tugas 1
DESCRIPTION
hyjyuyuyuuyTRANSCRIPT
0
TUGAS REKAYASA HIDROLOGI
INFILTRASI
NAMA KELOMPOK :
1. DEVIT WIDIANTO (1407123585)2. ERWIN (1407110453)3. RANDY OKTARIANSA (1407112896)4. YANIARTO FITRANA (1407123656)5. YOGI RAENALDO APRYAN (1407114756)
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPILJURUSAN TEKNIK SIPILUNIVERSITAS RIAU
2015
1. PENDAHULUANAir yang diterima pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaannya tidak kedap
air, dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kafiler dalam
suatu aliran yang disebut infiltrasi. Konsep infiltrasi ini relatif baru, namun banyak
kemajuan didalam pengertian dan penentuannya telah dicapai pada tahun-tahun
terakhir ini. Para ahli agronomi menyebut jeluk maksimun air yang dapat
dikembalikan kepermukaan baik oleh tanaman maupun oleh kapilaritas, sebagai
tanah. Ini merupakan mintakat dimana pertama kali presifitasi masuk. Pada mintakat
ini (disebut mintakat tanah atau mintakat mintakat air tanah) air bergerak secara
vertikal baik dengan cara evapotranspirasi kepermukaan maupun dengan cara
perkolasi yang menurun (pergerakan menurun lengas tanah dari mintakat air tanah
tak jenuh kemintakat jenuh menuju muka air tanah). Karena poreus (memiliki
rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara atau dan cairan) maka tanah
mempunyai kapasitas untuk menyimpan air. Air ini disebut lengas tanah.
Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami
(dengan osmosis, gravitasi atau kapilaritas) disebut ada dalam simpanan permanen.
Kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan kandungan air tanahnya
pada titik layu permanen vegetasinya. Titik layu ini (kandungan air tanah terendah
dimana tanaman dapat mengeksrak air dari ruang pori tanah terhadap gaya
gravitasi) ditentukan untuk suatu tanah bila bagian atas tanaman berada pada
atmosfer basah dan tidak terlalu panas. Ini adalah sama bagi semua tanaman pada
tanah tertentu (Eagleson 1970). Semua lengas tanah yang melebihi titik layu
permanen disebut lengas tanah permanen. Air perkolasi yang sampai di bawah
jangkauan akar tanaman memasuki suatu mintakat peralihan dimana kapilaritas dan
1
INFILTRASI
osmosis tidak begitu penting, pada mintakat ini air ditahan sebagai simpanan berupa
selaput pada partikel tanah individual dengan gaya permukaan (ini disebut air
pelikuler atau berperkolasi ke bawah karena gravitasi (air gravitasi). Pada mintakat
kapiler (atau mintakat rumbai kapiler) sebagian air berperkolasi ke bawah ke muka
air tanah dan sebagian dari air itu ditahan melawan gaya gravitasi dengan cara kerja
kapiler.
Lengas tanah dapat berada dalam kondisi-kondisi yang berbeda pada bagian-bagian
DAS yang berbeda-beda. Karena itu, lengas tanah biasa dianggap mencakup
semua air pada mintakat aerasi. Kapasitas lapangan suatu tanah adalah jumlah
maksimum yang dapat disimpan dalam tanah pada mintakat tak jenuh melawan
gaya gravitasi. Di negeri Belanda kapasitas lapangan dipandang sebagai kandungan
air yang setara dengan gaya hisap pF =2.
Laju infiltrasi aktual (fac) adalah laju air berpenetrasi kepermukaan tanah pada
setiap waktu dengan gaya-gaya kombinasi gravitasi, viskositas dan kapilaritas. Laju
maksimum presipitasi dapat diserap oleh tanah pada kondisi tertentu disebut
kapasitas infiltrasi, fc. Untuk suatu intensitas curah hujan,
Infiltrasi hanya akan terjadi setelah semua depresi permukaan yang kecil terpenuhi.
Demikian juga, perkolasi hanya akan terjadi bila mintakat tak jenuh telah mencapai
kapasitas kapangannya. Sama halnya dengan terminologi infiltrasi, istilah laju
perkolasi dan kapasitas perkolasi digunakan. Kapasitas perkolasi adalah suatu
parameter yang penting bila infiltrasi buatan diperlukan (suatu teknik yang terkenal di
negeri Belanda).
2. PENGERTIANInfiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam tanah
air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air,
danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation)
2
menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh
gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran selalu menuju
ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan air bergerak ke
segala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah menuju ke daerah yang
lebih kering.
Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya
tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban tanah. Selain itu, gaya
kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada
tanah berbutir kasar pasir. Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan
tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan.
Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena berkurangnya gaya
kapiler.
Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi. Sementara aliran kapiler pada lapis
permukaan berkurang, aliran karena pengaruh gravitasi berlanjut mengisi pori-pori
tanah. Dengan terisinya pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsung-
angsur sampai dicapai kondisi konstan; di mana laju infiltrasi sama dengan laju
perkolasi melalui tanah. Dalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi
dan laju infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam.Kapasitas infiltrasi adalah laju
infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu; sedang laju infiltrasiadalah
kecepatan infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan.
Pada grafik dibawah ini menunjukkan kurva kapasitas infiltrasi (fp), yang merupakan
fungsi waktu.
Apabila tanah dalam kondisi kering ketika infiltrasi terjadi, kapasitas infiltrasi tinggi
karena kedua gaya kapiler dan gravitasi bekerja bersama-sama menarik air ke
dalam tanah. Ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler berkurang yang
3
menyebabkan laju infiltrasi menurun. Akhirnya kapasitas infiltrasi mencapai suatu
nilai konstan, yang dipengaruhi terutama oleh gravitasi dan laju perkolasi.
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFILTRASILaju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman genangan dan tebal
lapis jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan, tanaman penutup, intensitas
hujan, dan sifat-sifat fisik tanah.
1.1 Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh
Perhatikan skema gambar di bawah ini !
Dalam gambar di atas, air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke
dalam tanah, yang menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi
4
jenuh air. Apabila tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air
mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. ALiran melalui lapisan tersebut
serupa dengan aliran melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah
(D) memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan
total yang menyebabkan aliran adalah D+L.
Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan tebal
lapis jenuh air L. Pada awal hujan, dimana L adalah kecil dibanding D, tinggi tekanan
adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah
dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai melebihi D,
sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi tersebut kecepatan
infiltrasi berkurang. Apabila L sangat lebih besar daripada D, perubahan L
mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan hambatan,
sehingga laju infiltrasi hampir konstan.
1.2 Kelembaban Tanah
Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah
kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian
bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar
dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena
adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan
gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat.
Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga
perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika
tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan
menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode
awal hujan.
5
1.3 Pemampatan Oleh Hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air
hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti
lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir,
pengaruh tersebut sangat kecil.
1.4 Penyumbatan Oleh Butir Halus
Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus. Ketika
hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam
tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi.
1.5 Tanaman Penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan,
dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman
penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan
humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan
lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga
akan menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada
tanah yang tanpa penutup tanaman.
1.6 Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan
besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan
waktu infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan.
Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu
cukup banyak untuk infiltrasi.
6
1.7 Intensitas Hujan
Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas hujan
I lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama dengan
intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka
laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.
4. LENGAS TANAH
Jika grafitasi merupakan satu-satunya gaya yang menyebabkan gerakan
vertikal air dalam tanah, tanah akan mengalirkan air sama sekali kering setelah
hujan. Kenyataan bahwa tanah selalu mengandung banyak lengas menunjukkan
bahwa gaya-gaya yang memegang lengas dalam tanah harus dikenakan sampai
pada tingkat tertentu (Ward, 1967). Fenomena retensi lengas tanah sama sekali
tidak dimengerti, gaya-gaya utama yang menyebabkan terikatnya air dalam tanah
adalah:
1. Adsorpsi (molekul air ditarik dan berada di permukaan partikel tanah secara
kuat),
2. Gaya osmotik (karena bahan kimiawi terlarut, seperti garam, maka gaya yang
memegang air dalam tanah ditingkatkan dengan jumlah yang sama dengan
tekanan osmotik larutan tanah), dan
3. Gaya kapiler (= tekanan muka = molekul permukaan air yang ditarik terutama
oleh molekul di dalam air (adhesi; juga kohesi terjadi) dan selaput air dalam
tanah dengan demikian dipegang di lapangan in situ oleh gaya tegangan muka).
7
Gaya kapiler tergantung pada ukuran rongga, dan gaya permukaan, pada jumlah
dan sifat permukaan partikel-partikel tanah.
Untuk penentuan kerapatan isi, volume contoh harus diketahui ini dapat
diperoleh dengan metode inti dimana pengambil contoh tanahyang terbuat dari
logam dilindris dengan volume yang diketahui ditekan kedalam tanah dan dengan
hati-hati diambil untuk menjaga agar volume tanah sama dengan volume pengambil
contoh silindris. Perubahan kandungan air tanah secara nyata mengubah sifat-sifat
tanah seperti keteguhan, kompresibilitas dan konduktivitas hidrolik. Volume
kebanyakan tanah juga berubah dengan berubahnya proporsi air dan udara dalam
rongga-rongga atau dari perubahan rongga.
Kandungan lengas tanah juga dipengaruhi oleh ciri fisis yaitu porositas.
