aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem...
TRANSCRIPT
Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition Tri Prasetya Fathurrodli 2211106010
Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc., Ph.D.
• Latar Belakang, Tujuan, Permasalahan, Batasan Masalah
Pendahuluan
• Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem
Aliran Daya Optimal (ADO) dengan Batas Keamanan Sistem
• ADO dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition
Bender Decomposition pada ADO dengan Batas
Keamanan Sistem
• Sistem 9 Bus IEEE
• Sistem Jawa Bali 500 KV
Hasil Simulasi dan Analisa
• Kesimpulan
Penutup
OUTLINES
Sistem tenaga listrik terinterkoneksi penjadwalan optimal ekonomi sangat diperlukan
Economic Dispatch
Aliran Daya Optimal
Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem
Constraints saluran
Constraints keamanan sistem
Latar Belakang
Tujuan
• Mengetahui penggunaan bender decomposition dalam menyelesaikan masalah aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem
• Mensimulasikan dan menganalisis aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem menggunakan bender decomposition.
• Mengetahui nilai pembangkitan daya generator dan deviasi pembangkitan daya generator terhadap batas ramp rate.
Permasalahan
• Bagaimana membuat program aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem menggunakan bender decomposition
• Bagaimana pengaruh dari kontingensi dan parameter ramp rate terhadap daya terbangkit, deviasi daya terbangkit, dan biaya operasi pembangkitan
• Bagaimana meniadakan nilai deviasi daya terbangkit saat terjadi kontingensi menggunakan bender decomposition
Batasan Masalah
• Ramp rate dianggap sama untuk ramp up dan ramp down
• Metode yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan adalah Bender Decomposition
• Kontingensi lepas saluran single track atau double track
• Studi aliran daya yang digunakan ac opf
• Simulasi dilakukan dengan menggunakan program Matpower 4.1 dan Matlab R2010a
Kondisi ADO
Kondisi
Normal
Kondisi
Kontingensi 1
Kondisi
Kontingensi 2
Kondisi
Kontingensi 3
Aliran Daya Optimal (ADO) merupakan Economic Dispatch yang memperhatikan pengoptimalan daya pada saluran dengan mempertimbangkan batasan-batasan.
Aliran daya optimal bertujuan untuk meminimalkan biaya operasi
Aliran Daya Optimal dengan Batas
Keamanan Sistem
Fungsi Objektif 2
1 1( ) ( . . )
N N
T i i i i i i ii i
MinF F P P P
Equality constraints
1
1
( cos( ) sin( ))
( sin( ) cos( ))
NB
Gm Dm m n mn m n mn m nn
NB
Gm Dm m n mn m n mn m nn
P P V V G B
Q Q V V G B
Inequality Constraints maxmin GmGmGm PPP
maxmin GmGmGm QQQ
0 ( )p pGm Gm p GmP u P u P
max,min, mmm VVV
max| S |mn mnS
Bender
Decomposition
Subproblem
Masterproblem
Kondisi
Kontingensi
Kondisi
Normal
Bender Decomposition
Bender Decomposition (BD)
Bender Decomposition dapat digunakan untuk membagi (dekomposisi) program aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem ke dalam bagian subproblem dan masterproblem.
Subproblem - Fungsi Objektif: Minimize αp
- Equality constraints Power Balance
1V (G cos( ) sin( ))
NB
Gm Dm m n mn m n mn m nn
P P V B
1V (G sin( ) cos( ))
NB
Gm Dm m n mn m n mn m nn
Q Q V B
... lanjutan
- Inequality Constraints Kapasitas pembangkitan daya aktif generator Kapasitas pembangkitan daya reaktif generator Batas tegangan Kapasitas saluran Batas ramp rate
min maxpGm Gm GmQ Q Q
min maxm m mV V V
max| S |mn mnS
0 ( )p pGm Gm p GmP u P u P 0
kp ppu u u
0 0 0p Gm Gm pu P P
0 0 0p Gm Gm pu P P
0p
min maxpGm Gm GmP P P
... lanjutan
Master Problem - Fungsi Objektif - Equality Constraints - Inequality Constraints
min maxpGm Gm GmP P P
min maxpGm Gm GmQ Q Q
min maxm m mV V V
max| S |mn mnS
0 0( ) 0kp G GP P
2
0
N
i i i i ii
Minimize a P b P c
1V (G cos( ) sin( ))
NB
Gm Dm m n mn m n mn m nn
P P V B
1V (G sin( ) cos( ))
NB
Gm Dm m n mn m n mn m nn
Q Q V B
Hitung αADO-kondisi
kontingensi
Kontingensi
terakhir
α = 0 ?
