tugas 4 ilhamusshadry 1104107010033

Upload: ilhamusshadry

Post on 20-Jul-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KULIAH 4Bahan Kuliah Tatap Muka 4 Tugas 4A

KULIAH SURVEYING DAN PEMETAAN(Prof. Dr. Ir. H. Munirwansyah, M. Sc) 1.Survey pemetaan untuk trase jalan 2. Penentuan titik pada lokasi pemetaan OLEH : ILHAMUSSHADRY 1104107010033

Jumat, 9 Maret 2012 Jam 09.00 11.30

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2012

-

Survey pemetaan untuk trase jalan , dalam hal ini selain diperlukannya tim pengukuran juga diperlukan tim teknik sipil , tim yang mengetahui kondisi di bawah permukaan tanah ( subsurface investigation ).

-

Lokasi pemetaan , dalam hal ini perlu dilakukan pengeboran untuk mengetahui parameter tanah , untuk trase titik pengeboran tergantung dengan kondisi , untuk bangunan tergantung luas bangunan tersebut, juga perlu melakukan sondir .

-

Untuk mengetahui lapisan tanah , jika relatif sondir bisa dipersedikit dan jaraknya diperpanjang.

-

Untuk lokasi pemetaan , lapisan tanahnya miring , harus teliti melihat peta kontur , tidak boleh hanya dengan satu titik , sedikit titik perlu , jika banyak buang ( sesuaikan ) .

KULIAH 4Bahan Kuliah Tatap Muka 4 Tugas 4B

KULIAH SURVEYING DAN PEMETAAN(Prof. Dr. Ir. H. Munirwansyah, M. Sc) 1.Survey pemetaan untuk trase jalan 2. Penentuan titik pada lokasi pemetaan OLEH : ILHAMUSSHADRY 1104107010033

Jumat, 9 Maret 2012 Jam 09.00 11.30

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2012

SURVEY PEMETAAN UNTUK TRASE JALAN .Trase jalan adalah garis rencana yang menghubungkan titik-titik yang menyatakan arah jalannya garis tengah dari jalan yang dibuat. Perencanaan Trase Jalan dibuat berdasarkan kontur daerah yakni daerah Kota Kupang yang telah ditentukan, yaitu dari titik A ke titik B. Dilihat dari segi geografisnya, daerah NTT adalah daerah pegunungan dan berbukit-bukit. Dengan demikian, Perencanaan Trase Jalan dibuat berdasarkan kondisi yang ada. Sebelum membuat trase jalan yang akan direncanakan, maka terlebih dahulu kita melihat beberapa syarat, antara lain:

Syarat Ekonomis

1. Pertama-tama, dilihat apakah di daerah sekitar yang akan dibuat trase jalan baru, sudah ada jalan lama atau tidak. 2. Untuk pembuatan jalan, diperlukan beberapa material seperti batu dan pasir yang banyak, maka perlu diperkirakan tempat penggalian material yang letaknya berdekatan dengan lokasi pembuatan jalan.

Syarat Teknis

Untuk mendapatkan jalan yang bisa menjamin keselamatan jiwa dan dapat memberi rasa nyaman berkendara bagi pengemudi kendaraan bermotor maka perlu diperhatikan beberapa factor antara lain: 1. Keadaan Geografi Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan (medan) dari daerah-daerah yang akan dilalui oleh jalan yang akan dibuat yang dapat dilihat dalam peta topografi. Peta topografi ini perlu untuk menghindari sejauh mungkin bukit-bukit, tanah yang berlereng terjal, tanah yang berawa-rawa dan

