transaksi derivatif
DESCRIPTION
gwret y 34TRANSCRIPT
![Page 1: Transaksi Derivatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf96eb550346d0338ea51c/html5/thumbnails/1.jpg)
Transaksi Derivatif
TRANSAKSI DERIVATIF INDOSAT APAKAH (BENAR) BERPOTENSI MERUGIKAN
NEGARA?
Oleh : Sigit Yugoharto
Dalam suatu rapat dengar pendapat yang dilakukan oleh Komisi XI DPR dengan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda
Goeltom, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Paskah Suzetta, dan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany di Jakarta pada hari Senin tanggal 4
Juni 2007.
Pada rapat tersebut disampaikan temuan oleh anggota Komisi XI DPR yang juga
Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad H Wibowo tentang transaksi
Indosat yang diduga berpotensial merugikan negara sebesar Rp 323 milyar yang diakibatkan
salah kelola atau mismanajemen dalam transaksi derivatif yang dilakukan pada tahun 2004-
2006.
Dradjad memaparkan dalam neraca konsolidasi, Indosat mencantumkan satu pos
yakni pos loss and change in fair value of derivatives-net yang pada tahun 2004 kerugiannya
Rp170,45 miliar, lalu turun menjadi Rp 44,21 miliar pada tahun 2005, Namun pada tahun
2006 kerugian transaksi derivatif diperkirakan meledak menjadi sekitar Rp 438 miliar.
Dradjad meminta pandangannya itu ditindak lanjuti Komisi XI, Departemen
Keuangan, Dirjen Pajak, Bapepam-LK dan Kementerian Negara BUMN. Menurut Dradjad
kasus kerugian transaksi derivatif yang luar biasa ini merupakan skandal keuangan yang
sangat memprihatinkan, apalagi kalau dilihat dari kondisi makro ekonomi telah membaik,
pasar keuangan membaik, bagaimana mungkin perusahaan sebesar Indosat bisa mengalami
kerugian derivatif yang sedemikian besar.
![Page 2: Transaksi Derivatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf96eb550346d0338ea51c/html5/thumbnails/2.jpg)
Dradjad menekankan dalam melakukan transaksi derivatif tersebut, Indosat tentunya
memiliki pasangan, pihak yang berwenang hendaknya memeriksa ABN AMRO, Barcleys,
Goldman Sachs, JP Morgan. Ini harus dilihat , “apakah kerugian tersebut merupakan
kesengajaan atau kelalaian” ujarnya
Sedangkan Kepala Divisi Humas Indosat Adita Irawati mengatakan laporan keuangan
tahun 2004 sampai tahun 2006 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Ernst & Young.
Laporan Keuangan tersebut telah diaudit secara transparan dan sudah diterima oleh
pemegang saham melalui mekanisme rapat umum pemegang saham (RUPS) ditahun-tahun
yang bersangkutan kata Adita. Adita mengatakan, Indosat memang memiliki hutang dalam
dollar AS. Untuk melindungi pinjaman tersebut perusahaan memiliki kebijakan melakukan
hedging atau lindung nilai tanpa melakukan spekulasi terhadap fluktuasi rupiah. Dampak
dari hedging ini sebagian besar adalah non tunai yang dibukukan dalam laporan keuangan ,
katanya (Kompas, 5 Juni 2007)
SEJARAH PRIVATISASI INDOSAT
Melihat kasus yang selalu terjadi di tubuh Indosat dapat diibaratkan bagaikan
melihat puncak gunung es dalam suatu lautan lepas. Terlihat kecil namun ternyata
menyimpan permasalahan yang sangat kompleks, hal ini dapat dirunut sejak adanya
rencana dilepasnya saham Indosat kepihak asing semenjak jaman Laksamana Sukardi
menjadi Menteri Negara BUMN hingga setelah pelepasan saham Indosat kepada .
Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT ).
Dibawah ini terdapat beberapa headline surat kabar yang memuat
permasalahan yang melanda Indosat :
1. Koran Tempo 3 Juli 2002, dengan headlinenya ”Bapepam siap limpahkan kasus
Indosat ke Kejaksaan Agung”, permasalahan, adanya dugaan penyesatan informasi
yang dilakukan oleh manajemen lama BUMN tersebut terkait proses penjualan
saham Indosat milik pemerintah pada tanggal 16 Mei 2002. Bapepam selaku
lembaga regulator telah melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti
untuk dilimpahkan ke Kejaksaan Agung.
