tugas 1

14
TUGAS I KONSEP PERANCANGAN ALAT DAN MESIN MATA KULIAH PERANCANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Konsep Perancangan Mesin Pelumat (Pengulek) Cabe Merah (Capsicum annum, L)) Oleh : Nama : Rama Satriotama S. NPM : 240110110100

Upload: rama-satriotama

Post on 24-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

peralsin 1

TRANSCRIPT

TUGAS IKONSEP PERANCANGAN ALAT DAN MESINMATA KULIAH PERANCANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN(Konsep Perancangan Mesin Pelumat (Pengulek) Cabe Merah (Capsicum annum, L))

Oleh :

Nama:Rama Satriotama S.

NPM:240110110100

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARAN2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangCabe merah (Capsicum annum, L) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memepunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Cabe merah tersebut banyak diusahakan atau dibudidayakan petani dalam berbagai skala usaha tani, untuk memenuhi keperluan pasar dalam dan luar negeri. Di Indonesia cabe merah merupakan bahan sebuah masakan sehingga cabe merah sangat diperlukan oleh sebagian besar ibu ramah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Pasar-pasar tradisional di Jakarta membutuhkan cabe merah setiap harinya sebanyak 75 ton, dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya berasal dari Brebes. Volume cabe merah yang keluar dari satu sentra per hari cukup besar, belum ditambah dari sentra-sentra lainnya seperti 2 Malang, Bali, Ujung Pandang, Medan dan lain-lain. Umumnya cabe merah dikumpulkan oleh para pedagang pengumpul dari petani di sekitar daerah sentra. Di samping untuk memenuhi keperluan konsumsi di dalam negeri, cabe merah juga diekspor meskipun jumlahnya masih relatif kecil. Untuk itulah diperlukan adanya penerapan tehnik budidaya yang tepat sehingga produksi yang dihasilkan tinggi dan berkualitas (Trubus, 1992). Daerah Bali memiliki kondisi tanah yang sangat potensial untuk penanaman sayur-sayuran. Produksi sayur-sayuran di Bali dari tahun 1991-1995 sangat baik, dimana produksi sayur tahun 1995 sebesar 258.712 ton. Sayuran yang paling banyak di produksi adalah jenis kubis sebesar 74.174 ton (28,67 %) dan cabe merah sebesar 35.506 ton (17,53 %). Produksi cabe merah di Propensi Bali tahun 1994 sampai dengan 1997 menunjukkan hasil yang bervariasi. Dimana pada tahun 1994 produksi cabe merah sebesar 31.565 ton, tahun 1995 sebesar 26.862 ton, tahun 1996 sebesar 29.081 ton, sedangkan tahun 1997 sebesar 35.509 ton (BPS, 1997). Kabupaten Tabanan adalah salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman cabe merah. Pada Tabel 1 terlihat bahwa produksi cabe merah di Kabupaten Tabanan lebih tinggi dibandingkan kabupaten lain yang ada di Bali. Pada tahun 1997 Kabupaten Tabanan produksinya cukup tinggi yakni sebesar 10.237 ton, dengan luas areal panen mencapai 4.358 ha.Beberapa tahun terakhir, produksi cabe menepati urutan paling atas diantara depan belas jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia (Rukmana, 1997). Pada tahun 2002-2004 produksi cabe merah terus meningkat yaitu dari 635.089 ton pada tahun 2002 meningkat menjadi 1.066.722 ton pada tahun 2003 dan 1.088.000 ton pada tahun 2004 (Departemen Pertanian, 2005). Dari sebagian besar produksi cabe tersebut, diperdagangkan di pasar dalam negeri utamanya adalah dalam rangka pemenuhan konsumsi langsung masyarakat dalam bentuk produk cabe segar. Hal ini menyebabkan daya saing komoditas cabe makin melemah karena hanya mengandalkan keunggulan komperatif dengan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik, sehingga produk yang dihasilkan didominasi oleh produk primer. Dibanding dengan produk segar, produk olahan cabe mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Beberapa bentuk olahan cabe yaitu cabe giling dalam kemasan, saos cabe, cabe kering, cabe bubuk, manisan cabe, bumbu nasi goreng, atau oleoresin cabe.Keadaan ini tentunya akan mendorong petani untuk membuat berbagai produk olahan cabe yang bernilai ekonomis serta menciptakan alat pengolahan cabe yang berkapasitas tinggi dan memiliki daya saing terhadap produk yang akan dihasilkan.

