kompre pnc bab i & ii dapus
DESCRIPTION
pncTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Selama masa nifas, sangat penting untuk memberikan asuhan yang tepat
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis,
melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari,
memberikan pelayanan keluarga berencana serta mendapatkan kesehatan
emosi.
Program nasional mempunyai suatu kebijakan pada masa nifas yaitu
untuk melakukan kunjungan selama masa nifas paling sedikit empat kali yang
bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan
ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas serta menangani komplikasi atau masalah yang timbul
dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu terjadi selama
empat jam pertama setelah kelahiran bayi yang disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu
secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi
uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan,
mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan persalinan. Sehingga sangat
penting untuk berada di samping ibu dan bayinya selama dua jam pertama
pasca persalinan untuk tetap mengetahui kondisi ibu dan bayi agar tetap
optimal.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “NL”
dengan post partum normal hari pertama dengan manajemen kebidanan 7
Langkah Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan Pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny “NL”
dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.
2. Mampu merumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada Ny “NL”
dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.
3. Mampu merumuskan diagnosa dan masalah potensial pada Ny “NL”
dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada Ny “NL”
dengan post partum normal hari pertama secara sistematis.
5. Mampu menyusun rencana asuhan pada Ny “NL” dengan post partum
normal hari pertama secara sistematis.
6. Mampu melaksanakan tindakan kebidanan pada Ny “NL” dengan post
partum normal hari pertama secara sistematis.
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah
dilaksanakan pada Ny “NL” dengan post partum normal hari pertama
secara sistematis.
1.3 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sarana untuk mendidik mahasiswa agar lebih terampil dan cekatan
dalam memberikan pelayanan terhadap ibu nifas melalui manajemen kebidanan
dengan 7 langkah varney.
2. Bagi Pembimbing Lahan
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan,
sehingga kebutuhan ibu nifas dapat terpenuhi secara optimal.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan pengetahuan dalam
melakukan praktik selanjutnya, dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam melaksanakan kegiatan post natal care pada ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Gambaran Umum Masa Nifas
Nifas atau masa nifas adalah suatu masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu ( Saifuddin, 2009).
Nifas atau puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan yang normal dan berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari. Dijumpai 2 kejadian penting dalam puerperium yaitu
involusio uterus dan proses laktasi ( Manuaba, 2007 ).
Tahapan masa nifas terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri
dan berjalan, serta menjalankan aktifitas layaknya wanita normal
lainya
b. Puerperiun intermediat, yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat – alat
genitalia yang lamanya sekitar 6 – 8 minggu
c. Puerperium remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi ( Nanny, 2012 ).
2.1.2 Fisiologi Nifas
Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira sepusat.
Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang
dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior
menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya
konraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama
2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu
kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas
symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu
(Wiknjosastro, 2006 ).
2.1.3 Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Masa Nifas
A. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
a) Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1
minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu
kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi
100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja
ukuran selnya yang berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh
darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh
darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya
mendekati ukuran sebelum hamil.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi.
Involusi
Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
Bekas Dekat
Plasenta
(cm)
Keadaan Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir2 jari dibawah
pusat750 12, 5 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat-simfisis500 7, 5
Beberapa hari
setelah
postpartum
dapat dilalui 2
jari
Akhir minggu
pertama dapat
memasuki 1 jari
Dua
minggu
Tak teraba
diatas simfisis350 3 – 4
Enam
minggu
Bertamabh
kecil50 – 60 1 – 2
Delapan
minggu
Sebesar
normal30
b) Serviks
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari.
Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut
serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali
normal dalam 3-4 bulan.
c) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan
kembali seperti semula setelah 3-4 minggu ( Suhermi, 2009 ).
d) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada
perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot
perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian
perlahan-lahan akan berubah warna menjadi keputihan.
e) Payudara
Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan
kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga
bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.
f) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga
hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan
menghilang secara perlahan-lahan.
g) Lochea
Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua
yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa cairan, campuran
antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah,
kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-
6 minggu.
1. Lochea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama
post partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang
mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan
plasenta serta serabut desidua dan chorion.
2. Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah,
banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai
hari kesembilan.
