transplantasi gigi no dapus

16
TRANPLANTASI GIGI Andra Rizqiawan DEPARTEMEN ILMU BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Upload: wayan-sutresna-yasa

Post on 12-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

TRANPLANTASI GIGI

Andra Rizqiawan

DEPARTEMEN ILMU BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIALFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA2015

TRANSPLANTASI GIGI

PENDAHULUANTransplantasi merupakan suatu usaha untuk mengembalikan fungsi organ yang hilang. Di bidang kedokteran gigi, juga dikenal transplantasi gigi. Tindakan ini dilakukan untuk mengembalikan gigi yang lepas baik karena trauma, pencabutan atau kerusakan gigi. Istilah transplantasi dapat diartikan sebagai suatu tindakan pemidahan sebagian atau seluruh organ atau komponen organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari tempat satu ke tempat lain dalam satu tubuh, yang bertujuan untuk menggantikan fungsi organ yang rusak yang masih berfungsi baik dari donor. Masalah yang sering timbul dalam proses transplantasi sejak transplantasi pertama kali dikembangkan pada abad 16 adalah reaksi penolakan dari tubuh terhadap keberadaan organ baru tersebut. Reaksi ini bersifat lokal maupun sistemik. Untuk itu perlu diketahui beberapa persyaratan mutlak yang harus dipenuhi meliputi pemeriksaan pre-operasi, tahap persiapan dan kriteria khusus yang harus dimilki oleh donor agar reaksi tubuh terhadap perawatan dengan metode transplantasi ini dapat dikendalikan dan komplikasi yang mungkin muncul dapat diantisipasi sebelumnya, sehingga organ yang ditransplan tidak ditolak oleh tubuh dan membangkitkan reaksi imunologi yang berlebihan yang meruikan penderita.

INDIKASI TRANSPLANTASI GIGI Transplantasi gigi pada bidang oral dan maksilofasial tidak mudah untuk dikerjakan dan bila perlakuan selama proses pengembalian donor dan transplantasi tidak hati-hati, maka angka rejeksinya sangat tinggi. Untuk itu tidak sembarang kasus kehilangan gigi atau gigi rusak dapat diganti dengan gigi lain. Secara khusus sampai saat ini proses transplantasi gigi hanya diindikasikan terbatas untuk ;1. Menggantikan gigi molar yang dicabut sementara tidak ada gigi lain dalam regio tersebut yang dapat digunakan untuk menanggung beban kunyah, artinya bila gigi dicabut pasien sama sekali tidak bisa mengunyah di regio tersebut. Hal ini menimbulkan banyak komplikasi karena mastikasi tidak berjalan baik dan seimbang.2. Aplasia gigi premolar.3. Hilangnya atau aplasia gigi insisivus. Adapun gigi yang sering digunakan sebagai donor adalah gigi molar dan kaninus yang erupsinya paling lambat sehingga diharapkan pada sat transplantasi masih didapatkan sisa-sisa embrional dalam folikelnya dan bagian apikal belum menutup sehingga memperbesar resiko keberhasilan terapi ini.Transplantasi molar dikerjakan pada kasus seperti dibawah ini. Untuk menggantikan gigi M1 atau M2 dengan : karies parah, infeksi marginal atau periapikal, fraktur yang melibatkan bifurkasio dan impaksi. Untuk menggantikan gigi premolar yang aplasia.

TRANSPLANTASI KANINUS Transplantasi gigi kaninus agak berbeda dengan transplantasi molar. Pada kaninus biasanya digunakan untuk autotransplantasi pada lokasi yang memang seharusnya ditempati oleh kaninus tersebut. Biasanya pada pasien tersebut terjadi persistensi gigi kaninus desidui.Gigi ektopik adalah posisinya tidak dapat diubah dengan surgical exposure dan terapi orthodontik, serta biasanya justru menyebabkan terjadinya resorbsi pada gigi tetangga.

