tpa jurnal nasional dan skripsi kitosan

29
Resume Jurnal Nasional dan Skripsi Undip Mengenai Kitosan Resume Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Penelitian Analitik yang diampu oleh Khabibi, M.Si. Oleh : Erwin Nur Cahyanto (24030110120047) Ega Sharfina (24030110120049) Reni Meiyanti (24030110120050) Cyrilla Oktaviananda (24030110130051)

Upload: erwin-nur-cahyanto

Post on 03-Jan-2016

208 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

Resume Jurnal Nasional dan Skripsi Undip Mengenai Kitosan

Resume

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Penelitian Analitik

yang diampu oleh Khabibi, M.Si.

Oleh :

Erwin Nur Cahyanto (24030110120047)

Ega Sharfina (24030110120049)

Reni Meiyanti (24030110120050)

Cyrilla Oktaviananda (24030110130051)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

RESUME JURNAL NASIONAL

No. Judul No. Jurnal, Tahun Hasil yang diteliti

1. Pengaruh pH dan

Jumlah Kitosan

Modifikasi Pada

Ekstraksi Fasa Padat

Tembaga (I) Tiosulfat

Kimia.Studentjourn

al, Vol. 1, No. 1,

Pp. 8-14,

Universitas

Brawijaya Malang

Tahun 2013

Kitosan modifikasi dapat digunakan sebagai fasa

padat pada ekstraksi tembaga(I) tiosulfat.

Efisiensiekstraksi bergantung pada pH dan

jumlah fasa padat.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

pengaruh pH dan jumlah kitosan modifikasi

terhadap efisiensi ekstraksi tembaga(I)tiosulfat.

Modifikasi kitosan menggunakan senyawa

TMAS (Trimetilamine Sulfur Trioxide) yang

direaksikan dalam larutan Na2CO3. Pengaruh

pH dipelajari pada kisaran pH 4-10 dengan

kitosan modifikasi yang digunakan sebanyak 0,1

g. Pengaruh jumlah kitosan modifikasi dipelajari

pada 0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25 g kitosan

modifikasi. Ekstraksi dilakukan untuk

mengekstrak 10 mL tembaga(I)tiosulfat 10 ppm

baik pada pengaruh pH maupun pengaruh jumlah

kitosan modifikasi. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa pH dan jumlah kitosan

modifikasi mempengaruhi efisiensi ekstraksi

tembaga(I)tiosulfat. Efisiensi ekstraksi optimum

diperoleh pada pH 6 dan peningkatan jumlah

kitosan modifikasi sebanding dengan jumlah

tembaga terekstrak.

2. Pembuatan Kitosan

Dari Kitin Cangkang

Bekicot (Achatina

Fulica)

Biofarmasi 2 (2):

64-68, Agustus

2004

Chitosan telah dibuat dari kitin yang deasetilasi

dari escargot ( Achatina fulica ). Pemurnian kitin

dilakukan dengan cara deproteinasi,

demineralisasi, dan depigmentasi. Identifikasi

kitin dan kitosan dilakukan dengan FTIR

Page 3: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

(Fourier Transform Infrared) dan XRD (X-Ray

Diffraction). Karakterisasi kitosan ditentukan

oleh air dan kandungan mineral, berat molekul,

derajat polimerisasi dan derajat deasetilasi. Hasil

penelitian diperoleh kitosan 6,95%, kristal,

warna putih kecoklatan, tidak berbau,

3,26±0,45% konten air, 10,11±0,38% kandungan

mineral, 889,78 Rata-rata berat molekul dengan

tingkat polimerisasi dan 5 derajat deasetilasi

74,78-77,99%.

3. Modifikasi Komposisi

Kitosan Pada Proses

Sintesis Komposit

Tio2-Kitosan

Jurnal Kimia

Unand, Volume 1

Nomor 1,

November 2012

Sebuah sintesis TiO2-kitosan komposit telah

dilakukan dengan metode sol-gel menggunakan

berbagai konsentrasi asam asetat (2-5%).