Porositas didefenisikan sebagai nisbah volume rongga (Vv ) dengan volume total
tanah. Rumus untuk menghitung porositas:
v=100[ VvV ] atau v=100[1− ρdγd ]
Keterangan:
v= porositas (atau nisbah rongga) dalam %
Vv= volume ruang rongga (cm3)
V= volume total contoh tanah tertentu (cm3)
ρd= berat isi contoh tanah=kerapatan contoh tanah kering (gr/cm3)
ρd= Ws/Vs + Vv = Ws/V
Vs= volume padatan (cm3)
Ws= berat padatan= berat contoh kering oven (gr)
γs= kerapatan butiran tanah+ berat jenis bahan padat (gr/cm2)
γs= Ws/Vs
8
Untuk mengetahui kerapatan isi volume contoh harus diketahui. Ini dapat
diperoleh dengan metode inti dimana pengambil contoh tanah yang terbuat dari
logam di lindris dengan volume yang diketahui ditekan ke dalam tanah dan dengan
hati-hati diambil untuk menjaga agar volume tanah sama dengan volume pengambil
contoh tanah. . Kemudian permukaan ring sampel tanah yang sudah terisi tanah di
beri lapisan lilin cair atau parapin. Kemudian ditimbang baik diudara maupun sambil
dicelupkan dalam cairan yang diketahui kerapatannya.
Perubahan kandungan air tanah secara nyata mengubah sifat-sifat tanah seperti
keteguhan, kompresibilitas, plastisitas dan konduktivitas hidrolik.
Kandungan air tanah didefenisikan dalam tiga cara :
Kandungan air atas dasar berat basah (θw)
θw=Wt – Ws
Keterangan:
θw= kandungan air atas dasar berat basah (%)
Wt = berat contoh tanah lembab (%) = (Wt/Ws)x100
Ws= berat contoh tanah kering oven (%) Ws= (Ws/Wt)x100
Kandungan air atas dasar berat kering oven (θd)
Kandungan ini merupakan persentase air yang terdapat pada contoh tanah
kering tanur:
θd =Ww/Wsx100% = (100/100- θw)x θw
Contoh tanah yang lembab di timbang (Wt), kemudian dikeringkan pada suhu
1100C, didinginkan dan ditimbang lagi (Ws) untuk menentukan berat air yang
hilang (Ww=Wt-Ws). Ini merupakan metode baku, tetapi memerlukan banyak
waktu.
Kandungan air atas dasar volume (θ= kandungan air volumetrik).
Rumus ini menyatakan volume air per volume tanah lembab.
9
θ= Vw/Vs+Vv atau = θd (ρd)/100 (ρw)
Keterangan:
Vw: volume air (cm3)
Vs: volume padatan (cm3)
Vs: volume rongga (cm3)
ρd=Ws/Vs+Vv= Kerapatan isi tanah = berat tanah dibagi dengan volume total
(V=Vs+Vv) tanah (gr/cm3)
ρw= kerapatan air (gr/cm3)
Kandungan air atas dasar volume, misal 35% berarti 35 mm air dalam 100
mm kolom tanah atau 35 cm air per meter jeluk tanah. Jika misalnya tanah
hanya 40 cm dalamnya, maka kandungan air tanah hanya (350mm/m)(0,4) =
140 mm.
Potensial Air Tanah
Energi yang mengikat air dalam tanah pada setiap kandungan air dicirikan
sebagai potensial air tanah. Potensial air tanah (atau potensial matriks) terutama
dibagi menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial matriks) dan potensial
gravitasi. Namun, terdapat potensial komponen lainnya (Young, 1975) yang
berperanan pada potensial total tanah. Potensial komponen dapat dituliskan
sebagai berikut:
∆ψ= ∆ψm + ∆ψg + ∆ψπ + ∆ψp + ∆ψa ……..
Keterangan:
∆ψ= potensial air tanah total (potensial lengas)
∆ψm= potensial matrik (atau kapiler)
∆ψg= potensial gravitasi
∆ψπ=potensial osmotik
∆ψp= potensial piezometrik
∆ψa= potensial angin atau tekanan.
10
Potensial dinyatakan sebagai perbedaan-perbedaan (∆) terhadap titik
sembarang yang ditetapkan sebagai berpotensial nol. Misalnya permukaan
air bebas, mempunyai potensial nol. Buckingham (1970) mengusahakan
penggunaan konsep energi, atau konsep potensial air tanah, dalam penelitian
gerakan lengas tanah dan menyarankan penggunaan istilah potensial kapiler
untuk menunjukkan daya tarik tanah akan air.
Banyak istilah telah dipergunakan untuk memberi batasan energi yang
mengikat air dalam tanah. Istilah tegangan air tanah dan isapan tanah
digunakan untuk memberikan batasan secara berturut-turut bahwa air tanah
berada dalam keseimbangan dengan tekanan yang kurang dari atmosfir dan
tanah memberikan tekanan terhadap air.