1.2 TujuanTujuan dari dilakukannya perancangan alat ini adalah sebagai berikut:1. Memberikan inovasi sebuah alat konvensional menjadi sebuah mesin yang lebih memudahkan pekerjaan.2. Merubah cara pengolahan dari cara tradisional ke cara yang lebih mekanis tanpa mengurangi cita rasa yang telah ada.3. Mempercepat waktu pelumatan dan penghalusan cabe.4. Melumat dan menghaluskan cabe dengan jumlah banyak tanpa perlu menggunakan air.5. Mengurangi risiko kelelahan diakibatkan mengulek cabe dengan cara tradisional.

1.3 ManfaatAdapun manfaat dari mesin pelumat cabe ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengulek cabe lebih cepat dari sebelumnya sehingga waktu dan tenaga bagi pekerja tidak terkuras banyak, kuantitas cabe ulek semakin bertambah, cita rasa khas tradisional tidak hilang, serta dapat membantu meningkatkan penjualan para pedagang bumbu sambal ulek.

BAB IIIDENTIFIKASI MASALAH

Salah satu olahan cabe merah yang sangat digemari dan sangat dibutuhkan di Indonesia adalah sambal ulek atau cabe merah yang dilumati menggunakan alat pelumat tradisional yaitu berupa batu cekung sebagai wadah cabenya dan batu panjang menyerupai palu sebagai alat penghalus cabenya. Demikian cara tradional tersebut adalah cara yang paling efektif untuk menghasilkan sambal ulek yang beraroma sedap bagi mayoritas masyarakat Indonesia dan sampai saat ini belum ada alat maupun mesin pertanian yang mampu menghasilkan olahan cabe tersebut mempunyai aroma seperti yang dihasilkan pelumatan cabe secara tradisional.Setiap hasil dari suatu pengerjaan memiliki aspek keuntungan dan kerugiannya. Selain keuntungan cita rasa yang lebih enak (menurut survey kepada beberapa Ibu rumah tangga), menggiling/melumat cabe dengan cara tradisional menimbulkan beberapa kerugian yaitu membutuhkan banyak waktu, membutuhkan banyak tenaga, produktivitas yang kurang, dan dapat membuat mata perih serta tangan panas saat proses pengulekan berlangsung. Jika digunakan mesin pelumat cabe maka waktu penghalusan cabe akan lebih cepat dengan cita rasa tradisional yang tidak hilang, tidak perlu menguras banyak tenaga, meningkatkan produktivitas dengan kuantitas yang lebih besar, dapat menghindari dari masalah mata yang perih karena mata pekerja tidak terkontak langsung dengan capcaisin cabe yang keluar ketika dilakukan penghalusan dengan mesin, serta proses yang lebih higienis.Biasanya ukuran diameter alat pengulek cabe tradisional berkisar antara 20 40 cm yang digunakan pada kebanyakan orang. Dari diameter maksimal rata rata 40 cm dengan (ambil contoh) panjang cabe merah 5 15 cm dan tebal 0,6 2 cm, dapat disimpulkan bahwa produk sambal yang dihasilkan pun tidak mencapai 1 liter sekali pembuatannya dengan rentang waktu pengulekan 5 15 menit. Hal tersebut sangatlah membutuhkan banyak waktu maupun tenaga (kurang efisien). Proses pengulekan dengan cara tradisional biasanya setiap alat ulekan digunakan oleh 1 orang sehingga membutuhkan tenaga pekerja yang banyak dan tingkat kehalusan produk sambal itu sendiri berbeda beda sesuai dengan kemampuan orang itu masing masing. Lalu proses pengulekan yang membutuhkan tenaga sehingga ada kemungkinan pekerja mengeluarkan keringat pada saat pengulekan berlangsung sehingga hal tersebut tidak higienis yang memungkinkan pula dapat menyebabkan penyakit.Maka untuk meminimalkan hal hal yang merugikan tersebut dibuatlah solusi dengan menggunakan mesin pelumat dan penggiling cabe. Sebelumnya sudah ada alat untuk pengolahan cabe antara lain blender, burr mill, dan hammer mill. Untuk blender dan burr mill keduanya memotong volatil cabe sehingga aroma cabe pun tidak keluar dengan maksimal dikarenakan jika volatil tersebut dipecah maka aroma yang keluarpun akan maksimal. Kedua untuk hammer mill, alat ini berfungsi sebagai penghalus cabe untuk dijadikan bubuk tidak menjadikan cabe halus berbentuk bubur sehingga tidak cocok dalam pembuatan sambal menggunakan alat ini. Dengan demikian akan dibuatkan alat yang mengadopsi prinsip kerja dari hammer mill dan blender yang mana pada tahap pertama dilakukan pemecahan cabe beserta bumbu lainnya (kecuali bumbu berbentuk bubuk) lalu cabe dan bumbu yang telah dipecah tersebut akan dihaluskan dengan blender sehingga aroma dan kehalusan cabe pun merata. Pada bagian pemecah, akan dibuatkan ukuran untuk segala bentuk dan ukuran cabe merah.