Komposisi kitosan pada TiO2 ditemukan

menjadi10 sampai 50%. Peran kitosan adalah

sebagai dopan hibridisasi ke TiO2 melalui gugus

hidroksil dan aminanya. Komposit TiO2-

Chitosan yang diperoleh ditandai dengan Fourier

Transform Infra Red (FTIR), Analisis Termal

Gravimetri (TGA), X-Ray Difraksi (XRD),

Scanning Electron Microscope (SEM) dan

Energi dispersif X-Ray (EDX). Analisis FTIR

menunjukkan penyerapan O-Ti-O di daerah sidik

jari 677-684 cm-1. Pengukuran TGA

mengkonfirmasi pengurangan massa pada 300oC

komposit sebesar 57%. Pola XRD menunjukkan

bahwa senyawa TiO2-Chitosan adalah amorf.

Dari SEM photoghraphs dapat dilihat bahwa dia

dikuasai komposit struktur berpori dan berongga.

Sementara itu, dari perhitungan EDX dapat

disimpulkan bahwa komposit seperti

Page 4: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

mengandung 5% asam asetat dan 20% kitosan

menunjukkan sangat dopan diganti TiO2.

4. Sintesis Kitosan-

Sulfat Sebagai Zat

Anti Pembekuan

Darah

Jurnal Komunikasi

Penelitian Volume

17 (6)

Tahun 2005

Sulfonasi Kitosan dengan asam klorosulfonat

dengan pelarut N,N-Dimetilformamida pada

suhu kamar menghasilkan kitosan-N-sulfat dan

kitosan-O-sulfat.

Dari analisis SEM memberikan bentuk

permukaan dari kitosan lebih teratur dan lebih

padat dari pada kitosan-N-sulfat dan kitosan-O-

sulfat.

5. Sintesis dan

Karakterisasi Fisika-

Kimia Kitosan

Jurnal Inovasi Vol.

5 No. 1, Januari

2011: 42-48

Kulit udang mengandung protein (25-40%), kitin

(15-20%) dan kalsium karbonat (45-50%).

Kitosan merupakan biopolimer yang diperoleh

dari deasetilasi kitin. Akhir-akhir ini kitosan

banyak dimanfaatkan dalam beragam industri

dengan alasan limbah industrin makanan laut

begitu besar dan perlu untuk diolah menjadi

sesuatu yang berguna selain itu karena sifat-sifat

kitosan yang tidak beracun dan biodegradable.

Proses utama dalam pembuatan kitosan, meliputi

penghilangan protein dan kandungan mineral

melalui proses deproteinasi dan demineralisasi,

yang masing-masing dilakukan dengan

menggunakan larutan basa dan asam.

Selanjutnya, kitosan diperoleh melalui proses

deasetilasi dengan cara memanaskan dalam

larutan basa.Hasil yang didapatkan dari proses

deasetilasi ini berupa serbuk kitosan berwarna

coklat muda sebanyak 15,68% dari berat serbuk

udang yang digunakan. Spektra IR kitosan

menunjukan adanya serapan –NH2 yang

Page 5: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

menunjukan telah terjadinya proses deasetilasi.

Pola difraksi sinar-X kitosan menunjukkan pola

puncak difraksi pada posisi 2θ sekitar 10o dan

20o. Berdasarkan hasil karakterisasi juga

diperoleh kadar air, abu, lemak dan protein dari

kitosan sebesar 19,34; 0,17; 0,69 dan 39,98 %.