3. Lochea Alba
Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan
mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan
yang mati. Timbulnya setelah hari kesembilan (Suhermi,
2009).
h) Laktasi atau pengeluaran ASI
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferus didalam payudara dan
juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan
berlangsung sesudah kelahiran bayi saat kadar hormon estrogen dan
progesteron menurun.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin,
rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui
duktus kesinus lactiferus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan
adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan
protein, mineral, dan antibodi daripada ASI yang telah matur. ASI
yang matur muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah
kelahiran.
i) Perubahan Sistem Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelanjar hipofise anterior, meningkat
dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hormone) sehingga
fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormone estrogen dan
progesteron, kondisi ini akan mengembalikan fungsi ovarium kepada
keadaan semula ( Suhermi, 2009 ).
j) Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan meningkat
sedikit (37,50C–380C)sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada
hari ke-3 suhu badan akan meningkat lagi karena adanya
pembentukan ASI. Payudara akan menjadi bengkak, dan
berwarna merah karena banyaknya ASI, bila suhu tidak turun
kemungkinan terjadi infeksi.
b. Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit,
denyut nadi ibu postpartum biasanya akan lebih cepat, bila
melebihi 100 kali/menit kadaan ini termasuk abnormal dan
keadaan ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan
lebih rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau
yang lainnya. Tekanan darah akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi
postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan
denyut nadi, bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga
akan mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada
saluran cerna (Suhermi, 2009 ).
B. Perubahan Psikologi pada Masa Nifas
Perubahan psikologi pada masa nifas dibagi dalam beberapa fase yaitu :
1) Fase “Taking In”
a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung
selama 1-2 hari.
b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak
dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang
bayinya.
c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.
2) Fase “Taking Hold”
a) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.
b) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif.
c) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.
d) Timbul rasa kurang percaya diri.
3) Fase “Letting Go”
a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.
b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru
c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan
bayinya.
d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya
(Saifuddin, 2009 ).
2.1.4 Kebutuhan Ibu Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila
pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat,
integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan makan yang
memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur
nutrisinya yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi.
Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan
pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan
jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal
ketika menyusui ( Nanny, 2012 ).
Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein untuk pertumbuhan dan
penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Nutrisi lain yang diperlukan
oleh ibu yaitu asupan cairan, ibu dianjurkan minum 2-3 liter per hari
dalam bentuk air putih, susu dan jus buah untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh.
Pil zat besi (Fe) harus diminum untuk penambahan zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca melahirkan. Serta minum kapsul
vitamin A ( 200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah
melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memeberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI ( Nanny, 2012 ).
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum terlentang
ditempat tidur selama 7-14 hari setelah melahirkan, ibu postpartum
sudah diperbolehkan untuk berjalan-jalan dalam 24-28 jam postpartum.
Keuntungannya Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early
ambulation ialah, faal usus dan kandung kemih lebih baik, Early
ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara mearawat
anaknya selama ibu masih dirumah sakit misalnya memandikan,
mengganti pakaian, dan memberi makanan dan lebih sesuai dengan
keadaan Indonesia (sosial ekonomi) menurut penelitian yang saksama
early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi
penyembuhan luka episiotomi atau luka jahitan, serta tidak
memperbesar kemungkinan prolapsus uteri (Nanny, 2012 ).
c. Eliminasi
Dalam 6 jam pertama postpartum pasien sudah harus dapat buang
air kecil. Jika semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih, dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan misalnya infeksi.
Bidan harus dapat meyakinkan pasien bahwa kencing sesegera mungkin
setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi postpartum. Berikan
dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit
pada luka jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah
berhasil berjuang untuk melahirkan bayi
Dalam 24 jam pertama postpartum pasien harus sudah dapat buang
air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus ,semakin sulit
baginya untuk buang air besar secara lancar. Semakin lama feses
didalam usus, feses semakin mengeras karena cairan yang terkandung
dalam feses akan selalu terserap oleh usus. Anjurkan pasien untuk
makan tinggi serat dan banyak minum air putih ( Nanny, 2012 ).
d. Kebersihan
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu
postpartum:
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi.
2. Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu
mengerti cara membersihkan diri dari daerah vulva terlebih
dahulu, dari depan kebelakang baru kemudian membersihkan
daerah anus.
3. Ganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari. Apabila dibiarkan dan tidak diganti akan
menyebabkan luka pada daerah vagina menjadi infeksi.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai
membersihkan daerah kemaluan ( Nanny, 2012 ).
e. Istirahat dan Tidur
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan,
tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan serta mengatur kegiatan rumahnya
sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira
2 jam dan malam 7 – 8 jam ( Nanny, 2012 ).
