tugas 1

8
IDENTIFIKASI CACAT MATERIAL AGREGAT HALUS DAN BESI BETON PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN KANTOR DPPKD KABUPATEN DHARMASRAYA Aulia Rahmah TKG Lanjutan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta Kampus Baru – UI Depok 16425 Email: [email protected] 1. PENDAHULUAN Konstruksi bangunan gedung di Indonesia tidak pernah terlepas dari cacat dan gagal. Diantara sekian banyak cacat dan gagal tersebut, cacat material adalah salah satu contoh yang harus diperhatikan dan diselesaikan. Cacat material adalah catcat yang diakibatkan oleh penggunaan material yang tidak tepat atau tidak sesuai spesifikasi meskipun pelaksanaannya sudah baik. Untuk menciptakan gedung yang baik, kokoh, dan memenuhi syarat serta spesifikasi, maka kita harus memperhatikan penggunaan material yang baik dan benar, terutama pada pembuatan betonnya. Agar beton bertulang yang dibuat bermutu baik, maka bahan penyusun yang digunakan harus memenuhi syarat dan spesifikasi teknis. Namun dalam kenyataannya di lapangan, meskipun pelaksanaan sudah baik, namun banyak ditemukan kerusakan yang diakibatkan oleh cacat material yang dipergunakan. Contohnya adalah pada pembangunan gedung DPPKD Kabupaten Dharmasraya dimana ditemukan agregat halus yang kandungan lumpurnya tidak sesuai izin. Selain itu besi beton juga memiliki luas dan ukuran yang kurang dari nilai minimum yang telah ditentukan. Kadar lumpur pada agregat halus dibatasi jumlahnya, yaitu maksimum

Upload: aurahmah

Post on 17-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

identifikasi cacat material

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI CACAT MATERIAL AGREGAT HALUS DAN BESI BETON PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN KANTOR DPPKD KABUPATEN DHARMASRAYA

Aulia Rahmah

TKG Lanjutan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta Kampus Baru UI Depok 16425

Email: [email protected]

1. PENDAHULUAN

Konstruksi bangunan gedung di Indonesia tidak pernah terlepas dari cacat dan gagal. Diantara sekian banyak cacat dan gagal tersebut, cacat material adalah salah satu contoh yang harus diperhatikan dan diselesaikan. Cacat material adalah catcat yang diakibatkan oleh penggunaan material yang tidak tepat atau tidak sesuai spesifikasi meskipun pelaksanaannya sudah baik.Untuk menciptakan gedung yang baik, kokoh, dan memenuhi syarat serta spesifikasi, maka kita harus memperhatikan penggunaan material yang baik dan benar, terutama pada pembuatan betonnya. Agar beton bertulang yang dibuat bermutu baik, maka bahan penyusun yang digunakan harus memenuhi syarat dan spesifikasi teknis. Namun dalam kenyataannya di lapangan, meskipun pelaksanaan sudah baik, namun banyak ditemukan kerusakan yang diakibatkan oleh cacat material yang dipergunakan. Contohnya adalah pada pembangunan gedung DPPKD Kabupaten Dharmasraya dimana ditemukan agregat halus yang kandungan lumpurnya tidak sesuai izin. Selain itu besi beton juga memiliki luas dan ukuran yang kurang dari nilai minimum yang telah ditentukan.Kadar lumpur pada agregat halus dibatasi jumlahnya, yaitu maksimum 5%. Sedangkan luas dan jumlah tulangan harus memenuhi ketentuan berdasarkan perhitungan yang disesuaikan dengan berbagai peraturan di Indonesia. Kadar lumpur berbanding terbalik dengan kekuatan beton, semakin tinggi kadar lumpur, semakin rendah pula kekuatan pada betonnya.Begitu pula dengan ukuran dan jumlah tulangan yang tidak sesuai maka akan menurunkan kekuatan struktur dalam menahan beban-beban yang diterima. Seperti penggunaan besi banci yang spesifikasinya tidak memenuhi syarat. Tulangan yang tidak sesuai tersebut dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar.Berdasarkan latar belakang itu pada jurnal ini akan dibahas cacat pada gedung DPPKD Kabupaten Dharmasraya yang berupa cacat material pada agregat halus dan besi beton. Selain itu akan dibahas cara pemeriksaan kerusakan yang disebabkan cacat material tersebut dan bagaimana solusinya.