6. Preparasi Dan

Aplikasi Nanopartikel

Kitosan Sebagai

Sistem Penghantaran

Insulin Secara Oral

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

sistem penghantaran insulin secara oral

menggunakan nanopartikel kitosan sebagai

carrier. Pada kondisi preparasi optimal

selanjutnya dilakukan proses enkapsulasi insulin

dalam nanopartikel kitosan dengan metoda

inklusi. Nanopartikel kitosan-insulin kemudian

dievaluasi sifat fisika, kimia dan biologinya yang

meliputi morfologi, ukuran partikel, potensial

zeta, stabilitas, profil in vitro pelepasan insulin,

profil ex vivo mukoadhesifitas dan profil in vivo

bioaktifitas. Hasil karakterisasi fisika

menunjukkan bahwa insulin terenkapsulasi

secara matriks di dalam nanopartikel kitosan

dengan ukuran rata-rata partikel 38 nm dan nilai

potensial zeta 36mV. Hasil uji stabilitas

menunjukkan bahwa insulin yang terenkapsulasi

dalam nanopartikel kitosan memiliki tingkat

stabilitas yang baik pada berbagai suhu

penyimpanan. Hasil uji pelepasan secara in vitro

pada media simulasi asam lambung dan usus

menunjukkan bahwa tidak terjadi adanya

pelepasan insulin pada media asam, sedangkan

pada media simulasi usus pelepasan insulin baru

terlihat pada menit ke-45. Uji mukoadhesif

Page 6: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

menggunakan jaringan usus tikus menunjukkan

bahwa insulin nanopartikel memiliki sifat

mukoadhesif yang cukup bagus, di mana tingkat

mukoadhesifitas sangat dipengaruhi oleh besar

partikel. Uji bioaktifitas pada hewan coba tikus

hiperglikemik menunjukkan bahwa sediaan

insulin-nanopartikel yang diberikan secara oral

pada dosis 40 IU/kg-bb mampu menurunkan

kadar glukosa pada jam ke-4 jam setelah

pemberian dan penurunan tersebut konsisten

hingga 24 jam. Dari keseluruhan hasil penelitian

ini dapat diketahui bahwa nanopartikel kitosan

sangat potensial untuk dipergunakan sebagai

drug carrier pada penghantaran insulin.Dari

keseluruhan hasil penelitian ini dapat diketahui

bahwa nanopartikel kitosan merupakan matriks

yang sangat potensial untuk dipergunakan

sebagai drug carrier pada penghantaran protein

secara oral. Penelitian lebih lanjut perlu

dilakukan untuk mengetahui efikasi dan

toksisitas dari insulin nanopartikel.

7. Pengembangan

Elektrolit Padat

Berbasis Kitosan

untuk

Baterai Kendaraan

Listrik

Tujuan penelitian ini adalah Pembuatan sel

baterai menggunakan elektrolit polimer kitosan.

Pemanfaatan polimer terbiodegradasi kitosan

sebagai elektrolit untuk sel baterai terlah dapat

dilakukan. Metode blending dengan garam

lithium dapat meningkatkan kondusitivitas

membran kitosan hingga 100.000 kali lipat.

Sedangkan teknik implantasi ion hanya dapat

meningkatkan konduktivitas ionik kitosan hanya

sekitar 15 kali lipat.

Page 7: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

8. PENGARUH

PENAMBAHAN

BENZILADENIN

PADA PELAPIS

KITOSAN

TERHADAP MUTU

DAN MASA

SIMPAN BUAH

JAMBU BIJI

‘CRYSTAL’

J. Agrotek Tropika.

ISSN 2337-4993

Vol. 1, No. 1: 55 –

60, Januari 2013

Cara untuk mempertahankan kesegaran dan

mutu buah adalah dengan melapisi buah untuk

mencegah penguapan, sehingga dapat

memperlambat kelayuan dan laju respirasi. Salah

satu cara untuk melapisi buah adalah dengan

pemberian kitosan dan sitokinin.Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh

penambahan benzylaedenine (BA) pada bahan

pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu

buah jambu biji ‘Crystal’, dan 2) mendapatkan

perlakuan konsentrasi benzyladenine (BA)

terbaik pada bahan pelapis kitosan terhadap masa

simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah

(1) perlakuan kitosan 2,5% dapat

memperpanjang masa simpan buah jambu biji

‘Crystal’ secara nyata 2,83 dan 6,12 hari lebih

lama dibandingkan perlakuan kontrol (air) dan

asam asetat 0,5%, (2) penambahan BA

konsentrasi 25, 50 dan 100 ppm nyata

mempersingkat masa simpan buah jambu biji

‘Crystal’, tetapi tidak menyebabkan penurunan

mutu buah, dan (3) penggunaan asam asetat

0,5% sebagai pelarut kitosan 2,5% tidak ada efek

buruknya, tetapi perendaman dengan asam asetat

0,5% berpengaruh buruk terhadap mutu dan

masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

9. KAJIAN ANALISIS

TERMAL KITIN-

KITOSAN

CANGKANG

Sains dan Terapan

Kimia, Vol. 2 No. 2

(Juli 2008), 44 – 52

Tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui

perbedaan sifat kitin dan kitosan yang

disebabkan perbedaan kondisi pembentukan

kitosan dari kitin cangkang udang menggunakan

Page 8: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

UDANG

MENGGUNAKAN

THERMOGRAVIMET

RIC ANALYSIS DAN

DIFFERENTIAL

THERMAL ANALYSIS

(TGA-DTA)

TGA-DTA. Kitin dan kitosan dengan variasi DD

tersebut dianalisis menggunakan TGA-DTA.

