transaksi derivatif

8
Transaksi Derivatif TRANSAKSI DERIVATIF INDOSAT APAKAH (BENAR) BERPOTENSI MERUGIKAN NEGARA? Oleh : Sigit Yugoharto Dalam suatu rapat dengar pendapat yang dilakukan oleh Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Paskah Suzetta, dan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany di Jakarta pada hari Senin tanggal 4 Juni 2007. Pada rapat tersebut disampaikan temuan oleh anggota Komisi XI DPR yang juga Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad H Wibowo tentang transaksi Indosat yang diduga berpotensial merugikan negara sebesar Rp 323 milyar yang diakibatkan salah kelola atau mismanajemen dalam transaksi derivatif yang dilakukan pada tahun 2004-2006. Dradjad memaparkan dalam neraca konsolidasi, Indosat mencantumkan satu pos yakni pos loss and change in fair value of derivatives-net yang pada tahun 2004 kerugiannya Rp170,45 miliar, lalu turun menjadi Rp 44,21 miliar pada tahun 2005, Namun pada tahun 2006 kerugian transaksi derivatif diperkirakan meledak menjadi sekitar Rp 438 miliar. Dradjad meminta pandangannya itu ditindak lanjuti Komisi XI, Departemen Keuangan, Dirjen Pajak, Bapepam-LK dan

Upload: addri-maulana

Post on 19-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gwret y 34

TRANSCRIPT

Page 1: Transaksi Derivatif

Transaksi Derivatif

TRANSAKSI DERIVATIF INDOSAT APAKAH (BENAR) BERPOTENSI MERUGIKAN

NEGARA?

Oleh : Sigit Yugoharto

Dalam suatu rapat dengar pendapat yang dilakukan oleh Komisi XI DPR dengan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda

Goeltom, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) Paskah Suzetta, dan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany di Jakarta pada hari Senin tanggal 4

Juni 2007.

Pada rapat tersebut disampaikan temuan oleh anggota Komisi XI DPR yang juga

Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad H Wibowo tentang transaksi

Indosat yang diduga berpotensial merugikan negara sebesar Rp 323 milyar yang diakibatkan

salah kelola atau mismanajemen dalam transaksi derivatif yang dilakukan pada tahun 2004-

2006.

Dradjad memaparkan dalam neraca konsolidasi, Indosat mencantumkan satu pos

yakni pos loss and change in fair value of derivatives-net yang pada tahun 2004 kerugiannya

Rp170,45 miliar, lalu turun menjadi Rp 44,21 miliar pada tahun 2005, Namun pada tahun

2006 kerugian transaksi derivatif diperkirakan meledak menjadi sekitar Rp 438 miliar.

Dradjad meminta pandangannya itu ditindak lanjuti Komisi XI, Departemen

Keuangan, Dirjen Pajak, Bapepam-LK dan Kementerian Negara BUMN. Menurut Dradjad

kasus kerugian transaksi derivatif yang luar biasa ini merupakan skandal keuangan yang

sangat memprihatinkan, apalagi kalau dilihat dari kondisi makro ekonomi telah membaik,

pasar keuangan membaik, bagaimana mungkin perusahaan sebesar Indosat bisa mengalami

kerugian derivatif yang sedemikian besar.

Page 2: Transaksi Derivatif

Dradjad menekankan dalam melakukan transaksi derivatif tersebut, Indosat tentunya

memiliki pasangan, pihak yang berwenang hendaknya memeriksa ABN AMRO, Barcleys,

Goldman Sachs, JP Morgan. Ini harus dilihat , “apakah kerugian tersebut merupakan

kesengajaan atau kelalaian” ujarnya

Sedangkan Kepala Divisi Humas Indosat Adita Irawati mengatakan laporan keuangan

tahun 2004 sampai tahun 2006 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Ernst & Young.

Laporan Keuangan tersebut telah diaudit secara transparan dan sudah diterima oleh

pemegang saham melalui mekanisme rapat umum pemegang saham (RUPS) ditahun-tahun

yang bersangkutan kata Adita. Adita mengatakan, Indosat memang memiliki hutang dalam

dollar AS. Untuk melindungi pinjaman tersebut perusahaan memiliki kebijakan melakukan

hedging atau lindung nilai tanpa melakukan spekulasi terhadap fluktuasi rupiah. Dampak

dari hedging ini sebagian besar adalah non tunai yang dibukukan dalam laporan keuangan ,

katanya (Kompas, 5 Juni 2007)

SEJARAH PRIVATISASI INDOSAT

Melihat kasus yang selalu terjadi di tubuh Indosat dapat diibaratkan bagaikan

melihat puncak gunung es dalam suatu lautan lepas. Terlihat kecil namun ternyata

menyimpan permasalahan yang sangat kompleks, hal ini dapat dirunut sejak adanya

rencana dilepasnya saham Indosat kepihak asing semenjak jaman Laksamana Sukardi

menjadi Menteri Negara BUMN hingga setelah pelepasan saham Indosat kepada .

Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT ).