PERENCANAAN TERAPI Mengingat angka kegagalan dari metode ini cukup tinggi , maka perlu perencanaan yang matang seputar persiapan seleksi dan analis adonor serta rencana operasi atraumatik yang akan dilakukan saat pengambilan donor dan proses transplantasi hingga fiksasi pada regio yang dituju. Secara umum perencanaan terapi meliputi : Pemeriksaan dan pengukuran klinis tempat transplantasi dan donor bila memungkinkan. Pemeriksaan dan pengukuran secara radiologis. Pada tahap ini tidak dapat digunakan data dari foto panoramik karena nilai distorsinya cukup besar (magnifikasi dimensi vertikal sekitar 9-23% sedangkan dimensi horisontal mencapai 52-64%). Modalitas radiologi yang digunakan adalah foto periapikal dengan harus benar-benar memperhatikan jarak cone (makin jauh dari gigi, maka distorsi makin kecil) dan arah cone harus benar-benar tegak lurus.Informasi yang harus didapatkan dari radiologis antara lain berkaitan dengan : Struktur penting disekitar daerah yang akan ditransplantasi dan daerah tempat pengambilan donor, seperti kanalis mandibularis, foramen mentalis, sinus maksilaris, akar gigi tetangganya. Anatomi akar dan posisi impaksi donor, keduanya digunakan untuk memperkirakan tingkat kesulitan dan besarnya trauma pada waktu pengambilan donor.Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper, dengan pedoman : Tebal tulang bukolingual = tebal prosesus alveolaris 2 mm Tebal potensial soket = tebal prosesus alveolaris -1 mm Dimensi akar gigi donor lebih kecil dari soket untk mencegah terjadinya ankilosis.Setelah seluruh data diperoleh, dilakukan analisa dan seleksi donor yang akan ditransplantasikan dalam soket gigi yang akan dilakukan pencabutan, meliputi : Kecocokan dimensi Manipulasi cara pemenpatan donor, misalnya pada M atas, dipasang pada arah gigi diputar 180 karena dimensi bukolingualnya lebih besar ,dalam hal ini bertujuan manipulasi dengan pemutaran adalah untuk mendapatkan kontak oklusal dan proksimal yang lebih baik dengan gigi antagonisnya. Fase pembentukan akar sebaiknya fase 2/3 atau sehingga didapatkan apeks masih terbuka. Bila didapatkan apeks pada gigi donor sudah menutup maka merupakan kontra indikasi untuk dilakukan tranplantasi karena akan memacu terjadinya ankilosis. Donor M3 atas permukaan oklusalnya terletak pada servikal M2 atas, sehingga dengan demikian diharapkan pengambilannya atraumatik. Sebagai pedoman, penggantian M1 RB dapat dilakukan oleh:a. M3 RB ipsilateralb. M3 RB kontralateral diputar 180c. M3 RA kontraletral posisi anatomisd. M3 RA ipsilateral diputar 180Sedangkan penggantian M1 RA dengan :a. M3 RA ipsilateralb. M3 RA kontralateral diputar 180