Berdasarkan perbedaan termogram TGA-DTA

kitin dan kitosan, menunjukkan bahwa kitosan

lebih higroskopis daripada kitin dan memiliki

gugus asetil yang lebih sedikit. Pada proses

deasetilasi, kitin dimungkinkan terjadi degradasi

rantai polimer dan pembentukan rantai polimer

yang lebih panjang secara acak sehingga

heterogenitas polimer kitosan lebih besar

daripada kitin.

10. FILTRASI ION

LOGAM Fe(III)

DENGAN

MEMBRAN

KOMPOSIT

KITOSAN-

GLISEROL

UNESA Journal of

Chemistry Vol. 2,

No.1 , January

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat

membrane komposit kitosan-gliserol dan

membran kitosan sebagai pembanding sifat

mekanik sehingga akan diperoleh karakteristik

sifat mekanik membran, yang selanjutnya

membran komposit kitosangliserol akan

diaplikasikan sebagai media filtrasi ion logam

Fe(III) sehingga seberapa besar kemampuan

membran dalam menyaring ion logam Fe(III)

akan diketahui dari nilai koefisien rejeksinya.

Pengujian karakter mekanik membran

menggunakan autograph menunjukkan bahwa

membran komposit kitosan gliserol memiliki

sifat mekanik yang lebih baik dibanding

membran kitosan, ditandai dengan modulus

young mencapai 4,1 MPa sedangkan membran

kitosan hanya 2,5 MPa. Kemampuan membran

komposit kitosan-gliserol dalam menyaring ion

logam Fe(III) dalam larutan yang dinyatakan

sebagai koefisien rejeksi menunjukkan bahwa

Page 9: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

membran komposit kitosan-gliserol memiliki

nilai koefisien rejeksi yang cukup tinggi yaitu

98,47 %.

RESUME SKRIPSI UNDIP

Page 10: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

NO. JUDUL No. Jurnal, Tahun Hasil yang diteliti

1. Pemanfaatan kitosan

termodifikasi asam

askorbat sebagai

adsorben ion Logam

Besi (III) dan

Kromium (III)

Nama: Sintya

Tunggal Pramesti

NIM: J2C606017

(Oktober,2010)

Tujuan: memperoleh kitosan termodifikasi

as.askorbat, menentukan pH optimum adsorpsi

ion Fe (III) dan Cr (III) oleh kitosan

termodifikasi asam askorbat dengan variasi pH

adsorpsi, serta menentukan dan

membandingkan kapasitas adsorpsi maksimum

kitosan termodifikasi asam askorbat terhadap

adsorpsi ion Fe (III) dan Cr (III).

Derajat deasetilasi kitosan diukur dengan

menggunakan spektroskopi FTIR.

Berat molekul kitosan termodifikasi asam

askorbat dihitung dengan menggunakan

persamaan Mark Houwink.

Uji kelarutan kitosan beads dan kitosan

termodif gdn menggunakan CH3COOH, HNO3,

HCl. Untuk mengetahui morfologi permukaan

digunakan SEM.

Adsoprsi ion logam Fe dan Cr dilakukan dalam

larutan pH 2-6 dengan variasi konsentrasi ion

logam 50, 100, 150, 200, 250 ppm. Ion logam

yang tidak diserap dianalisis dengan AAS.

Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum

dilakukan dengan menggunakan persamaan

isotherm Langmuir.

Hasil derajat deasetilasi kitosan adalah sebesar

64,74% dengan berat molekul sebesar

39.966,85 g/mol. Kitosan termodifikasi

asamaskorbat relatif tidak larut terhadap

Page 11: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

kitosan beads.