Start
End
Y
N
Y
N
α, λ
Pg0
Hitung Pg0
ADO- kondisi
normal
Flowchart Program
Flowchart disamping merupakan proses program dalam menghitung nilai α dan biaya operasi pembangkit yang terdapat dalam bagian master problem dan subproblem λ merupakan lagrange multiplier
G3
T2
2
G2
8
7
6
9 5
3
4
1
T3
T1
G1
100 MW
35MVAR
Load C
Load B
90 MW30MVAR
Load A
125 MW
50MVAR
Sistem 9 Bus IEEE
Gambar di atas merupakan Sistem 9 Bus IEEE mempunyai 9 Bus, 9 Saluran, 3 Generator, dan 3 Beban
Sistem 9 Bus IEEE
Hasil Simulasi
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE Profil 1
Ite
rasi Kondisi
Pg(MW) α
(MW)
λ Biaya
($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 3
1 normal 89.8 134.32 94.19 5296.69
Kontingensi 92.2 134.9 94.71 1.92 1 0.93 0.91
2 normal 92.2 132.87 93.17 5297.66
Kontingensi 94.48 133.45 93.69 1.80 1 0.93 0.91
3 Normal 94.48 131.49 92.21 5300.37
Kontingensi 96.64 132.07 92.73 1.68 1 0.93 0.92
4 Normal 96.64 130.17 91.31 5304.56
Kontingensi 98.69 130.76 91.83 1.58 1 0.93 0.92
5 Normal 98.69 128.93 90.44 5309.99
Kontingensi 100.65 129.51 90.96 1.48 1 0.94 0.92
... lanjutan
Ite
rasi Kondisi
Pg(MW) α
(MW)
λ Biaya
($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 3
34 normal 131.71 109.09 76.66 5590.93
Kontingensi 132.32 109.67 77.18 0.13 1 0.96 0.95
35 normal 132.32 108.73 76.41 5297.66
Kontingensi 132.91 109.31 76.93 0.11 1 0.96 0.95
36 Normal 132.91 108.38 76.16 5607.84
Kontingensi 133.47 108.96 76.68 0.09 1 0.96 0.95
37 Normal 133.47 108.05 75.93 5616.04
Kontingensi 134.02 108.63 76.45 0.07 1 0.96 0.95
38 Normal 134.02 107.72 75.7 5309.99
Kontingensi 134.55 108.3 76.22 0 1 0.96 0.95
α bernilai 0 saat iterasi ke-38
0
0,5
1
1,5
2
2,5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37
α (
MW
)
Iterasi
Alfa (α)
5100
5200
5300
5400
5500
5600
5700
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37
Bia
ya (
$/h
r)
Iterasi
Biaya
... lanjutan
Gambar di samping merupakan grafik iterasi deviasi daya yang dibangkitkan terhadap batas ramp rate. α bernilai 0 saat iterasi ke-38 dari α semula bernilai 1.92 MW.
Gambar di samping merupakan grafik iterasi perhitungan biaya operasi pembangkit. Iterasi berhenti pada iterasi ke-38 dengan biaya operasi sebesar 5624.06 $/hr dari biaya semula sebesar 5296.69 $/hr
Iterasi Biaya Pembangkitan
Iterasi Deviasi Daya
1.92 -> 1.80 -> 1.68 -> ...