lainnya. Apabila diperlukan, maka dapat diusahakan untuk membuat peta yang didapat dari pesawat udara atau satelit sebagai bantuan untuk mendapatkan daerah yang mempunyai permukaan tanah yang memenuhi syarat. 2. Keadaan Geologi Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus diperhatikan juga karena banyak fakta yang menunjukan adanya bagian jalan yang rusak akibat pengaruh keadaan geologi. Dengan adanya data yang menyatakan keadaan geologi permukaanmedandari daerah yang akan dibuat, dapat dihindari daerah yang rawan. Contohnya adalah adanya bagian jalan yang patah atau longsor sebagai akibat dari tidak adanya data geologi saat jalan direncanakan. Setelah memperhatikan syarat-syarat di atas, maka selanjutnya adalah penentuan patok dan pemberian nama patok. Perhitungan Patok Setelah memperhatikan syarat-syarat diatas, maka selanjutnya adalah penentuan patok dan pemberian nama patok yang dimulai dari titik A sampai ke titik B yaitu dari titik A dengan nomor patok A, patok 1 sampai patok 68 menuju patok B di titik B dengan rute yang ditempuh 3450 m dengan jarak antar patok atau stasiun yakni 50 m. Tujuan dari perhitungan patok ini adalah untuk mendapatkan tinggi patok (tinggi stasiun), jarak stasiun, jarak langsung, beda tinggi dari suatu patok dengan patok yang lain serta kemiringan dari trase jalan yang telah direncanakan. Beda tinggi yang diperoleh berdasarkan Tinggi Stasiun dari kontur yang ada.

LOKASI PEMETAAN

a. Penyelidikan dengan alat bor Pengeboran berguna untuk mengetahui struktur lapisan tanah, kedalaman muka air tanah, dan mengambil sampel tanah untuk diselidiki sifatnya. Cara kerja pengeboran tanah dijelaskan sebagai berikut : 1. Menentukan titik boring, yaitu pada lokasi yang dianggap kritis untuk dikaji. 2. Pada permukaan tanah yang di bor, dilubangi sedikit dengan linggis sebagai pertolongan masuknya mata bor. 3. Mata bor disambung dengan pipa bor 1 meter dan stang pemutar dipasang. 4. Mata bor diletakkan di muka tanah yang sudah dilubangi kemudian stang diputar searah jarum jam dan kedudukan pipa bor selalu tegak lurus dengan permukaan tanah. 5. Apabila mata bor sudah penuh, maka bor diangkat kemudian diamati warna dan jenis tanah serta perubahan-perubahan tanah yang ada sesuai dengan kedalaman.

6. Ketika pengeboran mencapai muka air tanah, diukur kedalamannya. 7. Pengeboran dilakukan sampai dengan kedalaman 3 meter, dimana setiap interval 1 meter diadakan pengambilan sampel. b. Penyelidikan dengan alat sondir Penyelidikan ini berguna untuk mengetahui kepadatan relatif dan daya dukung tanah. Berikut ini adalah cara kerja dari penyelidikan dengan alat sondir :

1. Pemasangan angkur dengan cara diputar dan ditekan dengan stang pemutar dimana akan didirikan alat sondir. Angkur yang dipasang 4 buah.

2. Alat sondir didirikan pada tempat yang telah ditentukan dengan posisi tegak lurus. 3. Kanal dipasang untuk menjepit kaki sondir, diamati dengan cermat sampai kedudukan sondir tegak lurus dengan permukaan tanah. 4. Manometer dan conus dipasang pada pipa yang seluruhnya telah dikontrol sambungansambungan kesatuan konusnya. 5. Oli dimasukkan kedalam ruangan hidrolis sampai penuh, sehingga tekanan dapat sempurna. 6. setelah semua siap maka stang pemutar diputar sehingga conus bergerak ke bawah, pemutaran dilakukan sampai semua pada casing tidak bekerja. Jadi, hanya besi penekannya saja. Pada penekanan conus dilakukan tiap 20 cm dan tiap kedalaman 20 cm penekanan pipa sondir dihentikan sebentar dan dilanjutkan dengan menekan isi pipa. Pada waktu penekanan isi pipa, jarum manometer tersebut kemudian dibaca dan dicatat.

