tragedi latar belakang peristiwa jambo...

2
Akhirnya sekitar pukul 11.00 WIB, TNI meninggalkan desa Jambo Keupok. Warga yang tersisa mulai keluar dan mencari mayat-mayat korban untuk dikebumikan dalam satu liang lahat. Pasca peristiwa traumatik tersebut warga memilih mengungsi ke Masjid Istiqomah selama 44 hari, sebagian ada pula yang mengungsi ke rumah saudara dan kerabat di desa sekitar. Malang, negara nampaknya sama sekali tidak berempati pada para korban. Tidak ada kunjungan dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk para korban selama di pengungsian. Makanan dan bahan-bahan pokok lain mereka peroleh dari bantuan warga sekitar pengungsian. “16 Korban ditembak dan dibakar hidup-hidup di Jambo Keupok.” Tragedi Jambo Keupok Merawat Ingatan Menuntut Keadilan Situasi Desa Jambo Keupok semakin memanas. 16 Mei 2003 malam warga mendengar suara tembakan di lapangan Bakongan yang berada di depan pos militer. Warga menganggap ini sebagai pertanda akan segera dilancarkannya sebuah operasi oleh TNI di daerah mereka. Benar saja, tak lama berselang terdengar suara iring-iringan truk reo TNI mulai memasuki Jalan Simpang Raja melintasi desa-desa menuju Jambo Keupok. Keesokan harinya sekitar pukul 07.00 WIB tiga truk reo yang mengangkut ratusan personel gabungan PARAKO (ParaKomando) dan SGI (Satuan Gabungan Intelijen) bersenjata lengkap yang bermarkas di pos Simpang Raja telah terparkir di Jambo Keupok. Satu truk berada di dekat Gunung Batu, dua lainnya berada di Sekolah Dasar Negeri Jambo Keupok dan simpang irigasi. Sang informan, Abdul Jalil,turut serta dalam rombongan TNI. TNI bergerak cepat memasuki rumah-rumah warga. Sambil menodongkan senjata, memukul dan menendang, mereka memaksa penghuni rumah baik laki-laki, perempuan, dewasa maupun anak-anak untuk keluar dan berkumpul di halaman rumah milik seorang warga bernama Suma. Warga laki-laki dibariskan dan diinterogasi satu-persatu mengenai keberadaan anggota GAM. Abu Salam (Ule Balang GAM/Bupati GAM), Zaitun (Kapolres GAM) dan Alis (komandan operasi GAM) yang dicari-cari oleh TNI sejatinya telah lama lari dan bersembunyi di gunung. Warga benar-benar tidak memiliki petunjuk mengenai keberadaan para anggota GAM tersebut. Namun nampaknya para personel TNI sudah kesetanan, jawaban apapun yang diberikan oleh warga tetap dihadiahi bogem dan popor senjata. Bahkan warga dipaksa mengaku sebagai anggota GAM. Kasturi dan istri juga dipukul hingga tersungkur ke tanah. Seorang tentara lalu menembakkan senjatanya ke arah tanah dan mendarat tepat di dekat kaki Zulaekha. Serpihan peluru yang mengenai kaki Zulaekha menyebabkan lebam di area lutut hingga ujung kaki. Tak kuasa menahan sakit, Zulaekha pun jatuh pingsan. Sedangkan nasib Kasturi lebih tragis, ia ditembak di kaki kiri dan kepalanya hingga tewas. Kasturi adalah korban tewas kedua akibat kebiadaban TNI di Desa Jambo Keupok. Tak cukup sampai di situ, TNI juga membakar rumah Kasturi. Harta benda di dalamnya yang berwujud 45 mayam emas (1mayam=3,3gram), minyak nilam, biji pinang, motor, sepeda, onderdil