makalah empirisme

24
Tugas Kelompok EMPIRISME Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Sejarah Intelektual Dosen Pengampu Dra. Sumiyatun, M.Pd DISUSUN OLEH : 1. FISA DIANTIKA (11220048) 2. WIJI AYU SETYA NINGRUM (11220086) Prodi Pendidikan Sejarah

Upload: black-memories

Post on 31-Dec-2015

79 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah Empirisme

Tugas Kelompok

EMPIRISMEDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada

Mata Kuliah Sejarah Intelektual

Dosen Pengampu Dra. Sumiyatun, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. FISA DIANTIKA (11220048)

2. WIJI AYU SETYA NINGRUM (11220086)

ProdiPendidikan Sejarah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2013

Page 2: makalah Empirisme

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

tugas kelompok yang berjudul Empirisme ini.

Terselesaikannya tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan-kekurangan

baik dari segi penulisan maupun isi. Hal ini dikarenakan kebatasan kemampuan

dan pengetahuan penulis. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak guna perbaikan dalam pembuatan tugas

selanjutnya.

Akhir kata, semoga tugas kelompok ini dapat berguna bagi kita semua.

Amin…

Metro, Maret 2013

Penulis

ii

Page 3: makalah Empirisme

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3

A. Pengertian Empirisme ..................................................................... 3

B. Teori Empirisme ............................................................................. 4

C. Jenis-Jenis Empirisme ..................................................................... 5

D. Tokoh-Tokoh Empirisme ............................................................. 7

E. Kelemahan-Kelemahan Empirisme .............................................. 10

BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: makalah Empirisme

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber pengetahuan dalam diri manusia itu banyak sekali. Salah satu

paham yang memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah paham

empirisme. Empirisme adalah merupakan paham yang mencoba memaparkan

dan menjelaskan bahwa, sumber pengetahuan manusia itu adalah pengalaman.

Kita telah mengenal teori pengetahuan yang membicarakan cara

memperoleh pengetahuan yang disebut Epistemolgi. Yang kedua adalah

teori hakikat yakni yang membicarakan pengetahuan itu sendiri yang disebut

Ontologi. Dan yang ketiga adalah teori nilai yang membicarakan manfaat

atau kegunaan pengetahuan itu sendiri yang disebut Axiologi. Secara umum

ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari filsafat lebih luas cakupan

pembahasannya dibanding dengan ilmu itu sendiri.

Pada prinsipnya ilmu pengetahuan menjadi sangat urgen ketika manusia

dihadapkan pada perkembangan zaman yang semakin maju dengan ilmu

pengetahuan. Melalui kompetisi modern dewasa ini maka ilmu pengetahuan

sangat diperlukan dalam menjawab tantangan global. Sejalan dengan fakta

tersebut diatas beberapa teori dapat diperoleh untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan terutama dalam bidang filsafat.

Filsafat pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar dari

kekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. Salah satu orang

yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia barat

adalah Rene Descartes. Descartes menawarkan sebuah prosedur yang disebut

keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk kepada

kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika lahir kesadaran

akan eksisitensi diri yang dia katakan dengan cogito ergo sum (saya berpikir,

iv

Page 5: makalah Empirisme

maka saya ada). Teori pengetahuan yang dikembangkan Rene Descartes ini

dikenal dengan nama rasionalosme karena alur pikir yang dikemukakan Rene

Descartes bermuara kepada kekuatan rasio (akal) manusia. Sebagai reaksi dari

pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang

kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa

pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut

sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes,

George Barkeley, dan David Hume. Dalam makalah ini tidak akan membahas

semua tokoh empirisme, akan tetapi akan dibahas empirisme David Hume

yang dianggap sebagai puncak empirisme.

B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah

untuk :

1. Mengetahui pengertian empirisme

2. Mengetahui teori empirisme

3. Mengetahui jenis-jenis empirisme

4. Mengetahui tokoh-tokoh empirisme

5. Mengetahui kelemahan-kelemahan empirisme

v

Page 6: makalah Empirisme

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Empirisme

Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan

pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.

Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-

coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari

rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran

yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau

bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan

hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan

pengalaman manusia.

Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:

1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang

dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.

2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan

akal atau rasio.

3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.

4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak

langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional

logika dan matematika).

5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang

realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca

indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang

di peroleh dari pengalaman.