... -> 0.09 -> 0.07 -> 0
Profil 2
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE profil 2
Ite
rasi Kondisi
Pg(MW) α
(MW)
λ Biaya
($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 3
1 normal 89.8 134.32 94.18 5296.69
Kontingensi 92.98 135.15 94.71 2.95 1 0.9973 0.87
2 normal 92.98 135.52 89.73 5300.45
Kontingensi 95.94 136.1 90.25 2.48 1 0.9965 0.88
3 Normal 95.94 136.58 85.63 5310.56
Kontingensi 98.51 137.16 86.15 2.09 1 0.9949 0.89
4 Normal 98.51 137.75 81.83 5325.41
Kontingensi 100.74 138.33 82.35 1.75 1 0.99 0.90
5 Normal 100.74 139.04 78.27 5343.87
Kontingensi 102.65 139.62 78.79 1.43 1 0.99 0.90
α Iterasi ke-
1 2 3 4 5
Unit 1 2.7019 2.48 2.0905 1.7463 1.4349
Unit 2 0.2504 0 0 0 0
Unit 3 0 0 0 0 0
... lanjutan
Ite
rasi Kondisi
Pg(MW) α
(MW)
λ Biaya
($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 3
8 normal 105.67 143.9 68.41 5416.24
Kontingensi 106.83 144.48 68.93 0.68 1 0.99 0.92
9 normal 106.83 145. 89.73 5445.91
Kontingensi 107.77 136.1 90.25 0.46 1 0.99 0.93
10 Normal 107.77 136.58 85.63 5478.92
Kontingensi 108.52 137.16 86.15 0.27 1 0.99 0.93
11 Normal 98.51 137.75 81.83 5516.24
Kontingensi 100.74 138.33 82.35 0.07 1 0.99 0.94
12 Normal 100.74 139.04 78.27 5558.9
Kontingensi 102.65 139.62 78.79 0 0.89 0.90 0.83
α bernilai 0 saat iterasi ke-12
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
α (
MW
)
Iterasi
Alfa (α)
5150
5200
5250
5300
5350
5400
5450
5500
5550
5600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bia
ya
($
/hr)
Iterasi
Biaya
... lanjutan
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE profil 2
Gambar di samping merupakan grafik iterasi deviasi daya yang dibangkitkan terhadap batas ramp rate. α bernilai 0 saat iterasi ke-12 dari nilai α semula 2.95 MW.
Gambar di samping merupakan grafik iterasi perihitungan biaya operasi pembangkit. Iterasi berhenti pada iterasi ke-12 dengan biaya sebesar 5558.9 $/hr dari biaya semula sebesar 5296.69 $/hr
Iterasi Biaya Pembangkitan
Iterasi Deviasi Daya
2.95 -> 2.48 -> 2.09 -> ...
... -> 0.27 -> 0.07 -> 0
Sistem Jawa Bali 500 KV
Hasil Simulasi pada Sistem Jawa Bali 500 KV
99,3445
0 0
20
40
60
80
100
120
1 2
α (
MW
)
Iterasi
Alfa (α)
3022861,6
48
3024322,7
06
0,001
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
1 2
Bia
ya
(R
p/h
r)
Iterasi
Biaya
x 103
Iterasi Deviasi Daya Iterasi Biaya Pembangkitan
Kesimpulan
1. Aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem
mempertimbangkan kontrol preventif dan korektif telah dilakukan. Hal ini
dapat diamati bahwa pendekatan yang diusulkan telah berhasil
memecahkan masalah. Pelanggaran sistem dapat dihindari pada
kondisi normal dan kontingensi. Jika kontrol korektif, redispatch daya
dalam kasus ini, melanggar ramp rate, kontrol pencegahan harus
diambil untuk mengurangi penyimpangan pembangkit listrik. Meskipun
kontrol preventif umumnya dapat mengurangi biaya dengan
menghindari load shedding, hal itu juga memerlukan biaya operasional
tambahan. Kenaikan biaya operasi unit pembangkit yang tinggi dan
penurunan biaya operasi yang murah unit pembangkit dapat
berkontribusi untuk biaya operasi pembangkit tambahan ini.