motor dan barang-barang lainnya turut ludes menjadi abu. Selain menanggung sakit di leher, kini Nurhayati (anak mereka) harus menerima nasib menjadi yatim dan tidak memiliki rumah. Pada tahun 2001-2002 Desa Jambo Keupok termasuk salah satu daerah basis GAM. Kala itu negara masih merespons GAM secara represif. Salah satu anggota GAM, Abdul Saleh, pada tahun 2002 ditembak mati oleh TNI atas bantuan dari seorang informan sipil bernama Guntur. Adalah Jambo Keupok, sebuah desa yang secara administratif membawahi empat dusun yakni: Keude Tuha(SukaDamai), Hilir, Seneubok Pareh, dan Tengah. Nama Jambo Keupok memang memiliki peran dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Seorang warga yang sedang berjalan bernama Budiman pun tak luput dari kebengisan TNI. Ia dipanggil, kemudian ditelanjangi dan disuruh berjoget. Lalu seorang tentara memasukkan moncong senjata ke rongga mulut Budiman dan menembaknya hingga tewas. Entah apa alasannya, Khalidi bin Lipah Linggam, seorang warga Jambo Keupok yang sedang berjalan pulang dari sungai diberhentikan oleh TNI di depan SDN Jambo Keupok. TNI memaksa Khalidi turun dari motornya. Sambil ditendang dan dipukul, Khalidi dibawa ke depan rumah Suma untuk bergabung dengan para warga lain yang sedang diinterogasi. Sesampainya di sana, bukannya berkurang siksaan yang ia terima justru bertambah. Ia kembali ditendang dan dipukul, bahkan kepalanya dibacok dengan parang oleh Abdul Jalil. TNI mengakhirinya dengan menembak kepala Khalidi. Kemudian dengan nada mengancam TNI berkata “Inilah contoh bagi orang yang kasih makan GAM!”. Lokasi tragedi Jambo Keupok di desa Jambo Keupok, kecamatan Kota Bahagia, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. 15 Agustus 2005 status Darurat Militer Aceh dicabut. Namun, dicabutnya status Darurat Militer di Aceh tidak lantas menyembuhkan luka para korban. Banyak masalah yang tak terselesaikan saat itu juga — bahkan hingga kini. Para wanita menjadi janda, anak-anak menjadi yatim, dan kondisi perekonomian masyarakat makin porak-poranda. Kekerasan baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh TNI tidak hanya disasarkan pada laki-laki dewasa, tetapi juga wanita dan anak-anak. Setelah menelan empat korban tewas, aksi keji TNI belum juga berhenti, justru semakin menggila. Dua belas orang lain yang masih berada di depan rumah Suma digiring masuk ke rumah Daud. Dalam keadaan dikunci dari luar, mereka diberondong tembakan. Lalu, rumah yang terbuat dari papan tersebut dibakar beserta ke duabelas orang di dalamnya yang masih hidup. Salah satu rumah lain milik Dolah Azir juga turut dibakar tentara. 17 MEI 2003 Latar Belakang Peristiwa Ternyata bukan rumah Kasturi saja yang disatroni tentara. Burrahman juga diambil paksa dari rumahnya dan dibawa ke depan rumah Suma. Saedah, ibunda Burrahman, yang berusaha menahan anaknya dengan melingkarkan sarung, mengalami nasib yang sama dengan Zulekha, dihantam popor senjata hingga pingsan di depan meunasah (surau). Sedangkan Burrahman tewas ditembak di kepala.