2. DASAR TEORI

Menurut PERMEN PU Nomor 06/PRT/M/2008 kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa dan/atau penyedia jasa. Sedangkan kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan/atau keselamatan umum sebagai akibat penyedia jasa dan/atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.Dalam konstruksi bangunan gedung, biasanya kegagalan tersebut disebabkan oleh banyak hal, contohnya cacat material. Cacat material diakibatkan oleh penggunaan material yang tidak tepat atau tidak sesuai spesifikasi meskipun pelaksanaannya sudah baik.2.1 Kadar LumpurPengertian lumpur adalah bagian-bagian yang berasal dari agregat alam (split dan pasir) yang dapat melalui ayakan 0,075 mm, dengan berat jenis kurang dari 2,0 t/m3 (SK SNI S-04-1989-F). Bahan-bahan ini adalah bahan yang menyebabkan terganggunya proses pengikatan pada beton serta pengerasan betonnya.Untuk menciptakan mutu beton yang baik (kuat tekan tinggi), maka bahan penyusun beton harus memenuhi syarat teknis. Salah satu syarat teknis tersebut adalah agregat tidak boleh mengandung lumpur melebihi kadar yang telah diizinkan. Kadar lumpur (material lolos saringan No. 200) pada agregat sangat merugikan terhadap beton, yaitu dapat menurunkan kekuatan beton itu sendiri.Kadar lumpur berbanding terbalik dengan kekuatan beton, semakin tinggi kadar lumpur, semakin rendah pula kekuatan pada betonnya. Dampaknya, mutu beton yang dirancang tidak akan terpenuhi. Hal ini disebabkan sifat lumpur yang sangat halus, menyerupai semen. Karena sangat halus, maka proses hidrasi pada semen akan terhambat, sehingga perkembangan kekuatan pada beton juga akan terpengaruh. Untuk itulah kadar lumpur pada agregat halus dan agregat kasar dibatasi jumlahnya, yaitu maksimum 5% untuk agregat halus dan 1% untuk agregat kasar (SK SNI S-04-1989-F).

2.2 Pembesian BetonMenurut SNI 03-2847-2002, beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja. Penggunaan besi tulangan pada beton dimaksudkan untuk menahan gaya tarik yang ditimbulkan oleh perilaku elemen struktur akibat memikul beban bangunan. Dimana beton hanya kuat menahan gaya tekan sehingga perlu dibantu dengan material yang kuat menahan gaya tarik, yaitu besi baja. Ukuran serta jumlah tulangan yang digunakan ditentukan berdasarkan pada perhitungan beban-beban. Akibat dari penggunaan besi beton yang tidak sesuai spesifikasi salah satunya adalah menurunkan kekuatan struktur dalam menahan beban-beban yang diterima. Di lapangan sering ditemukan besi-besi yang tidak sesuai spesifikasi yang sering disebut besi banci. Besi ini tidak memenuhi spesifikasi karena ukurannya mulai dari diameter sampai panjangnya tidak sesuai. Misalnya besi diameter 10 mm panjang 12 m, hanya berukuran 8 mm panjang 10 m. Kerugian akibat penggunaan besi beton yang tidak sesuai spesifikasi adalah struktur yang sudah dibuat tidak akan mampu menahan beban yang diterima walaupun dalam pelaksanaannya sudah baik. Selain itu juga mengakibatkan kerugian dari segi biaya.

3. DASAR PERATURAN

Dasar peraturan yang digunakan untuk mengidentifikasi cacat material pada Pembangunan Kantor DPPKD Kabupaten Dharmasraya adalah sebagai berikut:a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksib. Peraturan Menteri PU Nomor 06/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksic. SNI 03-2847-2002 Peraturan Konstruksi Betond. SK SNI S-04-1989-F Pemeriksaan Kadar Lumpur4. METODE PENELITIAN

Metode penelitian/cara memeriksa kerusakan pada bangunan yang yang terdapat cacat material adalah sebagai berikut:a. Cacat pada Agregat HalusCacat pada agregat halus yang memiliki kadar lumpur melebihi izin dapat diperiksa dengan cara visual yaitu melihat kondisi agregat tersebut. Saat agregat dipegang akan terasa apakah agregat tersebut mengandung banyak lumpur atau tidak. Namun untuk lebih meyakinkan, sebaiknya sampel agregat dibawa ke laboratorium untuk dilakukan tes kadar lumpur. Apabila agregat sudah terlanjur digunakan pada pembuatan beton, dapat diamati secara visual dari retak yang terdapat pada permukaan beton. Selain itu bisa menggunakan hammer test untuk mengetahui kekuatan beton apakah sudah memenuhi syarat rancangan.b. Cacat pada Besi BetonPenggunaan besi beton yang tidak sesuai spesifikasi seperti besi banci dapat diperiksa dengan cara mengukur diameter dan panjangnya dengan jangka sorong dan meteran. Apabila besi beton sudah terlanjur digunakan pada pembuatan beton, bisa digunakan fiber optik plastik untuk mendeteksi keretakan. Selain itu juga bisa menggunakan alat rebar scan untuk mengetahui spesifikasi tulangannya.