Pada pembacaan manometer ada 2 macam gerak :

a. Gerakan jarum pertama (relatif kelihatan), pada waktu berhenti dibaca dan dicatat, ini dinamakan pembacaan conus. b. Gerakan jarum kedua pada waktu penekanan masih tetap dilakukan jarum manometer bergerak (berjalan dan seolah-olah berhenti). Pada waktu pembacaan dicatat, ini dinamakan hambatan / geseran (friction). Grafik sondir yang didapat dari data dalam praktek ada 3 macam yaitu grafik conus resistance, grafik local friction, dan grafik total friction. Ordinat dari ketiga grafik tersebut menyatakan kedalaman tanah dimana sondir dimasukkan.

Terdapat beberapa cara penyelidikan yang berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dan sifatsifat teknisnya.

1. Lubang-uji (test pit)

Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti. Lagi pula, bila perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada lapisan-lapisan yang dikehendaki.

2. Bor tangan (hand auger) Cara ini termasuk yang paling sederhana dalam pembuatan lubang dalam tanah dengan menggunakan alat bor. Alat bor seperti pada gambar.. hanya dapat digunakan bila tanah mempunyai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat tetap stabil di sepanjang lubangnya. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasir yang terendam air. Penetrasi mata bor terbatas pada kekuatan tangan yang memutarnya, oleh karena itu tanah harus tidak mengandung batu atau lapisan tanah keras lainnya.bor tangan dapat menembus sampai 10m, tapi umumnya kedalaman bor maksimum 6 sampai 8 meter. Alat ini sering digunakan dalam penyelidikan tanah untuk proyek-proyek jalan raya , kereta api, dan lapangan terbang, dimana kedalaman lubang yang dibutuhkan pada jalan raya hanya berkisar pada kedalaman 4m. untuk pembuatan lubang yang lebih dalam pada tanah kohesif, bor ulir dapat digunakan ( GAMBAR 2.2B).

3. Bor cuci (wash boring) Pada cara ini, pengeboran tanah dilakukan dilakukan dengan cara penyemprotan air sambil memutar-mutar pipa selubung (casing) untuk memudahkan penetrasi ujung mata bor gambar. Tanah yang diambil merupakan contoh terganggu (disturbed) yang terangkut keluar bersama aliran air. Tanah yang keluar dari lubang bor diidentifikasi secara kasar. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara kering dengan cara mengganti ujung mata bor denga tabung contoh. Cara ini tidak mengganggu tanah dibawah mata bor . oleh karena itu contoh tanah yang diambil memungkinkan dalam kondisi tak terganggu (udisterbed sample). Metode bor cuci tidak dapat digunakan jika tanah mengandung batu-batu besar.

Penyelidikan dengan pencucian (wash Probing)

Wash probing digunakan untuk mengetahui kedalaman pertemuan antara tanah lunak dan tanah keras atau padat . caranya, air yang bertekanan tinggi disemprotkan melalui pipa-pipa yang digerakan keatas dan kebawah pada lubang yang dilindung pipa gambar cara ini dilakukan untuk penyelidikan tanah di pelabuhan dan penentuan lapisan tanah dibawah lipisan sungai, yang dimaksudkan untuk menentukan kedalaman pasir atau lanau yang terletak di atas lapisan keras atau batu. Hal tersebut teutama digunakan dalam pekerjaan pemancangan dan pengerukan.

3.Bor putar (rotary drill) Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar atau bor mesin gambar dapat dilakukan pada semua jenis tanah. Alat bor putar yang digerakan dengan mesin dapat menembus lapisan tanah keras atau bat sampai kedalaman lebih dari 40m. alat ini dapat digunakan pada lapisan tanah keras, batu,tanah lempung dan bahkan tanah pasir.

Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu. Dan bila pada penyelidikan diinginkan untuk memperoleh contoh inti kontinu (continous core sample) . putaran batang bor menekan ujung matan bor. Tabung inti luar berputar bersama-sama batang bor dan manekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya mata bor dipasang pada ujung alat bornya. Putaran mata bor

membentuk gerusan yang berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk kebagian mata bor dan sekaligus masuk kedalam tabung inti dalam , yang dibuat tidak ikut berputar. Selama pengeboran, air disirkulasikan lewat batang bor yang berlubang. Contoh bentuk mata bor dari type double-tube core barrel, ditunjukan dalam. Gambar.. Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa mengunakan pipa selubung (casing). Jika lubang cenderung akan longsor, dilakukan pengeboran dengan memasukan kedalam lubang bor suatu cairan kental dari bahan lempung vulkanik tiksotropik dan air. Cairan ini berfungsi menahan sisi lubang bor dan menutup pori-pori tanah yang lolos air sekeliling lubang bor. LAPORAN HASIL PENGEBORAN Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat pengawas lapangan yang menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal kecil yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti : pergantian alat dan tipenya, kedalaman pada waktu penggantian alat, metode penahanan lubang bor agar stabil atau penahan tebing lubang uji. sesudah contoh tanah diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan lapangan bersama dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum sedemikian sehingga batas-batas antara material yang berbeda diplot pada elevasi yang benar, menurut skala yang ditentukan. Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam laporan hasil pengeboran (atau disebut boring log), yang berisi antara lain: Kedalaman lapisan tanah. , Elevasi permukaan tiik bor, lapisan tanah dan muka air tanah, Simbol jenis tanah secara grafis, Deskripsi tanah., Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh terganggu atau tak terganggu, Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan pengeboran. Dalam penggambaran profil lapisan tanah, lapisan tanah disajikan dalam bentuk simbol-simbol yang digambar secara vertical. Gambar 2.10 menyajikan contoh symbol-simbol tersebut. Kebanyakan tanah terdiri dari beberapa campuran dari jenis tanah-tanah tertentu, seperti lempung berlapis, lanau berlapis, lanau berpasir, kerikil berlanau, dan sebagainya. Dalam kondisi ini, symbol-simbol dapat dikombinasokan, dengan kandungan tanah yang dominan digambar lebih banyak atau lebih tebal.

PENYELIDIKAN TANAH DILAPANGAN Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah sekali terganggu oleh pengaruh pengambilan contoh didalam tanah. Unuk menanggulanginya sering dilakukan beberapa pengujian-pengujian tersebut antara lain :

-

Uji penetrasi standart atau uji SPT (standart penetration test) Uji penetrasi kerucut statis (static penetration test) Uji beban plat (plate load test) Uji geser kipas atau geser baling-baling (vane shear test)

Pengujian dilapangan sangat berguna untuk mengetahui karakter tanah dalam mendukung beban fondasi dengan tidak dipengaruhi oleh kerusakan Contoh : tanah akibat operasi pengeboran dan penanganan, contoh. Khususnya berguna untuk menyelidiki tanah lempung sensitive, lanau dan tanah pasir tidak padat. Perlu diperhatikan bahwa hasil-hasil uji geser kipas dan uji penetrasi , hanya memberikan informasi kuat geser (kekuatan) tanah saja, oleh karena itu pengujian-pungujian tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti pengeboran, namun hanya sebagai pelengkap data hasil penyelidikan. Suatu yang tidak dapat diidentifikasikan oleh pengujian tersebut adalah mengenai jenis

tanah yang ditembusnya secara pasti, atau perbedaan jenis tanahnya. Sebagai contoh, pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai tanah yang diuji apakah tanah organic atau lempung lunak, atau tanah berupa pasir tak padat atau lempung kaku, karena yang diketahui hanya tahanan penetrasi atau kuat gesernya saja. Demikian pula, hasil-hasil pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai kondisi air tanah. Untuk itu, kekurangan-kekurangan data dapat dilengkapi dengan mengadakan pengeboran tanah.