6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman

sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

vi

Page 7: makalah Empirisme

B. Teori Empirisme

Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat

yang berbeda dengan aliran Nativisme. Pengikut aliran nativisme berpendapat

bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar,

sedangkan empirisme mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi

manusia dewasa ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan. Kaum empiris

terkenal dengan nama optimisme paedagogis.

Aliran empirisme berpengaruh besar di Amerika Serikat. Banyak ahli

yang walaupun tidak secara ekplisit menolak peranan dasar itu, namun karena

dasar tersebut sukar ditentukan, maka praktis yang dibicarakan hanya

lingkungan.

Aliran empirisme ini dapat berkembang dan berlanjut menjadi paham

environmentalisme, namun ternyata aliran ini pada dasarnya tidak tahan uji

dan tidak dapat dipertahankan. Tokoh utama aliran ini adalah John loke.

Doktrin aliran empirisme yang sangat masyhur adalah “tabula rasa” yang

berarti batu tulis atau lembaran yang kosong. Doktrin ini menekankan arti

penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan, faktor orang tua dan

keluarga terutama sifat dan keadaan mereka sangat menentukan arah

perkembangan masa depan anak. Sifat orang tua merupakan gaya khas dalam

bersikap dan memperlakukan anak.

Dalam lingkungan sekitar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

perkembangan dan tingkah laku, akan tetapi lingkungan yang aktual hanyalah

faktor-faktor dalam dunia sekeliling yang benar-benar mempengaruhi.

Lingkungan dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. Lingkungan alam atau luar.

2. Lingkungan dalam .

3. Lingkungan sosial.

Dari ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sosial yang berpengaruh

paling dominan terhadap pertumbuhan rohani dan pribadi anak.

Adapun jenis-jenis empirisme antara lain :

vii

Page 8: makalah Empirisme

1. Empirio-kritisme

Sebuah aliran filsafat yang bersifat subyektif-idealistik yang ingin

memberikan pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan,

kausalitas dan sebagainya sebagai pengertian apriori. Aliran ini

mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen

netral atau sensasi-sensasi. Dengan mengajukan ajaran tentang koordinasi

dasar, empirio-kritisme berubah menjadi idealisme subjektif.

2. Empirisme logis

Empirisme logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut:

a. Analisis logis modern dapat diterapkan pada pemecahan problem

filosofis dan ilmiah.

b. Ada batas-batas bagi empirisme, prinsip sistem logika formal dan

kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada

pengalaman.

c. Semua proporsi yang benar dapat dijabarkan pada proporsi mengenai

dua inderawi,

d. Pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya

tidak mengandung makna.

3. Empiris radikal

Aliran ini berpendapat bahwa semua pengetahuan dapat dilacak

sampai pada pengetahuan inderawi. Namun di antara mereka ada yang

mengatakan kita dapat mengetahui suatu corak pengetahuan yang tidak

dapat dijabarkan pada penerapan.

C. Jenis-Jenis Empirisme

1. Empirio-kritisisme

Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-

idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini

adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep

substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian

apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai

kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-

viii

Page 9: makalah Empirisme

pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide

Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut

oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.

2. Empirisme Logis

Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan

problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada

pandangan-pandangan berikut :

a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan

prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu

pada pengalaman.

b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada

proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih

merupakan data indera yang ada seketika

c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam

pada dasarnya tidak mengandung makna.

3. Empiris Radikal

Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat

dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak

secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan

melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah

menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum

dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa

memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable).

Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat

diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih

lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam situasi

semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain),

tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada

pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data

inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai

habis sama sekali.

ix

Page 10: makalah Empirisme

D. Tokoh-Tokoh Empirisme

1. John Locke (1632-1704)

Dilahirkan di Somesetshire, wrington pada tahun 1632. Tahun 1647-

1652 ia belajar di Westminster. Dan tahun 1652 ia memasuki Universitas

Oxford. Filsafat Locke dapat dikatakan dikatakan antimetafisika. Dalam

tulisannya ia mengatakan bahwa semua pengetahuan dating dari

pengalaman. Ini berarti bahwa tidak ada yang dapat dijadikan idea

(konsep) tentang seseatu yang berada dibelakang pengalaman. Ia

mengatakan:

“Selajutnya mari kita memandang pikiran, seperti kita tahu, seperti

kertas putih, yang bebas dari semua sifat, tanpa ide apapun; lantas,

bagaimana pikiran dilengkapi? Darimana datangnya simpanan yang

banyak sekali, khayalan manusia yang amat banyak dan tak terbatas telah

mengecatnya dengan aneka ragam yang hamper tiada akhir? Atas

pertanyaan ini, saya menjawab dalam satu kata, dari pengalaman: di dalam

pengalaman semua pengetahuan kita dibangun, dan dari pengalaman,

pengetahuan pada puncaknya menurunkan dirinya”

Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap

adalah “penginderaan sederhana”. Ketika kita makan apel, misalnya, kita

tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja.

