkungan ujung setiap
butir terhadap radius lingkaran yang paling besar (daerah proyeksi atau bagian butir
melintang).
Bentuk partikel dinyatakan sebagai suatu faktor bentuk (SF) yaitu :
SF = c/(ab)1/2 (2.5)
Dimana a merupakan sumbu terpanjang ; b adalah sumbu menengah dan c adalah sumbu
terpendek.
Universitas Sumatera Utara
25
Untuk partikel berbentuk bola mempunyai faktor bentuk SF = 1, sedangkan untuk pasir
alam SF = 0,7. Pengaruh bentuk terhadap karakteristik hidraulik dari partikel/butiran
(yaitu kecepatan jatuh ataupun hambatan) tergantung dari pada angka Reynold.
2.3.3 Rapat massa/Kerapatan (density) – ρ ( kg.m-3 )
Sesungguhnya semua sedimen berasal dari material batu, oleh sebab itu segala
unsur material induk (parent material) dapat ditemukan di sedimen. Sebagai contoh,
fragmen dari induk batuan ditemukan di batu besar dan kerikil, kuarsa pada pasir, silika
pada lumpur, serta feldspars dan mika pada tanah liat. Densiti dari kebanyakan sedimen
yang lebih kecil dari 4 mm adalah 2.650 kg/m3 (graviti spesifik, s = 2.65). densiti dari
mineral lempung (clay) berkisar dari 2.500 sampai 2.700 kg/m3.
ρ = �����
��� = � (2.6)
Besarnya ρa tidak tetap, tergantung pada suhu, tekanan dan larutan. Pada air
tawar memiliki nilai ρa = 1000 kg/m3, dan air laut memiliki nilai ρa = 1025 kg/m3. Pada
perhitungan angkutan sedimen, pengaruh perbedaan kerapatan pada umumnya
diabaikan.
Universitas Sumatera Utara
26
2.4 Pengangkutan Sedimen
Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organik
yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di dasar sungai
atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya. Sedimen dapat diangkut dengan
tiga cara:
a. Suspension: umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin
yang ada.
b. Bedload: terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat
berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari
butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia
butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa
menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu
dengan lainnya.
c. Saltation: umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida
yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya
karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke
dasar.
Berdasarkan asalnya material angkutan dapat dibedakan dua macam angkutan :
Universitas Sumatera Utara
27
a. Muatan material dasar (bed material transport), yang berasal dari dasar, berarti
bahwa angkutan ini ditentukan oleh keadaan dasar dan aliran (dapat terdiri dari
muatan dasar dan muatan layang).
b. Muatan cuci (wash load), yang berasal dari hasil erosi daerah pantai. Angkutan
ini terdiri dari butiran yang sangat halus dengan diameter < 50 µm (terdiri dari
lempung dan lanau) yang hanya dapat bergerak dengan cara melayang dan tidak
berada pada dasar laut. Oleh karena itu muatan cuci tidak dapat dihitung dan
dapat dipengaruhi oleh turbulensi dan viskositas aliran.
Di kawasan pantai terdapat dua arah pengangkutan sedimen. Yang pertama
adalah pergerakan sedimen tegak lurus pantai (cross-shore transport) atau boleh juga
disebut dengan pergerakan sedimen menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore
transport). Yang kedua, pergerakan sedimen sepanjang pantai atau sejajar pantai yang
biasa diistilahkan dengan longshore transport.
2.4.1 Pergerakan sedimen tegak lurus pantai (cross-shore transport)
Pengangkutan sedimen tegak lurus pantai dapat dilihat pada bentuk pantai
(kemiringan pantai) dan bentuk dasar lautnya (bar & trough). Secara penampakan
geomorfologi, proses pengangkutan sedimen tegak lurus pantai biasanya terjadi di teluk.
2.4.2 Pengangkutan sedimen sejajar pantai (longshore transport)
Orang sering menyebut pengangkutan sedimen sejajar pantai (dalam bahasa
ilmiahnya littoral sediment transport) atau longshore sediment transport. Proses ini
Universitas Sumatera Utara
28
biasanya terjadi di pantai yang berbatasan dengan samudra dan merupakan proses yang
penting karena berdampak sangat besar terhadap suatu struktur yang dibuat manusia
misalnya jetti atau groin.
2.4.3 Mekanisme Transpor Sedimen Oleh Gelombang
Di laut dalam, gerak partikel air karena gelombang jarang mencapai dasar laut.
Sedang di laut dangkal, partikel air dekat dasar bergerak maju dan mundur secara
periodik. Kecepatan partikel air di dekat dasar naik dengan bertambahnya tinggi
gelombang dan berkurang dengan kedalaman.
Dalam mempelajari transpor sedimen, kecepatan partikel air dinyatakan dalam
bentuk tegangan geser dasar �� yang berubah fungsi dari komponen dasar ��.
Hubungan antara tegangan geser dasar dan kecepatan partikel air dinyatakan dalam
bentuk:
�� = ��∗� (2.7)
Dengan,
�∗ = !"� �� (2.8)
dimana, Ρ = Rapat massa air (kg/m3 )
�∗ = Kecepatan geser (m/s)
f = Faktor gesekan
Kecepatan partikel air di dekat dasar atau yang dinyatakan dalam bentuk
tegangan geser tersebut berusaha untuk menarik sedimen dasar. Sementara itu sedimen
dasar memberikan tahanan yang dinyatakan dalam bentuk kecepatan kritik erosi ��#
Universitas Sumatera Utara
29
atau tegangan kritik erosi �#�. Kedua parameter tersebut tergantung pada sifat sedimen
dasar seperti diameter, bentuk dan rapat massa sedimen untuk sedimen non kohesif
(pasir) dan kohesifitas antara partikel untuk sedimen lohesif (lumpur, lempung, dll).
Jika dilihat untuk dasar laut berpasir yang datar, apabila kecepatan di dekat
dasar sangat kecil, yang berarti juga tegangan geser dasar, partikel sedimen tidak
bergerak (�� < �#�). Selanjutnya apabila kecepatan bertambah (juga tegangan geser
dasar ��), sampai pada suatu kecepatan tertentu beberapa butiran mulai bergerak, yang
disebut dengan awal gerak sedimen (�� = �#�). Sedimen bergerak maju mundur sesuai
dengan gerak partikel air. Selanjutnya kenaikan kecepatan dapat mempercepat gerak
tersebut, dan transpor sedimen yang terjadi disebut transpor dasar (bed load) seperti
terlihat pada Gambar 2.1 (�� > �#�).
Gambar 2.1 Pengaruh tegangan geser terhadap gerak sedimen dasar (tampak samping)
Universitas Sumatera Utara
30
Dengan semakin bertambahnya kecepatan di dekat dasar, gerak ripple, yaitu
dasar laut bergelombang kecil dengan puncaknya tegak lurus arah gelombang. Ukuran
ripple tergantung pada pada amplitudo dan perioda dari gerak air di dekat dasar, ukuran
butiran dan rapat massa material dasar (Horikawa, 1978). Dengan terbentuknya ripple
akan meningkatkan turbulensi, dan partikel sedimen akan terangkat dalam bentuk
suspensi (Gambar 2.1). Transpor sedimen dalam bentuk suspensi di atas dasar disebut
transpor sedimen suspensi. Apabila gerak air semakin kuat, ripple akan menghilang dan
terjadi transpor massa di mana suatu lapis dengan tebal tertentu terangkut dalam bentuk
transpor sedimen dasar dan suspensi.