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tragedi Latar Belakang Peristiwa Jambo Keupokkontras.org/backup/buletin/indo/20160617_buletin_Tragedi... · 2016. 6. 17. · contoh bagi orang yang kasih makan GAM!”. Lokasi tragedi

Akhirnya sekitar pukul 11.00 WIB, TNI meninggalkan desa Jambo Keupok. Warga yang tersisa mulai keluar dan mencari mayat-mayat korban untuk dikebumikan dalam satu liang lahat. Pasca peristiwa traumatik tersebut warga memilih mengungsi ke Masjid Istiqomah selama 44 hari, sebagian ada pula yang mengungsi ke rumah saudara dan kerabat di desa sekitar. Malang, negara nampaknya sama sekali tidak berempati pada para korban. Tidak ada kunjungan dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk para korban selama di pengungsian. Makanan dan bahan-bahan pokok lain mereka peroleh dari bantuan warga sekitar pengungsian.

“16 Korbanditembak dan dibakar hidup-hidup di Jambo Keupok.”

TragediJamboKeupokMerawat IngatanMenuntut Keadilan

Situasi Desa Jambo Keupok semakin memanas. 16 Mei 2003 malam warga mendengar suara tembakan di lapangan Bakongan yang berada di depan pos militer. Warga menganggap ini sebagai pertanda akan segera dilancarkannya sebuah operasi oleh TNI di daerah mereka. Benar saja, tak lama berselang terdengar suara iring-iringan truk reo TNI mulai memasuki Jalan Simpang Raja melintasi desa-desa menuju Jambo Keupok. Keesokan harinya sekitar pukul 07.00 WIB tiga truk reo yang mengangkut ratusan personel gabungan PARAKO (ParaKomando) dan SGI (Satuan Gabungan Intelijen) bersenjata lengkap yang bermarkas di pos Simpang Raja telah terparkir di Jambo Keupok. Satu truk berada di dekat Gunung Batu, dua lainnya berada di Sekolah Dasar Negeri Jambo Keupok dan simpang irigasi. Sang informan, Abdul Jalil,turut serta dalam rombongan TNI.

TNI bergerak cepat memasuki rumah-rumah warga.Sambil menodongkan senjata, memukul dan menendang, mereka memaksa penghuni rumah baik laki-laki, perempuan, dewasa maupun anak-anak untuk keluar dan berkumpul di halaman rumah milik seorang warga bernama Suma. Warga laki-laki dibariskan dan diinterogasi satu-persatu mengenai keberadaan anggota GAM. Abu Salam (Ule Balang GAM/Bupati GAM), Zaitun (Kapolres GAM) dan Alis (komandan operasi GAM) yang dicari-cari oleh TNI sejatinya telah lama lari dan bersembunyi di gunung. Warga benar-benar tidak memiliki petunjuk mengenai keberadaan para anggota GAM tersebut. Namun nampaknya para personel TNI sudah kesetanan, jawaban apapun yang diberikan oleh warga tetap dihadiahi bogem dan popor senjata. Bahkan warga dipaksa mengaku sebagai anggota GAM.

Kasturi dan istri juga dipukul hingga tersungkur ke tanah. Seorang tentara lalu menembakkan senjatanya ke arah tanah dan mendarat tepat di dekat kaki Zulaekha. Serpihan peluru yang mengenai kaki Zulaekha menyebabkan lebam di area lutut hingga ujung kaki. Tak kuasa menahan sakit, Zulaekha pun jatuh pingsan. Sedangkan nasib Kasturi lebih tragis, ia ditembak di kaki kiri dan kepalanya hingga tewas. Kasturi adalah korban tewas kedua akibat kebiadaban TNI di Desa Jambo Keupok. Tak cukup sampai di situ, TNI juga membakar rumah Kasturi. Harta benda di dalamnya yang berwujud 45 mayam emas (1mayam=3,3gram), minyak nilam, biji pinang, motor, sepeda, onderdil motor dan barang-barang lainnya turut ludes menjadi abu. Selain menanggung sakit di leher, kini Nurhayati (anak mereka) harus menerima nasib menjadi yatim dan tidak memiliki rumah.

Pada tahun 2001-2002 Desa Jambo Keupok termasuk salah satu daerah basis GAM. Kala itu negara masih merespons GAM secara represif. Salah satu anggota GAM, Abdul Saleh, pada tahun 2002 ditembak mati oleh TNI atas bantuan dari seorang informan sipil bernama Guntur.

Adalah Jambo Keupok, sebuah desa yang secara administratif membawahi empat dusun yakni: Keude Tuha(SukaDamai), Hilir, Seneubok Pareh, dan Tengah. Nama Jambo Keupok memang memiliki peran dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Seorang warga yang sedang berjalan bernama Budiman pun tak luput dari kebengisan TNI. Ia dipanggil, kemudian ditelanjangi dan disuruh berjoget. Lalu seorang tentara memasukkan moncong senjata ke rongga mulut Budiman dan menembaknya hingga tewas.

Entah apa alasannya, Khalidi bin Lipah Linggam, seorang warga Jambo Keupok yang sedang berjalan pulang dari sungai diberhentikan oleh TNI di depan SDN Jambo Keupok. TNI memaksa Khalidi turun dari motornya. Sambil ditendang dan dipukul, Khalidi dibawa ke depan rumah Suma untuk bergabung dengan para warga lain yang sedang diinterogasi. Sesampainya di sana, bukannya berkurang siksaan yang ia terima justru bertambah. Ia kembali ditendang dan dipukul, bahkan kepalanya dibacok dengan parang oleh Abdul Jalil. TNI mengakhirinya dengan menembak kepala Khalidi. Kemudian dengan nada mengancam TNI berkata “Inilah contoh bagi orang yang kasih makan GAM!”.

