tugas 1 paper aliran empirisme

20
Arranged By: KELOMPOK XI ABD. RAHMAN M RENI MARDAWATI NAMANG Makassar State University 2012 PHILOSOPHY OF SCIENCE “ALIRAN EMPIRISME”

Upload: universitas-negeri-makassar

Post on 13-Apr-2017

281 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Arranged By:KELOMPOK XI

ABD. RAHMAN MRENI MARDAWATI NAMANG

Makassar State University2012

PHILOSOPHY OF SCIENCE“ALIRAN EMPIRISME”

A. Ontologi Empirisme

1. Pengertian Aliran Empirisme

Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme,

atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu

pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita.

Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau

pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode

empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah

pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan

hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat

digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk

menjelaskan fenomena alam, sehingga Empirisme merupakan suatu aliran

dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal

dari pengalaman manusia.

Beberapa pemahaman tentang pengertian empirisme cukup beragam,

namun intinya adalah pengalaman antara lain :

a. Empirisme berasal dari kata Yunani empirikos yang berasal dari

kata empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia

memperoleh pengetahuan melalui pengalamnnya. Bila dikembalikan

kepada kata Yunaninya pengalaman yang dimaksud adalah

pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena ia

menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.

b. Empirisme adalah faham filsafat yang mengajarkan bahwa benar

adalah yang logis dan ada bukti empiris. Menurut empirisme yang

benar adalah anak panah bergerak sebab secara empiris dapat

dibutktikan bahwa anak panah itu bergerak. Coba saja perut anda

menghadang anak panah itu perut anda akan tembus, benda yang

tembus sesuatu haruslah benda yang bergerak.

c. Empirisme dalam bahasa Inggris, empiricism; dari Yunani empeiria,

empiris (berpengalaman dalam, berkenalan dengan, terampil untuk)

latin experienta(pengalaman). Empirisme adalah doktrin bahwa

1

sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman. Salah

satu teori mengenai asal pengetahuan.

d. Secara etimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani empeiria

yang berarti pengalaman.

B. Epitomologi Empirisme

Asal kata empirisme adalah empiria yang berarti kepercayaan

terhadap pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman diolah oleh

akal, sedangkan yang merupakan sumber pengetahuan adalah pengalaman

karena pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari dunia

fakta. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat

dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu haru

sdapat diuji melalui pengalaman. Dengan demikian, kebenaran yang

diperoleh bersifat a posteriori yang berarti setelah pengalaman (post to

experience).

1. Pada abad 17 masa Ranaissance bermunculan berbagai pandangan

filsafat atas ilmu pengetahuan. Empirisme adalah bagian dari filsafat pada

masanya dengan memunculkan beberapa tokoh filosof. Berikut penulis

sampaikan tiga filosuf sebagai sampel pemikiran empirisme yang cukup

berpngaruh, yaitu Thomas Hobbes, John Locke, David Hume dan George

Berkeley.

2. Thomas Hobbes (1588-1679)

Thomas Hobbes adalah anak seorang pedeta, minatnya dari semula

terarahkan kepada kesusastraan dan filsafat. Ia seorang filosuf Inggris,

memahami manusia secara mekanik semata. Cita-citanya untuk

mengembangkan suatu filsafat atau teori negara yang dapat membantu

untuk menyusun masyarkat dalam keadaan damai dan adil.

Bukanlah yang abstrak dan umum yang sungguh-sungguh ada.

Pengertian umum itu hanya nama belaka yang sesungguhnya ada ialah hal

sendiri. Adapun hal ini hanya tercapai pengenalannya dengan persentuhan

indera. Hanya kalau dapat disentu dengan indera itulah suatu tanda

2

kebenaran dan kesungguhannya. Pengetahuan kita tak mengatasi

pengideraan; dengan kata lain pengetahuan yang benar hanyalah

pengetahuan indera saja selainnya bukanlah pengetahuan.

Materialisme yang dianut Thomas Hobbes mensinyalir bahwa

segala sesuatu yang ada bersifat bendawi yakni segala kejadian adalah

gerak yang berlangsung karena keharusan dan realitas tidak bergantung

pada gagasan kita, terhisap di dalam gerak itu. Sebagai penganut

empirisme, ia beranggapan bahwa pengalaman merupakan permulaan

segala pengenalan.

