translate

Upload: fitria-wijayanti

Post on 07-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal matta

TRANSCRIPT

Efektivitas dan Faktor Yang Berhubungan dengan Pengobatan Suspensi Repabimide 2% Pada Dry EyeLatar BelakangDry eye atau mata kering merupakan masalah cukup penting dalam kesehatan masyarakat yang menyebabkan rasa tidak nyaman di mata, lelah dan gangguan penglihatan yang menganggu aktivitas sehari-hari. Pada International Dry Eye WorkShop menjelaskan bahwa dry eye merupakan penyakit multifaktorial karena gangguan produksi air mata dan tidak stabilnya film air mata, yang menimbulkan beberapa gejala yaitu rasa tidak nyaman di mata, cepat lelah, gangguan penglihatan. Hal tersebut dapat terjadi karena peningkatan osmolaritas film air mata dan adanya inflamasi pada permukaan mata. Berdasarkan data epidemiologi dari beberapa penelitian, didapatkan sekitar 7.8% atau 3.23 juta wanita di Amerika dan 4.7% atau 1.6 juta laki-laki dengan usia>50 tahun mengalami dry eye. Dry eye merupakan penyakit paling sering terjadi di daerah Asia, dimana 20-50% terjadi pada usia tua. Di Japan, diagnosis klinis dry eye dan severe dry eye pada wanita sekitar 12.5%. Dry eye juga merupakan masalah opthalmologi yang sering terjadi di Japan. Terdapat tiga lapisan film air mata (tear fim) , yaitu lapisan musin yang terletak pada permukaan mata, lapisan aqueous, dan yang terakhir adalah lapisan lipid. Gangguan lapisan tear film yang tidak stabil, dapat disebabkan karena munurunnya produksi air mata, berubahnya komposisi air mata dan inflamasi di permukaan mata. Kerusakan pada lapisan musin dapat memicu terjadinya dry eye. Tujuan dari pengobatan dry eye adalah meningkatka kualitas hidup pasien dengan membuat rasa nyaman didaerah mata, mengembalikan status homeostatis pada film air mata menjadi normal. Pada beberapa penelitian eksperimental, keamanan dengan menggunakan tetes mata diquafosol yang merangsang sekresi air dan lapisan musin seperti agonis purinergic reseptor P2Y2, terbukti memberikan dampak positif pada dry eye. Selain itu, rebamipide yang merupakan derivat quinolinone, merangsang sekresi musin dan suspensi ophtalmic rebamipide ( Mucosta ophtalmic suspensi UD2%, Otsuka Pharmaceutical Co, Tokyo, Japan) juga digunakan dalam pengobatan dry eye di Japan. Pengobatan denga suspensi ophtalmic rebamipide memberikan efek dengan peningkatkan sekresi musin di kornea dan konjungtiva, dimana keamanan dan efektivitasnya sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini, bertujuan untuk melakukan observasi beberapa kasus dry eye dengan suspensi ophtalmic rebamipide 2%. Evaluasi dilakukan pada minggu ke 2,4,8 an 12 untuk mengetahui efektivitas suspensi ophtalmic rebamipide beserta faktor yang berhubungan dalam perubahan gejala dan tanda dari dry eye.MetodePenelitian ini merupakan penelitian retrospektif. Populasi didapatkan dari semua pasien di Department of Ophthalmology at the Kobe University Hospital di Japan. Penelitian ini telah disetujui oleh Institutional Review Board of Kobe University Graduate School of Medicine yang berpedoman pada Declaration of Helsinki. Diagnosis dry eye didasarkan Diagnostic Criteria of the Dry Eye Research group in Japan.Pasien dengan tiga kriteria berikut, menunjukkan gejala dari dry eye, abnormalitas sekresi dari air mata dan kerusakan pada permukaan mata, dapat dikatakan mengalami dry-eye. Pasien dengan dua dari tiga kriteria diatas, dikatakan suspect dry eye. Dikatakan terdapat abnormalitas sekresi air mata, apabila pada Schirmers test menunjukkan 5mm, dan terjadi ketidakstabilan air mata apabila TBUT (Tear Break Up Time) 5mm. Kerusakan permukaan mata dapat terjadi, apabila Bijsterveld system score 3 poin. Pada penelitian ini, pasien yang memiliki 2 atau 3 kriteria diatas, dimaksukkan dalam penelitian. Kerusakan yang terjadi pada permukaan segmen anterior mata , dievaluasi setiap kunjungan dengan menggunakan pemeriksaan slit lamp. Sebagai tambahannya, FOS (fluorescein ocular surface staining) , TBUT, Schirmers test dan wawancara pada pasien sebagai hasil subjektif, juga dievaluasi setiap kali kunjungan.Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien dengan cicatrical keratokonjungtival disease, corneal hyposthesia, memiliki riwayat keratoplasty dan sedang menggunakan contact lense.

Karakteristik PasienDidapatkan 24 pasien dengan 48 mata dengan dry eye yang didata dari Januari 2012 sampai Juni 2012. Semua pasien tersebut mendapatkan suspensi ophtalmic rebamipide 2% dengan penggunaannya empat kali sehari dan di evaluasi selama 12 minggu. 13 pasien tidak melakukan pengobatan sampai selesai.

PenilaianPenilaian utamanya adalah dengan menggunakan FOS dan symptom score dry eye yang dinilai selama 12 minggu. Dalam penelitian ini, uji fluorescein menggunakan sebuah strip fluorescein ( fluorescein ocular examination test paper 0.7 mg) yang dibasahi dengan satu tetes saline. Pemeriksa menyisipkan strip tersebut di bawah palpebra pasien, di tepi strip tersebut. Kibaskan strip agar fluorescein dapat hilang. Berdasarkan Van Bijsterveld system , terdapat 3 zona yaitu nasal bulbar conjungtiva, temporal bulbar conjungtiva dan temporal. Setiap zona dinilaidari 0-3. Nilai 0 menendakan bahwa tidak ada pewarnaan pada zona tersebut, nilai 1 menunjukkan sedikit pewarnaan dibeberapa titik, nilai 2 menunjukkan banyak pewarnaan dibeberapa titil, dan nilai 3 menunjukkan semuanya terwarnai. Nilai maksimal adalah 9. Penilaian subjektif dengan dry eye symptom score yag dinilai menggunakan hasil wawancara, terdapat 11 prameter, yaitu merasa terdapat sesuatu yang ada di mata, photophobia, gata di mata, nyeri mata, terasa kering, pandangan kabur, mata terasa berat, cepat lelah, tidak nyaman, perubahan pada lakrimasi. Kemudian diberikan nilai 0-3. Nilai 0 menunjukkan tidak ada gejala, 1 menunjukkan gejala ringan, nilai 2 menunjukkan gejala sedang dan nilai 3 menunjukkan gejala berat. Uji TBUT dilakukan untuk menilai stabilitas lapisan tear film. Beberapa faktor yang beruhubungan dalam perubahan pada symptom score, fluorescein ocular surface dalam 12 minggu, gender, usia, fluorescein conjugtiva score, fluorescein corneal staining score, TBUT, Schirmers test, adanya syndrom sjorgen, penyakit auto imun, semuanya dinilai menggunakan regression analyses.

Analisis StatistikUji parameter dan nonparameter menggunakan Shapiro Wilk Test dan menentukan distribusi data sudah normal atau tidak. Analisis statistik menggunakan software MedCalc v.15.2.2. untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan, digukanan regression analysess, dan dikatakan bermakna apabila P value