bab 123 dapus
DESCRIPTION
komunikasi dokter pasienTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Ini merupakan suatu keadaan yang ingin dimiliki oleh semua orang. Apabila seseorang menghadapi masalah atau gangguan baik secara fisik, mental, maupun sosial, sesorang tersebut akan mencari pertolongan. Salah satu tujuan dari pencarian tersebut adalah dokter.Menurut WHO (1994), sebagai dokter ada lima strategi untuk mencapai Sehat untuk Semua atau lebih dikenal dengan 5 Stars Doctor atau Doctor for the future. Isi dari 5 Stars Doctor adalah pemberi layanan kesehatan (Care Provider), pengambilan keputusan (Decission Maker), komunikator (Communicator), pemimpin Masyarakat (Community Leader), manajer (Manager). Salah satu dari lima poin yang ada dalam 5 Stars Doctor adalah komunikator. Hal ini mengungkapkan bahwa dokter harus dapat melakukan komunikasi yang efektif dan efisien demi membangun hubungan yang baik antara dokter pasien agar dapat mencapai tujuan dari komunikasi sesuai Calgary Cambridge, yaitu untuk mengidentifikasi komponen keterampilan yang diperlukan dokter agar mampu memberi konsultasi dengan baik. Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Sedangkan komunikasi dokter pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter dengan pasien selama proses pemeriksaan atau pengobatan atau perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Pengembangan hubungan dokter pasien harus dilakukan secara efektif dan berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien.Apabila komunikasi dokter pasien dapat dilakukan, maka akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis, meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter pasien yang baik, meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis, meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya.Oleh karena itu, seorang dokter harus dapat melakukan komunikasi yang efektif dan efisien kepada setiap masyarakat yang datang untuk mencari pertolongan tehadap masalah yang dialami masyarakat tersebut. Komunikasi dokter pasien berpedoman kepada Calgary Cambridge, yang merupakan pedoman komunikasi berbasis bukti yang dikembangkan oleh tim dari Calgary University di Canada dan Cambridge University di Inggris yang digunakan dalam proses komunikasi dokter pasien. Komunikasi dilakukan oleh dokter dengan cara bersedia mendengarkan tiap keluhan pasien dengan sabar dan penuh perhatian agar secara tidak langsung dapat mengurangi penderitaan pasien.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
1. DefinisiKomunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/ pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.Komunikasi efektif dokter-pasien adalah pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien .
2.2 Elemen-elemen dalam Model Proses Komunikasi Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Adapun elemen-elemen komunikasi efektif adalah sebagai berikut:1. Sumber (source)2. Penerima (receiver)3. Pesan (message)4. Saluran (channel)
2.3 Manfaat Komunikasi dalam Kedokteran1) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis.2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik.3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya.
2.4 Pedoman Calgary CambridgeAda beberapa pedoman yang bisa digunakan dalam komunikasi dokter-pasien, yang paling banyak digunakan adalah pedoman komunikasi yang dibuat oleh tim dari Universitas Cambridge dan Universitas Calgary atau yang biasa disebut pedoman komunikasi Calgary Cambridge. Pedoman komunikasi Calgary Cambridge atau Calgary Cambridge Guide merupakan suatu pedoman komunikasi berbasis bukti yang dikembangkan oleh Tim dari Calgary University di Canada dan Cambridge University di Inggris. Pedoman komunikasi Calgary Cambridge menggambarkan dan mendefinisikan 71 keterampilan klinik dasar yang perlu digunakan dalam proses komunikasi dokter-pasien. Tujuan Calgary Cambridge Guide adalah untuk mengidentifikasi komponen keterampilan yang diperlukan dokter agar mampu melakukan konsultasi dengan baik. Komponen yang terdapatdi dalam Calgary Cambridge Guide diterapkan pada semua wawancara kedokteran: memulai wawancara, memberi informasi, membangun relasi, penjelasan dan perencanaan, serta menutup wawancara.
INITIATING THE SESSION
Establishing initial rapport
1.Greets patient and obtains patients name
2.Introduces self, role and nature of interview; obtains consent if necessary
3.Demonstrates respect and interest, attends to patients physical comfort
Identifying the reason(s) for the consultation
4.Identifies the patients problems or the issues that the patient wishes to address with appropriate opening question (e.g. What problems brought you to the hospital? or What would you like to discuss today? or What questions did you hope to get answered today?)