Ada yang menyebut ia seorang penganunt sensualisme, karena ia

amat mengutamakan sensus (indera) dalam pengetahuan, memang tidak

salah tetapi dalam hubungan ini tentulah ia dianggap salah satu dari

penganut empirisme-yang mengatakan bahwa persentuhan dengan indera

(empirik) itulah yang menjadi pangkal dan sumber ilmu pengetahuan.

Pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan.

Pengalaman intelektual tidak lain semacam perhitungan (kalkulus) yaitu

penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara yang berlainan.

Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap, berpangkal kepada

empirisme secara konsekuen. Sekalipun ia berpangkal pada dasar-dasar

empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam

yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan

rasionalisme matematis.

Baginya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat

umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek

atau akibat-akibat atau tentang penampakan-penampakan yang sedemikian

seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang

semula kita miliki dari sebab-sebab atau asalnya.

Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati dengan maksud

mencari sebab-sebabnya. Dalam pengamatan disajikan fakta-fakta yang

dikenal dalam bentuk pengertian-pengertian yang ada dalam kesadaran

3

kita seperti: ruang, waktu, bilangan dan gerak dari pengamatan pada

benda.

Tidak semua yang diamati pada benda-benda itu nyata. Yang

benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda-benda itu.

Segala gejala pada benda yang ada pada pengamat saja, segala yang ada

ditentukan oleh sebab, dunia adalah suatu keseluruhan sebab-akibat.

Pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas segala pengamatan

yang disimpan di dalam ingatan dan dibagungkan dengan suatu

pengharapan akan masa depan sesuai dengan apa yang telah diamati pada

masa yang lampau. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-

benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita.

Gerak ini diteruskan kepada otak kemudian diteruskan ke jantung. Di

dalam jantung timbullah suatu reaksi, suatu gerak yang berlawanan.

Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi tadi.

Sasaran yang diamati adalah sifat-sifat inderawi. Penginderaan

disebabkan karena tekanan obyek atau sasaran kualitas dalam obyek-

obyek yang sesuai dengan penginderaan kita bergerak menekan indera

kita. Warna yang kita lihat, suara yang kita dengar bukan benda di dalam

obyek melainkan di dalam subyeknya. Sifat-sifat inderawi tidak memberi

gambaran tentang sebab yang menimbulkan penginderaan. Ingatan, rasa

senang dan tidak senang dan segala gejala jiwani bersandar semata-mata

pada aosiasi gambaran-gambaran yang murni bersifat mekanis.

Thomas Hobbes menjadi besar namanya disebabkan karena

teorinya yang lebih modern tentang negara dibanding dengan teori tentang

negara yang mendahuluinya. Pemikirannya didasari dengan tabiat alamiah

manusia hingga dibutuhkan negara yang absolut bahkan hingga pemikiran

atheisnya bahwa Allah yang dapat mati.

Di antara pemikirannya antara lain:

Menurut tabiatnya segala manusia adalah sama, dalam keadaannya

yang alamiah tiap manusia ingin mempertahankan kebebasannya dan

menguasai orang lain. Pada dasarnya manusia cenderung untuk

4

mempertahankan dirinya sendiri karena waktu itu yang ada hanya hukum

alam. Akibanya mereka tertekan sehingga menimbulkan perang total

sehingga hidup menjadi buruk, kasar dan singkat. Sebab dalam perang

total itu kebijakan pokok ialah kekautan dan kecurangan agar manusia

dapat bebas dari pada bahaya kehancuran, pengalaman mengajarkan

bahwa akal sehat menuntut supaya tiap orang mau melepaskan haknya

untuk berbuat sekehendak sendiri. Oleh karenanya mereka bersatu dan

bersama-sama membuat perjanjian bahwa mereka akan tunduk kepada

penguasa pusat yang mereka bentuk. Oleh karena itu warga negara tidak

berhak untuk meberontak. Orang banyak yang dipersatukan demikian itu

disebut “commonwealth”. Commonwelath ini disebut Leviatan, Allah

yang dapat mati. Di dalam commonwealth yang dipentingkan adalah

perdamaian yang awet yang tahan lama. Pemerintah harus diberi kuasa

mutlak tanpa batas. Sumber segala hak, hukum, moral adalah kuasa yang

memerintah. Baik dan jahat bagi perbuatan manusia diukur menurut

peraturan dan larangan negara.

