bab 1-dapus
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di indonesia penanganan dari kesehatan hewan sejak dahulu hingga
sekarang lebih ditekankan pada usaha pencegahan serta perlindungan ternak
dari penyakit - penyakit yang secara langsung mendatangkan kerugian besar
bagi peternak secara luas. Kesehatan hewan merupakan hal penting dalam
menyediakan produk asal ternak serta produksi dari ternak khususnya pada
hewan ternak yang paling banyak dipelihara yaitu kambing dan domba.
Kesehatan hewan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ternak dan akan
berdampak bagi ternak maupun peternak.
Secara umum penyebab dari penyakit berupa agen infeksius dan non
infeksius. Agen infeksius adalah suatu penyakit karena agen dari bakteri,
virus, parasit, jamur dan protozoa, sedangkan pengertian dari non infeksius
yaitu karena dari faktor lingkungan dan faktor dari genetik. Semua penyakit
ini banyak terjadi baik dari infeksius maupun non infeksius, hal ini terjadi
karena sanitasi dan pengobatan yang kurang tanggap terhadap hewan ternak.
Penyakit dalam pergentian yang umum bisa dikatakan sebagai
penyimpangan dari kondisi normal suatu hewan atau ternak atau bisa disebut
dengan abnormal hewan. Kondisi tidak normal ini bisa disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya yaitu bakteri yang menyebabkan hewan merasa
tidak nyaman pada bagian tubuhnya karena tubuh tersebut diserang oleh
bakteri yang pathogen.
Makalah ini secara khusus membahas tentang penyakit pink eyes
yang disebabkan oleh agen infeksius. Pink eyes merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yang opoitunistik menginfeksi ternak sapi seluruh
dunia dengan Keratoconjunctivits Bovine Infeksi(IBK) dan menyerang pada
organ mata serta penyakit mata yang menular. Secara khusus hewan ternak
akan mengalami dari ketidak normal untuk melihat karena pada bagian mata
akan terdapat selaput radang.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah taksonomi dan karakteristik bakteri Moraxella bovis?
b. Apakah penyebab, pencegahan, pengobatan, dan gejala dari penyakit
pink eyes?
1.3 Manfaat
a. Mengetahui taksonomi dan karakteristik bakteri Moraxella bovis
b. Mengetahui penyebab, pencegahan, pengobatan, dan gejala dari penyakit
pink eyes?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pink eye sering disebut dengan berbagai nama penyakit diantaranya bular
mata, radang mata, katarak, atau kelabu mata yang sering terjadi pada kambing
maupun domba. Pink eye disebut juga penyakit epidemik, karena ditempat yang
telah terinfeksi dapat berjangkit kembali setiap tahunnya. Penyakit ini sering
timbul dengan tiba-tiba terutama pada hewan dalam keadaan lelah. (Blood, dkk,
1983). Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba
maupun kambing, biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya
conjunctiva dan kekeruhan mata. Penyakit ini tidak sampai menimbulkan
kematian, akan tetapi dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi
peternak, karena akan menyebabkan kebutaan , penurunan berat badan dan biaya
pengobatan yang mahal.
Pink eye dapat menyerang semua jenis ternak dan semua tingkat umur,
tetapi hewan muda lebih peka dibandingkan dengan hewan tua. Penyebab utama
pink eye pada sapi adalah moraxella bovis sedangkan pada domba dan kambing
sering dikenal rickettsia colesiota, namun para ahli masih banyak berbeda
pendapat ada yang menyebutkan penyebabnya bakteri, virus, chlamidia dan juga
rickettsia.
2.1 Karakteristik moraxella bovis
Moraxella bovis adalah bakteri yang sangat oportunistik menginfeksi
ternak sapi di seluruh dunia dengan Keratoconjunctivits Bovine Infeksi (IBK),
juga dikenal sebagai 'Eye New Forest' penyakit mata yg menular atau. Penyakit
ini ditandai dengan peradangan dan ulserasi ketidaknyamanan konjungtiva
menyebabkan, berlebihan robek, dan dalam kasus yang ekstrim, dapat
menyebabkan mata pecah. Moraxella bovis berproliferasi secara eksponensial
dengan adanya oksigen dan sinar ultra violet dari matahari musim panas,
berkembang pada permukaan mata sapi dan predisposisi terhadap infeksi
mata. IBK ditransfer terutama dalam tiga cara: dari sapi ternak dengan lalat
bertindak sebagai vektor virulen, pisau pemotong rumput, sementara ternak
merumput, dan kontak langsung. Peningkatan tingkat infeksi terjadi selama
3
musim panas dan musim gugur karena ada korelasi dengan sinar matahari
meningkat dan populasi terbang selama bulan-bulan.
2.1.1 Genome Struktur
M. bovis memiliki DNA yang melingkar. Genom DNA urutan strain
bakteri Moraxella bovis Epp63 telah atau masih ditentukan dengan 361
contigs.