Universitas Sumatera Utara
31
2.5 Sedimen Kohesif
Sedimen kohesif sering menimbulkan masalah pada beberapa bangunan air,
misalnya pengendapan di pelabuhan, waduk, penurunan kualitas air dan sebagainya.
Studi tentang sifat dan dinamika sedimen kohesif diperlukan untuk menanggulangi
masalah tersebut. Berbeda dengan sedimen non kohesif, sifat-sifat sedimen kohesif
sangat kompleks. Sifat-sifat tersebut dipengaruhi oleh asal sedimen, sifat air dan
terutama keadaan konsolidasi dari sedimen. Sifat sedimen yang berasal dari suatu daerah
(estuari, sungai, pantai dan sebagainya) berbeda dengan sedimen dari daerah lain. Di
dalam air asin kecepatan endap akan lebih besar karena adanya proses flokulasi,
demikian juga dengan tegangan kritik erosi dan endapan. Proses konsolidasi yang
berjalan dengan waktu akan memperbesar tegangan kritik erosi. Karena banyaknya
faktor yang berpengaruh, sampai saat ini sifat-sifat dan dinamika transpor sedimen
kohesif masih belum diketahui dengan baik (Triatmodjo, 1987).
2.5.1 Profil vertikal dari konsentrasi sedimen
Jumlah dari arus dan gelombang untuk sedimen transport yang melayang
dikendalikan oleh banyak jumlah energi yang tersedia di dalam air. Sedimen melayang
selalu tidak tercampur dengan baik di dalam air dan strarifikasi terjadi karena adanya
pengendapan yang menghasilkan konsentrasi sedimen yang sangat tinggi di dasar.
Gambar 2.3 adalah sketsa profil vertikal dari konsentrasi sedimen kohesif S(ʐ) dan
kecepatan arus u(ʐ), yang menunjukkan bahwa sedimen kohesif memiliki 3 wilayah :
Universitas Sumatera Utara
32
a. Daerah paling atas adalah lapisan campuran dan memiliki konsentrasi sedimen
yang relatif rendah.
b. Lapisan lumpur yang tipis dibedakan dari lapisan campuran dengan istilah
gradien konsentrasi “lutocline” (Parker dan Kirby, 1982).
c. Daerah bawah yang merupakan daerah berlumpur.
Dalam lapisan campuran arah vertikal dipisahkan oleh guncangan yang kuat dan
konsentrasi sedimen relatif tercampur dengan baik. Lutocline adalah bagian utama dari
profil vertikal sedimen kohesif dan dikategorikan oleh gradien konsentrasi. Konsentrasi
sedimen dapat diatur dari magnitude tertinggi dekat dasar dibandingkan pada permukaan
air. Di bawah Lutocline, ada lapisan berlumpur dari konsentrasi sedimen. Lapisan
berlumpur ditahan oleh guncangan energi dari arus, ketika ada suatu kesamaan antara
flux deposisi dan guncangan vertikal flux transport. Lapisan berlumpur biasanya tipis
dan oleh karena itu frekuensinya tidak diketahui.
Gambar 2.2 Profil vertikal dari sedimen kohesif dan kecepatan jatuh (Ji, 2008)
Universitas Sumatera Utara
33
2.5.2 Flokulasi
Flokulasi adalah proses di mana partikel yang melayang baik terkait menjadi
kelompok yang besar (flocs). Flocs adalah kumpulan dari partikel yang kecil menjadi
besar, lebih mudah mengendap partikel melalui proses kimia, fisika dan/atau biologi.
Sedimen kohesif jarang mengendap dengan partikel tunggal di alam. Sedimen kohesif
cendrung untuk tetap bersama ketika mereka sudah cukup dekat dengan kuatnya
sedimen untuk mengatasi aliran geser dan gravitasi yang membuat mereka tetap
berpisah. Flokulasi melibatkan dua aspek dari partikel yakni kohesi dan kolisi.
Proses tabrakan partikel (kolisi) dan kohesi juga diistilahkan sebagai agregat dan
koagulasi. Flocs lebih besar daripada butiran tunggal dan biasanya jatuh lebih cepat
daripada partikel yang menyatu. Karena terperangkap di dalam air, kepadatan dari flocs
lebih kecil dibandingkan dengan partikel yang menyatu. Kecepatan jatuh dari sebuah
flocs merupakan fungsi dari ukurannya, bentuk, dan kepadatan relatif. Bentuk dari floc
adalah tipe yang bebas dan konsentrasi dari partikel melayang, karakteristik ionik dari
lingkungan, dan tegangan geser cairan dan intensitas aliran turbulensi di lingkungan.
Kohesi (tarikan partikel) diatur oleh elektrokimia dari mineral sedimen dan air.
Partikel kohesi tergantung pada komposisi minerallogikal, ukuran partikel, tergantung
perubahan kapasitas dari sedimen. Parameter lain yang mempengaruhi kohesi termasuk
keasaman, pH, dan temperatur dari air. Batasan dari sedimen kohesif dan tidak kohesif
tidak jelas dibatasi. Ini bisa dinyatakan bagaimanapun, seiring meningkatnya kohesi
dengan penurunan ukuran partikel untuk jenis material yang sama.
Kolisi antara partikel kohesi yang kecil menjadi flokulasi dan bentuk floc.
Frekuensi kolisi sering meningkat dengan konsentrasi sedimen dan gradien kecepatan.
Universitas Sumatera Utara
34
Bagaimanapun, selagi gradien kecepatan meningkat menjadi besar, floc akan mudah
pecah, terurai, dan pada akhirnya membentuk floc yang baru. Flokulasi yang
berkelanjutan menghasilkan agregat yang lebih besar (floc) yang bisa dikarakteristikkan
dengan porositas tinggi, meningkat secara teratur dan rapuh, dan kecepatan rata-rata
yang tinggi.
2.5.3 Kecepatan jatuh partikel
2.5.3.1 Hukum Stokes
Kecepatan jatuh sebuah partikel merupakan parameter yang penting untuk
mempelajari sedimentasi di pantai dan proses pengendapan lain serta untuk menentukan
gerak sedimen dalam suspensi. Kecepatan jatuh butiran ditentukan dengan persamaan
hambatan aliran:
&' D3 (ρs – ρa) g = CD
�� ρa w
2 & D2 (2.9)
gaya berat gaya hambatan
&' D3 (ρs – ρa) g
w2 =
CD �� ρa
& D2
w2 = (
� ) ∆+, (2.10)
- = .
( �)+, ∆/�/�
..................Rumus umum (Re > 1) (2.11)
Universitas Sumatera Utara
35
Dimana
w = kecepatan jatuh sedimen (mm/s)
g = kecepatan gravitasi (m/det2)
D = diameter butiran sedimen (mm)
CD = koefisien hambatan
∆ = (ρs - ρa) / ρa , dan
ρa = rapat massa air laut (1025 kg/m3)
ρs = rapat massa sedimen (kg/m3)
Harga besaran CD tergantung dari bilangan Reynold dan bentuk dari partikel
Re = .)