Morfologi permukaan kitosan termodifikasi

asam askorbat menunjukkan adanya pori yang

menyebar dan tidak beraturan. pH optimum

adsorpsi logam Fe = 4 ion logam Cr = 3

Kapasitas adsorpsi maksimum Fe 12,658 mg/g

untuk Cr 13,157 mg/g.

2. Pemanfaatan kitosan

termodifikasi asam

askorbat sebagai

adsorben ion Logam

Kobalat (II) dan

Nikel (II)

Nama : Ita Noor

Khamidah

NIM: J2C006030

(Oktober,2010)

Tujuan: memperoleh kitosan termodifikasi

as.askorbat, menentukan pH optimum adsorpsi

ion Co (II) dan Ni (II) oleh kitosan

termodifikasi asam askorbat dengan variasi pH

adsorpsi, serta menentukan dan

membandingkan kapasitas adsorpsi maksimum

kitosan termodifikasi as.askorbat terhadap

adsorpsi ion Co (II) dan Ni (II).

Derajat deasetilasi kitosan diukur dengan

menggunakan spektroskopi FTIR.

Berat molekul kitosan termodifikasi asam

askorbat dihitung dengan menggunakan

persamaan Mark Houwink.

Uji kelarutan kitosan beads dan kitosan

termodif gdn menggunakan CH3COOH, HNO3,

HCl. Untuk mengetahui morfologi permukaan

digunakan SEM Adsoprsi ion logam Co dan Ni

dilakukn dalam larutan pH 2-6.

Variasi konsentrasi ion logam 90, 120, 150,

180,210ppm.

Ion logam yang tidak diserap dianalisis dengan

AAS.

Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum

Page 12: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

dilakukan dengan menggunakan persamaan

isotherm Langmuir.

Hasil derajat deasetilasi kitosan sebesar 64,74%

dengan BM. 39.966,85 g/mol.

Morfologi permukaan kitosan termodifikasi

as.askorbat menunjukkan adanya pori yang

menyebar dan tidak beraturan. pH optimum

adsorpsi logam Co = 4 ion logam Ni=4

Kapasitas adsorpsi maksimum Co 11,364 mg/g

untuk Ni 5,988 mg/g.

3. Pemanfaatan kitosan

termodifikasi asam

askorbat sebagai

adsorben ion Logam

Mangan (II) dan

Tembaga (II)

Nama: Sri Hartati

NIM: J2C 006 051

(Oktober,2010)

Tujuan: memperoleh kitosan termodifikasi

as.askorbat, menentukan pH optimum adsorpsi

ion Mn (II) dan Cu (II) oleh kitosan

termodifikasi as.askorbat dengan variasi pH

adsorpsi, serta menentukan dan

membandingkan kapasitas adsorpsi maksimum

kitosan termodifikasi as.askorbat terhadap

adsorpsi ion Mn(II) dan Cu(II).

Derajat deasetilasi kitosan diukur dengan

menggunakan spektroskopi FTIR.

Berat molekul kitosan termodifikasi asam

askorbat dihitung dengan menggunakan

persamaan Mark Houwink.

Uji kelarutan kitosan beads dan kitosan

termodif dengan menggunakan CH3COOH,

HNO3, HCl.

Morfologi permukaan diukur dengan

menggunakan SEM

Adsoprsi ion logam Mn dan Cu dilakukn dalam

larutan pH 2-6. Variasi konsentrasi ion logam

Page 13: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

90, 120, 150, 180,210ppm.

Ion logam yang tidak diserap dianalisis dengan

AAS. Penentuan kapasitas adsorpsi maksimum

dilakukan dengan menggunakan persamaan

isotherm Langmuir.

Hasil derajat deasetilasi kitosan: 64,74%

dengan BM. 39.966,85 g/mol

Morfologi permukaan kitosan termodifikasi

as.askorbat menunjukkan adanya pori yang

menyebar dan tidak beraturan. pH optimum

adsorpsi logam Mn = 4 ion logam Co=4

Kapasitas adsorpsi maksimum Mn 5,910 mg/g

untuk Cu 10,172 mg/g.

Serbuk kitosan sebelum dimodifikasi dilakukan

analisis FTIR untuk menentukan derajat

deasetilasi dan dilakukan penentuan berat

molekul.