Dibawah ini terdapat beberapa headline surat kabar yang memuat

permasalahan yang melanda Indosat :

1. Koran Tempo 3 Juli 2002, dengan headlinenya ”Bapepam siap limpahkan kasus

Indosat ke Kejaksaan Agung”, permasalahan, adanya dugaan penyesatan informasi

yang dilakukan oleh manajemen lama BUMN tersebut terkait proses penjualan

saham Indosat milik pemerintah pada tanggal 16 Mei 2002. Bapepam selaku

lembaga regulator telah melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti

untuk dilimpahkan ke Kejaksaan Agung.

2. Berita “Pembaharuan” edisi Kamis, 2 Januari 2003, “Laksamana Sukardi selaku

Menneg BUMN diserang habis habisan oleh politisi, pakar, dan juga media massa

dengan adanya privatisasi BUMN”. Intisari dari berita tersebut adalah berisi

Page 3: Transaksi Derivatif

pembelaan Laksamana yang mengatakan privatisasi telah dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

3. DetikInet, Rabu 6 April 2006, ”Kejagung Rahasiakan Ekspose Kasus Indosat”. Isi

dari berita tersebut Kejagung telah menggelar ekspose kasus divestasi Indosat

dengan melakukan pemanggilan kepada anggota DPD Marwan Batubara. Namun,

Kejagung belum bersedia memberikan penjelasan hasilnya karena masih dalam

proses penyelidikan.

4. Kompas, 5 Juni 2007, “Transaksi Derivatif Indosat diduga merugikan Negara

sebesar Rp323 Miliar “. Anggota komisi XI DPR Dradjat H Wibowo menyampaikan

temuannya tentang adanya transaksi derivatif Indosat yang berpotensi merugikan

negara sebesar Rp323 miliar, untuk itu Dradjad menghimbau agar temuannya

tersebut ditindak lanjuti Komisi XI, Departemen Keuangan, Dirjen Pajak, Bapepam-LK

dan Kementerian Negara BUMN.

PERMASALAHAN YANG MELANDA INDOSAT SEJAK 1999-2007

Secara garis besar permasalahan yang melanda Indosat sejak tahun 1999 -2007 adalah

sebagian berikut :

a. Penjualan saham Indosat sebanyak 41,94 persenkepada pihak asing

yaitu Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT ) dipermasalahkan kalangan

politisi di Senayan, karena dianggap menjual perusahaan yang melayani kepentingan

publik kepada pihak asing. Sehingga tidak mengakomodasi kepentingan rakyat

banyak seperti yang diamanatkan dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 33 ayat (2)

”Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara”.

b. Transaksi derivatif yang dilakukan Indosat sejak tahun 2004 sampai dengan 2006

dianggap berpotensi merugikan sebesar Rp323 M oleh kalangan politisasi Senayan

sehingga diharapkan ada tindak lanjut yang dilakukan oleh pemerintah atas temuan

tersebut.

PERMASALAHAN DILIHAT DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG

Dari pemaparan diatas yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut sebenarnya dapat

dilihat bahwa permasalahan yang timbul sekarang walaupun terlihat tidak berhubungan

Page 4: Transaksi Derivatif

langsung dengan kasus masa lalu, kalau kita cermati sebenarnya terdapat benang merah yang

saling berkaitan. Salahsatunya adalah ketidakpercayaan politisi Senayan dengan moral

hazard manajemen Indosat saat ini. Mengurai masalah yang terjadi diatas kita dapat melihat

dari berbagai sudut pandang yaitu :

c. Sudut pandang Politik

d. Sudut pandang Makro Ekonomi

e. Sudut pandang Teknik Audit

Dari berbagai sudut pandang tersebut , penulis mencoba untuk menguraikan satu demi satu :

a. Sudut pandang Politik

Sebagai salahsatu perusahaan telekomunikasi yang terbesar di Indonesia, sepak

terjang Indosat yang memiliki jutaan pelanggan tersebut selalu menjadi sorotan kalangan

politisi dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap Indosat. Karena

sudah menjadi rahasia umum, BUMN adalah “sapi perah” bagi partai politik (Tajuk

rencana “Pembaharuan” edisi Jumat, 3 Januari 2003).

Namun karena Indosat bukan lagi mutlak menjadi BUMN milik pemerintah, mengacu

pada kepentingan politik tersebut, , menurut asumsi penulis, politikus tersebut sedang

melakukan marketing politik ( Firmansyah ; 2007) dimana politikus mwngungkap temuan

kepada masyarakat melalui media massa untuk menancapkan image kepada masyarakat

pemilihnya bahwa politikus tersebut telah berjuang sesuai dengan amanat rakyat yang

diwakilinya. terkait kasus yang melanda Indosat.

Marketing politik ini mengatakan bahwa dengan dijualnya Indosat kepihak asing akan

merugikan pemerintah Indonesia, karena adanya kemungkinan Manajemen Baru Indosat

tidak jujur terhadap pemerintah dalam hal pembayaran deviden dan pajak.