1 (2.12)
Untuk
V = kecepatan arus (mm/s)
ν = vsikositas kinematik
Untuk partikel berbentuk bola dan bilangan Reynold rendah (Re < 1) (koefisien
hambatan di daerah Stokes adalah CD = 24/Re), rumus di atas menjadi :
w = �� – ��
�34 g D2 = ∆ � )5
�36 (2.13)
untuk bilangan Reynold yang besar, harga CD menjadi konstan yang bervariasi seperti :
(∆ 7 8)1/2 (2.14)
Universitas Sumatera Utara
36
2.5.3.2 Bottom withdrawal tube
Metode ini menggunakan alat yang disebut bottom withdrawal tube seperti yang
terlihat pada Gambar 2.3. Mula-mula sedimen diambil dengan alat tersebut secara
melintang dengan dua sisi terbuka pada kedalaman 1 meter. Kemudian sedimen diangkat
secara vertikal dengan bagian bawah ditutup, lalu dibawa ke permukaan untuk
dimasukkan dalam wadah dengan pengendapan dalam perhitungan waktu 3’, 6’, 10’,
15’, 25’, 40’, 60’. Dengan demikian, ada tujuh contoh sedimen yang diambil untuk
dihitung konsentrasinya dengan metode gravimetri.
Konsentrasi sedimen diperoleh dari hasil laboratorium kimia analitik. Dengan
mengambil sampel sedimen sebanyak 50 ml kemudian diletakkan pada kertas saring dan
di-oven agar kering sempurna. Kemudian ditimbang berat kertas saring dan sedimen di
atasnya. Dengan perhitungan sebagai berikut:
C = 9 – : ; ��<
���=�> (2.15)
dengan C = konsentrasi sedimen (kg/m3)
a = massa kertas saring + sedimen
b = massa awal kertas saring
Untuk analisa data kecepatan jatuh sedimen, nilai konsentrasi yang dipakai dalam
bentuk persentase (%) dengan tujuh perhitungan sesuai sampel.
C1 = +?∑+ x 100%; C2 =
+?A B5∑+ x 100%; C3 = +?A B5A B<∑+ x100%; dst.... (2.16)
Perhitungan untuk kecepatan jatuhnya sendiri dengan:
w = ��C��� ��� =�D� ���EC� (��)
F�G�E =�C��CD�=�C (�) (mm/s) (2.17)
Universitas Sumatera Utara
37
l tabung
l = 1.00 m
d = 38 mm
d
penyangga
klep penutup
Gambar 2.3 Tabung kecepatan jatuh dari Metode Bottom Withdrawal
Sample
Universitas Sumatera Utara
38
2.5.4 Deposisi dari sedimen kohesif
Deposisi (dan resuspensi) dari sedimen kohesif begitu rumit. Walaupun banyak
studi di masa lampau, banyak ketidakpastian yang terkait dengan deposisi dan
resuspensi sedimen kohesif yang ada. Kesulitan di dalam keakuratan dan contoh data
yang pasti adalah satu kendala yang besar:
a. Percobaan sedimen di laboratorium tidak memerlukan kondisi yang sebenarnya.
b. Sulit untuk mengukur dari semua parameter yang penting untuk pengembangan
model deposisi dan resuspensi.
Erosi terjadi ketika tegangan geser di dasar melebihi gaya tahanan di dasar
(tegangan geser kritis), yang sebaliknya tergantung pada parameter dasar yang lain,
seperti komposisi sedimen, kadar air, salinitas, dan waktu dari konsolidasi dasar.
Umumnya, model dari sedimen dasar sangat empiris dan lokasinya spesifik. Deposisi,
dengan kata lain, secara langsung terpengaruh oleh proses hidrodinamik di dalam air,
sehingga secara langsung menjadi model yang rapat.
Tegangan geser yang besar di dasar menghancurkan floc yang besar sebelum
mereka jatuh. Kemudian butiran yang sudah pecah dari floc tersebut dan partikel tunggal
tersuspensi. Ketika floc yang jatuh menyentuh sedimen di dasar, berat dari butiran
sedimen memaksa air pori keluar dan struktur floc hancur perlahan di dasar. Sementara
itu, floc yang kecil akan lebih mudah tersuspensi dan erosi akan berlanjut sampai
kekuatan tegangan geser dasar stabil. Penyusunan kembali partikel akan meningkatkan
kekuatan tegangan geser dan perlawanan ke resuspensi, secara umum menjadi
konsolidasi.
Universitas Sumatera Utara
39
2.5.5 Resuspensi dari sedimen kohesif
Resuspensi (erosi) dari sedimen yang dihasilkan dari tegangan geser dasar diatur
oleh arus dan gelombang. Erosi dimulai ketika tegangan geser dasar ama dengan
tegangan geser permukaan dari sedimen dasar. Sedimen kohesif dasar terdiri dari
partikel tunggal, tetapi lebih disempurnakan menjadi kelompok butiran tergabung
bersama secara kohesi. Erosi terjadi dimana kohesi terlalu kuat. Erosi rata-rata dan
kedalaman di dasar yang terjadi begitu kuat pada profil dari kekuatan dasar. Jenis profil
ini menunjukkan peningkatan dengan kedalaman dan meningkatnya konsolidasidengan
kedalaman. Ketika kekuatan di dasar tidak sanggup untuk menolak tekanan erosi,
resuspensi bermula.
Perilaku dari sedimen kohesif sangat kompleks dan tidak hanya bergantung pada
kondisi aliran, tetapi juga properti elektrokimia dari sedimen. Faktor seperti kondisi
hidrodinamik, distribusi ukuran partikel, tipe vegetasi dan distribusi, properti biokimia di
dasar, dan waktu tempuh sedimen dasar, semua mempengaruhi erosi dari sedimen
kohesif dasar. Karena kohesi, konsolidasi sedimen membutuhkan tekanan tinggi untuk
pergerakkan, membuat lebih tahan terhadap erosi. Tegangan geser kritis untuk erosi dari
dasar kohesif lebih signifikan daripada tegangan geser kritis untuk deposisi. Dengan kata
lain, sekali partikel terdeposisi di dasar, ikatan kohesif dengan partikel lain membuatnya
lebih sulit untuk terhapus daripada partikel tunggal yang dibutuhkan. Bagaimanapun,
sekali sedimen kohesif tersuspensi, akan bergerak jatuh perlahan dan diperlukan untuk
inisiasi erosi.
Universitas Sumatera Utara
40
2.6 Karakter Profil Pantai
Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu
menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan
tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut. Ada dua tipe tanggapan pantai dinamis
terhadap gerak gelombang, yaitu tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan
tanggapan terhadap kondisi gelombang badai. Gelombang normal merupakan
gelombang yang terjadi dalam waktu yang lebih lama, dan energi gelombang dengan
mudah dapat dihancurkan oleh mekanisme pertahanan alami pantai. Gelombang badai
adalah sebutan untuk fenomena gelombang laut yang terjadi karena itupan angin badai,
yang ukurannya di atas ukuran gelombang normal, yang melanda ke daratan. Di
Indonesia, secara umum masyarakat menyebut fenomena gelombang ini dengan
Gelombang Pasang. Gelombang badai dapat menyebabkan air laut masuk ke daratan dan
mencapat jarak 200 meter ke dalam daratan dari tepi pantai.
Pada saat badai terjadi gelombang mempunyai energi besar. Sering pertahanan
alami pantai tidak mampu menahan serangan gelombang, sehingga pantai dapat tererosi.