2. Berita “Pembaharuan” edisi Kamis, 2 Januari 2003, “Laksamana Sukardi selaku
Menneg BUMN diserang habis habisan oleh politisi, pakar, dan juga media massa
dengan adanya privatisasi BUMN”. Intisari dari berita tersebut adalah berisi
![Page 3: Transaksi Derivatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf96eb550346d0338ea51c/html5/thumbnails/3.jpg)
pembelaan Laksamana yang mengatakan privatisasi telah dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. DetikInet, Rabu 6 April 2006, ”Kejagung Rahasiakan Ekspose Kasus Indosat”. Isi
dari berita tersebut Kejagung telah menggelar ekspose kasus divestasi Indosat
dengan melakukan pemanggilan kepada anggota DPD Marwan Batubara. Namun,
Kejagung belum bersedia memberikan penjelasan hasilnya karena masih dalam
proses penyelidikan.
4. Kompas, 5 Juni 2007, “Transaksi Derivatif Indosat diduga merugikan Negara
sebesar Rp323 Miliar “. Anggota komisi XI DPR Dradjat H Wibowo menyampaikan
temuannya tentang adanya transaksi derivatif Indosat yang berpotensi merugikan
negara sebesar Rp323 miliar, untuk itu Dradjad menghimbau agar temuannya
tersebut ditindak lanjuti Komisi XI, Departemen Keuangan, Dirjen Pajak, Bapepam-LK
dan Kementerian Negara BUMN.
PERMASALAHAN YANG MELANDA INDOSAT SEJAK 1999-2007
Secara garis besar permasalahan yang melanda Indosat sejak tahun 1999 -2007 adalah
sebagian berikut :
a. Penjualan saham Indosat sebanyak 41,94 persenkepada pihak asing
yaitu Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT ) dipermasalahkan kalangan
politisi di Senayan, karena dianggap menjual perusahaan yang melayani kepentingan
publik kepada pihak asing. Sehingga tidak mengakomodasi kepentingan rakyat
banyak seperti yang diamanatkan dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 33 ayat (2)
”Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara”.
b. Transaksi derivatif yang dilakukan Indosat sejak tahun 2004 sampai dengan 2006
dianggap berpotensi merugikan sebesar Rp323 M oleh kalangan politisasi Senayan
sehingga diharapkan ada tindak lanjut yang dilakukan oleh pemerintah atas temuan
tersebut.
PERMASALAHAN DILIHAT DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG
Dari pemaparan diatas yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut sebenarnya dapat
dilihat bahwa permasalahan yang timbul sekarang walaupun terlihat tidak berhubungan
![Page 4: Transaksi Derivatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf96eb550346d0338ea51c/html5/thumbnails/4.jpg)
langsung dengan kasus masa lalu, kalau kita cermati sebenarnya terdapat benang merah yang
saling berkaitan. Salahsatunya adalah ketidakpercayaan politisi Senayan dengan moral
hazard manajemen Indosat saat ini. Mengurai masalah yang terjadi diatas kita dapat melihat
dari berbagai sudut pandang yaitu :
c. Sudut pandang Politik
d. Sudut pandang Makro Ekonomi
e. Sudut pandang Teknik Audit
Dari berbagai sudut pandang tersebut , penulis mencoba untuk menguraikan satu demi satu :
a. Sudut pandang Politik
Sebagai salahsatu perusahaan telekomunikasi yang terbesar di Indonesia, sepak
terjang Indosat yang memiliki jutaan pelanggan tersebut selalu menjadi sorotan kalangan
politisi dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap Indosat. Karena
sudah menjadi rahasia umum, BUMN adalah “sapi perah” bagi partai politik (Tajuk
rencana “Pembaharuan” edisi Jumat, 3 Januari 2003).
Namun karena Indosat bukan lagi mutlak menjadi BUMN milik pemerintah, mengacu
pada kepentingan politik tersebut, , menurut asumsi penulis, politikus tersebut sedang
melakukan marketing politik ( Firmansyah ; 2007) dimana politikus mwngungkap temuan
kepada masyarakat melalui media massa untuk menancapkan image kepada masyarakat
pemilihnya bahwa politikus tersebut telah berjuang sesuai dengan amanat rakyat yang
diwakilinya. terkait kasus yang melanda Indosat.
Marketing politik ini mengatakan bahwa dengan dijualnya Indosat kepihak asing akan
merugikan pemerintah Indonesia, karena adanya kemungkinan Manajemen Baru Indosat
tidak jujur terhadap pemerintah dalam hal pembayaran deviden dan pajak.
Ketidakpercayaan politisi Senayan ini diungkapkan dengan adanya kalimat “apakah
kerugian tersebut merupakan kesengajaan atau kelalaian”.
b. Sudut pandang Makro Ekonomi dan Fiskal
Sebagai pemegang saham yang bukan mayoritas yakni 14,29%, pemerintah RI tidak
lagi memiliki kendali atas manajemen secara mayoritas, karena kendali secara mayoritas
dimiliki apabila mempunyai saham minimal 51 %, meskipun tidak lagi memiliki kendali
![Page 5: Transaksi Derivatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf96eb550346d0338ea51c/html5/thumbnails/5.jpg)
manajemen secara mayoritas namun pemerintah Indonesia masih memiliki power sebagai
regulator dibidang frekuensi dan pajak. Sebagai regulator dibidang frekuensi dan pajak
inilah peran serta pemerintah harus lebih ditingkatkan untuk memperoleh pendapatan
guna membiayai APBN.