Penyesuaian pemakaian yang dibakukan akan menghindarkan
pengertian yang membingunkan. Dalam hal ini akan digunakan istilah
potensial pada perlakuan-perlakuan teoritis air tanah, dan isapan dalam
pemakaian praktis. Harga-harga isapan tanah adalah positif dan harga-harga
potensial adalah negatif, namun keduanya secara numerik adalah sama.
Berbagai satuan dipergunakan untuk mengukur potensial air tanah.
Kurva Tegangan
Kurva-kurva yang menjelaskan hubungan antara potensial air tanah, pF,
dan kandungan lengas tanah (atau kandungan air tanah) dikenal sebagai kurva
tegangan. Kurva-kurva tegangan untuk tanah-tanah dengan ukuran partikel yang
berbeda menunjukkan kenyataan bahwa :
1. potensial air tanah menurun dengan meningkatnya kandungan air (makin
banyak air tanah, makin berkurang energi yang diperlukan untuk memegang
air dalam tanah).
2. Isapan meningkat jika ukuran pori yang mengikat air berkurang.
11
3. Laju perubahan kemiringan maksimum, yang menunjukkan ukuran rongga
dominan yang mengikat air, terjadi pada potensial yang lebih rendah bila
ukuranpartikel menurun.
4. Tanah liat utuh mempunyai lebih banyak rongga didalamnya, dibandingkan
bila tanah dibentuk kembali yang akan menyebabkan rongga tersebut rusak.
Dengan demikian tanah menahan lebih banyak air bila dibentuk kembali.
5. Konsolidasi menyebabkan volume rongga yang besar akan menurun dan
rongga yang kecil akan naik. Karena itu, tanah yang dimamfaatkan akan
menahan lebih banyak air pada isapan yang tinggi, namun berkurang pada
isapan yang rendah.
6. Pada campuran liat-pasir, kandungan air pada potensial tertentu akan naik
diatas proporsi minimum.
Histeresis
Salah satu pembatasan utama penggunaan kurva retensi adalah yang
berkenaan dengan fenomena histeresis. Untuk suatu isapan tertentu, kandungan
air tanah beragam pada apakah itu dibasahi atau dikeringkan. Histeresis akan
menjadi terbesar pada kasus tanah yang mengering. Histeresis disebabkan oleh
kenyataan bahwa banyak pori mempunyai leher yang agak sempit atau
hubungan dengan pori-pori didekatnya. Bila tanah mongering pori-pori tersebut
tidak dapat kosong sampai dicapai suatu isapan yang tinggi. Bila tanah sedang
dibasahi, pori ini tidak akan terisi hingga isapan menurun ketingkat yang jauh
lebih rendah yang dihubungkan dengan diameternya yang terbesar, dititik mana
pori akan terisi dengan sangat cepat.
Penampang Jeluk Lengas Tanah
Bila infiltrasi berlanjut terus (selama hujan yang lebat), permukaan yang
langsung akan menjadi jenuh, dan akan terjadi penurunan kandungan air dengan
12
jeluk tanah. Pada kondisi dengan infiltrasi yang terus berlanjut, perlokasi akan
terjadi.
Gerakan naik lengas tanah – gerakan kapiler
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai gerakan naik tanah sangat
terbatas karena perhatian besar ditujukan pada pembahasan tanah dari bawah
melalui saluran-saluran kapiler. Lagi pula, tanah disederhanakan sebagai suatu
ikatan tabung kapiler dimana tinggi kenaikan dihitung dengan persamaan yang
terkenal (Young, 1975).
Pengaruh evapotranspirasi adalah untuk menciptakan suatu hisapan dan
mendorong gerakan air menuju permukaan tanah, kerapatan dan jeluk muka air
merupakan factor-faktor yang mempengaruhi gerakan air keatas karena
pengaruh evapotranspirasi.
Pengukuran Potensial Air Tanah
1. Pengukuran laboratorium
Pada dasarnya, pengukuran potensi dapat dilakukan dengan metode
dimana gaya yang terukur dikenakan pada air tanah dan hasil perubahan
kandungan air tanah diukur. Pengukuran laboratorium dilakukan dengan
mengenakan tekanan yang spesifik dan dengan mengukur kandungan air
setimbang yang dihasilkan (untuk suatu tekanan tertentu air berhenti keluar
dari contoh tanah). Ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan tekanan
negatif maupun tekanan positif.
a. Metode Haines : Contoh tanah diletakkan pada cawan keramik dan
tekanan negatif (maksimum –1 bar) dikenakan pada bagian bawah
contoh. Air mengalir dari contoh melalui pori keramik ke dalam tabung
pengukur dan perubahan kandungan air pada tanah diamati secara
langsung dengan mengukur perubahan posisi meniscus pada tabung.
13
b. Membran tekanan : Karena tekanan positif dikenakan pada bagian atas
contoh tanah, air bergerak dari contoh, melalui membran hingga
kesetimbangan tercapai.
c. Metode tekanan uap : Tekanan uap yang terkendali dimasukkan pada
ruangan yang mengandung contoh. Tanah mengisap air atau kehilangan
air sampai potensial tanah sama dengan potensial udara disekitarnya.