Lokasi tragedi Jambo Keupok di desa Jambo Keupok, kecamatan Kota Bahagia, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh.

15 Agustus 2005 status Darurat Militer Aceh dicabut.

Namun, dicabutnya status Darurat Militer di Aceh tidak lantas menyembuhkan luka para korban. Banyak masalah yang tak terselesaikan saat itu juga — bahkan hingga kini. Para wanita menjadi janda, anak-anak menjadi yatim, dan kondisi perekonomian masyarakat makin porak-poranda.

Kekerasan baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh TNI tidak hanya disasarkan pada laki-laki dewasa, tetapi juga wanita dan anak-anak.

Setelah menelan empat korban tewas, aksi keji TNI belum juga berhenti, justru semakin menggila. Dua belas orang lain yang masih berada di depan rumah Suma digiring masuk ke rumah Daud. Dalam keadaan dikunci dari luar, mereka diberondong tembakan. Lalu, rumah yang terbuat dari papan tersebut dibakar beserta ke duabelas orang di dalamnya yang masih hidup. Salah satu rumah lain milik Dolah Azir juga turut dibakar tentara.

17 MEI 2003

Latar Belakang Peristiwa

Ternyata bukan rumah Kasturi saja yang disatroni tentara. Burrahman juga diambil paksa dari rumahnya dan dibawa ke depan rumah Suma. Saedah, ibunda Burrahman, yang berusaha menahan anaknya dengan melingkarkan sarung, mengalami nasib yang sama dengan Zulekha, dihantam popor senjata hingga pingsan di depan meunasah (surau). Sedangkan Burrahman tewas ditembak di kepala.

Page 2: Tragedi Latar Belakang Peristiwa Jambo Keupokkontras.org/backup/buletin/indo/20160617_buletin_Tragedi... · 2016. 6. 17. · contoh bagi orang yang kasih makan GAM!”. Lokasi tragedi

TragediJamboKeupokMerawat IngatanMenuntut Keadilan

Upaya Penyelesaian

MenujuPengadilan HAM

Nota Kesepakatan

Damai Aceh

Konflik yang terjadi di Aceh selama tiga dekade telah menimbulkan banyak kerugian. Korban tewas, hilang, dan luka-luka mencapai jumlah ribuan, bahkan ratusan rumah turut dibakar. Daftar kerusakan pun semakin panjang ketika gelombang tsunami dahsyat menyapu bumi Serambi Mekah dan sekitarnya pada 26 Desember 2004. Dalam kondisi demikian pihak GAM dan pemerintah Republik Indonesia sadar bahwa mengakhiri konflik dan membuat suatu konsensus adalah langkah politik yang harus segera diambil untuk membangun Aceh.

Diawali negosiasi antara kedua belah pihak dengan difasilitasi oleh Crisis Management Initiative (CMI) yang diketuai mantan presiden Finlandia, Martti Ahti- saari. Kemudian pada 15 Agustus 2005 pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Hamid Awaludin selaku menteri Hukum dan HAM, dan pemimpin Gerakan Aceh Merdeka, Malik Mahmud, menandatangani nota kesepakatan damai di Helsinki, Finlandia.Memorandum of Understanding Helsinki ini setidaknya mengatur enam poin kesepakatan, yakni:(1)penyelenggaraan pemerintahan di Aceh, yang mencakup aspek (a) undang-undang pemerintahan Aceh; (b) partisipasi politik, (c) ekonomi dan (d) peraturan perundang-undangan; (2) hak asasi manusia; (3) amnesti dan reintegrasi ke dalam masyarakat; (4) pengaturan keamanan; (5) pembentukan misi monitoring Aceh; dan (6) penyelesaian perselisihan.