2. Pada simulasi sistem 9 bus IEEE program aliran daya optimal dengan
batas keamanan sistem menghasilkan total biaya operasi pembangkit
lebih mahal 6.18 % untuk profil 1, 4.95 % untuk profil 2 dan 0.0483 % untuk
sistem Jawa Bali 500 KV jika dibandingkan dengan aliran daya optimal
tanpa batas keamanan sistem. Hal ini karena perhitungan jadwal
pembangkitan memperhatikan batasan keamanan saat terjadi
kontingensi, penyesuaian daya yang dibangkitkan untuk meniadakan
deviasi terhadap batasan yang ditentukan.
Referensi
1. M. Haaban, W. Li, H. Liu, Z. Yan, Y. Ni dan F. Wu. “ATC calculation with steady-state security constraints using Bender decomposition”, IEE Proc.-Gener. Transm. Distrib., Vol. 150, No. 5, September 2003.
2. F. Capitanescu, Louis Wehenkel. ”Experiments with the interior-point method for solving large scale Optimal Power Flow Problems”, Electric Power Systems Research, Vol81, pp. 276–283, August, 2012.
3. Costa, A.L., Simo es Costa, A. “Energy and ancillary service dispatch through dynamic optimal power flow”, Electrical Power Systems Research, Vol.77, pp. 1047–1055, August, 2007.
4. IEEE. “All in a Day’s Work Building Up Solar Energy”. IEEE Power & Energy Magazine for electric power professionals, Vol.11, No. 3, March 2013.
5. Chung, C.Y., Yan, W., Liu, F., “Decomposed predictor-corrector interior point method for dynamic optimal power flow”, IEEE Trans. Power Syst, Vol.26, pp. 1030–1039, March, 2011.
6. Allen J. Wood, Bruce F. Wollenberg, “Power, Generation, Operation, and Control”, John Willey & Sons Inc, America, 1996.
7. Saadat, Hadi, “Power System Analysis 2nd Edition”, McGrowHill, Ch.1, 1999. 8. Nikman T., M.R. Narimani, J. Aghaei, S. Tabatabaei, M. Nayeripour, ”Modified Honey
Bee Mating Optimisation to solve Dynamic Optimal Power Flow Considering Generator Constraints”, IET Generation Transmission and Distribution, vol.10, pp.989-1002, June, 2011.
Lagrange multiplier adalah sebuah pengali dalam teknik menyelesaikan optimasi dengan batasan persamaan, mengubah persoalan titik ekstrim terkendala menjadi ekstrem bebas kendala, misal 𝐶𝑡= (𝛼𝑖+𝛽𝑖𝑃𝑖 + 𝛾𝑖𝑃𝑖2𝑛
𝑖=1 )dengan
𝑃𝑖 = 𝑃𝐷𝑛𝑔𝑖=1 menjadi persamaan
ℒ = 𝐶𝑡 + 𝜆 𝑃𝐷 − 𝑃𝑖
𝑛𝑔
𝑖=1
http://jendelapengetahuan.blogspot.com/2011/03/plant-ramp-rate.html
Ramp rate diartikan sebagai kemampuan power plant dalam
menanggung loncatan beban secara cepat. Biasanya diukur
berdasarkan berapa % dari kapasitas pembangkit dan diukur dalam
kurun waktu tertentu (biasanya dalam menit). Contoh sebuah
pembangkit diketahui mempunyai ramp rate = 5 % per menit. Sebuah
pembangkit dengan kapasitas 30 MW mempunyai ramp rate 5%/menit
atau sama dengan 1.5 MW/menit.
Dalam perancangan sebuah sistem kelistrikan yang akan diterapkan
mesti disesuikan karakteristik beban dengan pembangkit yang akan
dipasang. Hal ini yang sering kali dilupakan oleh banyak enginer.
Sehingga yang kerap terjadi, sisi pembangkit dan beban dibuat sendiri2
tanpa saling dihubungkan. Alhasil, banyak terjadi kasus dimana ketika
plant selesai dibuat akhirnya sisi pembangkit tidak mampu me-startup
beban yang terpasang. Yang akhirnya segala daya baik itu re-design
maupun penambahan peralatan pembangkit dilakukan untuk
meningkatkan kapasitas unit pembangkit agar dapat menghandle
operasi disisi beban.