KASUS KHUSUSTerdapat beberapa catatan dimana pada kasus tertentu memerlukan persiapan yang lebih khusus seperti pada : Kekurangan tempat pada resipien Diperlukan perawatan orthodontik inisial Bila tidak berhasil dapat dilakukan grinding pada bagian proksimal donor sampai dengan 0,5 mm (tanpa membuka dentin) sambil dilakukan irigasi atau direndam dalam larutan saline.2. Anaplasia P atau kehilangan P1 dan P2 Digantikan dengan M atas karena dimensi mesiodistalnya cukup kecil Rotasi M atas agar dapat memutar akar palatal3. Penggantian insisivus RA dengan M atau P RA Diperlukan penyesuaian bentuk dan restorasi dengan komposit.4. Penggantian M karena Juvenille Periodontitis Resorbsi alveolus yang cepat tidak sebanding dengan faktor iritannya. Biasanya melibatkan M1 dan I permanen Keuntungan tranplantasi dengan M3 dapat merangsang terbentuknya tulang baru sehingga memberikan efek osteogenik dari PDL vital dan folikel. Dari beberapa penelitian tampak bahwa terapi ini dapat memberikan hasil akhir yang baik, dimana terjadi perbaikan poket tanpa resorbsi akar dan nekrosis.PROSEDUR PEMBEDAHANPada prinsipnya setelah semua persiapan melalui analisa dan seleksi yang selektif, dilanjutkan tatalaksana prosedur pembedahan yang meliputi : Terapi antibiotika profilaksis pada 1 jam sebelum tindakan. Ekstraksi gigi pada derah resipien.Ekstraksi hanya boleh menggunakan tang tanpa bantuan tehnik split. Bein tidak boleh digunakan agar tidak terjadi trauma pada septum interdental dengan gigi sebelahnya. Pada post ekstraksi harus dilakukan kuretase jaringan patologis dan jaringan granulasi pada daerah periapikal untuk menghilangkan fokal infeksi pada soket. Preparasi soketPreparasi soket yang dimaksudkan adalah menghilangkan septum dalam soket menggunakan surgical bur, bahkan bila perlu soket dapat dolebarkan tanpa merusak septum interdental dan kortek tulang. Pengeboran dilakukan dibawah irigasi larutan saline, kemudian soket ditutup dengan kasa lembab untuk mencegah kontaminasi saliva selama proses pengeboran donor dan memberi kesempatan terbentuknya clot dalam soket. Pengambilan donor, yang perlu diperhatikan adalah prosedur atraumatis atau minimal trauma dengan menyertakan atau mempertahankan folikel dan PDL Penempatan donor dalam soket yang telah dipreparasi seperti posisi yang telah direncanakan sebelumnya. Fiksasi donor dengan gigi-gigi sebelahnya. Foto periapikal pasca operasi.

EVALUASI POST TRANSPLANTASIEvaluasi paska operasi ; Fiksasi jahitan dilepas setelah 1 minggu post operasi Fiksasi etsa atau wire dilepas setelah 4 minggu Pemeriksaan radiologis dilakukan kembali saat 3 minggu dan 8 minggu post operasi. Bila donor telah mengalami apeksifikasi, terapi endodontik dapat dimulai (biasanya setelah 4 minggu) Penyembuhan PDL ditandai oleh lamina dura yang terbentuk (1-4 bulan) Penyembuhan pula ditunjukkan oleh adanya tes vitalitas yang positif (sekitar 3-4 bulan) atau (6-8 bulan). Obliterasi saluran akar terjadi setelah 1-4 bulan Resorbsi akar dapat terjadi setelah 1-6 bulan, tetapi lebih jarang terjadi pada penderita usia < 18 tahun. Pertumbuhan saluran akar setelah 4 bulan dapat mencapai 1-2,5 mm dan dapat berlangsung terus hingga 3 tahun, sehingga gigi dapat erupsi pada bulan pertama.

TOOTH SURVIVALBila masing-masing tahapan diikuti dengan seksama maka angka keberhasilan terapi ini dapat mencapai 74-100%, memang tergantung pada fase pembentukan akar donor, bila terlalu lambat maka berakibat pada terlepasnya donor dari soket.Revaskularisasi pulpa ditandai oleh adanya obliterasi apek. Pada donor yang apeknya belum sempurna revaskularisasi dapat mencapai 80-90% sedangkan pada akar yang sudah menutup sering nekrosis terjadi pada 1-6 bulan dengan gejala klinis berupa radiolusensi periapikal, resorbsi internal dan tes vitalitas negatif. Bila hal ini terjadi, solusinya adalah segera dilakukan terapi endodontik.Berikut ini adalah tabel statistik tooth survival antara gigi yang apeknya masih terbuka dan telah terbentuk sempurna.

Akar belum akar sudah Sempurna (%) sempurna (%)

Tooth survival (5th) 90 82Penyembuhan pula 82 0Penyambuhan PDL 79 12