4. Adsorpsi Zat Warna

Indigo Carmine oleh

Kitosan dengan

Metode Kolom

Nama: Edi Setyadi

NIM: J2C 000 143

th 2006, periode 45

th 2005

Kitosan merupakan suatu senyawa

makromolekul berantai panjang yang tersusun

dari polimer glukosamin dan dapat diekstrak

dari kulit udang dengan proses yang

sederhana.Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai

adsorben zat warna karena memiliki gugus

aktif berupa gugus amina dan hidroksi yang

dapat berinteraksi dengan zat warna. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pH baik

kemampuan adsorpsi maupun interaksi antara

kitosan dengan indigo carmine pada metode

kolom.

Telah dilakukan ekstraksi kitosan dari kulit

Page 14: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

udang dan pemanfaatannya untuk adsorpsi zat

warna indigo carmine dengan metode kolom.

Hasil ekstraksi diperoleh serbuk kitosan

berwarna putih kecoklatan dengan derajat

deasetilasi sebesar 62,537%.

Hasil adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi

lebih baik pada kondisi asam dan kenaikan pH

akan menurunkan kemampuan adsorpsi.

Kemampuan adsorpsi terbesar terjadi pada

konsentrasi indigo carmine 40 ppm dengan

indigo carmine teradsorpsi sebanyak 0,519

mg/g.

Interaksi yang terjadi antara indigo carmine

disebabkan oleh adanya gaya elektrostatik yang

timbul karena perbedaan muatan antara kitosan

dan indigo carmine.

5. Membran Kitosan

padat dari Cangkang

Rajungan (Portunus

pelagicus) dan

aplikasinya sebagai

adsorben ion

Mangan (II) dan

Besi (II)

Nama: Indah

Ruswanti

J2C 004 125

(April 2009)

Membran kitosan padat dari cangkang rajungan

dapat digunakan untuk menurunkan kadar ion

logam Mn (II) dan Fe(II) dengan metode

adsorpsi.

Membran kitosan padat dibuat dengan bahan

pendukung yaitu campuran (PVA) poly vinyl

alcohol dan (PEG) poly ethylene glycol (PEG)

dimana PVA tersebut divariasi. PVA yang

divariasi yaitu 0,1 0,14 0,17 0,19 gram.

Hasil isolasi diperoleh serbuk serbuk kitin

berwarna putih dan hasil transformasinya

diperoleh kitosan berwarna putih kecoklatan

dengan derajat deasetilasi 76%. Komposisi

membrane optimum adsorpsi Mn (II) pada

PVA 0,14gram dan pH optimum 5 dan Fe(II)

Page 15: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

pada PVA 0,17 gram pada pH 5,967 mg/g dan

4,643 mg/g. Pada penelitian ini, membrane

kitosan lebih baik mengadsorpsi Mn (II)

dibanding mengadsorpsi Fe (II).

6. Pengaruh

penambahan kitosan

dari limbah

cangkang rajungan

(Portunus Pelagicus)

terhadap kadar

allumunium, besi,

COD, dan kekeruhan

pada pengolahan air

sebagai air minum

Nama : Maria

Angelina Mega

Desi

Cahyaningtyas

Nim : J2C 607 008

Penelitian ini bertujuan membuat kitosan dari

cangkang rajungan, menentukan pengaruh

penambahan kitosan terhadap kadar

alumunium, kadar besi, COD, kekeruhan dan

untuk mengetahui kualitas air hasil pengolahan

menggunakan kitosan dengan hasil pengolahan

PAM.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode

demineralisasi, deproteinasi, dan depigmentasi

menggunakan NaOH, HCl, dan H2O2 3%

secara berurutan kemudian diikuti dengan

metode deasetilasi menggunakan NaOH 50%,

selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisis

menggunakan FTIR dan AAS.

Analisis menggunakan AAS dilakukan untuk

menentukan alumunium dan besi, sedangkan

turbiditi digunakan untuk menentukan

kekeruhan.

Hasil penelitian diperoleh kitosan dengan DD

73,24%, hal tersebut menyatakan kadar

alumunium, besi dan kekeruhan pada air serta

COD dapat menurun seiring dengan

peningkatan jumlah kitosan yang ditambahkan.

Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

kitosan lebih efektif untuk pengolahan air

daripada menggunakan tawas.