Ramp rate sangat dipengaruhi oleh berbagai sistem yang terpasang di dalam
pembangkit tersebut. Secara general, pembangkit dengan turbin uap bahan
bakar batu bara mempunyai level ramp rate yang kecil. Karena untuk
membangkitkan daya gerak untuk memutar generator dibutuhkan proses
panjang, dari mulai coal feeding ke tungku pembakaran, membakar batu
bara, memanaskan air, steam generating, hingga akhirnya generator dapat
berputar dan mensupply beban. Lamanya proses steam generating inilah yang
menyebabkan response time oleh pembangkit batu bara menjadi lama dan
hanya dapat menghasilkan ramp rate yang kecil saja.
Berbeda halnya dengan pembangkit seperti diesel genset. Dikarenakan proses
pembakaran bahan bakarnya begitu cepat, hingga proses men-generate
power dapat cepat dihasilkan.
Ramp rate adalah batasan yang menyatakan batas laju penambahan
maupun pengurangan daya output generator [8].
Ramp rate digunakan untuk mempertahankan thermal gradient dan pressure
gradient dalam turbin maupun boiler pada batasan aman sehingga life time
pembangkit dan peralatan pendukung pembangkit tidak menurun.
Asumsi ramprate yang digunakan dalam Tugas Akhir ini menggunakan
acuan standar IEEE 762-2006 yang dimuat di [4].
PLTU = 0.2%/min , PLTA, PLTG dan PLTGU = 100 % /min
Tipikal Ramp Rate IEEE
Unit Pmax (MW)
Pmin (MW)
ΔP (MW)
Ramp rate (MW)
1 250 10 240 0.48 2 300 10 290 0.58 3 270 10 260 0.52
Pembangkit Pmax
(MW)
Pmin
(MW)
∆P
(MW)
Ramp rate
(MW)
PLTU Suralaya 2289 1202 1087 10.87
PLTGU MuaraTawar
1401 795 606 606
PLTA Cirata 700 0 700 700
PLTA Saguling 700 0 700 700
PLTU Tanjung Jati
658 408 250 2.5
PLTGU Gresik 1970 1084 886 886
PLTU Paiton 3080 1720 1360 13.6
PLTGU Grati 450 180 270 270
0.2 % /min x ∆P Ramp rate 9 Bus IEEE Profil 1 dan 2
Ramp rate Sistem Jawa Bali 500 KV
5
1
1
1
5
1
5
1
Hasil Simulasi
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus Profil 1
... lanjutan
... lanjutan
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE profil 2
Profil 2
α Iterasi ke-
1 2 3 4 5
Unit 1 2.7019 2.48 2.0905 1.7463 1.4349
Unit 2 0.2504 0 0 0 0
Unit 3 0 0 0 0 0
G3
T2
2
G2
8
7
6
9 5
3
4
1
T3
T1
G1
100 MW
35MVAR
Load C
Load B
90 MW30MVAR
Load A
125 MW
50MVAR
G3
T2
2
G2
8
7
6
9 5
3
4
1
T3
T1
G1
100 MW
35MVAR
Load C
Load B
90 MW30MVAR
Load A
125 MW
50MVAR
Profil 2 Profil 1
N
o
Pembang
kit
Daya (MW)
Min Maks
1 Unit 1 10 250
2 Unit 2 10 300
3 Unit 3 10 270
Dari
bus
Ke
Bus
r (pu) x (pu) b (pu)
1 4 0 0.0576 0
4 5 0.017 0.092 0.158
5 6 0.039 0.17 0.358
3 6 0 0.0586 0
6 7 0.0119 0.1008 0.209
7 8 0.0085 0.072 0.149
8 2 0 0.0625 0
8 9 0.032 0.161 0.161
9 4 0.01 0.085 0.176
No
bus Tipe Bus
Beban
P
(MW)
Q
(MW)
1 Slack 0 0
4 Generator 0 0
5 Generator 0 0
3 Load 0 0
6 Load 90 30
7 Load 0 0
8 Load 100 35
8 Load 0 0
9 Load 125 50
𝛾 𝛽 𝛼
0.11 5 150
0.085 1.2 600
0.1225 1 335
250
250
150
300
150
250
250
250
250
`
`
1
2
3
4
5
67
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
24
Suralaya
Cilegon Balaraja
Cibinong Gandul
Kembangan
Depok
Tasikmalaya
Muaratawar
CawangBekasi
Cirata
SagulingCibatu
Mandiracan
Bandung Selatan
Pedan
Ungaran
NgimbangTanjung
JatiSurabaya
Barat
Kediri
Paiton
GratiGresik
Single Line Diagram
Sistem Jawa Bali 500 kV
Sistem Jawa Bali 500 kV terdiri dari 25 Bus dengan 30 saluran dan 8 pembangkit. Diantara 8 pembangkit tersebut ada 2 pembangkit listrik tenaga air [7].