2.2 Penyebab Pinkeyes
Pink eye dapat disebabkan oleh mikroorganisme pathogen, benda
asing, trauma dan perubahan iklim. Faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya infeksi pink eye yaitu lalat, debu, kelembaban, musim, kepadatan
hewan di dalam kandang serta kualitas makanan. Infeksi pink eye lebih
banyak berjangkit pada peralihan musim kemarau dibandingkan dengan
musim penghujan. Tetapi pada kasus yang kronis dapat berlangsung
sepanjang tahun. (Made, 1997).
Agen infeksius utama untuk mata yg menular adalah bakteri
Moraxella bovis. Mata yang menular adalah penyakit multifaktorial, yang
berarti ada banyak faktor yang mempengaruhi dan berkontribusi terhadap
perkembangan penyakit. Iritasi mata diperlukan untuk perkembangan
penyakit. Lalat yang terlihat seperti lalat yang besar dan terdapat pada wajah,
berada di sekitar mata dan lubang hidung sapi, menyebabkan iritasi mekanis
pada mata dan menyebarkan penyakit dari satu hewan ke yang lain.
Bakteri dapat bertahan hidup pada lalat hingga empat hari, begitu
banyak hewan dapat terinfeksi oleh satu terbang. Sumber-sumber lain dari
iritasi mata adalah gulma tinggi dan rumput yang digunakan untuk
menggosok mata pada sebagian ternak yang berjalan dan merumput, dan
pakan ternak dan debu saat makan dari tempat pakan. Debu pada hari-hari
berangin, dan paparan sinar matahari UV yang berlebihan juga meningkatkan
kemungkinan perkembangan penyakit. Breeds yang kekurangan pigmen pada
kelopak mata mereka (Herefords, Hereford salib, Charolais, dan beberapa
4
Gambar 1. Tahap 1
Holsteins) lebih rentan terhadap mata yg menular karena kepekaan mereka
yang meningkat terhadap sinar matahari dan respon kekebalan menurun di
mata.
2.3 Transmisi
Penularan terjadi ketika hewan tidak terinfeksi datang ke dalam
kontak dengan sekret yang terinfeksi M. bovis. Ini mungkin kontak langsung,
melalui lalat yang berada di sekitar wajah, atau kontak dengan benda mati
yang dari organisme. Tubuh lalat adalah vektor utama untuk menyebarkan
bakteri dan penyakit. Sekresi dari mata, hidung, atau vagina dapat terinfeksi.
Hewan pembawa adalah hewan yang tidak menunjukkan tanda-tanda
penyakit klinis, tetapi melepaskan bakteri dalam sekresinya. Hewan pembawa
dapat melepaskan organisme untuk jangka waktu yang lama sehingga mereka
merupakan faktor penting dalam penyebaran penyakit dan kelangsungan
hidupnya selama musim dingin. Ketika mata hewan terjadi peningkatan
produksi air mata, mempromosikan penumpahan M. bovis.
2.4 Gejala Klinis
Ada empat tahapan mata yang menular. Penyakit ini akan bisa melaui
beberapa tahap tersebut, jika tanpa pengobatan maka kasus yang paling parah
akan maju melalui semua empat tahap.
Tahap I: Sapi akan meningkatkan
sensitivitas terhadap cahaya. Mereka akan
berkedip sering dan ada kemerahan di
sepanjang kelopak mata. Sapi akan sering
mencari keteduhan sehingga akan mengurangi
waktu mereka merumput. Nyeri yang
berhubungan dengan mata yang menular juga
menurunkan konsumsi pakan mereka. Tahap I
akan maju ke ulkus kecil di tengah kornea yang muncul sebagai bintik putih
kecil. Kornea mengembangkan penampilan abu-abu sedikit berawan karena
peradangan. Salah satu atau kedua mata mungkin saja terkena.
5
Gambar 2. Tahap 2
Gambar 3. Tahap 3
Gambar 4. Tahap 4
Tahap II: Tanda-tanda klinis yang dijelaskan
dalam Tahap I tapi ulkus menyebar di seluruh
kornea. Sebagai peradangan lebih yang terjadi
kornea menjadi semakin keruh. Pada titik ini
beberapa warna gelap iris masih dapat dilihat.
Pembuluh darah dari bagian luar kornea mulai
tumbuh di seluruh kornea untuk membantu
penyembuhan. Pembuluh darah ini membuat kornea tampak merah muda.
Tahap III: ulkus mencakup sebagian besar
kornea dan peradangan terus menyebar ke bagian
dalam mata. Ketika ini terjadi pada bagian dalam
mata mengisi dengan fibrin, yang merupakan
substansi seperti nanah yang memberikan mata
penampilan kuning dibandingkan penampilan coklat yang khas.
Tahap IV: ulkus meluas sepenuhnya melalui kornea, iris dan dapat
menonjol melalui mata. Iris akan menjadi terjebak dalam kornea bahkan
setelah penyembuhan. Hal ini dapat menyebabkan glaukoma atau
pembengkakan persisten mata. Mata ini akan
menjadi sebagian atau seluruhnya buta. Mata
dapat kelua karena benar-benar pecah, dan akan
mengembangkan penampilan menyusut atau
memperbesar jika glaukoma (tekanan bola mata
meningkat) hadir. Mata ini akan secara permanen
buta.