Kebijakan dibidang pengendalian makro adalah kebijakan fiskal, kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter adalah dua sejoli yang merupakan alat utama bagi perencanaan
ekonomi nasional. (Budiono ; 1992). Lewat sudut pandang makro ekonomi tersebut
Dradjad H Wibowo meminta pemerintah cq Menteri Keuangan, Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), dan Ketua Bappepam untuk menindak lanjuti temuannya.
c. Sudut pandang Teknik Audit
Mencuplik kalimat yang dikemukakan oleh Kepala Divisi Humas Indosat Adita
Irawati bahwa ”Laporan keuangan Indosat tahun 2004 sampai tahun 2006 telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik Ernst & Young secara transparan dan sudah diterima oleh
pemegang saham melalui mekanisme rapat umum pemegang saham (RUPS) ditahun-
tahun yang bersangkutan ”.
Dari kalimat yang diucapkan oleh Kadiv Humas Indosat mengandung arti secara
implisit seolah olah membebankan tanggung jawab atas kewajaran isi laporan keuangan
tersebut kepada Kantor Akuntan Publik (KAP). Sedangkan menurut pemahaman auditor
pada umumnya walaupun telah diaudit oleh KAP dan mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) isi dari laporan keuangan menjadi tanggungjawab dari manajemen
bukan tanggung jawab akuntan.
Walaupun telah dilakukan audit dengan opini WTP tidak menjamin 100% bahwa
laporan keuangan telah benar-benar menyajikan semua hal yang material, bisa saja data
yang diberikan kepada auditor (akuntan) tidak seluruhnya mencerminkan hasil
operasional pada tahun tersebut, pendek kata apabila ada sesuatu yang disembunyikan
oleh manajemen auditor tidak bisa mengungkapkannya.
![Page 6: Transaksi Derivatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf96eb550346d0338ea51c/html5/thumbnails/6.jpg)
Akuntan hanya bertanggungjawab terhadap opini yang telah ditulisnya berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukannya. Dalam buku ”Pemeriksaan Akuntan” (Mulyadi ;
1992) mengatakan :
Akuntan memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah melakukan
pemeriksaan terhadapnya.
Obyek yang diperiksa akuntan bukanlah catatan akuntansi melainkan laporan
keuangan kliennya yang meliputi neraca, laporan L/R, Laporan laba yang ditahan, dan
perubahan laporan posisi keuangan.
Tanggung jawab atas laporan keuangan bukanlah ditangan akuntan melainkan
ditangan manajemen.
Sehingga laporan keuangan tersebut apakah benar-benar transparan atau tidak kiranya
tergantung terhadapmoral hazard dari manajemen PT Indosat dan apakah kerugian dari
transaksi derivatif ini disebabkan karena kelalaian atau upaya yang disengaja untuk
menghindari pajak seperti yang dituduhkan oleh Dradjad H Wibowo.
PENUTUP
Akhirnya penulis mencoba untuk menyimpulkan dari kasus yang terjadi diatas adalah
sebagai berikut :
1. Privatisasi menyebabkan perusahaan yang dijual kepada pihak asing selalu diributkan oleh
politisi Senayan karena adanya konflik kepentingan.
2. Pengawasan yang kurang oleh lembaga yang terkait yaitu Bappepam-LK , Departemen
Keuangan cq Dirjen Pajak terhadap Indosat menjadikan kasus yang terjadi tersebut tidak
diketahui sejak awal dan penyelesaian menjadi berlarut-larut.
3. Manajemen Indosat menganggap transaksi yang terjadi tersebut tidak bermasalah karena
telah diaudit secara transparan oleh KAP Ernst & Young dan telah diterima dalam RUPS
Indosat dalam tahun yang bersangkutan (2004-2006).
Berdasarkan hasil pembahasan diatas akhirnya penulis kembalikan kepada pembaca
kiranya mau melihat permasalah tersebut dari sudut pandang mana, dan untuk mengetahui
masalah tersebut, apakah benar-benar merugikan keuangan negara, perlu diadakan periksaan
dan penyelidikan lebih lanjut dari lembaga -lembaga yang berwenang seperti Bapeppam-
![Page 7: Transaksi Derivatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083009/55cf96eb550346d0338ea51c/html5/thumbnails/7.jpg)
LK , Dirjen Pajak, danKejaksaan Agung, oleh karena itu mari kita tunggu bersama-sama
follow up dari lembaga yang terkait tersebut.