a.Uji Penetrasi Standar (SPT) Uji penetrasi standar dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak terganggu pada tanah granuler. Pada pengujian ini, sifat-sifat tanah ditentukan dari pengukuran kerapatan relative secara langsung dilapangan. Pengujian untuk mengetahui nilai kerapaatan relative yang sering digunakan adalah Uji Penetrasi Standar atau disebut Uji SPT (Standar Penetration Test). Uji SPT dilakukan dengan cara sebagai berikut: Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut tabung belah standar (Standar Split barrel sampler) (Gambar 2.11a). Setelah tabung ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul dari atas. Pukulan diberikan oleh alat pemukul yang beratnya 63,5 kg (140 pon), yang ditarik naik turun denagn tinggi jatuh 76,2 cm (30) (Gambar 2.11c). Nilai SPT diperoleh dengan cara sebagai berikut: Tahapan pertama, tabung belah standar dipukul sedalam 15 cm (6). Kemudian dilanjutkan pemukulan tahap kedua sedalam 30,48 (12). Jumlah pukulan tahap kedua ini, yaitu jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah standar sedalam 30,48 cm, didevinisikan sebagai nilaiN. Pengujian yang lebih baik dilakukan dengan menghitung pukulan pada tiap-tiap penembusan sedalam 7,62 cm (3 inci) atau setiap 15 cm (6 inci). Dengan cara ini, kedalaman sembarang jenis tanahdidasar lubang bor dapat ditaksir, dan elevasi dimana gangguan terjadi dalam usaha menembus lapisan yang keras seperti batu, dapat dicatat. Pada kasus-kasus umum, uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 - 2 m atau paling sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah disepanjang kedalaman lubang bornya. Untuk fondasi dangkal interval pengujian dapat lebih rapat lagi.

Untuk tanah berbatu, palmer dan stuart (1957) memodifikasi tabung belah standar yang terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30 pada ujungnya (Gambar 2.22b). pengamatan telah menunjukan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh kedua tipe alat ini mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relative tanah yang sama. Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi kemungkinan model keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck, 1948). Kondisi keruntuhan geser local (Local shear failure) dapat dianggap mterjadi, bila N < 5, dan keruntuhan geser umum (general shear failure) terjadi pada nilai N >30. Untuk nilai N antara 5 dan 30, interpolasi linier dari koefisien kapasitas dulung tanah Na, Nq dan Ny dapat dilakukan. Bila nilainilai kerapatan relative (Dr) diketahui, nilai N dapat didekati dengan persamaan (meyerhof, 1957). N = 1,7 D r (14,2po + 10) Dengan: Dr = Kerapatan relative po = tekanan vertical akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah yang ditijau, atau tekanan overburden efektif.

Hubungan nilai N dengan kerapatan relative (Dr) yang diusulkan oleh Terzaghi dan Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 2.1

Nilai N

Kerapatan relative (Dr)

50

Sangat padat

Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghidan Peck (1948) memberikan hubungan N secara kasar dengan kuat tekan-bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2.2. kuat tekan-bebas (qu) diperoleh dari uji tekan-bebas, Cu= 0,5qu dan simbul . akan tetapi, penggunaan hubungan nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada Tabel 2.2tersebut tidak direkomendasikan. Peck, dkk. (1953) menyatkan bahwa nilai N hasil uji SPT untuk tanah lempung hanyalah sebagai pendekatan kasar, sedang pada tanah pasir, nilai N hasil uji SPT dapat di percaya. Untuk menentukan kuat geser tanah lempung jenuh, lebih baik jika nilainya di peroleh dari uji geser kipas (vane shear test) di lapangan atau dari pengujian contoh tanah tak terganggu di laboraturium. Untuk menentukan kapasitas dukung izin dari hasil uji SPT, diperlukan estimasi kasar nilai lebar fondasi (B) dari fondasi terbesar pada bangunan. Untuk fondasi dangkal, uji SPT dilakukan pada interval 2,5 ft (76 cm) dibawah dasar fondasi, dimulai dari kedalaman dasar fondasi (Df) sampai kedalaman Df + B (Terzaghi dan Peck, 1948). Nilai N rata-rata sepanjang kedalaman ini akan berfungsi sebagai gambaran kasar dari kerpatan relative pasir ang berada di bawah dasar fondasi, yang masih mempengaruhi besar penurunan. Jika uji SPT dilakukan pada beberapa lubang pada lokasi yang

berlainan, nilai N rata-rata terkecil digunakan dalam mamperkirakan nilai kapasitas dukung tanahnya (Terzaghi dan Peck, 1948). Table 2.2 Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung jenuh (Terzaghi dan Peck, 1948)