Kasus-kasus pelanggaran HAM berat terus didorong agar diadili di Pengadilan HAM. Begitu pula kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi di Aceh. Tahun 2011 para korban Jambo Keupok mengadukan kasus mereka ke Komnas HAM perwakilan Aceh, juga pada Komnas HAM nasional pada tahun berikutnya. Namun Komnas HAM justru tidak segera melakukan pembahasan dan pembentukan tim pencari fakta sebagai upaya tindak lanjut atas laporan tersebut. Menanggapi kepasifan Komnas HAM, KontraS pada bulan Februari hingga Maret 2013 melakukan investigasi dan pengumpulan bukti terkait kasus Jambo Keupok dan Simpang KKA Aceh Utara. Kedua hasil investigasi tersebut selanjutnya diserahkan ke Komnas HAM, sekaligus mendesak lembaga tersebut untuk segera membentuk Tim Penyelidik untuk kasus pelanggaran HAM berat di Aceh.Berselang beberapa bulan kemudian, pada 4 Oktober 2013 setelah melewati proses advokasi Komnas HAM melalui sidang paripurna membentuk Tim Ad Hoc Kasus Aceh. Keputusan tersebut dituangkan dalam Keputusan Ketua Komnas HAM No.018/KomnasHAM/XI/2013 tertanggal 8 November 2013 tentang pembentukan tim Ad Hoc

Kondisi Korban KiniSecara geografis desa Jambo Keupok berada di ujung kawasan perkampungan, tepat berada di sisi perkebunan dan lereng pegunungan. Kondisi desa selama 10 tahun terakhir tidak mengalami perubahan karena belum tersentuh pembangunan. Dusun Suka Damai yang menjadi lokasi utama tragedi Jambo Keupok hingga kini infrastrukturnya masih memprihatinkan. Jalan desa masih tersusun dari kerikil dan tanah liat, yang tentu membuatnya tidak mudah untuk dilalui bila musim penghujan tiba. Padahal jalan tersebut adalah rute yang harus ditempuh warga ketika akan mengambil air. Ya di dusun tersebut memang belum ada sumber air bersih. Warga harus menempuh perjalanan satu kilometer untuk mengambil air bersih yang mereka gunakan sehari-hari. Kesulitan air bersih ini juga menyebabkan belum tersedianya sarana prasarana MCK (mandi, cuci, kakus). Warga terpaksa buang air baik besar maupun kecil di semak-semak atau sungai kecil. Berbagai penyakit serius tentu kini tengah mengintai para warga.

Di lain sisi korban dan keluarganya sebagian besar mulai memasuki usia senja. Tubuh mereka mulai renta sehingga tidak seproduktif dulu, bahkan satu per satu telah meninggal dunia. Sedangkan yang masih berusia produktif pun dihadapkan pada kondisi perekonomian yang sulit. Sebagai sumber pendapatan, warga desa Jambo Keupok hanya mengandalkan hasil pertanian, sebagian ada yang mencari damar dan kulit medang di hutan. Bahkan ada pula yang menjadi buruh bangunan.Kondisi perekonomian yang sulit ini juga tersirat pada rumah-rumah semi permanen milik warga yang telah lapuk dimakan usia. Juga pada anak-anak Jambo Keupok yang rata-rata hanya bersekolah hingga jenjang SMP

penyelidikan proyustisia kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat di provinsi Aceh. Lima kasus pelanggaran HAM berat di Aceh menjadi target penyelidikan Komnas HAM, antara lain; peristiwa Jambo Keupok, peristiwa Simpang KKA, peristiwa Bumi Flora, peristiwa Rumoh Geudong, dan peristiwa penghilangan orang secara paksa di Bener Meriah.Dalam perjalanannya, Tim Ad Hoc mengalami empat kali perpanjangan masa kerja. Namun hasilnya pun tak jelas. Kecewa dengan kinerja tim Ad Hoc, pada 8 Desember 2014, 12 orang perwakilan korban melakukan aksi tidur di teras kantor Komnas HAM. Aksi tersebut sebagai wujud desakan bagi Komnas HAM untuk segera mengeluarkan surat resmi tentang perkembangan hasil penyelidikan kasus pelanggaran HAM berat Aceh.Aksi tidur di teras selama dua hari tersebut berbuah surat Komnas HAM nomor 10/TPACEH/XII/2014 tentang perkembangan penyelidikan kasus-kasus di Aceh oleh Tim ad hoc Komnas HAM. Dalam suratnya Komnas HAM menyatakan penyelidikan hanya diprioritas pada dua kasus yaitu kasus Simpang KKA dan kasus Jambo Keupok dengan alasan keterbatasan anggaran dan tenaga penyelidik. Tidak puas dengan jawaban tersebut, korban