3. Jhon Locke (1632-1704)

John Locke adalah filosof Inggris, lahir tahun 1632 di Wrington,

Somersetshire. Tahun 1647-1652 ia belajar di Westminster. Tahun 1652 ia

memasuki Universitas Oxford mempelajari agama Kristen, namun ia juga

mempelajari pengetahuan di luar tugas pokoknya.

Lock menyelidiki kemampuan pengetahuan manusia, sampai

kemanakah ia dapat mencapai kebenaran dan bagaimanakah mencapainya

itu. Ia mempergunakan istilah sensation dan reflection dalam upaya

mencari kebenaran atas pengetahuan.

Reflection itu pengenalan intuitif serta memberi pengetahuan

apakah kepada manusia lebih baik lebih penuh dari

pada sensation. Sansation merupakan suatu yang memiliki hubungan

dengan dunia luar tetapi tak dapat meraihnya dan tak dapat mengerti

sesungguhnya. Tetapi tanpa sensations manusia tak dapat juga suatu

pengetahuan

5

Tiap-tiap pengetahuan itu terjadi dari kerja sama antara

sensation dan reflections. Tetapi haruslah ia mulai dengan sensation sebab

jiwa manusia itu waktu dilahirkan merupakan yang putih bersih; tabula

rasa, tak ada bekal dari siapa pun yang merupakan ide innate.

Seluruh pengetahuan kita peroleh dengan jalan menggunakan dan

membandingkan gagasan-gagasan yang diperoleh dari pengindraan dan

refleksi. Akal manusia hanya merupakan tempat penampungan yang

secara pasif menerima hasil penginderaan kita. Menurut Locke kita tidak

melihat pohon atau orang atau mendengar bunyi sangkakala melainkan

kita melihat kesan inderawi pada retina yang disebabkan oleh apa yng kita

lihat sebagai pohon. Kita mendengarkan reaksi selaput kuping terhadap

getaran-getaran udara yang disebabkan oleh peniupan sangkakala.

Buku Jhon Locke, "Essay Concerning Human Understanding"

1689 ditulis berdasarkan premis yaitu semua pengetahuan datang dari

pengalaman (halaman 108). Ini berarti, tidak ada yang dapat di jadikan

idea atau konsep tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman

tidak ada idea yang diturunkan.

Faktor bawaan (innate) itu tidak ada, argumennya adalah:

1. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu

tidak ada. Pengetahuan datang melalui daya-daya yang alamiah tanpa

bantuan kesan-kesan bawaan.

2. Persetujuan umum adalah argumen yang terkuat. Tidak ada sesuatu

yang dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea itu sebagai

suatu daya yang inhern.

3. Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.

4. Apa innate idea itu sebernya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus

juga tidak diketahui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate

idea justru sebagai alasan untuk mengatakan ia tidak ada.

5. Tidak juga dicetakkan (ditempelkan) pada jiwa sebab pada anak

idiot, idea innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan anak idiot

sama-sama berpikir.

6

Bedasarkan asas-asas teori pengenalan, dalam etikanya Locke

menolak adanya pengertian keberhasialan yang tidak menjelaskan bawaan

tabiat manusia. Apa yang menjadi bawaan tabiat kita hanyalah

kecenderungan- kecenderungan yang menguasai perbuatan-perbuatan kita.

Segala kecenderungan itu dapat di kombinasikan kepada usaha untuk

mendapatkan kebahagian.

Kesimpulan Locke adalah subtance is we know not what. Tentang

subtansi kita tidak tahu apa-apa. Ia mengetahui menyatakan bahwa apa

yang dianggapnya subtansi ialah pengertian tentang obyek sebagai idea

tentang obyek itu dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera.