Sebenarnya, kita menerima serangkaian penginderaan sederhana- apel itu

adalah benda berwarna hijau, rasanya segar, bauya segar dan sebagainya-

setelah kita makan apel berkali-kali kita akhirnya berpikir: sekarang kita

sedang makan “apel”. Secara demikian, dalam analisis akhir kita dapat

menyimpulkan bahwa semua bahan bagi pengetahuan kita tentang dunia

didapatkan dari pengalaman penginderaan.

2. David Hume (1711-1776)

Sebagai seorang empiris, Hume pernah menulis sebuah buku tatkala

ia berumur dua puluh tahunan. Namun buku ini tidak mendapat perhatian

banyak orang, karenanya Hume pindah ke subjek lain, lalu ia tekenal

sebagai seorang sejarawan. Buku yang ditulis ketika menjadi sejarawan

x

Page 11: makalah Empirisme

juga menggunakan metode Empirisme. Sama dengan pedahulunya yang

empirisis, Hume menyatakan bahwa semua pengetahuan dimulai dari

pengalaman indera sebagai dasar.

Bila rasioanalisme mendapat penganutnya di Eropa daratan,

empirisme paling berkembang di Inggris. Empirisme memilih sebagai

sumber utama pengenalan bukan rasio melainkan pengalaman. Dan yang

oleh empirisme dimaksudkan sebagai pengalaman lahiriah yang

menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi

manusia. Selanjutnya ia mengatakan sebagai berikut:

Semua persepsi jiwa manusia terbentuk melalui dua alat yang

berbeda, yaitu impression dan idea. Perbedaan keduanya terletak pada

tingkat kekuatan dan garisnya menuju jiwa dan jalan masuk kekesadaran.

Persepsi yang termasuk dengan kekuatan besar dan kasar saya sebut

impression (kesan), dan semua sensasi, nafsu, emosi saya masukkan

kedalam kategori ini begitu masuk kedalam jiwa. Yang saya maksud

dengan idea ialah gambaran kabur tentang persepsi yang masuk itu tadi

kedalam pemikiran. Saya dapat juga membagi persepsi yang masuk itu

menjadi sederhana dan yang ruwet (kompleks). Persepsi yang sederhana,

atau kesan yang sederhana, atau idea yang sederhana adalah yang tidak

dapat dibagi. Sedangkan yang kompleks adalah sebaliknya. Pembagian ini

memberikan kepada kita susunan objek, dengan itu kita dapat memutuskan

lebih teliti kualitas objek dan hubunga-hubungannya. Ransangan yang

masuk kemata saya merupakan hubungan-hubungan antara kesan-kesan

dan idea-idea, yang sama dalam segala hal kecuali dalam kekuatannya.

Ransangan-ransangan yang merefleksi dalam jiwa berupa persepsi dan

idea. Tatkala saya menutup mata saya dan saya berpikir, idea-idea yang

saya bentuk benar-benar mewakili impression yang saya rasakan.

Mengapa? Karena tidak semua kesan (impression) direkam dalam

idea. Menurut pendapat Hume, idea yang sederhana berasal dari kesan

yang sederhana. Idea sederhana dapat berupa gambaran (image) tentang

merah, bundar; kesan sederhana berupa merah, bundar. Idea yang lebih

kompleks, mislanya idea tentang apel, adalah idea yang susunan dan

xi

Page 12: makalah Empirisme

asosiasinya rumit terdiri atas susunan dan asosiasi idea-idea sederhana.

Bila saya mengatakan saya melihat sebuah apel, misalnya, saya

menganalisis pengalaman saya. Idea saya ialah ada sebuah apel yang

ditentukan oleh penglihatan saya pada warna merah, bentuk bulat, rasa

apel, bau tertentu, dan seterusnya.

Hume mengajukan tiga argumentasi dalam menganalisis sesuatu.

Pertama; ada idea tentang sebab-akibat (kausalitas); suatu kejadian

disebabkan oleh kejadian lain. Maka dari kausalitas inilah oleh Hume

muncul kausalitas universal. Kausalitas universal ialah hokum yang

mengatakan bahwa setiap kejadian pasti mempunyai penyebab. Kalau

mobil mogok, kita periksa karburator, sistem listriknya, dan lain-lain.