5.Listens attentively to the patients opening statement, without interrupting or directing patients response
6.Confirms list and screens for further problems (e.g. so thats headaches and tiredness; anything else?)
7.Negotiates agenda taking both patients and physicians needs into account
GATHERING INFORMATION
Exploration of patients problems
8.Encourages patient to tell the story of the problem(s) from when first started to the present in own words (clarifying reason for presenting now)
9.Uses open and closed questioning technique, appropriately moving from open to closed
10.Listens attentively, allowing patient to complete statements without interruption and leaving space for patient to think before answering or go on after pausing
11.Facilitates patient's responses verbally and nonverbally e.g. use of encouragement, silence, repetition, paraphrasing, interpretation
12.Picks up verbal and nonverbal cues (body language, speech, facial expression, affect); checks out and acknowledges as appropriate
13.Clarifies patients statements that are unclear or need amplification (e.g.Could you explain what you mean by light headed")
14.Periodically summarises to verify own understanding of what the patient has said; invites patient to correct interpretation or provide further information.
15.Uses concise, easily understood questions and comments, avoids or adequately explains jargon
16.Establishes dates and sequence of events
Additional skills for understanding the patients perspective
17.Actively determines and appropriately explores:
patients ideas (i.e. beliefs re cause)
patients concerns (i.e. worries) regarding each problem
patients expectations (i.e., goals, what help the patient had expected for each problem)
effects: how each problem affects the patients life
18.Encourages patient to express feelings
PROVIDING STRUCTURE
Making organisation overt
19.Summarises at the end of a specific line of inquiry to confirm understanding before moving on to the next section
20.Progresses from one section to another using signposting, transitionalstatements; includes rationale for next section
Attending to flow
21.Structures interview in logical sequence
22.Attends to timing and keeping interview on task
BUILDING RELATIONSHIP
Using appropriate non-verbal behaviour
23.Demonstrates appropriate nonverbal behaviour
eye contact, facial expression
posture, position & movement
vocal cues e.g. rate, volume, tone
24.If reads, writes notes or uses computer, does in a manner that does not interfere with dialogue or rapport
25.Demonstrates appropriate confidence
Developing rapport
26.Accepts legitimacy of patients views and feelings; is not judgmental
27.Uses empathy to communicate understanding and appreciation of the patients feelings or predicament; overtly acknowledges patient's views and feelings
28.Provides support: expresses concern, understanding, willingness to help;acknowledges coping efforts and appropriate self care; offers partnership
29.Deals sensitively with embarrassing and disturbing topics and physical pain, including when associated with physical examination
Involving the patient
30.Shares thinking with patient to encourage patients involvement (e.g. What Im thinking now is....)
31.Explains rationale for questions or parts of physical examination that could appear to be non-sequiturs
32.During physical examination, explains process, asks permission
EXPLANATION AND PLANNING
Providing the correct amount and type of information
33.Chunks and checks: gives information in manageable chunks, checks for understanding, uses patients response as a guide to how to proceed
34.Assesses patients starting point: asks for patients prior knowledge early on when giving information, discovers extent of patients wish for information
35.Asks patients what other information would be helpful e.g. aetiology, prognosis
36.Gives explanation at appropriate times: avoids giving advice, information or reassurance prematurely
Aiding accurate recall and understanding
37.Organises explanation: divides into discrete sections, develops a logical sequence
38.Uses explicit categorisation or signposting (e.g. There are three important things that I would like to discuss. 1st... Now, shall we move on to.)