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
seperti mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan dan menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(Saifudin, 2009 ).
f. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus
memenuhi syarat berikut ini:
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
datah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua
jarinya kedalam vagina tampa rasa nyeri, maka ibu aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan, keputusan ini bergantung pada
pasangan yang bersangkutan ( Saifuddin, 2009 ).
g. Latihan dan Senam Nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita, involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.sebagi
akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai
adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat
terganggu. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan
langsung seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam
nifas (Saifuddin, 2009).
2.1.5 Asuhan Pada Masa Nifas
Asuhan pada masa nifas terbagi menjadi 4 tahapan
1. Asuhan yang diberikan pada 2 jam pertama masa nifas, yaitu :
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih
dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama
dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada
temuan yang tidak normal, tingkatkan frekusensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
Masase uterus untuk membuat kontaraksi uterus menjadi baik
setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekusensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama
pascapersalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai
dengan apa yang diperlukan.
Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
pada kala empat.
Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus
dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase
jika uterus menjadi lembek.
Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan
bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering,
atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau
berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik. Bagian
kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan
untuk dipeluk dan diberi ASI.
Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir (Pusdiknakes,
2004).
2. Asuhan yang diberikan pada 6 jam masa nifas, yaitu :
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
3. Asuhan yang diberikan pada 6 hari masa nifas yaitu :
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
4. Asuhan yang diberikan pada 6 minggu masa nifas yaitu :
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas.
Memberikan konseling KB secara dini ( Pusdiknakes, 2004 ).
2.1.6 Deteksi Dini Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai defenisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya.
Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan
urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam
ember dan di lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai
dengan kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb
normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan
darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang
sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari
kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu
beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai
terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat
memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita
yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan
pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus
dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
2. Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,
Infeksi masa nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat
genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran
urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu
penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan
panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus
lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.
Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada
bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk
episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC
yang mungkin terjadi. Penyebab infeksi yaitu bakteri endogen dan
bakteri eksogen. Faktor predisposisi nutrisi yang buruk, defisiensi zat
besi, persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, SC. Gejala klinis
yaitu endometritis tampak pada hari ke 3 post partum disertai dengan
suhu yang mencapai 39 derajat celcius dan takikardi, sakit kepala,
kadang juga terdapat uterus yang lembek ( Sarwono, 2004 ).
3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat
atau penglihatan kabur.Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda
terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah
yang tinggi.
4. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih.
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari
flora normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E.
Coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya.
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap
tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat
trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi
peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak
nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra
atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse
oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi
urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi
untuk mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran
kemih.
5. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat
menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya
terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak. BH yang terlalu ketat, mengakibatkan
segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi
mastitis. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu Menyusui diteruskan.
Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena edema dan sesering
mungkin, agar payudara kosong kemudian pada payudara yang normal.
Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah
panas pada payudara yang terkena. Ubahlah posisi menyusui dari waktu
ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola
(football position). Pakailah baju /BH yang longgar. Istirahat yang cukup,
makanan yang bergizi
Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi
apabila dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan
setelah 12 jam, maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.
6. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu
nafsu makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau
teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah
makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaanya kembali ( Sarwono, 2004 ).
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian /
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien. Penatalaksanaan kebidanaan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang
bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut
bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi
sesuai dengan kondisi klien.
Jadi manajemen kebidanan ini suatu pendekatan pemecahan masalah
yang digunakan setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada saat
mengelola klien : ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan balita
dimanapun tempatnya. Proses ini akan membantu para bidan dalam
berpraktek memberikan asuhan yang aman dan bermutu.
Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, baik dari hasil
anamnesa dengan klien, suami/ keluarga, hasil pemeriksaan, dan dari
dokumentasi pasien/ catatan tenaga kesehatan yang lain. Untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :
1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan,
nifas dan sosial.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.
3. Pemeriksaan khusus.
4. Pemeriksaan penunjang.
5. Melihat catatan rekam medik pasien.
Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah
pengambilan keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat mengambarkan kondisi/ menilai kondisi klien yang
sebenarnya dan valid.
Langkah II : Merumuskan Diagnosa/ Masalah Kebidanan
Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada
langkah pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis,
sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan.
Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien, apakah
klien dalam kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah
kondisinya dalam keadaan normal? Diagnosa ini dirumuskna
menggunakan nomenklatur kebidanan. Sedangkan masalah dirumuskan
apabila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu
terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam
rumusan diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan
penangan/ intervensi bidan, maka dirumuskan setelah diagnosa.
(masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah
tersebut juga sering menyertai diagnosa). 10 diagnosa dalam kebidanan
yaitu :
1. Hamil / Tidak
2. Primi / multi
3. Usia kehamilan
4. Tunggal/ganda
5. Hidup/ mati
6. Intra / ekstra uteri
7. Letak janin / persentasi janin
8. k/u ibu dan janin baik
9. kesan panggul
10. penyerta / penyulit
Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yan ada/ sudah terjadi.
Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
yang akan terjadi berdasarkan diagnosa/ masalah yang sudah ada, dan
merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau
menghindari masalah/ diagnosa potensial yang akan terjadi.
Pada langkah ini diharapkan bidan selalu waspada dan bersiap-
siap mencegah/ masalah potensial ini menjadi bener-bener tidak terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Langkah ini perlu dilakukakan secara cepat, karena sering terjadi dalam
kondisi emergensi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan, baik
tindakan intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain, atau rujukan berdasarkan kondisi klien. Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat terjadi pada
saat mengelola Ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien membutuhkan
tindakan segera untuk menangani atau mengatasi diagnosa/ masalah
yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih
spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah yang ada,
sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab
masalah. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa Ibu dan anak (misalnya menghentikan perdarahan).
Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari
seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga
memerlukan tindakan rujukan dengan segera. Dalam kondisi tertentu
seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokteratau tim kesehatan lainnya. Dalam rumusan ini
tindakan segera meliputi tindakan yang dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera atau rutin.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi
dengan merumuskan tindakan yang sifatnya mengevaluasi atau
memeriksa kembali. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh
kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dlaksanakan
dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien, efektif
dan aman. Pelaksanaan dapat dilakuakan seluruhnya oleh bidan atau
bersama-sama dengan klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan
oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.
Langkah VII :Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang
telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum
efektif. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari
awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui pengkajian ulang. Proses
evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses
penatalaksanaan efektif atau tidak serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut ( Varney, 2007 ).
2.2.1 Manajemen Asuhan Kebidanan
I. Pengkajian
Adalah pengumpulan data lengkap untuk mengevaluasi pasian yaitu
memeriksa dengan memperoleh suluruh data yang dibutuhkan untuk
penilaian secara sempurna.
A. Data Subyektif
1.1 Identitas
Nama klien dan suami klien
Agar dapat mengenal / memanggil sesuai nama dan tidak keliru
dengan yang lain.
Umur
Ikut menentukan prognosa.
Suku / Bangsa
Untuk mempermudah komunikasi.
Agama
Berhubungan dengan perawatan klien.
Pendidikan
Agar motivasi yang diberikan petugas dapat sesuai dengan tingkat
pengetahuan.
Pekerjaan
Untuk mengetahui sosial ekonomi dan apakah pekerjaan klien
mengganggu kehamilan atau tidak.
Alamat
Untuk memperjelas kelengkapan identitas klien.
1.2 Status Perkawinan
Untuk mengetahui kehamilan ini diluar nikah atau tidak dan
kehamilan yang diingikan atau tidak.
1.3 Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dikeluhkan pasien.
1.4 Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan terjadi kehamilan dan persalinan.
1.5 Riwayat Kehamilan, Persalinaan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah klien baru hamil atau sudah pernah
hamil dan bagaimana persalinan dan nifas yang lalu.
1.6 Riwayat Kesehatan Klien
Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit yang
gawat.
1.7 Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarganya klien ada yang menderita
penyakit kronis
1.8 Pola Kehidupan Sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana pola kesehatan klien sehari-hari
sudah sehat / belum.
1.9 Data Psikososial
Apakah ibu mengharapkan atau tidak kelahiran bayi.
B. Data Obyektif
Dalam data ini diambil dari pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan
diagnosa dan pendukung lain juga catatan medik lain. Data Obyektif
meliput:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : apakah composmentis , apatis,samnolen,
delirium, spoor ataukah koma
Keadaan Umum : baik ataukah cukup atau buruk
Berat badan : mengetahui status gizi dan menghitung
dosis obat
TD/Nadi/Suhu : TD normalnya 120/80 mmHg, suhu
normalnya 36,5°C - 37,5°C , nadi
normalnya 80-100 x/menit
2. Pemeriksaan Masa Nifas
Pemerikasaan kehamilan ini meliputi : inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi.