Akan tetapi ada kalanya penyebab tersebut tidak diketahui. Kita hanya

mengetahui sebab pasti ada, tetapi apa penyebab itu kita tidak tahu. Itu

karena penyebabnya amat kompleks. Kedua, karena kita mempercayai

kausalitas dan penerapannya secara universal, kita dapat memperkirakan

masa lalu dan masa depan kejadian. Untuk melakukan peramalan tersebut

kita mesti mempercayai observasi kita tentang kejadian sekarang serta

relevansinya dengan masa lalu dan masa depan agar kita berani

mengeneralisasikan pengalaman itu. Misalnya, bila saya bangun pukul

enam pagi besok, saya sudah mengetahui bahwa matahari juga sudah

terbit. Mengapa saya dapat meramal itu? Karena saya mengalami itu sejak

lama. Observasi saya relevan dengan masa lalu dan masa datang tentang

terbitnya matahari. Ketiga, dunia luar memang ada, yaitu dunia yang bebas

dari pengalaman kita. Dunia itu ada sekalipun kita tidak mempunyai kesan

dan idea tentangnnya.

3. Herbert Spencer (1820-1903)

Empirismenya dalam filsafatnya tentang the great unknowable

(yang tidak diketahui). Menurut Spencer, kita hanya dapat mengenali

fenomena-fenomena atau gejala-gejala. Memang benar dibelakang gejala-

gejala itu ada suatu dasar absolute. Tetapi yang absolut itu tidak dapat kita

kenal. Secara prinsip pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi

antara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada suatu yang oleh Spencer

xii

Page 13: makalah Empirisme

disebut “yang tidak diketahui“. Sudah jelas, bagi Spencer bahwa

metafisika menjadi tidak mungkin.

Penyebab semua itu adalah kerelatifan seluruh pengetahuan kita.

Kita berpikir dengan cara menghubung-hubungkan pengetahuan.pikiran

kita ini dibentuk oleh gejala-gejala itu, karena itu tidak mungkin kita

menembus bagian belakang gejala tersebut.dari sini tahulah kita bahwa

rekonsiliasi antara sains dan agama menjadi tidak mungkin. Apa yang

difahami? Biarlah sains menbicarkan hukumnya; menolak Tuhan,

mengambil materialisme; dan biarkanlah agama mempertahankan Tuhan

dan menolak materialisme. Tidak ada jalan untuk memahami agama;

agama terletak dibelakang fenomena.

Prinsip umum ini tidak mesti dapat dipahami tetapi ia diketahui

adanya. Tuhan dan agama ada tetapi tidak dapat dimeterialiskan,

gelombang ada dan ritmenya juga ada namun tidak dapat diketahui secara

rinci. Begitu juga pada kenyataan tentang pergantian musim dan

sebagainya.

E. Kelemahan-Kelemahan Empirisme

Kelemahan aliran ini cukup banyak diantaranya;

1. Indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil?

Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak

sebagaimana adanya. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.

2. Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara

panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang

salah juga.

3. Objek yang menipu, contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek ini

sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh alat indera; ia

membohongi indera.

4. Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (mata) tidak

mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga

tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.

xiii

Page 14: makalah Empirisme

BAB III

KESIMPULAN

Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan

pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal

Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna

tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca

indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.

Para ahli yang mengikuti pendirian Empirisme mempunyai pendapat yang

berbeda dengan aliran Nativisme. Pengikut aliran nativisme berpendapat bahwa

perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar, sedangkan

empirisme mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia

dewasa ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.

Aliran empirisme ini dapat berkembang dan berlanjut menjadi paham

environmentalisme, namun ternyata aliran ini pada dasarnya tidak tahan uji dan

tidak dapat dipertahankan.

Jenis-Jenis Empirisme

1. Empirio-kritisisme

2. Empirisme Logis

3. Empiris Radikal

xiv

Page 15: makalah Empirisme

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Mukhlison dan Rodliyah, Siti, Ilmu Pendidikan. Ponorogo: PPS Press, tth.

Tafsir Ahmad, Filsafat Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).

Muslih Mohammad , Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasarparadigma Dan Kerangka Teori ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004).

http://ipt-ekstensi.blogspot.com/2011/08/makalah-filsafat-empirisme.html

http://syarifgallery.blogspot.com/2011/07/empirisme-serta-tokoh-aliran-empirisme.html

http://mujib-ennal.blogspot.com/2012/10/aliran-empirisme.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme

xv