Setelah gelombang besar reda, pantai akan kembali ke bentuk semula. Dengan demikian
pantai tersebut mengalami erosi. Material yang terbawa arus tersebut diatas akan
mengendap di daerah yang lebih tenang. Seperti di muara sungai, teluk, pelabuhan , dan
sebagainya, sehingga mengakibatkan sedimentasi di daerah tersebut.
Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh material yang membentuk pantai
tersebut dan juga gaya-gaya pembentuknya. Pantai dapat terbentuk dari material dasar
yang berupa lumpur, pasir, kerikil, dan batu. Pantai lumpur mempunyai kemiringan
sangat kecil sampai mencapai 1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih besar yang berkisar
Universitas Sumatera Utara
41
antara 1:20 dan 1:50. Kemiringan pantai berkerikil bisa mencapai 1:4, pantai berlumpur
banyak dijumpai di daerah pantai dimana banyak sungai yang mengangkut sedimen
suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil. Bentuk profil pantai
pada umumnya seperti ditunjukkan dalam gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4 Bentuk profil pantai
Dari gambar 2.4 diatas dapat dilihat bahwa profil pantai dapat dibagi kedalam
empat bagian yaitu: daerah lepas pantai (offshore), daerah pantai dalam (inshore), daerah
depan pantai (foreshore), dan daerah belakang pantai (backshore). Sedangkan menurut
sudut pandang hidrodinamika, perairan pantai di daerah dekat pantai (nearshore zone)
dibagi menjadi tiga daerah yaitu: daerah gelombang pecah (breaker zone), daerah buih
(surf zone), dan daerah swash (swash zone).
Penjelasan dari beberapa uraian di atas diberikan sebagai berikut (Triadmodjo,
1999).
Universitas Sumatera Utara
42
• Inshore (daerah pantai dalam) adalah daerah profil pantai yang terbentang
keaarah laut batas daerah depan pantai (foreshore) sampai ke bawah breaker
zone.
• Foreshore (daerah depan pantai) adalah daerah yang meliputi garis pantai ,
daerah swash sampai dengan bagian yang tidak terlalu jauh dari garis pantai.
• Backshore (daerah belakang pantai) adalah daerah yang dibatasi oleh garis pantai
kearah daratan.
• Offshore (daerah lepas pantai) adalah daerah dari garis gelombang pecah kearah
laut.
• Breaker zone (daerah gelombang pecah) adalah daerah dimana gelombang yang
datang dari laut (lepas pantai) mencapai ketidakstabilan dan akhirnya pecah. Di
pantai yang landai gelombang pecah bisa terjadi dua kali.
• Surf zone (daerah buih) adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari
gelombang pecah dan batas naik turunnya gelombang di pantai. Pantai yang
landai mempunyai surf zone yang lebar.
• Swash zone (daerah swash) adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi
naiknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai.
• Longshore bar (gundukan sepanjang pantai) adalah tumpukan pasir yang paralel
terhadap garis pantai. Tumpukan pasir tersebut dapat muncul pada saat air surut,
pada saat lain dapat menjadi barisan tumpukan pasir yang sejajar pantai dengan
kedalaman yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
43
Secara umum, bentuk profil alami pantai dibagi atas dua bagian menurut jenis
sedimen penyusunnya, yaitu: profil pantai berpasir (coarse-grained profiles) dan profil
pantai berlumpur (fine-grained profiles).
2.6.1 Profil pantai berpasir
Pada umumnya profil pantai berpasir mempunyai bentuk serupa seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.4 dalam gambar tersebut pantai dibagi menjadi backshore
dan foreshore. Batas antara kedua zona adalah puncak berm, yaitu titik dari runup
maksimum pada kondisi gelombang normal (biasa). Runup adalah naiknya gelombang
pada permukaan miring. Runup gelombang mencapai batas antara pesisir dan pantai
hanya selama terjadi gelombang badai. Surfzone terbentang dari titik dimana gelombang
pertama kali pecah sampai titik runup di sekitar lokasi gelombang pecah. Di lokasi
gelombang pecah terdapat longshore bar, yaitu gundukan pasir di dasar yang
memanjang sepanjang pantai.
Selama kondisi gelombang biasa (tidak ada badai) pantai dalam keadaan
keseimbangan dinamis. Selama terjadinya gelombang tersebut sejumlah pasir bergerak
pada profil pantai, tetapi angkutan netto pada suatu lokasi yang ditinjau sangat kecil.
Pada saat gelombang pecah, sebagian besar energi gelombang dihancurkan dalam
turbulensi. Butir pasir digerakkan dari dasar dan tersuspensi oleh turbulensi. Pecahnya
gelombang tersebut menghempaskan massa air ke pantai dengan membawa pasir
tersebut. Massa air tersebut menghancurkan sisa energinya dengan runup ke pantai.
Sebagian air yang naik tersebut akan kembali ke laut melalui permukaan pantai. Air
yang kembali tersebut kurang turbulen, sehingga pasir yang terangkut ke arah laut tidak
Universitas Sumatera Utara
44
sebanyak yang terangkut ke arah darat, sehingga pada kondisi gelombang kecil tersebut
terbentuk pantai secara perlahan-lahan. Aliran kembali dari air dan pasir yang terjadi
sepanjang dasar menuju offshore bar di sisi luar gelombang pecah.
Pada saat terjadi badai, dimana gelombang besar dan elevasi muka air diam lebih
tinggi karena adanya setup gelombang dan angin, pantai dapat mengalami erosi. Gambar
2.5 menunjukkan proses terjadinya erosi pantai oleh gelombang badai dengan puncak
gelombang sejajar garis pantai. Gambar 2.5.a adalah profil pantai dengan gelombang
normal yang terjadi sehari-hari. Pada saat terjadi badai yang bersamaan dengan muka air
tinggi, gelombang mulai mengalami sand dunes, dan membawa material ke arah laut
dan kemudian mengendap (gambar 2.5.b). gelombang badai yang berlangsung cukup
lama semakin banyak mengerosi bukit pasir (sand dunes) seperti terlihat pada gambar
2.5.c. Setelah badai reda gelombang normal kembali. Selama terjadinya badai tersebut
terlihat perubahan profil pantai. Dengan membandingkan profil pantai sebelum dan
sesudah badai, dapat diketahui volume sedimen yang tererosi dan mundurnya garis
pantai (gambar 2.5.d).
Setelah badai berlalu, kondisi gelombang normal kembali. Gelombang ini akan
mengangkut sedimen yang telah diendapkan di perairan dalam selama badai, kembali ke
pantai. Gelombang normal yang berlangsung dalam waktu panjang tersebut akan
membentuk pantai kembali ke profil semula. Dengan demikian profil pantai yang
ditinjau dalam satu periode panjang menunjukkan kondisi yang stabil dinamis.
Apabila gelombang yang terjadi membentuk sudut dengan garis pantai, maka
akan terjadi dua proses angkutan sedimen yang bekerja secara bersamaan, yaitu
komponen tegak lurus dan sejajar garis pantai. Sedimen yang tererosi oleh komponen
Universitas Sumatera Utara
45
tegak lurus dan sejajar garis pantai (gambar 2.5) akan terangkut oleh arus sepanjang
pantai sampai ke lokasi yang cukup jauh. Akibatnya apabila ditinjau di suatu lokasi,
pamtai yang mengalami erosi pada saat terjadi badai tidak bisa terbentuk kembali pada
saat gelombang normal, karena material yang tererosi telah terbawa ke tempat lain.