didampingi oleh KontraS melaporkan Komnas HAM ke Ombudsman RI. Laporan korban ditindaklanjuti oleh Ombudsman RI dengan melayangkan surat permintaan keteranagn bernomor 1175/ORI-SRT/XII/2014 ke ketua Komnas HAM. Kinerja tim ad hoc Komnas HAM rupanya memang mengecewakan. Setelah proses investigasi yang relatif lama, ternyata Jambo Keupok menjadi satu-satunya kasus yang rampung diselidiki dan diserahkan berkasnya ke Kejaksaan Agung pada 18 Maret 2016. Pasca pelimpahan berkas, tantangan untuk mengungkap kebenaran di Jambo Keupok memasuki babak baru. Setelah proses investigasi yang panjang kini prosesnya tertahan di Kejaksaan Agung karena tak kunjung ditindaklanjuti. Nampaknya korban dan masyarakat luas perlu memberikan tekanan pada jaksa agung dengan mengirim surat desakan, permintaan informasi, audiensi maupun aksi kreatif lainnya, agar kasus Jambo Keupok segera diproses. Penuntasan kasus ini tentu penting, tidak hanya untuk para korban tetapi juga bagi negara sebagai pembuktian bahwa negara dapat memberi rasa adil bagi warganya. Sudah saatnya pengungkapan kebenaran dilakukan pada peristiwa-peristiwa sejarah yang selama ini terselimut kabut.

Upaya Perbaikan Kualitas Hidup Korban

bahkan SD, pun banyak yang tak tamat pada jenjang itu. Hanya sebagian kecil yang bersekolah hingga SMA. Apa lagi yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi, dapat dihitung dengan jari. Sebagian dari anak-anak ini adalah anak yatim dari korban tragedi Jambo Keupok tahun 2003 silam.Ketiadaan ayah sebagai tulang punggung keluarga membuat mereka terpaksa bekerja di usia dini untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.Dalam kondisi sulit tersebut, warga pernah menerima kompensasi (diyat) sebesar tiga juta rupiah per korban dari pemerintah melalui BRA (Badan Reintegrasi Aceh). Namun sayang, itu pun masih dipotong dan pembagian tidak merata. Selain itu, pemerintah hanya membangun lima rumah yang dibakar pada masa kejadian melalui bantuan Badan Reintegrasi Aceh (BRA), padahal kebutuhan korban lebih dari itu. Mereka membutuhkan akses pendidikan yang layak, pelatihan keterampilan, penguatan ekonomi,pembangunan infrastruktur desa, serta pendidikan mengenai hak warga negara dan sebagai korban pelanggaran HAM. Melihat bagaimana kejahatan HAM berat tidak hanya berdampak politik sipil, tetapi juga pada sosial ekonomi sebagai efek domino yang masih terasa hingga sekarang, menyadarkan kita bahwa Aceh adalah PR besar bagi pemerintah. Negara tidak hanya wajib mengungkap kebenaran tragedi Jambo Keupok, tetapi juga membangun Aceh umumnya dan Jambo Keupok khususnya demi kehidupan masyarakat yang lebih layak.

Perjuangan atas HakKondisi yang penuh dengan keterbatasan tentu membuat warga desa Jambo Keupok menaruh harap pada pemerintah. Setidaknya untuk pemenuhan beberapa hal berikut: (1) penguatan kapasitas melalui training-training yang relevan yang dapat menambah pengetahuan dan keahlian mereka (2) pemberdanyaan ekonomi korban dan masyarakat setempat. (3) program

beasiswa pendidikan untuk anak-anak korban (4) pembagunan kuburan massal korban peristiwa Jambo Keupok dan dukungan peringatan peristiwa Jambo Keupok setiap tanggal 17 Mei (5) pembangunan infrastruktur desa, seperti jalan, akses air bersih, dan mushala.