4. David Hume (1711-1776)

Hume seorang Skot, lahir didekat kota Edinburgh Inggris tahun

1711. Ia telah pernah mengajar di Universitas, barangkali juga karena ia

dianggap ateis sehingga tidak akan diterima sebagian profesor. Ia banyak

berkeliling di Eropa terutama di Perancis. Buku yang ia tulis ketika

berumur duapuluh tahunan adalah Kretise Of Human Nature(1739),

namun tidak banyak menarik perhatian orang. Waktu mudanya ia juga

berpolitik tetapi tak terlalu mendapat sukses, kemudian ia beralih menjadi

sejarawan. Pada tahun 1948 ia menulis buku yang sangat terkenal, An

Enquiry Concerring the Princeiples of Morals (1751). Hume meninggal

pada tahun 1776.

Ia menganalisis pengertian substansi, seluruh pengetahuan itu tak

lain dari jumlah pengalaman kita. Dalam budi kita tak ada suatu idea yang

tidak sesuai denganimpression yang disebabkan “hal” di luar kita. Adapun

yang bersentuhan dengan indera kita itu sifat-sifat atau gejala-gejala dari

hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai pengertian sesuatu yang

tetap substansi itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian

acapkalinya. Subtansi itu hanya anggapan, khayal, yang sebenarnya tak

ada.

Manusia tidak membawa pengtahuan bawaan dalam hidupnya.

Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua

7

hal yaitu kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau idea-

idea (ideas).

Yang dimaksud dengan impressions atau kesan-kesan adalah

pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman baik pengalaman

lahiriah maupun pengalaman batiniah yang menampakkan diri dengan

jelas, hidup dan kuat seperti merasakan tangan terbakar.

Adapun ideas adalah gambaran tentang pengamatan yang hidup, samar-

samar yang dihasikan dengan merenungkan kembali atau ter-refleksikan

dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.

Perbedaan kedua-keduanya terletak pada tingkat kekuatan dan

garisnya menuju jiwa dan jalan masuk kesadaran. Persepsi yang termasuk

denagn kekuatan besar dan kasar disebut impression (kesan) dan semua

sensasim nafsu emosi termasuk kategori ini begitu mereka masuk kedalam

jiwa. Idea adalah gambaran kabur (faint image) tentang persepsi yang

masuk kedalam pemikiran.

Selanjutnya David Hume menyatakan sebagaimana dinukil

Prof.Dr. Ahmad Tafsir sebagai berikut:

Setelah saya pikirkan secara teliti ternyata persepsi itu dapat dibagi

menjadi dua macam yaitu pesepsi yang sederhana (simple) dan persepsi

yang ruwet (complex). Seluruh kesan dan idea kita saling berhubunan.

Dalam penyelidikan saya ternyata hanya idea yang kompleks yang tidak

memiliki kesan (impression) yang berhubungan dengan idea itu. Banyak

juga kesan yang kompleks yang tidak direkam dalam idea kita. Saya tidak

bisa menggambarkan suatu kota yang belum pernah saya lihat. Akan tetapi

saya pernah melihat kota Paris namun saya harus mengatakan saya tidak

sanggup membentuk idea tentang kota Paris yang lengkap dengan gedung-

gedung, jalan dan lain lengkap dengan ukuran masing-masing. Mengapa?

Karena tidak semua kesan (impression) direkam dalam idea.

Pengalaman lebih memberi keyakinan dibandingkan kesimpulan

logika atau kemestian sebab akibat. Hukum sebab akibat tidak lain hanya

hubungan saling berurutan saja dan secara konstan terjadi seperti api

8

membuat air mendidih. Dalam api tidak bisa diamati adanya "daya aktif"

yang mendidihkan air. Daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu tidak

bisa diamati. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk

menetapkan peristiw-peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa-

peristiwa terdahulu.

Pemikirannya tentang eksistensi Tuhan adalah ketika kita percaya

kepada Tuhan sebagai pengatur alam ini kita berhadapan dengan dilema,

kita berpikir tentang Tuhan menurut pengalaman masing-masing

sedangkan itu hanya setumpuk persepsi dan koleksi emosi saja. Kemudian,

bagaimana kita dapat mengatakan Tuhan itu Maha sempurna dan Maha

Kuasa, sedangkan di alam terjadi kejahatan dan berbagai bencana.

