translate gilut ginggival enlargment
DESCRIPTION
hbjnkkTRANSCRIPT
PEMBESARAN GINGIVA YANG BERHUBUNGAN DENGAN ERUPSI
PARSIAL MOLAR MANDIBULA
Catherine M. Flaitz, DDS, MS
Dr. Flaitz professor di bidang mulut dan maxilla patologi dan kedokteran gigi pada anak, Bagian
ilmu kesehatan gigi dan mulut, Universitas Texas bagian ilmu kesehatan gigi pusat cabang
Houston.Sesuai dengan Dr. Flaitz at [email protected]
Abstrak
Lesi odontogenik mungkin menunjukan pembesaran opercula bahkan penundaan erupsi gigi.
Laporan kasus ini menjelaskan bentuk klinik dan mikroskopis fibroma odontogenik perifer pada
anak laki-laki usia 13 tahun yang melibatkan gingiva pada erupsi parsial gigi molar ke dua
mandibular. Diagnosis banding dan terapi pada kasus ini menunjukan pembesaran pada bagian
daerah molar yang akan didiskusikan. (Pediatr Dent 23:435-437,2001)
Fibroma ondontogenik perifer (FOP) diartikan sebagai tumor yang sangat langka yang terjadi
secara ekslusif pada jaringan lunak yang meliputi bantalan gigi pada area rahang. Hal ini
dianggap mewakili jaringan lunak dari fibroma ondontogenik central yang mengenai tulang. Ada
kebingungan yang mengenai gingiva ini karena telah dibedakan menjadikan beberapa nama,
debat mengenai histogenesis, dan sering terjadi kesalahan pada lesi yang reaktif, yang disebut
peripheral ossifying fibroma. Pada kasus ini menjelaskan secara klinik dan mikroskopis dari
fibroma odontogenik perifer (FOP) pada remaja yang dikaitkan dengan erupsi yang tidak
sempurna pada molar mandibulla. Perbandingan ini adalah untuk membandingkan lesi gingival
yang lain dan yang mungkin terjadi, selain itu juga mendiskusikan tentang rekomendasi terapi.
Kasus
Seorang anak laki-laki Afro-Amerika dirujuk untuk dilakukan evaluasi di jaringan fibrous
yang tumbuh dan terjadi erupsi sebagian pada mandibulla di molar kedua. Sang anak tidak
menyadari terjadi pembesaran pada gingival, tetapi dia merasakan ada yang berbeda pada sisi
yang lain pada saat menelan makanan. Pemeriksaan dalam mulut mengungkapkan kubah yang
sangat dalam dan tajam pada bagian belakang lingual gingival dan retromolar. Pada tonjolan
tersebut tidak terdapat nyeri tekan, yang diliputi permukaan yang berwarna merah muda kebau-
abuan dan diukur dengan ukuran 1.5 cm sampai 2 cm yang merupakan dimensi yang besar.
Bagaimanapun juga tidak ada keluhan pada benjolan tersebut, ini menandakan bahwa
pembesaran operculum telah menunda terjadinya erupsi pada molar kedua di mandibula. Molar
kedua maxilla yang terjadi pembesaran akibat gigitan sehingga jaringan lunak menjadi tumbuh
lebih besar.
Pemeriksaan radiologi periapical menunjukkan perkembangan akar yang normal pada
molar kedua dengan adanya apeks yang terbuka. Bukti radiografi menunjukkan bahwa lesi pada
tulang alveolar tidak diobservasi dan tidak ada kekeruhan dengan massa jaringan lunak. Temuan
signifikan pada luar mulut ditemukan bahwa terdapat multiple hypertrophic scars dan keloid
pada lengan dan kaki. Berdasarkan pemeriksaan klinik ditemukan, pemeriksaan dengan
menggunakan biopsy sangat direkomendasikan untuk memperoleh diagnosis yang pasti dan
untuk mengetahui erupsi yang terjadi pada dasar molar.
Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan pembuluh darah dan sel fibrous yang saling
berhubungan dengan pita jaringan myxoid. Sel stromal bervariasi dari yang ukurannya ramping,
berbentuk silinder, sel yang gemuk, sel berbentuk oval dengan menyebar, multinukleat giant
cells. Bentuk epitel pada odontogenik telah tersebar dan dibawa sehingga terjadi hubungan antar
kedua jaringan. Beberapa dari bentuk ini memperlihatkan metaplasia sel skuamosa. Tidak ada
bukti yang mengkalsifikasi produk dalam stroma. Mukosa epitel terjadi otokeratosis epitel
skuamosa bertingkat-tingkat dengan epitel hyperplasia. Sebuah kronis infeksi yang terjadi
menginfiltrasi ditemukan di lamina propia. Sebuah diagnosis fibroma odontogenik perifer
diberikan berdasarkan pada temuan yang ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis.
Pemotongan pada gingival yang mengalami pertumbuhan berlebih diijinkan agar terjadi
erupsi gigi molar, meskipun penundaan erupsi sangan mungkin menyebabkan karies oklusal
(gambar 3). 10 bulan setelah tumor disingkirkan, tidak ada bukti akan terjadinya kekambuhan
lagi dan tidak ada lagi gigi tunggal yang tumbuh akibat gigitan.
Diskusi
POdF adalah tumor gingival yang jarang terjadi, yang secara histologis mirip dengan
fibroma odontogenik sentral yang ditemukan dalam tulang. Kontroversi yang ada, apakah lesi ini
merupakan neoplasma sejati, hamartoma, atau hiperplasia reaktif. Di masa lalu, banyak dari lesi
disebut sebagai hamartoma gingiva odontogenik epitelial, hamartoma dari sandaran lamina gigi
atau fibrodentinoma ameloblastic perifer. Rentang usia untuk lesi ini adalah luas, dengan contoh
termuda yang terjadi pada usia dua tahun. Hampir 20 persen dari kasus yang dilaporkan telah
didiagnosa pada anak di bawah usia 20, tapi mungkin nilai ini tidak bisa mewakili karena sebuah
opercula yang membesar tidak selalu diajukan untuk pemeriksaan histopatologi. Hanya sedikit
predileksi perempuan yang telah digambarkan tanpa peningkatan risiko berdasarkan ras atau
etnis.
Secara klinis, lesi ini muncul sebagai bentuk tak bertangkai, pembesaran yang melekat
kuat pada dasarnya, dengan permukaan, pink halus, mukosa non-ulserasi. Hal ini asimtomatik
dan perlahan-lahan membesar, mulai dari 0,5 cm sampai 3,5 cm. POdF ini ditemukan di seluruh
lengkung gigi dengan predileksi pada gingiva bukal mandibula. Meskipun pergantian gigi dapat
ditemukan terkait dengan hal tersebut, gangguan pada erupsi gigi bukan merupakan komplikasi
yang dijelaskan, seperti digambarkan dalam contoh ini. Biasanya, lesi soliter, varian klinis POdF
dengan distribusi multifokal telah dilaporkan. Pada radiografi, beberapa kasus menunjukkan
bayangan jaringan lunak dengan atau tanpa bintik-bintik pengapuran dan tidak ada ekstensi ke
dalam tulang yang mendasarinya. Eksisi bedah konservatif adalah terapi pilihan untuk POdF.
Meskipun prognosis sangat baik, perilaku entitas ini tidak didokumentasikan dengan baik.
Kecuali untuk penelitian terbaru, yang menunjukkan tingkat kekambuhan 38 persen dari follow
up yang tersedia, tingkat kekambuhan masih dianggap rendah. Biasanya, kekambuhan terjadi 1 -
4 tahun setelah operasi pengangkatan. Ketika terjadi kekambuhan pada tahun pertama, ada
kemungkinan hal tersebut menunjukan bahwa operasi pengangkatan lesi tidak sempurna.
Mikroskopis POdF menunjukan bentuk yang bervariasi, sehingga menimbulkan
kebingungan dalam diagnosa. Gambaran utama adalah adanya sarang dan beberapa helai epitel
odontogenik dalam stroma seluler dan fibrovascular yang sering diselingi area myxoid.
Displastik dentin dan kalsifikasi cementum seperti ditemukan di beberapa lesi, tapi ini bukan
temuan tetap. Sebuah gambaran yang tidak biasa dari kasus ini adalah beberapa sel stroma
berinti banyak yang aneh tersebar di seluruh tumor.
Sel-sel yang sama telah didiagnosis pada jaringan pericoronal dan opercula molar yang
menunjukkan penundaan erupsi tanpa alasan klinis atau radiografi yang jelas untuk temuan
abnormal ini.