Inspeksi : pemeriksaan fisik lengkap dengan melihat perubahan-
perubahan fisik selama masa persalinan dari ujung rambut sampai-
sampai ujung kaki.
Palpasi : pemeriksaan ini meliputi
- Leher : adakah pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis.
- Mamae : bagaimana colostrumnya apakah sudah keluar atau
belum.
- TFU
Involusi TFU Berat UterusBayi LahirUri Lahir1 minggu2 minggu6 minggu8 minggu
Setinggi pusat2 jari dibawah pusatpertengahan pusat dan sympisistidak teraba diatsa sympisisbertambah kecilnormal
1000 gram750 gram500 gram350 gram50 gram30 gram
- Konsistensi Uterus : apakah konsistensinya lembek atau keras.
- Kontraksi Uterus : apakah uterus sudah berkontraksi atau
belum.
Perineum: edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka
episiotomi/robek, jahitan, memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
Pengeluaran Pervaginam :
- Lochea Rubra : berisi darah dan sisa-sisa selaput
ketuban dan lain-lain selama 2 hari
dalam persalinan.
- Lochea Sanguinolenta : warna merah kekuningan, cairan
berdarah dan lendir dari hari ke- 3 – 7
pasca persalinan.
- Lochea Serosa : berwarna kuning cairan tidak
berdarah dan lendir pada hari ke- 7 –
14 pasca persalinan.
- Lochea Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
- Lochea Purulenta : jika terjadi infeksi cairan seperti
nanah dan berbau .
- Lochiostatis : lochea yang keluarnya tidak lancar.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Hasil konsultasi
3. Data kehamilan dan persalinan
II. Interpretasi Data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa
berdasarkan interpretasi yangg benar atas data yg telah dikumpulkan.
Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung dari hasil
pengkajian terhadap ibu
III. Identifikasi Diagnosa Potensial
Langkah ini berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah teridentifikasi
yaitu merupakan pencegahan dan penanganan.
Contoh:
Diagnosa: Bendungan Payudara
Masalah potensial : Mastitis
Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan
segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai
dengan keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik
segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda-tanda sisa
plasenta, segera kolaborasi dengan dokter untuk tindakan curettage
V. Intervensi
Langkah lanjutan setelah diagnosa kebidanan ditegakkan yang mancakup
tujuan, langkah-langkah yang akan dilakukan serta rasional tindakan
dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah klien dan kriteria
yang dicapai.
Contoh :
Manajemen asuhan awal postpartum :
a. Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b. Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur
c. Gizi/ diet
d. Perawatan perineum
Asuhan lanjutan :
a Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b Perawatan payudara
c Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d Rencana KB
e Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
VI. Implementasi
Implementasi merupakan penyelesaian suatu rencana kebidanan yang
dilakukan bidan secara mandiri, kolaborasi maupun rujukan, selama itu
bidan mengawasi dan memonitor kemajuan klien.
VII. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah sudah benar-benar
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi didalam
diagnosa / belum.
Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus selama masa nifas.
Evaluasi secara terus menerus meliputi:
1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f. Catatan pengobatan
2. Mengkaji riwayat
a. Ambulasi : apakah ibu melakukan ambulasi seberapa sering
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/
disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa lokhea
e. Memeriksa perineum dan kaki
Menurut Bahiyatun (2009), manajemen kebidanan terbagi atas :
1. Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat
melahirkan.
2. After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-
menerus pada uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas
yang banyak (multipara) dan wanita menyusui.
3. Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan
meningkatnya vaskularitas dan kongesti
4. Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari pertama
setelah persalinan kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5. Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid akan hilang dalam beberapa
minggu, selama kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan
yang keluar dari anus.
6. Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi penyimpanan cairan tambahan untuk
membantu meningkatkan pertumbuhan bayi.
7. Manajemen infeksi
a. Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi
pada saluran genital.
b. Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
8. Manajemen cemas
Peran bidan
a. bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas
kehadiran bayinya.
b. bidan dapat memberikan informasi dan konseling mengenai
kebutuhan ini.
c. bidan dapat mendukung pendidikan kesehatannn
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian nanny Lia. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Salemba
Medika : Jakarta.
Manuaba, IBG. 2007. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2004. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Post Partum.
Saifudin. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: YBPSP.
Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.EGC : Jakarta.
Wikjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo : Jakarta.