Kuat tekan bebas (qu Nilai N Konsistensi (KN/m)

15

Keras

> 400

b. Uji Penetrasi Kerucut Statis Uji penetrasi kerucut statis atau uji sondir banyak digunakan diindonesia, di samping uji SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi kepadatan tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah - tanah berkerikil dan berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena mengalami kesulitan dalam menembus tanah. Nilai -nilai tahanan kerucut statis

atau tahanan konus (q) yang diperoleh dari pengujian, dapat dikorelasikan secara langsung dengan kapasitas dukung tanah dan penurunan pada fondasi - fondasi dangkal dan fondasi tiang.

Ujung alat ini terdiri dari kerusut baja yang mempunyai sudut kemiringan 60dan berdiameter 35,7 mm atau mempunyai luas tampang 1000 mmbentukstematis dan cara kerja alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.12 a. Salah atu macam alat sondir dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengukur tahanan ujung dan tahanan gesek dari selimut silinder mata sondirnya. Cara pengguanaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekanan dan mata sondir secara terpisah, melalui alata penekanan mekanis atau dengan tangan yang memberikan gerakan kebawah. Kecepatan penekanan kira - kira 10 mm/detik. Pembacaan tahanan kerucut statis atau tahan konus dilakukan dengan melihat arloji pengukur. Nilai q adalah besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas penampangnya. Pembacaan arloji pengukur, dilakukan pada tiap - tiap penetrasi sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesek selimut alat sondir dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau tahanan konus yang menyajikan nialai ke duanya ( Gambar 2.12 b).

Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan Campanella (1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q) dengan rasio gesekan Rf, untuk mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, seperti yang ditunjukan dalam Gambar 2.12 b dan 2. 13. pada Gambar tersebut Rf adalah rasio gesekan ( Fricition ratio ) yang merupakan perbandingan antara gesekan selimut local, fs ( gaya gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimutnya atau disebut gesek satuan ) dengan tahanan konus q atau rasio gesekan dinyatakan oleh persamaan: Rf = fs/q x100%

DENAH TITIK-TITIK PENYELIDIKAN Lokasi titik-titik penyelidikan tanah harus diusahakan sedekat mungkin dengan letak fondasi. Hal ini penting, terutama bila bentuk lapisan tanah pendukung fondasi tidak beraturan. Bila denah struktur belum tersedia pada waktu di lakukan penyelidikan tanah, maka denah bor umumnya disusun dalam bentuk segiempat (lihat Gambar 2.17).

Untuk area yang luas, diperlukan jarak lubang bor yang agak lebar dan diselengi dengan beberpa uji lapangan tambahan, seperti : uji kerucut stastis (sondir)atau pemeriksaan dengan cara lubang uji (testpi). Letak titik-titik penyelidikan tambahan tersebut, dipilih pada jarak yang dekat, yaitu diantara lubang-lubang bor. Jumlah lubang bor yang diperlukan sangat bergantung pada kekomplekan kondisi pada lapisan tanah dan biaya yang tersedia. Yang jelas, semakin banyak lubang bor, semakin teliti informasi yang di peroleh dari kondisi tanahnya. Bila biaya penyelidikan terbatas, diperlukanpertimbaqngan matang guna memutuskan jumlah lubang bor yang mewakili kondisi tanah. Pada bangunan yang bebannya tidak begitu besar, paling tidak harus ada 2 atau sebaliknya 3 lubang bor, sehingga benuk kemiringan lapisan tanah dapat diketahui. Jika jumlah lubang terlalu sedikit, estimasi bentuk kemiringan lapisan tanah dpat meleset dari sebenarnya, disamping kurangny informasi yang diperoleh dari kondisi tanah. Untuk fondasi bangunan tingkat tinggi dan bangunan industri, paling sedikit diperlukan satu lubang bor pada tiap-tiap sudut bangunannyayang diselingi dengan uji penetrasi kerucut statis. Untuk tiaptiap sudut bangunan-bangunan tersebut, sebaiknya jarak titik bor tidak melebihi 15 m (Terzaghi dan Peck, 1948). Untuk jembatan dan bendungan, 2 set pengeboran perlu dikerjakan. Pengeboran pertama terletakpada sumbu-sumbuny, untuk mengetahui apakah pada lokasi tersebut tanahnya mampu mendukung beban. Pengeboran kedua dilakukan pada lokasi tepat dibawah pangkal jembatan atau pilarnya. Pada bendungan, set kedua dilakukan pada lokasi bangunan pelengkap, seperti lokasi bendungan elak. Terzaghi dan Peck (1948),menyarankan jarak titik borminimum 30 m dan maksimum 60 m untuk proyek yang sangat luas dan besar. Untuk proyek jalan raya, pengeboran dilakukan pada jarak interval kira-kira 30 msepanjang jalannya. Kedalaman lubang bor disarankan 2-4 m dibawah tanah asli, bila dasr perkersan tanah asli, dan 1-4 m dibawh perkerasn jalan, bila perkersannya diletakkan dengan menggali tanah asli.