2. Pengukuran-pengukuran di tempat
A. Tensiometer : Alat ini terdiri atas cawan poreus yang dipendam dalam
tanah dan dihubungkan dengan monometer atau pengukuran hampa.
Air bergerak dari cawan poreus kedalam tanah disekitarnya hingga
hisapan pada cawan dan tanah disekitarnya berada dalam
kesetimbangan.
B. Psikometer thermocouple : Alat ini yang paling modern dan
diharapkan menjadi alat yang terbaik bagi pengukuran potensial air
tanah. Alat ini mengukur tekanan uap didalam tanah.
3. Pengukuran-pengukuran tidak langsung
C. Tahanan antara dua elektroda yang dipasang pada suatu blok gips
ysng poreus yang dibenamkan kedalam tanah diukur. Jika tanah
mongering, maka pori pada gips kehilangan air tanah disekitarnya
dan tahanan antara elektroda akan naik.
D. Beberapa bahan yang poreus (sumbat keramik, kertas saring, dan
lain-lain) dimana hubungan antara w dan w diketahui, ditempatkan
berhubungan dengan tanah dan secara berkala ditimbang untuk
menentukan perubahan didalam kandungan air tanah.
Pengukuran lengas tanah
14
Progam pengamatan lengas tanahmungkin berbeda-beda menurut tujuannya.
Misalnya, untuk maksud-maksud pertanian pengukuran lengas tanah diambil
pada empat titik per hektar dapat memberikan daya yang memadai bagi
pendugaan harga tertimbang rata-rata air tanah diseluruh kawasan pertanian.
Metode statistik biasanya digunakan untuk menentukan banyaknya titik
pengamatan yang diperlukan.
Metode-metode pengukuran kandungan lengas tanah adalah sebagai berikut:
a. Metode gravimetrik
b. Metode tensiometrik
c. Metode tahanan – listrik
d. Metode pancaran neutron
e. Metode sinar gamma
f. Metode penginderaan jauh
g. Lisimeter
h. Metode kimia
i. Metode panas
Kepentingan Praktis Infiltrasi
1. Berkurangnya banjir
2. Berkurangnya erosi tanah
3. Memberikan air pada vegetasi dan tanaman
4. Mengisi kembali reservoir air tanah
5. Menyediakan aliran pada sungai pada musim kemarau
15
5. PENENTUAN LAJU INFILTRASI
1.8 Cara Buatan. Infiltrometer, merupakan suatu tabung baja silindris pendek, berdiameter
besar (atau suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah
dalam tanah. Infilitrometer cincin konsentrik yang merupakan tipe biasa,
terdiri dari dua cincin konsentrik yang ditekan ke dalam permukaan tanah.
Kedua cincin tersebut digenangi (karena itu disebut infiltrometer tipe
genangan) secara terus menerus untuk mempertahankan tinggi yang konstan
(jeluk air). Infiltrometer hanya dapat memberikan angka bandingan yang
berbeda (harga lebih tinggi) dari infiltrasi sebenarnya. Dengan menggunakan
petak lapangan terisolasi, kapasitas infiltrasi ditentukan oleh jumlah air yang
ditambahkan untuk mempertahankan tinggi yang tetap. Dibandingkan dengan
infiltrometer tipe cincin, petak bidang terisolasi (kenyataan infiltrometer yang
besar) mempunyai pengaruh batas yang kurang nyata, namun masih belum
menggambarkan realitas. Angka yang diperoleh sekali lagi merupakan
angka-angka pembanding
Lisimeter, untuk penentuan kapasitas infiltrasi. Hanya lisimeter tipe
timbangan dapat dipergunakan. Baik hujan buatan (irigasi) dengan suatu
jeluk yang konstan maupun hujan alami digunakan.
Simulator curah hujan, dengan menggunakan petak lapangan terisolasi,
kondisi curah hujan disimulasi dengan hujan buatan. Hujan buatan ini juga
disebut infiltrometer irigasi semprotan. Ukuran dan bentuk petak sangat
beragam. Infiltrometer tipe F yang sering digunakan, mempunyai dua baris
penyemprot yang penyemprot air diatas petak berukuran 6 x 12 kaki. Ukuran
tetesan dan ketinggian jatuh dapat dikendalikan. Infiltrasi dideduksi dari
analisis curah hujan dan limpasan permukaan. Hujan simulasi yang
dikenakan pada petak lapangan ( percobaan yang sama dapat juga
dimanipulasikan di laboratorium) pada insensitas 1mm/jam dihentikan pada
16
waktu tf. Hidrograf limpasan yang dihasilkan akan mempunyai suatu cabang
naik (selama hujan) dan suatu cabang menurun (setelah berhentinya hujan).