Seharusnya alam ini juga sempurna sesuai denga penciptanya tetapi

ternyata tidak. Tuhan juga sumber kejahatan, terbatas dan memiliki sifat

mencintai dan membenci. Penelitiannya tentang dunia tidak mampu

membuktikan Tuhan kecuali Tuhan itu tidak sempurna.

Lebih lanjut Hume berkomentar, tidak ada bukti yang dapat

dipahami untuk membuktikan bahwa Allah ada dan bahwa Ia

menyelenggrakan dunia. Juga tidak ada bukti bahwa jiwa tidak dapat mati.

Dalam praktik, orang-orang yang beragama selalu mengikuti kepercayaan

yang dianggap pasti sedang akal tidak dapat membuktikannya.

Menurutnya banyak sekali keyakinan agama yang merupakan hasil

khayalan, tidak berlaku umum dan tidak berguna bagi hidup. Agama

berasal dasri penghargaan dan ketakutan manusia terhadap tujuan

hidupnya. Itulah yang menyebabkan manusia mengangkat berbagai dewa

untuk disembah.

Mukjizat adalah ajaran agama yang juga diserang oleh David

Hume. Dia memberikan lima alasan untuk menolak mukjizat, yaitu:

1. Sepanjang sejarah mukjizat tidak pernah diakui oleh sejumlah ilmuan

dan kaum terpelajar.

9

2. Sebagian manusia memang memiliki kecenderungan untuk percaya

kepada peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Namun keyakinan ini tidak

mendukung kebenaran mukjizat.

3. Kajian peradaban membuktikan bahwa mukjizat hanya cocok terutama

bagi masyarakat terbelakang sedangkan bagi masyarakat yang telah

maju justru menolaknya. Semakin kita percaya kepada ilmu semakin

tidak mampu kita ditipu oleh takhayul (the more we believe in science

the less we are likely to be deceived by superstition).

4. Semua agama wahyu memonopoli kebenaran mukjizat.

5. Data sejarah yang dapat dipecaya menunjukkan bahwa peristiwa-

peristiwa di dunia ini jelas, seperti kita bisa mengetahui tanggal

terbunuhnya Julius Caesar.

Apa relevansi filsafat yang amat ekstrem dan memang sudah sering

dikritik itu? Bahwa kita tidak dapat mempunyai dan memang sudah pasti

dan tidak dapat memahami apa-apa. Jadi, sebaiknya kita hidup bagi sesaat

saja. Paham seperti Allah, tanggung jawab dan nilai adalah tanpa arti.

Empirisme mempersiapkan nihilisme.

5. George Berkeley

George Berkeley sebagai penganut empirisme mencanangkan teori

yang dinamakan “immaterialisme” atas dasar prinsip-prinsip empirisme. Ia

bertolak belakang dengan penadapat John Locke yang masih menerima

substansi dari luar. Berkeley berpendapat sama sekali tidak ada substansi-

substansi material dan yang ada hanya pengalaman ruh saja karena dalam

dunia material sama dengan ide-ide.

Berkeley mengilustrasikan dengan gambar film yang ada dalam

layar putih sebagai benda yang riil dan hidup. Pengakuannya bahwa “aku”

merupakan suatu substansi rohani. Tuhan adalah asal-usul ide itu ada yang

menunjukkan ide-ide pada kita dan Tuhanlah yang memutarkan film pada

batin kita.

Sepintas kita pahami bahwa konsep pemikirannya ada kemiripan

dengan paham fatalism dari Inggris, perbuatan-perbuatan manusia telah

10

ditentukan dari semula oleh Tuhan. Juga hampir sama dengan paham

Jabariyah yang menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kemerdekaan

dalam menentukan kehendak dan perbuatan.

C. Aksiologi empirisme

Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme,

atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu

pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita.

Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau

pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode

empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah

pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan

hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat

digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk

menjelaskan fenomena alam.

Aliran Empirisme dipandang sebagai aliran yang sangat optimis

terhadap pendidikan, sebab aliran ini hanya mementingkan peranan

pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Adapun kemampuan dasar yang

dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan keberhasilan seseorang.

Pandangan di atas tentu saja patut dipertanyakan. Dalam kenyataannya, akan

ditemukan anak yang berhasil karena dirinya berbakat meskipun lingkungan

sekitarnya tidak mendukung.

11