7. Pemanfaatan kitosan Nama : Ninda Penelitian ini bertujuan mengisolasi kitin dari

Page 16: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

dari limbah

cangkang kepiting

(Portunus Pelagicus)

sebagai adsorben zat

warna Remazol

golden Yellow RNL

Astuti

NIM : J2C 004 135

limbah cangkang rajungan, mengubah kitin

menjadi kitosan, mengetahui kondisi optimum

adsorpsi zat warna Remazol Golden Yellow

RNL oleh kitosan pada variasi pH adsorpsi dan

waktu kontak optimum serta mengetahui

kapasitas adsorpsi kitosan terhadap zat warna

Remazol Golden Yellow RNL. Pembuatan

kitin didapatkan kitin berwarna putih dan

kitosan berwarna putih kecoklatan dengan

derajat deasetilasi sebesar 83,792%. Dari

spektra FTIR dapat diketahui perbedaan kitin

dan kitosan yang terletak pada gugus NH2,

C=O, CH3. Proses adsorpsi zat warna oleh

kitosan sangat dipengaruhi oleh pH, variasi pH

yang digunakan yaitu 2,3,4,5,6,7, dan 8.

Adsorpsi zat warna remazol golden yellow

RNL semakin meningkat secara signifikan dari

pH 2 ke pH 3, setelah pH 4 zat warna remazol

yellow RNF semakin menurun. Dengan adanya

peningkatan pH maka gugus amina NH2 yang

terprotonasi semakin sedikit, sehingga

mengakbatkan penurunan adsorpsi.

Pengaruh waktu kontak bertujuan mengetahui

waktu kontak optimum adsorpsi zat warna oleh

kitosan, waktu kontak divariasi mulai 30, 45,

60, 75, 90, dan 105 menit dengan volume zat

warna 25 mL. Waktu kontak 90 menit

mempunyai penyerapan yang paling optimal.

Kemungkinan hal tersebut terjadi karena

adanya interaksi adsorben dan adsorbat yang

lewat jenuh.

Page 17: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

Pengaruh konsentrasi terhadapadsorpsi remazol

gold yellow RNL dilakukan dengan variasi 80,

100, 120, 140, 160, 180 ppm, semakin besar

konsentrasi zat warna kemampuan adsorpsi

kitosan semakin meningkat, hal ini disebabkan

dengan semakin besarnya konsentrasi zat

warna akan semakin banyak molekul zat warna

yang berinteraksi dengan adsorben.

8. Membran kitosan

padat dari cangkang

rajungan atau

portunus pelagicus

dan aplkasinya

sebagai adsorben ion

mangan (II) dan besi

(II)

Nama : Indah

Ruswanti

NIM : J2C 004125

Bahan awal yang digunakan untuk membuat

kitin dan kitosan adalah limah cangkang

rajungan yang telah kering. Kitin dapat

diperoleh melalui proses deproteinasi,

demineralisasi dan depigmentasi. Untuk

mendapatkan kitosan proses deasetilasi

selanjutnya kitosan diproses sampai terbuat

membran padat dibuat dengan campuran

larutan PVA (poly vinyl alcohol), PEG (poly

ethylene glycol), aquades dan serbuk kitosan.

Selanjutnya membran padat digunakan untuk

adsorpsi ion mangan (II) dan Besi (II).

Pengaruh pH terhadap adsorpsi ion mangan (II)

oleh membran kitosan padat yaitu meningkat

dari pH 2 dan pH 5 dan menurun sampai pH 7

hal ini dikarenakan kitosan mempunyai gugus

amina. Sedangkan adsorpsi ion besi (II) yaitu

meningkat dari pH 2 sampai pH 3 dan optimum

pada pH 3. Pengaruh komposisi membran pada

Mn (II) komposisi optimum yaitu PVA 0,14

gram dan pada Fe(II) komposisi optimum PVA

0,17 gram. Pengaruh konsentrasi, pada ion

Mn(II) dan Fe(II) menunjukkan bahwa semakin

Page 18: TPA Jurnal Nasional Dan Skripsi Kitosan

besar konsentrasi larutan logam maka akan

semakin banyak molekul ion logam yang

berinteraksi dengan adsorben.