Kebutuhan-kebutuhan warga desa Jambo Keupok khususnya sektor ekonomi dan pembangunan, seharusnya dapat segera terpenuhi mengingat banyak program pemerintah yang ditujukan bagi masyarakat. Salah satu yang kini tengah menjadi andalan pemerintah adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang terbagi menjadi 15 program, seperti PNPM Pedesaan, PNPM Mandiri Infrastruktur Pedesaan, Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PASIMAS), dan lain-lain. Sedangkan bagi kebutuhan pendidikan anak-anak korban tersedia program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tidak hanya itu, program lain seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Raskin, dan Program Keluraga Harapan (PKH) yang memberikan bantuan tunai bagi keluarga sangat miskin, seharusnya mampu meningkatkan kualitas hidup warga desa Jambo Keupok. Bahkan presiden Joko Widodo menambah beberapa program baru seperti Simpanan Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat.Banyaknya program bantuan pemerintah tak lantas membuat para korban Jambo Keupok berpangku tangan menanti perbaikan nasib. Mereka aktif mengikuti workshop dan pelatihan yang diberikan oleh lembaga swadaya masyarakat seperti KontraS dan organisasi lainnya. Mereka sadar betul perlunya meningkatkan kapasitas kelompok dan individu agar mampu bersuara lebih lantang di publik dan mengadvokasi sumber ekonomi.Tidak hanya itu, dengan diasistensi oleh KontraS, komunitas korban berjejaring dengan kelompok-kelompok masyarakat sipil seperti SAIN, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), pendamping desa dan beberapa

individu lain. Hal ini dilakukan guna menyusun rencana strategis pendidikan kasus tragedi Jambo Keupok untuk masyarat sipil dan lainnya. Bahkan pada Desember 2015, komunitas korban Jamboe Keupok telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan perangkat desa setempat. Keduanya memberikan dukungan pada proses advokasi dalam rangka mengungkap kebenaran peristiwa Jambo Keupok di masa lampau. Pemenuhan hak nampaknya memang membutuhkan ikhtiar yang cukup panjang. Pertemuan demi pertemuan pun mereka lakukan. Pada 8 Maret 2016, perwakilan korban Jambo Keupok dengan didampingi KontraS dan komunitas masyarakat sipil lainnya bertemu dengan wakil ketua DPRK Aceh Selatan, Syahril, S.Ag, ketua fraksi Demokrat, Irwan, anggota dewan dari fraksi Nasdem, Rasmadi, dan anggota dewan dari Fraksi PKPI, Zamzami. Dalam pertemuan ini anggota DPRK berkomitmen akan memperjuangkan akses terhadap program ekonomi bagi Komunitas Korban Jambo Keupok pada anggaran 2017. Selain itu anggota DPRK berjanji akan meninjau lokasi Desa Jambo Keupok dalam waktu dekat dan berencana hadir pada peringatan peristiwa Jambo Keupok tanggal 17 bulan Mei mendatang.Setelah menyambangi anggota DPRK, Komunitas Korban Jambo Keupok juga bertemu dengan staf khusus bupati Aceh Selatan, Teuku Masduhul, dan asissten bupati Aceh Selatan bidang Ekonomi dan Praja, Zaini Bakri dan Lahmuddin. Keduanya berjanji akan membantu masyarakat Jambo Keupok mengakses bantuan pemerintah yang akan diperuntukkan kepada komunitas dan masyarakat setempat. 28 Maret 2016, Komunitas Korban akhirnya bertemu dengan bupati Aceh Selatan, Teuku Sama Indra, di Pendopo Bupati Aceh Selatan. Senada dengan hasil sebelumnya, Teuku Sama Indra juga berjanji akan membantu Komunitas Korban Jambo Keupok dan berencana hadir pada peringatan peristiwa Jambo Keupok. Tentu janji tersebut bak angin segar di tahun ketiga belas perjuangan para korban. Tetapi lekas berpuas bukan hal yang pantas. Perjuangan masih panjang.

PERISTIWA

PENYELIDIKAN (OLEH KOMNAS HAM)

PENYIDIKAN (OLEH JAKSA)

MENEMUKAN TERSANGKA

PENUNTUTAN OLEH JAKSA

PENGADILAN HAM OLEH HAKIM

PERISTIWA PELANGGARAN HAM BERAT

BUKAN PELANGGARAN HAM BERAT

BUKAN PERISTIWA PIDANA

Tabel mekanisme penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat dan perbendaan dengan kasus pidana biasa.