1.9 Cara-Cara Alami Hidrograf aliran sungai kecil, pada suatu kasus daerah aliran sungai yang
kecil (hingga ukuran sekitar 0,04 km2) penentuan kehilangan infiltrasi jauh
lebih rumit dibandingkan dengan penentuan yang dilakukan oleh simulator
hujan. Namun, pendekatannya adalah serupa dengan pendekatan simulator
hujan dan menggunakan kurva komulatif (P,Q,P-Q dan F)untuk
menghidarkan agihan yang tidak seragam seperti agihan hietograf hujan.
Perkiraan kehilangan total dimungkinkan dengan anggapan bahwa intensitas
kehilangan selama hujan tidak beragam dengan waktu (konstan).
Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang lebih besar, pada daerah
aliran sungai yang lebih besar terdapat ciri-ciri yang khusus (seperti agihan
hujan yang tidak seragam, keragaman ruang yang besar dalam tipe tanah
dan tipe tajuk, dll) yang mempengaruhi infiltrasi. Ciri-ciri ini menyebabkan
agihan ruang dan waktu infiltrasi yang tidak seragam. Karena itu, penentuan
kapasitas infiltrasi dengan bantuan hidrograf limpasan hanya dianjurkan
untuk daerah aliran sungai yang kecil dan tidak untuk daerah aliran sungai
yang besar. Dalam praktek, indeks-indeks infiltrasi digunakan sebagai
metode jalan pintas dalam menentukan infiltrasi dari daerah aliran sungai
yang besar. Jika tersedia kurva-kurva kapasitas f suatu daerah aliran sungai
yang kecil atau petak pada daerah aliran sungai besar yang sama, kurva-
kurva tersebut dapat digunakan dalam memperkirakan laju infiltrasi pada
daerah aliran sungai yang besar.
17
1.10 Metode Kapasitas (F)Pada metode ini, laju infiltrasi aktual (fac) ditentukan dengan membandingkan
intensitas hujan dengan harga kapasitas infiltrasi (fc). Infiltrasi aktual yang
diperkirakan ditambah cadangan depresi permukaan (Sd) dan infiltrasi sisanya (fr.
Untuk menggantikan cadangan detensi) dikurangkan dari hujan yang ditentukan dan
hujan efektif ditentukan. Cadangan dapresi hanya dikurangkan dari bagian hujan
yang pertama karena pada bagian hujan ini depresi diisi pemulihan 3% (harga yang
diasumsikan) disebabkan karena jumlah hujan yang kecil yang masuk pada periode
ke-5 dan ke-6 (periode yang kering meningkatkan kapasitas infiltrasi). Jumlah
kehilangan yang ditentukan terutama karena infiltrasi.
b. Metode indeks
1. Metode indeks O = metode ini merupakan laju konstan (mm/jam), dan lain-lain) di
atas mana volume curah hujan sama dengan volume limpasan yang diamati.
Metode ini menggambarkan semua kehilangan permukaan (intersepsi, cadangan
depresi permukaan, cadangan detensi dan evapontranspirasi) dan infiltrasi. Metode
ini menganggap limpasan terlalu besar pada permulaan dan terlalu kecil pada akhir
hujan. Tidak ada perhatian yang diberikan bagi kehilangan awal dan bagi infiltrasi
selama periode tidak hujan atau selama periode sisa.
2. Metode Fav = Metode ini lebih teliti daripada metode indeks O karena perhatian
yang juga diberikan pada simpangan permulaan (Sd), periode-periode tanpa hujan
dan infiltrasi sisa. Metode ini didefenisikan sebagai rata-rata laju infiltrasi selama
periode adanya pasokan air yang berkesinambungan untuk infiltrasi. Dalam metode
ini, analisis diselesaikan secara terpisah untuk masing-masing periode hujan
(disarankan 1 jam) dengan menganggap bahwa curah hujan sebelum atau sesudah
periode ini sama sekali hilang.
3. Metode Indeks –W = indeks ini mengacu pada laju infiltrasi selama periode (tc) jika
intensitas curah hujan (i) melebihi laju kapasitas infitrasi indeks ini sama dengan, W
= O – laju kehilangan
18
W = P-Q –Sd-1 dimana I=intersepsi Te
Jika tanah jenuh dengan air, kapasitas infiltrasi akan mencapai laju minimum yang
konstan dan final (fa). Ini berarti bahwa kenaikan dalam simpanan permukaan (Da +
Sd + I) akan mendekati nol. Maka menurut defenisi, indeks W menjadi indeks Wmin
dan hampir sama dengan O. indeks Wmin digunakan dalam kajian-kajian yang
memperhatikan jumlah banjir (luapan) maksimum.