Diferensial Diagnosis
Reaktif hiperplastik, hamartomatous, dan lesi neoplastik harus dipertimbangkan dalam
diferensial diagnosis dari tumor gingiva di daerah retromolar. Fokal hiperplasia fibroma (iritasi
fibroma), hamartoma pericoronal, peripheral ossifying fibroma dan, jarang, neoplasma
odontogenik perifer lainnya dapat berkembang di daerah ini. Pembesaran gingiva paling umum
yang melapisi sebuah molar adalah Fokal hiperplasia fibroma operkulum. Penyakit ini biasanya
berkembang di bagian distal atau sisa operkulum lingual, yang menempati cekungan erupsi
partial di molar mandibula. Biasanya muncul sebagai flap, yang menebal seperti segitiga gingiva
yang diperburuk oleh trauma karena pengunyahan tetap atau sequestrum eruption.
Sejumlah kecil jaringan hiperplasia tidak mungkin untuk berkontribusi pada erupsi yang
tertunda dari gigi molar, tetapi mungkin meningkatkan risiko operculitis akut, cacat periodontal
lokal, atau karies oklusal. Meskipun beberapa opercula membesar akhirnya terjadi regresi
spontan, recontouring gingiva mungkin diperlukan untuk meningkatkan pegendalian plak,
memungkinkan untuk penempatan sealant/pelapis, atau untuk memulihkan lesi karies.
Peripheral ossifying fibroma adalah lesi jinak di ginggiva yang timbul dari ligamentum
periodontal. Selain itu, pengaruh hormonal telah direkomendasikan karena kecenderungan
perempuan cukup kuat, bahkan pada anak.
Kebanyakan peripheral ossifying fibroma didiagnosis pada remaja dan dewasa muda dengan
kejadian puncak pada dekade kedua. Lesi ini muncul sebagai nodul sessile atau pedunkulata
dengan permukaan halus untuk cauliflowerlike yang berkisar dari warna merah muda menjadi
warna merah. Meskipun ulserasi fokal adalah penemuan yang umum, kebanyakan lesi tidak
nyeri tekan. Biasanya pembesaran melekat kuat kurang dari 2 cm dan berkembang di dalam
papilla interdental.
Iritasi lokal kronis seperti kalkulus, radang gusi, peralatan ortodontik, atau luka
nonspesifik adalah penyebab yang dicurigai pada anak. Meskipun setiap daerah gingiva mungkin
akan terpengaruh, lokasi gigi seri-gigi taring adalah lokasi favorit dengan kurang dari 10% lesi
terjadi di distal molar pertama permanen. Pemindahan gigi dan erosi superfisial tulang alveolar
yang mendasari temuan tambahan, tetapi gigi erupsi tertunda tidak diantisipasi. Eksisi Biopsi,
bersama dengan eliminisai faktor pencetus, adalah pengobatan pilihan. Tingkat kekambuhan
dilaporkan sekitar 16% dan contoh beberapa kejadian yang tidak biasa.
Hamartoma pericoronal adalah lesi di gingiva yang kurang dipahami yang berhubungan
dengan gigi impaksi. Tidak ada predileksi gender untuk lesi gingiva dan usia rata-rata diagnosis
tergantung pada lokasi lesi. Usia rata-rata kebanyakan anak adalah berusia antara 9 sampai 10
tahun dengan kisaran dari 4 sampai 17 tahun. Secara klinis, gingiva atas halus dan warna sama
dengan mukosa sekitarnya. Biasanya, jaringan lunak digambarkan secara klinis normal atau
menebal tanpa petunjuk radiografi untuk penyebab pola erupsi yang menyimpang.
Lokasi paling umum untuk hamartoma pericoronal untuk berkembang adalah di gigi seri
rahang atas dan daerah molar. Pengobatan pilihan adalah biopsi dari gingival atas untuk
mengekspos mahkota gigi. Meskipun penelitian yang terbatas tetapi telah mengevaluasi
prognosis dari gigi yang tidak erupsi, sebuah penelitian melaporkan erupsi normal setelah eksisi
pada gingiva adalah 95% dari gigi geraham yang terkena. Mikroskopis, ada kesamaan antara
pericoronal
hamartoma dan POdF, yang membuka kemungkinan bahwa dua penyakit ini mungkin
merupakan gejala klinis dari penyakit yang sama, terutama bila terjadi pada anak.