39.Uses repetition and summarising to reinforce information
40.Uses concise, easily understood language, avoids or explains jargon
41.Uses visual methods of conveying information: diagrams, models, written information and instructions
42.Checks patients understanding of information given (or plans made): e.g. by asking patient to restate in own words; clarifies as necessary
Achieving a shared understanding: incorporating the patients perspective
43.Relates explanations to patients illness framework: to previously elicited ideas, concerns and expectations
44.Provides opportunities and encourages patient to contribute: to ask questions, seek clarification or express doubts; responds appropriately
45.Picks up verbal and non-verbal cues e.g. patients need to contribute information or ask questions, information overload, distress
46.Elicits patient's beliefs, reactions and feelings re information given, terms used; acknowledges and addresses where necessary
Planning: shared decision making
47.Shares own thinking as appropriate: ideas, thought processes, dilemmas
48.Involves patient by making suggestions rather than directives
49.Encourages patient to contribute their thoughts: ideas, suggestions and preferences
50.Negotiates a mutually acceptable plan
51.Offers choices: encourages patient to make choices and decisions to the level that they wish
52.Checks with patient if accepts plans, if concerns have been addressed
CLOSING THE SESSION
Forward planning
53.Contracts with patient re next steps for patient and physician
54.Safety nets, explaining possible unexpected outcomes, what to do if plan is not working, when and how to seek help
Ensuring appropriate point of closure
55.Summarises session briefly and clarifies plan of care
56.Final check that patient agrees and is comfortable with plan and asks if any corrections, questions or other items to discuss
OPTIONS IN EXPLANATION AND PLANNING (includes content)
IF discussing investigations and procedures
57.Provides clear information on procedures, eg, what patient might experience, how patient will be informed of results
58.Relates procedures to treatment plan: value, purpose
59.Encourages questions about and discussion of potential anxieties or negative outcomes
IF discussing opinion and significance of problem
60.Offers opinion of what is going on and names if possible
61.Reveals rationale for opinion
62.Explains causation, seriousness, expected outcome, short and long term consequences
63.Elicits patients beliefs, reactions, concerns re opinion
IF negotiating mutual plan of action
64.Discusses options eg, no action, investigation, medication or surgery, non-drug treatments (physiotherapy, walking aides, fluids, counselling, preventive measures)
65.Provides information on action or treatment offered name steps involved, how it works benefits and advantages possible side effects
66.Obtains patients view of need for action, perceived benefits, barriers, motivation
67.Accepts patients views, advocates alternative viewpoint as necessary
68.Elicits patients reactions and concerns about plans and treatments including acceptability
69.Takes patients lifestyle, beliefs, cultural background and abilities into consideration
70.Encourages patient to be involved in implementing plans, to take responsibility and be self-reliant
71.Asks about patient support systems, discusses other support available
Gambar 1.Kerangka Konsep Calgary Cambridge Guide6,7,8Dari diagram di atas bisa dilihat bahwa tahaptahap komunikasi dokter-pasien meliputi:a. Memulai wawancara (initiating the session)b. Mengumpulkan informasi (gathering information)c. Penjelasan dan Perencanaan (explanation and planning)d. Menutup wawancara (closing the session)
2.5 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien. Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter-pasien. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998). Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: - Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih. Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut: (1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician cognitive capacity to understand patients needs), (2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective sensitivity to patients feelings), (3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut: Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien Mengacuhkan pendapat pasien Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti Kalau stress ya, mengapa datang ke sini? Atau Ya, lebih baik operasi saja sekarang.
Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu A ha, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lain-lain
Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit Pasien, Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja Dokter, Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?
Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga
Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience) dengan pasien. Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
BAB IIIKESIMPULAN
1. Komunikasi efektif dokter-pasien adalah pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. 2. Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu. 3. Manfaat komunikasi dalam kedokteran, yaitu meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis, meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik, meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis, dan meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya.4. Pedoman komunikasi Calgary Cambridge atau Calgary Cambridge Guide merupakan suatu pedoman komunikasi berbasis bukti yang dikembangkan oleh Tim dari Calgary University di Canada dan Cambridge University di Inggris. Pedoman komunikasi Calgary Cambridge menggambarkan dan mendefinisikan 71 keterampilan klinik dasar yang perlu digunakan dalam proses komunikasi dokter-pasien.5. Tujuan Calgary Cambridge Guide adalah untuk mengidentifikasi komponen keterampilan yang diperlukan dokter agar mampu melakukan konsultasi dengan baik. Komponen yang terdapatdi dalam Calgary Cambridge Guide diterapkan pada semua wawancara kedokteran: memulai wawancara, memberi informasi, membangun relasi, penjelasan dan perencanaan, serta menutup wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Chant S, Jenkinson T, Randle J, Russell G, Webb C. Communication skills: some problems in nursing education and practice. Journal of Clinical Nursing. 2002;11(1):1221.Kurtz S, Silverman J, Draper J. Skills for communicating with patients. 2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing; 2005.Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999Tarigan HG. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa; 1996.Van Dalen J. Foreword in: Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teach-Ing And Learning Communication Skills In Medicine. 2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
16