4. Metode persentase limpasan : pada metode ini curah hujan efektif diberi batasan
sebagai suatu persentase dari hujan total. Pada beberapa hal, persentase ini
dipertahankan konstan, daripada beberapa hal lainnya, persentase tersebut
beragam dengan waktu. Harga persentase adalah lebih besar untuk curah hujan
yang berintensitas rendah. Hal ini disebabkan karena liputan kawasan yang lebih
luas dari air yang brinfiltrasi dan juga disebabkan karena kehilangan-kehilangan
yang lebih besar.
c. Penaksiran berdasarkan keadaan kandungan air tanah
Metode-metode tersebut di muka pada dasarnya didasarkan atas
rekaman-rekaman curah hujan dan limpasan untuk suatu kawasan tertentu.
Metode-metode itu menunjukkan harga rata-rata kapasitas infiltrasi yang
diperoleh untuk seluruh kawasan, dan bukan dengansampling (pencuplikan)
kawasan-kawasan sangat kecil seperti yang dilakukan dengan infiltrometer.
Karena kandungan air tanah awal mempengaruhi kapasitas infiltrasi maka
digunakan pendekatan yaitu :
1. Indeks hujan pendahulu (IHP)
Metode IHP (yang digunakan secara luas di USA) berfungsi sebagai
indeks terhadap kondisi air dalam tanah. Pada dasarnya metode ini merupakan
penjumlahan jumlah hujan yang terjadi sebelum hujan yang diteliti yang ditimbang
19
menurut waktu terjadinya. IHP untuk hari ini (hari nol) diberikan oleh Bruce (1996)
sebagai berikut:
Pa0 =kP1+k2p2+…+ktp2
Dimana P1 merupakan hujan (mm) kemarin, P2 adalah hujan 2 hari
sebelumnya, pt adalah hujan “t” hari sebelumya dan k adalah konstanta resesi
(dengan harga sekitar 0,92, tapi beragam antara 0,85 dan 0,98). Harga IHP dihitung
setiap hari sedemikian rupa sehingga harga IHPhari ini (Pa0) dapat dihubungkan
dengan harga IHP kemarin (Pat) dengan :
Pa0 =k (Pat+P2)
Yaitu IHP untuk hari ini (atau hari tertentu) sama dengan k kali IHP untuk
kemarin (atau hari sebelum hari tertentu) ditambah k kali hujan kemarin (atau hari
sebelum hari tertentu).
2. Perkiraan depisit lengas tanah
Dalam metode ini (yang digunakan di Inggris) pengukuran evspotranspirasi
dan presipitasi digunakan dalam menentukan defisit lengas tanah. Perkiraan defisit
lengas tanah digunakan untuk meramalkan proporsi limpasan (dan kehilangan) yang
timbul dari suatu hujan tertentu.
II. Penentuan infiltrasi sebagai faktor dalam pengisian kembali air tanah
Sebegitu jauh semua metode yang disebutkan menentukan infiltrasi sebagai
kehilangan air dari permukaan tanah. Namun adalah mungkin untuk menentukan
infiltrasi sebagai masukan bagi air tanah. Air yang berperkolasi dan ditambahkan
pada air tanah ini disebut pengisian kembali air tanah. Pengisian kembali ini
tergantung pada beberapa faktor seperti :
1. Kapasitas infiltrasi
2. Karakteristik presipitasi stokastik
3. Faktor Iklim; agihan presipitasi pada suatu tahun mengatur pengisian kembali air tanah.
Pada kawasan arid, misalnya pengisian kembali akan terjadi dari aliran epemeral, tetapi
20
sebagian besar diserap sebelum mencapai muka air tanah. Pada kawasan semi arid,
pengisian kembali adalah tidak beraturan dan terjadi pada periode hujan lebat. Hujan
ringan dan sedang tidak memberikan kontribusi terhadap pengisian kembali. Pada
kawasan basah pengisian kembali berada pada periode musim dingin. Pada bulan-
bulan musim panas semua presipitasi menjadi air tanah atau berevaporasi. Pada
kawasan dingin peleburan air beku dapat memberikan pengisian kembali yang tiba-tiba
terhadap air tanah.
4. Topografi, pada lereng yang curam terdapat sedikit waktu untuk berinfiltrasi dan bagian
utama air diberikan pada limpasan permukaan. Pada kawasan yang bergelombang
(bukit pasir, bukit glacial, dan lain-lain) drainase internal memberikan pengisian kembali
air tanah.
5. Geologi: Lapisan bawah tanah, misalnya menyebabkan tidak semua air yang berinfiltrasi
memberikan sumbangan pada pengisian kembali air tanah. Batas air tanah dapat
berbeda dari batas drainase.
Dibawah ini disajikan metode yang paling umum dalam menentukan pengisian kembali
air tanah.