5. PEMBAHASAN KASUS

Pada Proyek Pembangunan Gedung DPPKD Kabupaten Dharmasraya terlihat banyak kerusakan yaitu retak pada kolom maupun balok. Hal ini dinilai disebabkan karena cacat material agregat halus dan besi beton yang digunakan. Pada proyek ini terdapat agregat halus yang sudah bercampur lumpur dan ditemukan besi beton yang ternyata adalah besi banci. Karena hal tersebut, proyek ini terpaksa dihentikan.Cacat material pada agregat halus yang digunakan bisa diatasi dengan cara memeriksa terlebih dahulu material tersebut dengan membawa sampel ke laboratorium. Jika ditemukan kadar lumpur melebihi batas, maka agregat halus harus dicuci untuk menghilangkan lumpur yang menempel pada agregat. Untuk cacat material pada besi beton bisa diatasai dengan memeriksa terlebih dahulu ukuran besi beton sebelum terpasang.Apabila agregat dan besi beton sudah terlanjur digunakan untuk pembuatan beton bertulang, maka harus dilakukan pengujian non destructive. Pertama-tama harus diperiksa secara visual apakah ada keretakan pada beton bertulang. Jika terdapat keretakan, ukur berapa panjang dan lebar keretakan tersebut. Untuk memperbaikinya, dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:a. CoatingPerbaikan dengan melapisi permukaan beton dengan cara mengoleskan atau menyemprotkan bahan yang bersifat plastik dan cair.b. Injection (Grouting)Perbaikan dengan cara memasukkan bahan yang bersifat encer ke dalam celah atau retakan pada beton, kemudian di injeksi dengan tekanan hingga terlihat lubang telah terisi atau mengalir keluar.c. ShotcretePerbaikan dengan cara menembakkan mortar atau beton dengan ukuran agregat yang kecil pada permukaan beton yang diperbaiki.d. Prepacked ConcretePerbaikan dengan cara mengupas beton kemudian dibersihkan dan diisi dengan beton segar. Beton baru ini dibuat dengan cara mengisi ruang kosong dengan agregat sampai penuh kemudian diinjeksi dengan mortar yang sifat susutnya kecil dan mempunyai ikatan yang baik dengan beton lama.e. Penambahan tulanganPerbaikan penambahan tulangan untuk memperkuat elemen struktur seperti balok dan kolom yang sudah rusak agar dapat berfungsi lagi sebagai pemikul beban.

6. KESIMPULAN

Setelah diidentifiksi, terdapat kerusakan pada Proyek Pembangunan Kantor DPPKD Kabupaten Dharmasraya yang diakibatkan oleh cacat material. Cacat material pada agregat halus dan besi beton mengakibatkan munculnya retak pada kolom maupun balok.Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu seberapa parah kerusakan. Setelah itu bisa ditentukan metode apa yang tepat untuk memperbaiki beton yang sudah retak seperti menyemprotkan mortar atau beton pada permukaan yang akan diperbaiki.Hal yang terpenting untuk menghindari cacat material ini adalah dengan lebih teliti dalam memilih material yang akan digunakan. Periksa apakah material sudah memenuhi spesifikasi dan ketentuan yang disyaratkan.

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Yulita Arni Priastiwi, "Pengaruh Kadar Lumpur pada Agregat Halus dalam Mutu Beton", UNDIP 2012.Rahmah, Aulia dan Arianes, Dianne Putri, "Efek Kadar Lumpur pada Agregat terhadap Karakteristik Beton Semen", PNJ 2014.Chetie Rinda Ayuni, Arifin, Agus Rubiyanto, Hasto Sunarno, "Deteksi Dini Keretakan Struktur Beton dengan Menggunakan Fiber Optik Plastik". ITS 2012.Hartono, Henry, "Analisis Kerusakan Struktur Bangunan Gedung BAPPEDA Wonogiri", Universitas Muhammadiyah 2007.Departemen Pekerjaan Umum, "Metode Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus (SK SNI S-04-1989-F)", Jakarta, 1989.Departemen Pekerjaan Umum, "Pedoman Pengawasan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi (Peraturan Menteri PU Nomor 06/PRT/M/2008)", Jakarta, 2008Mulyono, Tri, Ir.,MT., "Teknologi Beton". Andi. Yogyakarta, 2004.Isneini, Mohd, "Kerusakan dan Perkuatan Struktur Beton Bertulang", Universitas Lampung 2009.