KEDALAMAN LUBANG BOR Kedalaman pada lubang bor bergantung pada kedalaman tanah yang masih dipengaruhi oleh penyebaran tekanan fondasi bangunan. Tekanan vertical pada kedalaman 1,5 kali lebar fondasi (B) adalah masih kira-kira 0,2 kali besarnya tekanan pada dasar fondasi. Oleh karna itu, kedalaman lubang bor harus kira-kira 1,5 kali lebar fondasinya atau 1,5B, dengan B adalah lebar fondasi. Untuk fondasi telapak (sepread footing) atau fondasi memanjang (continuous footing) kedalaman lubang bor agak dangkal (Gambar 2.18a). namun untuk fondasi rakit (raft atau mat foundation) kedalaman lubang bor akan lebih dalam (Gambar 2.18c).

Pada fondasi telapak yang jaraknya terlalu dekat, penyebaran beban ketanahdibawahnya saling tumpang indih, maka kedalaman lubang bor akan sama halnya dengan kedalaman fondasi rakit, yaitu1,5B (Gambar 2.18b) untuk fondasi tiang, kedalamanlubsng bor harus lebih dalam dari bawah dasar tiangnya. Dengan pertimbangan bahwa lapisan tanah di bawah tiang masih mendukung beban yang ditranfer lewat tiang, umumnya, untuk fondasi tiang yangterletak pada tanah homogen, prilakunya akan sama seperti rakit yang dasar fondasinya dihitung dari kedalaman 2/3 panjang tiang

(Gambar 2.18c). Untuk itu, kedaslaman lubang bor untuk fondasi tiang adalah 2/3D + 1,5B, dengan D adalah panjang tiang dan B adalah lebar area kelompok tiang.

Dalam hal fondasi akan di letakkan pada lapisan batu, harus yakin benar apakah ketebalan lapisan batu tersebut mampu mendukung penyebaran bebannya. Untuk itu, apabila lapisan batu terletak dipermukaan, ketebalan lapisan dapat diketahui dengan cara membuat lubang uji secara langsung. INFORMASI YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENYELIDIKAN TANAH Bila Penyelidikan tanah dilakukan secara detail, maka perancang harus berusaha memperolah data, sebagai berikut : (1) Kondisi topografi lokasi pekerjaan. Data ini diperlukan untuk perancangan fondasi dan penentuan cara pelaksanaan di lapangan terutama pada proyek-proyek bangunan air dan jalan. (2) Lokasi-lokasi bangunan yang terpendam di dalam tanah, seperti kabel telepon, pipa-pipa atau gorong-gorong untuk air kotor dan air bersih, dan lain-lainnya. (3) Pengalaman setempat sehubungan dengan kerusakan-kerusakan bangunan yang sering terjadi di sekitar lokasi pekerjaan. (4) Kondisi tanah secara global, muka air tanah dan kedalaman batuan. Keterangan ini sering dapat diperoleh dari penduduk setempat. (5) Keadaan iklim, elevasi muka air banjir, erosi tanah, dan besarnya gempa yang sering terjadi. (6) Tersedianya material alam dan kualitasnya,yang berguna untuk bahan pembentuk bangunan seperti campuran beton. (7) Data geologi yang disertai keterangan tentang proses pembentukan lapisan tanah dan batuan di lokasi pekerjaan, serta kemungkinan terjadinya penurunan tanah maupun bangunan akibat penurunan muka air tanah. (8) Hasil-hasil penyelidikan laboratorium pada contoh-contoh tanah dan batuan, yang dibutuhkan untuk perancangan fondasi atau penanganan problem-problem pelaksanaannya. (9) Foto kondisi lapangan dan bangunan-bangunan di dekatnya. Di bawah ini diberikan data tambahan yang diperlukan untuk perancangan fondasi bangunanbangunan tertentu.