Catatan : Terdapat dua metode lagi yang dapat digunakan didalam menentukan
kehilangan, yaitu : a). Analisis aliran dasar dan b). Metode bilangan kurva yang
dikembangkan oleh dinas pengawetan tanah USA.
a. Metode neraca air
Persamaan neraca air dapat digunakan terhadap dua batas yang berbeda.
Jika persamaan dikembangkan untuk kawasan didalam batas ABEF.
P+R1+R2+Ea+Er+AS1 = untuk periode-periode pendek atau
P+R1+R2+Ea+ER = untuk periode-periode yang lebih panjang
Keterangan :
Ea =Evapontrannpirasi actual
P = Presipitasi
21
R = Inflow (Limpasan permukaan)
R2 = Outflow
F = Infiltrasi
FR = Pengisian kembali air tanah
AS1 = Perubahan kadar air tanah
U1 = Inflowair tanah
U0 = outflow air tanah
AS2 = Perubahan cadangan air tanah.
Karena jumlah evapontrampirasi actual (Ea) kerap kali tidak diketahui, adalah
lebih baik mempertimbangkan persamaanneraca suatu kawasan dalam batas
BCDE.
b. Kurva Deplesi
Daerah yang diarsir pada kurva deplesi menunjukkan jumlah pengisian kembali air tanah
selama periode hujan. Akibatnya taksiran Fr dimungkinkan tanpa mengetahui keragaman
permukaan air tanah.
III. Gerakan air tanah
a. Pengisian kembali dapat ditentukan dengan menggunakan perbedaan antara
permukaan air tanah antara dua bagian.
b. Jika air tanah keluar dalam bentuk mata air, debit tahunan mata air adalah
sama dengan pengisian kembali tahunan air tanah.
c. Jika pada kasus-kasus yang khusus, semua air tanah masuk kedalam suatu tempat
pada permukaan (kolam, tanah rawa, danau kecil, dan lain-lain) pengisian kembali
dapat dihitung dengan kawasan dari sumber tanah.
22
d. Penggunaan pelacak, konsentrasi isotop H dan O (misalnya molekul H2O18 dan
H2O16) dalam air hujan dibandingkan dengan konsentrasi pada air tanah untuk
menentukan jumlah air hujan yang diberikan pada air tanah. Tipe metode pelacak ini
masih di bawah penelitian.
e. Lisimeter, merupakan metode yang paling berguna di dalam pengkajian kawasan
yang kecil.
f. Keragaman muka air tanah–lengas tanah, keragaman periodik kandungan lengas
tanah dan muka air tanah dapat digunakan sebagai dasar dalam menciptakan
dugaan (atau rumus) pengisian kembali air tanah.
g. Metode kandungan garam, Jika kandungan klorida (Cl) air hujan diketahui
peningkatan kandungan garam air tanah dapat disebabkan oleh hujan dan pengisian
kembali air tanah dapat ditentukan pendekatan ini dapat digunakan pada kawasan
pantai (udara menerima garam dari laut) tetapi menganggap bahwa hujan
merupakan satu-satunya sumber garam jika sumber garam lainnya (seperti dalam
tanah) tidak diketahui. Metode ini hanya mamberikan hasil perkiraan saja.
6. KESIMPULANInfiltrasi merupakan proses pengerutan air kedalam tanah pada zone tak
jenuh dengan gaya gerak gravitasi. Infiltrasi terjadi karena adanya pori tanah
mempunyai kemampuan mengikat air dan menyimpan air yang disebut Lengas
tanah. Lengas tanah yang tidak bisa dipindahkan dari tanah oleh cara-cara
alami (seperti osmosis, gravitasi atau kapilaritas) disebut :simpanan permanen.
Ada tiga gaya utam yang menyebabkan air dalam tanah :
1. Adsopsi
2. Gaya osmotik
3. Gaya Kapiler
Pengukuran-pengukuran potensi air tanah dapat dilakukan dengan :
23
1. Pengukuran laboratorium
2. Pengukuran-pengukuran ditempat
a. Tensiometer
b. Psikrometer themocouple
3. Pengukuran-pengukuran tidak langsung
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi yaitu :
1. Karakteristi-karakteristik hujan
2. Kondisi permukaan tanah
3. Kondisi-kondisi penutup tanah
4. Transmibilitas tanah
Penentuan infiltrasi sebagai suatu faktor dalam proses limpasan
dapat dilakukan dengan :
a. Cara buatan
1. Infiltrometer
2. Lisimeter
3. Simulator curah hujan
b. Cara-cara alami
1. Hidrograf aliran sungai kecil
2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang lebih besar
3. Metode kapasitas F
4. Metode indeks
5. Penapsiran berdasarkan keadaan kandungan air tanah
24
6. Indeks hujan pendahulu
7. Perkiraan defisit lengas tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak. C. 2001. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University
Seyhan. E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University.
Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional. PT Citra Aditya Bakti Bandung.
Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran
Sungai (Hidrometri). Nova Bandung.
Wilson. 1990. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.
25