Dengan demikian, untuk satu periode waktu yang panjang, gelombang yang datang
dengan membentuk sudut terhadap garis pantai dapat menyebabkan mundurnya (erosi)
garis pantai.
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 2.5 Proses pembentukan pantai (Triadmodjo, 1999)
Sand dunes seperti yang telah disebutkan diatas biasanya terdapat pada pantai berpasir.
Pada saat air pasang bagian atas dari foreshore akan terbentuk dan menjadi kering
selama air surut. Angin yang berhembus ke arah darat dapat mengangkut pasir yang
Universitas Sumatera Utara
47
kering tersebut ke arah darat di backshore atau lebih jauh lagi di pesisir dan membentuk
sand dunes. Sand dunes ini dapat berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap serangan
gelombang.
Profil pantai berpasir didominasi oleh pasir dalam ukuran yang besar hingga
pasir ukuran yang kecil dimana sedimen dianggap tidak kohesif (diameter lebih besar
dari 0,0625 mm).
Profil pantai berpasir didominasi oleh pasir dalam ukuran yang besar hingga
pasir ukuran yang kecil di mana sedimen dianggap tidak kohesif (diameter > 0,064 mm).
Persamaan profil pantai berpasir telah diberikan oleh Bruun (1954) dan Dean (1977) dan
arah koordinat dari parameter pantai terdapat pada Gambar 2.6 sebagai berikut:
ℎ = IJC (2.18)
dimana h = kedalaman air (m)
A = parameter skala profil
y = jarak dari garis pantai (m)
n = konstanta.
Gambar 2.6 Arah koordinat parameter pantai (Dean and Dalrymple, 2002)
Universitas Sumatera Utara
48
2.6.2 Profil pantai berlumpur
Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai dimana terdapat banyak muara sungai
yang membawa sedimen suspensi dalam jumlah besar kelaut. Selain itu kondisi
gelombang di pantai tersebut relatif tenang sehingga tidak mampu membawa (dispersi)
sedimen tersebut ke perairan dalam di laut lepas. Sedimen suspensi tersebut dapat
menyebar pada suatu daerah perairan yang cukup luas sehingga membentuk pantai yang
luas, datar, dan dangkal. Kemiringan dasar laut/pantai sangat kecil
Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang
terendam air pada saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan
pantai seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak
dan pohon dengan akar tunjang, yaitu akar yang banyak tumbuh dari batang menjadi
penopang tumbuhan tersebut. Selain itu ada juga mangrove yang mempunyai akar
pernapasan yang menyembul dari tanah. Magrove dengan akar tunjang dan akar
pernapasan yang menyembul dari tanah. Mangrove dengan akar tunjang dan akar
pernapasan tang begitu ruwet di pantai dapat menangkap lumpur sehingga terjadi
sedimentasi. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai peredam energi gelombang,
sehingga pantai dapat terlindung terhadap erosi.
Pada umumnya sedimen yang berada di daerah pantai (perairan pantai, muara
pantai atau estuari, teluk) adalah sedimen kohesif dengan diameter butiran sangat kecil,
yaitu dalam beberapa mikron. Sifat-sifat sedimen lebih tergantung pada gaya-gaya
permukaan daripada gaya berat. Gaya-gaya permukaan tersebut adalah gaya tarik dan
gaya tolak. Apabila resultannya merupakan gaya tarik, partikel akan berkumpul dan
membentuk flokon dengan dimensi yang jauh lebih besar daripada dimensi partikel
Universitas Sumatera Utara
49
individu. Fenomena ini disebut dengan flukoasi. Sebagian besar sedimentasi yang terjadi
di perairan pantai merupakan hasil flukoasi sedimen kohesif.
Lee (1995) mengemukakan bahwa gelombang pecah tidak selalu menjadi dasar
dissipasi energi di daerah buih (surf zone) untuk profil pantai berlumpur, tetapi juga efek
viskositas (kekentalan) mengakibatkan disipasi energi gelombang. Oleh karena itu, Lee
(1995) mengembangkan persamaan untuk profil pantai berlumpur adalah sebagai
berikut.
K(L) = K�M�GN(LO�L) (2.19)
dimana K� = tinggi gelombang pada jarak J�
J� = jarak dari garis pantai sampai ke batas onshore
k = koefisien
2.7 Bangunan Pelindung Pantai
Erosi pantai adalah proses mundurnya garis pantai dari kedudukan garis pantai
semula yang antara lain disebabkan oleh :
a. Daya tahan erosi material dilampaui oleh kekuatan eksternal yang ditimbulkan
oleh pengaruh hidrodinamika (arus dan gelombang).
b. Terganggunya atau tidak adanya keseimbangan antara suplai sedimen yang
datang ke bagian pantai yang ditinjau dan kapasitas angkutan sedimen di bagian
pantai tersebut.
Erosi pantai tergantung pada kondisi angkutan sedimen pada lokasi tersebut,
yang di pengaruhi oleh : angin, gelombang, arus, pasang surut, sedimen dan kejadian
Universitas Sumatera Utara
50
lainnya, serta adanya gangguan yang diakibatkan oleh ulaah manusia yang mungkin
berupa konstruksi bangunan pada pantai tersebut.
Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan struktur
pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang
pada lokasi tertentu. Struktur pelindung pantai juga memicu adanya penumpukan
sedimen.
2.7.1 Groin dan Jetty
Groin dan jetty merupakan bangunan tegak lurus pantai untuk mengamankan
pantai dari gangguan kesetimbangan angkutan sedimen sejajar pantai (longshore
transport). Groin berfungsi menahan laju sedimen sejajar pantai dan biasanya berupa
serangkaian struktur krib (Gambar 2.7). Sedimen akan terperangkap di bagian
hilir/bayangan krib akan terjadi erosi. Sedimen yang terperangkap di antara krib-krib
diharapkan lama-kelamaan akan membentuk sudut garis pantai sedemikian rupa
sehingga arah datang gelombang menjadi tegak lurus terhadap garis pantai baru tersebut.
Bila arah datang gelombang tegak lurus terhadap garis pantai maka angkutan sedimen
sejajar pantai akan terhenti dan pantai akan stabil. Groin dapat dibuat pendek (lebih
pendek dari lokasi gelombang pecah) atau panjang (melampaui zona gelombang).
Puncaknya dapat dibuat tinggi maupun rendah tergantung pada keperluannya. Sebagai
bahan groin dapat dipakai tumpukan batu, bronjong, kayu, sheet pile beton maupun baja.