(a) Fondasi Bangunan Gedung

(1) Ukuran dan tinggi bangunan serta kedalaman ruang bawah tanah (basement), bila ada.

(2) Susunan dan jarak antar kolom serta besar beban.

(3) Tipe rangka bangunan dan bentangnya, serta kemungkinan adanya tempat-tempat tertentu yang mendukung beban khusus, seperti fondasi mesin. (4) Tipe tembok luar dan kaca pintu jendela yang sensitive terhadap penurunan bangunan.

(b) Fondasi Jembatan (1) Tipe dan bentang jembatan. (2) Besarnya beban pada pangkal jembatan dan pilar. Perlu diperatikan bahwa pemeriksaan langsung di lapangan dengan berjalan kaki sangat penting pada penyelidikan tanah. Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi sering dihasilkan dari pekerjaan tersebut. Hal ini untuk mengetahui masalah-masalah penting yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan dan pelaksanaan. Selain itu, juga untuk mengetahui bentuk dan kondisi permukaan tanahnya.

KULIAH 4Bahan Kuliah Tatap Muka 4 Tugas 4C

KULIAH SURVEYING DAN PEMETAAN(Prof. Dr. Ir. H. Munirwansyah, M. Sc) 1.Mengapa pada pinggiran rel kereta api sering amblas , cari penyebabnya dari segi ilmu sipil , geofisika OLEH : ILHAMUSSHADRY 1104107010033

Jumat, 9 Maret 2012 Jam 09.00 11.30

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH 2012

Pada jalur KA Ciganea-Sukatani KM 111 0/1 terjadi penurunan muka tanah rel yang sudah berlangsung lama. Penurunan ini selalu terjadi pada waktu hujan lebat. Jalur ini berada di daerah perbukitan dengan kemiringan yang cukup curam. Instabilitas pada lereng ini juga ditandai dengan terjadinya heaving pada sisi bawah lereng, dan adanya tension crack pada sisi atas lereng. Untuk meningkatkan angka keamanan lereng diberikan perkuatan soil nailing, sheet pile, dan bored pile. Analisis kestabilan lereng ini dilakukan dengan menggunakan metode elemen batas dengan bantuan software PLAXIS 7.11. Pada program ini lereng dimodelkan plane strain, dimana pembebanan dan kondisi tegangan diasumsikan seragam untuk sepanjang lereng. Dari hasil analisis yang dilakukan didapat angka keamanan lereng yang kritis dan tidak memenuhi persyaratan angka keamanan minimum. Perkuatan soil nailing, sheet pile, dan bored pile terbukti dapat meningkatkan angka keamanan lereng. Penyebab amblas nya pinggiran rel kereta api bisa berupa , :

-

Apabila berada pada kawasan pegunungan , bisa jadi karena tanahnya yang sering longsor .

-

Selain itu , karena berat kereta yang melintas berlebihan , sehingga kekuatan struktur bagian sampingnya atau bawah tidak mampu memikulnya .

-

Dikarenakan oleh turunnya tanah dasar.