Setelah penyembuhan terjadi (kecuali Tahap IV) pembuluh darah akan
surut, tapi mata mungkin terus menjadi warna biru berawan. Penampilan biru
akhirnya dapat menyelesaikan dan mata tampak jelas lagi. Dalam kasus lain,
tergantung pada tingkat keparahan penyakit, bekas luka putih dapat hadir
bahkan setelah resolusi penuh dari penyakit.
2.5 Pengobatan
6
Pengobatan dini ternak dengan mencegah penyakit mata yang menular
adalah penting, tidak hanya untuk hasil yang sukses dari hewan individu yang
terkena, tetapi juga untuk menghentikan penumpahan bakteri untuk
mengurangi risiko penularan ke ternak lain.
Beberapa jenis antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan pink
eye seperti larutan zinc sulfat 2.5%, salap mata sulfathiazole 5%, bacitrasin
salap (R282), atau kombinasi anti bakterial dengan anestesi lokal (R289) atau
serbuk urea-sulfa, yang digunakan secara lokal. Bisa juga dengan tetracycline,
oxytetracycline/polymyxin B, atau erythromycine salep, yang diberikan 3-4
kali sehari, atau dengan pemberian larutan perak nitrat 1,5% (8-10 tetes) yang
diberikan dengan interval 2-3 kali per minggu. (Blood dkk., 1983)
Cara yang paling ekonomis dalam pengobatan Pink eye yaitu dengan
furazone powder atau penyuntikan LA 200 secara intra musculus maupun
diteteskan pada mata, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan
sangat lama. Adapun Komposisi LA 200 terdiri atas : Gentamycin 100mg/ml :
10 ml, Dexamethasone, 2mg/ml : 10 ml, Aquadestilata : 10 ml.
2.6 Pencegahan
Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan mengetahui sumber infeksi dan
cara penularannya sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan antara lain :
1. Memusnahkan hewan karier yaitu hewan yang dianggap sebagai sumber
infeksi segera diisolasi dari kawanan ternak
2. Hewan yang terinfeksi segera dikandangkan (isolasi) pada tempat yang
gelap, guna untuk menghindari kontak dengan hewan yang sehat baik
secara langsung atau tidak langsung seperti dinding kandang, air minum
tempat pengembalaan dengan demikian dapat terhindar dari lalat yang
merupakan vektor dari jasad renik tersebut.
3. Sanitasi yaitu dengan menjaga kebersihan kandang serta lingkungan yang
bersih serta terbebas dari genangan air.
4. Mengurangi jumlah hewan di dalam kandang. Akibat terlalu padat hewan
didalam kandang dapat menyebabkan kontaminasi sesama.
7
5. Pemberian makanan yang cukup mengandung vitamin A
atau padang pengembalaan yang baik sehingga dapat terhindar timbulnya
infeksi.
8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit pink eyes merupakan salah satu penyakit yang cepat menular dari
hewan satu ke hewan yang lainya, penyebaran penyakit ini melewati dari lalat
yang membawa bakteri M.bovis dari satu sapi ke sapi lainya dan hewan yang
menderita Pink eyes akan bersifat karier. Pada kasus yang sangat kronis dari
hewan tersebut yang tiak ditangani dengan cepat akan mengakibatkan dari
kebutaan disertai glukoma jika sudah terlalu parah.
Pink eyes jika dikalangan peternak sangat merugikan karena dapat
berakibat dari turunnya berat badan dan penurunan produksi dari ternak, selain itu
penyakit pink eyes juga sangat sulit dilakukan penanggulangan karena penyakit
tersebut disebabkan karena banyak faktor predisposisi dan agen penyakit.
Pencegahan yang ada yaitu menyingkirkan hewan karier dan di idolasikan serta
menjaga kualitas dari makanan. Pengobatan yang paling sering yaitu
menggunakan antibiotik tetracycline yang disuntikan secara subkutan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Blood, D. C., O. M. Radostits. And J. A. Henderson. 1983. Veterinary Medicine.
6th. Ed. Lea and Febiger; Philadelphia.
Made Dewa. N.D. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. CV. Bali Media
Perkasa. Denpasar.
Snowden, G.D., Van Vleck, L.D., Cundiff, L.V., and Bennett G.L. Journal of
Animal Science 2005 Mar,83(3): 507-518
Radostits O. et al. “Veterinary Medicine a textbook of the diseases of cattle,
horses, sheep, pigs and goats” 10th edition. Saunders Elsevier limited, 2007
Report on National Animal Health Monitoring System (NAHMS), USDA APHIS,
Veterinary Services.
Report on National Animal Health Monitoring System (NAHMS), USDA APHIS,
Veterinary Services. 1997
Beef Cattle Research Report, Progress Report 218, Kentucky Agriculture
Experiment Station, 1975.
Beef Cattle Research Report, Progress Repott 291, Kentucky Agriculture
Experiment Station, 1985.
Van Weering, H.J., and Koch, M.J. Tijdschr Diergeneeskd 1992 Feb 1: 118(3):
82-84.
10