Konsep tersebut ternyata tidak selalu berhasil. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa keberadaan krib justru meningkatkan arus sirkulasi di antara dua krib dan
membentuk rip current yang akan mengangkut sedimen hilang ke lepas pantai. Erosi
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi di daerah hilir krib juga dapat membahayakan keamanan bangunan krib di
sebelahnya. Dari sisi e
kaki di pantai. Selain itu groin sama sekali tidak efektif untuk mengatasi permasalahan
erosi yang disebabkan oleh angkutan sedimen tegak lurus pantai (
Jetty merupakan ba
laut (Gambar 2.8). Struktur ini dibangun untuk mengatasi masalah pendangkalan muara
sungai. Dengan adanya jetty yang cukup panjang, maka muara sungai akan bebas dari
littoral transport. Permaslahan
yang terjadi di daerah hilir krib juga dapat membahayakan keamanan bangunan krib di
sebelahnya. Dari sisi estetis adanya krib menggangu keindahan dan kenyamanan pejalan
kaki di pantai. Selain itu groin sama sekali tidak efektif untuk mengatasi permasalahan
erosi yang disebabkan oleh angkutan sedimen tegak lurus pantai (cross
Jetty merupakan bangunan tegak lurus pantai yang cukup panjang menjorok ke
laut (Gambar 2.8). Struktur ini dibangun untuk mengatasi masalah pendangkalan muara
sungai. Dengan adanya jetty yang cukup panjang, maka muara sungai akan bebas dari
Permaslahan yang terjadi adalah tertahannya sedimen di sisi hilir jetty.
Gambar 2.7 Groin
Gambar 2.8 Jetty
51
yang terjadi di daerah hilir krib juga dapat membahayakan keamanan bangunan krib di
stetis adanya krib menggangu keindahan dan kenyamanan pejalan
kaki di pantai. Selain itu groin sama sekali tidak efektif untuk mengatasi permasalahan
cross-shore transport).
ngunan tegak lurus pantai yang cukup panjang menjorok ke
laut (Gambar 2.8). Struktur ini dibangun untuk mengatasi masalah pendangkalan muara
sungai. Dengan adanya jetty yang cukup panjang, maka muara sungai akan bebas dari
yang terjadi adalah tertahannya sedimen di sisi hilir jetty.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Seawall dan Revetment
Tembok laut (
pembatas antara daratan di satu sisi dan perairan di
Gambar 2.9. Fungsinya adalah untuk melindungi/mempertahankan garis pantai dari
serangan gelombang serta untuk menahan tanah di belakang tembok laut tersebut.
Dengan adanya tembok laut diharapkan proses abrasi dapat
(seawall) berupa struktur kuat yang diharapkan mampu menahan gempuran gelombang
sedangkan revetment
(Gambar 2.10).
Karena struktur tembok laut berupa bangunan yang kuat,
ditimbulkan oleh bangunan tersebut justru meningkatkan tinggi gelombang bahkan dapat
mencapai dua kali tinggi gelombang datang dan dapat terjadi gelombang tegak
(clapotis). Akibatnya, di depan struktur tersebut justru terjadi gerusan ya
membahayakan struktur itu sendiri.
Revetment
Tembok laut (seawall) berupa bangunan yang dibuat pada garis pantai sebagai
pembatas antara daratan di satu sisi dan perairan di sisi lainnya seperti yang terlihat pada
Gambar 2.9. Fungsinya adalah untuk melindungi/mempertahankan garis pantai dari
serangan gelombang serta untuk menahan tanah di belakang tembok laut tersebut.
Dengan adanya tembok laut diharapkan proses abrasi dapat dihentikan. Tembok laut
) berupa struktur kuat yang diharapkan mampu menahan gempuran gelombang
revetment berupa struktur fleksibel susunan batu kosong atau blok beton
Karena struktur tembok laut berupa bangunan yang kuat,
ditimbulkan oleh bangunan tersebut justru meningkatkan tinggi gelombang bahkan dapat
mencapai dua kali tinggi gelombang datang dan dapat terjadi gelombang tegak
). Akibatnya, di depan struktur tersebut justru terjadi gerusan ya
membahayakan struktur itu sendiri.
Gambar 2.9 Seawall
52
) berupa bangunan yang dibuat pada garis pantai sebagai
sisi lainnya seperti yang terlihat pada
Gambar 2.9. Fungsinya adalah untuk melindungi/mempertahankan garis pantai dari
serangan gelombang serta untuk menahan tanah di belakang tembok laut tersebut.
dihentikan. Tembok laut
) berupa struktur kuat yang diharapkan mampu menahan gempuran gelombang
berupa struktur fleksibel susunan batu kosong atau blok beton
Karena struktur tembok laut berupa bangunan yang kuat, maka refleksi yang
ditimbulkan oleh bangunan tersebut justru meningkatkan tinggi gelombang bahkan dapat
mencapai dua kali tinggi gelombang datang dan dapat terjadi gelombang tegak
). Akibatnya, di depan struktur tersebut justru terjadi gerusan yang kadang dapat
Universitas Sumatera Utara
2.7.3 Breakwater
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari ga
gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi
dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi
endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedime
sepanjang pantai.
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama
banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk
perlindungan pantai terha
sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi
di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.
Penjelasan lebih rinci men
Gambar 2.10 Revetment
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari ga
gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi
dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi
endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedime
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama
banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk
perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah
sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi
di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.
Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung
53
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah
gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi
dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi
endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama
banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk
dap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah
sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi
di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.
genai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung
Universitas Sumatera Utara
54
berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi.
pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu
dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah
gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri
bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh
celah.
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya
dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan
oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang
yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat
terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking
zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan
meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat
dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang
sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan
sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida,
gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang
dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang
(periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus
dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan,
elevasi, dan puncak bangunan).
Universitas Sumatera Utara
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai
yang berasal dari daerah d
belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.
2.7.4 Artificial Headland
Tanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang
mengikis bukit-bukit untuk melindungi titik strategis, yang memungkinkan proses
proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian depan yang tersisa. Hal ini secara
signifikan lebih murah daripada melindungi seluruh bagian depan dan dapat
memberikan perlindungan sementara atau jangka panjang dengan aktif
macam resiko. Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir,
namun umurnya biasanya tidaklah panjang
Tanjung buatan berfungsi menstabilka
pantai semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok sehingga energi gelombang
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai
yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di
belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.
Gambar 2.11 Breakwater
Artificial Headland
Tanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang
bukit untuk melindungi titik strategis, yang memungkinkan proses
proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian depan yang tersisa. Hal ini secara
signifikan lebih murah daripada melindungi seluruh bagian depan dan dapat
kan perlindungan sementara atau jangka panjang dengan aktif
macam resiko. Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir,
namun umurnya biasanya tidaklah panjang antara 1 sampai 5 tahun
Tanjung buatan berfungsi menstabilkandaerah pesisir pantai, membentuk garis
pantai semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok sehingga energi gelombang
55
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai
i sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di
belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.
Tanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang ujung pantai
bukit untuk melindungi titik strategis, yang memungkinkan proses-
proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian depan yang tersisa. Hal ini secara
signifikan lebih murah daripada melindungi seluruh bagian depan dan dapat
kan perlindungan sementara atau jangka panjang dengan aktif dari berbagai
macam resiko. Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir,
antara 1 sampai 5 tahun
ndaerah pesisir pantai, membentuk garis
pantai semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok sehingga energi gelombang
Universitas Sumatera Utara
akan hilang pada daerah shoreline dan akhirnya membentuk pesisir rencana yang lebih
stabil dan dapat berkembang. Stabilitas akan te
tanjung. struktur pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal
tetapi tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan. Jika erosi
berlangsung terus-menerus tanjung mungkin perlu dipe
mencegah kegagalan struktural, meskipun tanjung buatan akan terus memberikan
perlindungan sebagai breakwaters perairan dekat pantai.