Gambar 1. Proses pengulekan/penggilingan cabe secara tradisional. Memerlukan banyak tenaga untuk membuat sambal dengan jumlah banyak.Sumber: (http://www.dapurkokiku.com/tips/agar-bumbu-blender-senikmat-bumbu-ulek.html)

Gambar 2. Alat penggiling cabe yang sudah adaSumber:(http://www.mesinpertanian.com/Mesin_Penggiling_Cabe_Basah_dan_Bumbu_Basah_Agrowindo.html)BAB IIIKERANGKA PEMIKIRAN

Cabe merah

Tingkat kehalusan seragamCita rasa tradisonal tidak hilangHasil produk meningkatBeban kerja berkurangMesin pelumat dan penggiling cabe Alat pengolahanPengolahanPedagang sambal ulek & rumah tanggaAspek sosial budayaSambal ulek

Produk lebih higienis

Hipotesis: Mesin pelumat dan penggiling cabe dapat meningkatkan nilai jual serta meringankan beban pekerja sehingga alat ini dapat menjadi salah satu solusi dari permasalah pengolahan pangan di Indonesia

Gambar 3. Kerangka Pemikiran BAB IVKRITERIA PERANCANGAN

Perancangan Mesin Pelumat dan Penggiling Cabe ini berdasarkan beberapa kriteria agar jelas produk keluarannya seperti apa. Kriterianya adalah sebagai berikut:1. Tahapan pengolahan mengikuti dengan cara tradisional agar cita rasa yang ada tidak hilang.2. Tingkat kehalusan seragam.3. Proses pengolahan menggunakan mesin dengan cara yang higienis.4. Penggunaannya dapat meringankan beban pekerja.5. Komponen komponennya mudah didapatkan.6. Mudah dalam pengoperasiannya.7. Perancangannya sangat mudah sehingga dapat diciptakan ulang.8. Mudah dalam perawatan dan perbaikannya.9. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2012, January 6). Tips menghilangkan rasa panas ditangan karena cabe. Retrieved May 6 Wednesday, 2014, from http://rumahmata.blogspot.com/: http://rumahmata.blogspot.com/2012/01/tips-menghilangkan-rasa-panas-ditangan.html

Dewi, T. (2009). Analisis Permintaan Cabai Merah di Kota Surakarta. Surakarta: FP UNS.

Setyanti, C. (2013, October 12). Agar Bumbu Blender Senikmat Bumbu Ulek. Retrieved May 5 Monday, 2014, from http://pilkada.kompas.com/: http://pilkada.kompas.com/jatim/read/2013/10/12/1115161/Agar.Bumbu.Blender.Senikmat.Bumbu.Ulek

Suganjar, D. (2002). Algoritma pengolahan citra tanaman cabai merah menggunakan pengindera tiga dimensi. Buletin Keteknikan Pertanian Vol.16, No.1, April 2002 , Vol.16, No.1.