Data Beban Sistem Jawa Bali 500 kV
No
Bus Nama Bus Type Bus
Beban P
(MW)
Q
(MVar)
1 Suralaya Slack 220 69
2 Cilegon Load 186 243
3 Kembangan Load 254 36
4 Gandul Load 447 46
5 Cibinong Load 680 358
6 Cawang Load 566 164
7 Bekasi Load 621 169
8 MuaraTawar Generator 0 0
9 Cibatu Load 994 379
10 Cirata Generator 550 177
11 Saguling Generator 0 0
12 Bandung Selatan Load 666 400
13 Mandiracan Load 293 27
14 Ungaran Load 494 200
15 Tanjung Jati Generator 0 0
16 Surabaya barat Load 440 379
17 Gresik Generator 123 91
18 Depok Load 327 67
19 Tasik Malaya Load 213 73
20 Pedan Load 530 180
21 Kediri Load 551 153
22 Paiton Generator 267 50
23 Grati Generator 111 132
24 Balaraja Load 681 226
25 Ngimbang Load 279 59
Data pembebanan pada hari Kamis, tanggal 26 Mei 2011, pukul 19.00 WIB.
Dari
Bus
Ke
Bus r (pu) x (pu) b (pu)
1 2 0.000626496 0.007008768 0
1 24 0.003677677 0.035333317 0
2 5 0.013133324 0.146925792 0.007
3 4 0.001513179 0.016928308 0
4 18 0.000694176 0.006669298 0
5 7 0.004441880 0.042675400 0
5 8 0.006211600 0.059678000 0
5 11 0.004111380 0.045995040 0.00884
6 7 0.001973648 0.018961840 0
6 8 0.005625600 0.054048000 0
8 9 0.002822059 0.027112954 0
9 10 0.002739960 0.026324191 0
10 11 0.001474728 0.014168458 0
11 12 0.001957800 0.021902400 0
12 13 0.006990980 0.067165900 0.0128
13 14 0.013478000 0.129490000 0.0248
14 15 0.015798560 0.151784800 0.00723
14 16 0.015798560 0.151784800 0.00723
14 20 0.009036120 0.086814600 0
16 17 0.001394680 0.013399400 0
16 23 0.003986382 0.044596656 0
Dari
Bus
Ke
Bus r (pu) x (pu) b (pu)
18 5 0.000818994 0.007868488 0
18 19 0.014056000 0.157248000 0.0302
19 20 0.015311000 0.171288000 0.033
20 21 0.010291000 0.115128000 0.022
21 22 0.010291000 0.115128000 0.022
22 23 0.004435823 0.049624661 0.009
24 4 0.002979224 0.028622920 0
25 14 0.02348 0.225580588 0.02
25 16 0.00597 0.057324466 0
Data Saluran Sistem Jawa Bali 500 kV
No Pembangkit Daya (MW)
Minimum Maksimum
1 Suralaya 1202 2289
2 Muaratawar 795 1401
3 Cirata (PLTA) - 700
4 Saguling (PLTA) - 700
5 Tanjung Jati 408 658
6 Gresik 1084 1970
7 Paiton 1720 3080
8 Grati 180 450