2.7.5 Beach Nourishment
Beach Nourishment
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai tetap
stabil. Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat
kekurangan suplai pasir. Stabilitasi pantai dapat di
akan hilang pada daerah shoreline dan akhirnya membentuk pesisir rencana yang lebih
stabil dan dapat berkembang. Stabilitas akan tergantung pada panjang dan jarak dari
tanjung. struktur pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal
tetapi tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan. Jika erosi
menerus tanjung mungkin perlu diperpanjang atau dipindahkan untuk
mencegah kegagalan struktural, meskipun tanjung buatan akan terus memberikan
perlindungan sebagai breakwaters perairan dekat pantai.
Gambar 2.12 Artificial Headland
Beach Nourishment
Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai tetap
stabil. Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat
kekurangan suplai pasir. Stabilitasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan suplai
56
akan hilang pada daerah shoreline dan akhirnya membentuk pesisir rencana yang lebih
rgantung pada panjang dan jarak dari
tanjung. struktur pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal
tetapi tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan. Jika erosi
rpanjang atau dipindahkan untuk
mencegah kegagalan struktural, meskipun tanjung buatan akan terus memberikan
a yang dilakukan untuk memindahkan
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai tetap
stabil. Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat
lakukan dengan penambahan suplai
Universitas Sumatera Utara
57
pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi secara terus menerus , maka
suplai pasir harus dilakukan secara berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir .
Untuk pantai yang cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian
kurang efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sisi lain
dari pantai. Skematik dari aplikasi untuk Beach Nourishment pada Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.13 Skematik Beach Nourishment
2.7.6 Mangrove
Berbagai macam cara, baik tradisional maupun modern, bentuk dan bahan telah
digunakan sebagai terumbu buatan untuk meningkatkan kualitas habitat ikan dan biota
laut lainnya. Mangrove merupakan tumbuhan pantai yang dapat tumbuh baik di
lingkungan tropis maupun subtropis. Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang
kompleks dan labil. Daerah pertumbuhan mangrove merupakan suatu ekosistem yang
erosi
sedimentasi
Perpindahan dari sedimentasi ke daerah erosi
Universitas Sumatera Utara
58
spesifik, hal ini disebabkan oleh adanya proses kehidupan biota (flora dan fauna) yang
berkaitan baik yang terdapat di daratan maupun di lautan.
Manfaat dan fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai habitat yang berperan
penting sebagai tempat berpijah dan tempat asuhan berbagai jenis ikan, udang dan biota
lainnya serts merupakan habitat berbagai jenis burung, mamalia dan reptil.
Mangrove adalah komunitas tumbuhan yang hidup di dalam kawasan yang
lembab dan berlumpur serta dipengaruhi pasang dan surut. Ekosistem ini merupakan
gabungan komponen daratan dan akuatik, termasuk tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
lumpur/pasir yang berair, sedangkan komponen hewan terdapat pada akar, batang-
batang mangrove, lumpur, dan pada perairan yang melewati kawasan dan bagian
daratannya. Ekosistem mangrove pada dasarnya memiliki nilai ekonomi, ekologi dan
social. Secara ekonomis mangrove dimanfaatkan untuk kayu bakar, arang, penyamak
kulit, bahan-bahan bangunnan, peralatan rumah tangga, obat-obatan dan bahan baku
untuk pulp dan industry kertas. Selain itu mangrove juga dimanfaatkan untuk kegiatan
pariwisata alam (ecotourism), baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan mangrove sebagai daerah tujuan wisata ilmu telah dilakukan oleh Pusat
Riset Kelautan, Universitas Songkla, di Hat Yai, Thailand Selatan yang mengelola
kawasan mangrove secara terpadu sebagai tempat rekreasi dan penelitian.
Nilai penting ekologi mangrove berupa fungsinya sebagai feeding ground,
spawing ground, nursery ground berbagai jenis biota, disamping sebagai pensuplai hara
bagi lingkungan perairan sekitar. Nilai social hutan mangrove berkaitan dengan cara
hidup sebagian besar masyarakat pesisir yang kebutuhan hidupnya bergantung pada
hutan mangrove. Mangrove yang berkembang dengan baik memberikan fungsi dan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan yang besar,baik dalam mendukung perairan laut, memberikan pasokan
bahan bangunan dan produk
2.8 Aplikasi dari Persamaan
1. Incipient motion
d
weight
Gambar 2.15 Diagram dari partikel sedimen yang bergerak pada saluran
keuntungan yang besar,baik dalam mendukung perairan laut, memberikan pasokan
bahan bangunan dan produk-produk lain bagi kebutuhan setempat.
Gambar 2.14 Mangrove
Aplikasi dari Persamaan-persamaan Kecepatan Jatuh
ν
D
νd
weight
Gambar 2.15 Diagram dari partikel sedimen yang bergerak pada saluran
terbuka
59
keuntungan yang besar,baik dalam mendukung perairan laut, memberikan pasokan
produk lain bagi kebutuhan setempat.
Gambar 2.15 Diagram dari partikel sedimen yang bergerak pada saluran
Universitas Sumatera Utara
60
Untuk menghitung incipient motion dilakukan dengan pendekatan kecepatan
kriteria Yang. Perkembangan ditunjukkan secara detail untuk menggambarkan
bagaimana beberapa teori dasar dari mekanika fluida dapat diaplikasikan pada studi
incipient motion. Pengaruh yang kuat dari partikel sedimen berbentuk bola pada dasar
saluran ditunjukkan pada Gambar 2.15. Untuk sebagian besar sungai dengan saluran
miring kecil kemungkinan terjadi gravitasi yang kuat dari komponen pada aliran
langsung dan dapat diabaikan dengan pergerakan yang kuat dari partikel sedimen
berbentuk bola. Kuat hambat dapat ditunjukkan sebagai:
FD = CD &D5
�P� Vd
2 (2.20)
Dimana Vd adalah kecepatan pada jarak d di atas dasar
Akhir kecepatan jatuh dari sebuah partikel berbentuk bola dapat dicapai ketika
adanya keseimbangan antara kuat hambatan dan berat dari partikel di bawah permukaan,
ketika:
CD’
&D5
�P� w2 = &D<
' (ρs – ρa) g (2.21)
Dimana CD’ merupakan koefisien hambatan pada w
Subtitusi CD’ dengan CD ψ1 dan eliminasi CD dari persamaan 2.20 dan 2.21 kuat hambat
menjadi:
FD = &D<
'Q?F5 (ρs – ρa) g Vd2 (2.22)
Jika kita asumsikan pada hukum logaritma untuk distribusi kecepatan jatuh dapat
diaplikasikna pada kasus ini
RS∗ = 5,75 log
LD + B (2.23)
Universitas Sumatera Utara
61
Dimana Vy = kecepatan pada jarak y di atas dasar dan B adalah fungsi kekasaran
Kemudian kecepatan pada y = d menjadi
Vd = BU* (2.24)
Kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan integrasi persamaan 2.23 dari y = ε ke y = D
dengan ε → 0:
V = U*T5,75 .XY7 )D − 1/ + ]^ (2.25)
Dari persamaan (2.22), (2.24) dan (2.25)
FD = &D<'Q? (ρs – ρa) g.