Ketidakpercayaan politisi Senayan ini diungkapkan dengan adanya kalimat “apakah

kerugian tersebut merupakan kesengajaan atau kelalaian”.

b. Sudut pandang Makro Ekonomi dan Fiskal

Sebagai pemegang saham yang bukan mayoritas yakni 14,29%, pemerintah RI tidak

lagi memiliki kendali atas manajemen secara mayoritas, karena kendali secara mayoritas

dimiliki apabila mempunyai saham minimal 51 %, meskipun tidak lagi memiliki kendali

Page 5: Transaksi Derivatif

manajemen secara mayoritas namun pemerintah Indonesia masih memiliki power sebagai

regulator dibidang frekuensi dan pajak. Sebagai regulator dibidang frekuensi dan pajak

inilah peran serta pemerintah harus lebih ditingkatkan untuk memperoleh pendapatan

guna membiayai APBN.

Kebijakan dibidang pengendalian makro adalah kebijakan fiskal, kebijakan fiskal dan

kebijakan moneter adalah dua sejoli yang merupakan alat utama bagi perencanaan

ekonomi nasional. (Budiono ; 1992). Lewat sudut pandang makro ekonomi tersebut

Dradjad H Wibowo meminta pemerintah cq Menteri Keuangan, Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas), dan Ketua Bappepam untuk menindak lanjuti temuannya.

c. Sudut pandang Teknik Audit

Mencuplik kalimat yang dikemukakan oleh Kepala Divisi Humas Indosat Adita

Irawati bahwa ”Laporan keuangan Indosat tahun 2004 sampai tahun 2006 telah diaudit

oleh Kantor Akuntan Publik Ernst & Young secara transparan dan sudah diterima oleh

pemegang saham melalui mekanisme rapat umum pemegang saham (RUPS) ditahun-

tahun yang bersangkutan ”.

Dari kalimat yang diucapkan oleh Kadiv Humas Indosat mengandung arti secara

implisit seolah olah membebankan tanggung jawab atas kewajaran isi laporan keuangan

tersebut kepada Kantor Akuntan Publik (KAP). Sedangkan menurut pemahaman auditor

pada umumnya walaupun telah diaudit oleh KAP dan mendapatkan opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) isi dari laporan keuangan menjadi tanggungjawab dari manajemen

bukan tanggung jawab akuntan.

Walaupun telah dilakukan audit dengan opini WTP tidak menjamin 100% bahwa

laporan keuangan telah benar-benar menyajikan semua hal yang material, bisa saja data

yang diberikan kepada auditor (akuntan) tidak seluruhnya mencerminkan hasil

operasional pada tahun tersebut, pendek kata apabila ada sesuatu yang disembunyikan

oleh manajemen auditor tidak bisa mengungkapkannya.

Page 6: Transaksi Derivatif

Akuntan hanya bertanggungjawab terhadap opini yang telah ditulisnya berdasarkan

pemeriksaan yang telah dilakukannya. Dalam buku ”Pemeriksaan Akuntan” (Mulyadi ;

1992) mengatakan :

Akuntan memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah melakukan

pemeriksaan terhadapnya.

Obyek yang diperiksa akuntan bukanlah catatan akuntansi melainkan laporan

keuangan kliennya yang meliputi neraca, laporan L/R, Laporan laba yang ditahan, dan

perubahan laporan posisi keuangan.

Tanggung jawab atas laporan keuangan bukanlah ditangan akuntan melainkan

ditangan manajemen.

Sehingga laporan keuangan tersebut apakah benar-benar transparan atau tidak kiranya

tergantung terhadapmoral hazard dari manajemen PT Indosat dan apakah kerugian dari

transaksi derivatif ini disebabkan karena kelalaian atau upaya yang disengaja untuk

menghindari pajak seperti yang dituduhkan oleh Dradjad H Wibowo.

PENUTUP

Akhirnya penulis mencoba untuk menyimpulkan dari kasus yang terjadi diatas adalah

sebagai berikut :

1. Privatisasi menyebabkan perusahaan yang dijual kepada pihak asing selalu diributkan oleh

politisi Senayan karena adanya konflik kepentingan.

2. Pengawasan yang kurang oleh lembaga yang terkait yaitu Bappepam-LK , Departemen

Keuangan cq Dirjen Pajak terhadap Indosat menjadikan kasus yang terjadi tersebut tidak

diketahui sejak awal dan penyelesaian menjadi berlarut-larut.

3. Manajemen Indosat menganggap transaksi yang terjadi tersebut tidak bermasalah karena

telah diaudit secara transparan oleh KAP Ernst & Young dan telah diterima dalam RUPS

Indosat dalam tahun yang bersangkutan (2004-2006).

Berdasarkan hasil pembahasan diatas akhirnya penulis kembalikan kepada pembaca

kiranya mau melihat permasalah tersebut dari sudut pandang mana, dan untuk mengetahui

masalah tersebut, apakah benar-benar merugikan keuangan negara, perlu diadakan periksaan

dan penyelidikan lebih lanjut dari lembaga -lembaga yang berwenang seperti Bapeppam-

Page 7: Transaksi Derivatif

LK , Dirjen Pajak, danKejaksaan Agung, oleh karena itu mari kita tunggu bersama-sama

follow up dari lembaga yang terkait tersebut.