F/� _ `a,ba T>c�.,d/� �^�`e�
(2.26)
Pergerakan kuat yang meningkat pada partikel dapat diperoleh:
FL = CL &D5
�P� Vd
2 (2.27)
Hubungan dantara koefisien gaya angkat CL dan koefisien hambatan CD dapat
ditentukan dengan percobaan. Jika kita misalkan ψ2CL = CD dan mengikuti prosedur
yang sama pada persamaan (2.26), kita dapat:
FL = &D<
'Q?Q5 (ρs – ρa) g.F/� _ `
a,ba T>c�.,d/� �^�`e� (2.28)
Berat dari partikel di bawah permukaan (suspensi)
ws = &D<
' (ρs – ρa) g (2.29)
Kemudian kekuatan resistan menjadi
FR = ψ3 (ws – FL)
= Q< & D<
' (ρs – ρa) gf1 − �Q?Q5 .
F/� _ `a,ba T>c�.,d/� �^�`e�g (2.30)
Universitas Sumatera Utara
62
Dimana ψ merupakan koefisien geser
Asumsikan bahwa incipient motion terjadi ketika FD = FR dari persamaan (2.26) dan
(2.30)
hiF = _`a,ba T>c�.,d/� �^
` + 1e .Q?Q5Q<Q5�Q< /�/� (2.31)
Dimana Vcr merupakan kecepatan jatuh kritis rata-rata pada incipient motion dan Vcr/w
adalah dimensi kecepatan jatuh kritis
Persamaan (2.31) adalah persamaan dasar spesifik kondisi aliran ketika partikel sedimen
siap untuk bergerak pada dasar dari saluran terbuka. Nilai dari ψ1, ψ2, dan ψ3 harus
ditentukan dengan percobaan. Fungsi kekasaran B tergantung pada apakah batas dalam
hidrolik licin, transisi atau kasar sempurna.
Dalam area hidrolik yang licin, B hanya sebagai fungsi kecepatan geser dari
bilangan Reynold U* d/v (schlichting, 1962) yaitu:
B = 5,5 + 5,75 log S∗D
6 , 0<S∗D
6 <5 (2.32)
Kemudian persamaan (2.31) menjadi
hiF = _ >c�.,d/� �
jkl.m∗dn /��,oa' + 1e .Q?Q5Q<Q5�Q< /�/� (2.33)
Dimana ada pola semilog hiperbola antara Vcr/w dan U* d/v. Kekasaran relatif d/D tidak
memiliki pengaruh yang signifikan pada bentuk dari hiperbola area hidrolik yang licin.
Pada area kasar sempurna, ada bagian yang keluar dari sublapisan laminar.
Pengaruh pergeseran laminar dapat diabaikan dan B tetap menjadi fungsi dari kekasaran
relatif d/D;
B = 8.5, S∗D
6 >70 (2.34)
Universitas Sumatera Utara
63
Sehingga persamaan (2.31) menjadi
hiF = _>c�.,d/� �
�, 3 + 1e .Q?Q5Q<Q5�Q< /�/� (2.35)
Persamaan (2.35) terindikasi pada area kasar sempurna, plot dari Vcr/w serta U*d/v
berada pada garis horizontal. Posisi garis horizontal ini bergantung pada nilai kekasaran
relatif ψ1, ψ2, dan ψ3.
Pada area transisi dengan kecepatan geser bilangan Reynold antara 5 dan 70,
bagian yang sampai keluar dari sublapis laminar. Kedua pergeseran laminar dan
pergerakan turbulen dapat dipertimbangkan. Pada kasus ini, B dipisahkan dari
persamaan (2.32) dengan meningkatnya U* d/v. Ini sangat masuk akal karena pada
dasarnya persamaan (2.33) masih berlaku tetapi dengan kekasarana relatif d/D memiliki
peranan peningkatan yang penting sebagai meningkatnya U* d/v.
Kumpulan data laboratorium dari berbagai peneliti yang berbeda yang
digunakan oleh Yang (1973) untuk koefisien determinan pada persamaan (2.33) dan
(2.35) maka kriteria incipient motion diperoleh sebagai berikut:
hiF = �.a
jkl.m∗dn /� �.�' + 0.66, 1.2<S∗D
6 <70 (2.36)
dan hiF = 2.05, 70 ≤ S∗D
6 (2.37)
2. Resistensi terhadap aliran pada batas bergerak
Banyaknya pendekatan yang digunakan pada penentuan kekasaran total dari
saluran alluvial berdasarkan pada konsep dari pemisahan kekasarna antara butiran dan
bentuk kekasaran. Cara yang disarankan oleh beberapa peneliti yang berbeda data harus
Universitas Sumatera Utara
64
diperoleh dari laboratorium. Hasil perhitungan dari pendekatan ini selalu berbeda satu
sama lain dan dari ukuran pada sungai. Masalah utama adalah dari ketidakmampuan kita
untuk memprediksi bentuk dasar dari teori sounding. Walaupun jika bentuk dasar
diketahui, bentuk kekasaran tetap berubah secara signifikan.
Mengingat aliran seragam pada saluran alluvial di peroleh lebar W. Rumus
sambungannnya adalah
Q = WDV (2.38)
dimana W merupakan lebar saluran dan D adalah kedalamannya serta V kecepatan arus
Konsentrasi total dari material dapat dijelaskan sebagai
Ct = ɸ (V, S, D, d, v, w) (2.39)
Karena total kekasaran tidak diketahui, secara teori, rumus Manning tidak dapat
dipecahkan tanpa mengandalkan beberapa metode empiris atau semiempiris untuk
menentukan koefisien kekasaran.
Teori dari rata-rata minimum kehilangan energi (Yang, 1976) berdasarkan ketika
sistem dinamik mencapai kondisi equilibrium merupakan kehilangan energi minimum.
Nilai minimum tergantung pada batas sistem yang diterapkan. Untuk aliran seragam
diketahui lebar saluran dimana kehilangan energi rata-rata untuk pengangkutan sedimen
dapat diabaikan, maka kehilangan energi untuk setiapa berat dari air adalah
DpD� =
DqD�
DpDq = VS = kuat aliran (2.40)
Dimana Y adalah energi potensial persatuan berat
Dengan demikian teori dari kekuatan minimum yang diperlukan adalah
VS = Vm Sm = minimum (2.41)
Universitas Sumatera Utara
65
Pada batasan yang diberikan yang membawa jumlah debit air yang diketahui Q dan
konsentrasi sedimen C beserta ukuran butiran d. Subskrip m menunjukkan nilai yang
diperoleh dengan kuat aliran minimum. Pemanfaatan dari persamaan 2.41 dalam
konjungsi dengan persamaan 2.38 dan 2.39 dapat memberikan solusi atas variabel yang
tidak diketahui V, D dan S tanpa pengetahuan dari total kekasaran. Persamaan
pergerakan sedimen yang disarankan oleh Yang (1976) pada kuat aliran adalah
Log C = 5,435 – 0,268 log FD1 - 0,475 log
S∗F
+ .1,799 − 0,409 log FD1 − 0,314 log S∗F / log .y
F − hiyF / (2.42)
Dimana:
C = konsentrasi sedimen total (kg/m3)
w = kecepatan jatuh (mm/s)
d = diameter saringan rata-rata (mm)
v = viskositas kinematik
g = gravitasi bumi (m/s2)
VS = kekuatan aliran
VcrS = kekuatan aliran kritis
Universitas Sumatera Utara