laporan penelitian perbedaan penggunaan kitosan …

63
1 LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN DENGAN BERAT MOLEKUL TINGGI DAN RENDAH TERHADAP EKSPRESI SEL MAKROFAG PADA PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI TIKUS RATTUS NORVEGICUS Oleh : SULARSIH, drg.,M.Kes FITRIA RAHMITASARI, drg., MKes DIBIAYAI OLEH PROKER FKG UHT 2016/2017 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2017

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

1

LAPORAN PENELITIAN

PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN DENGAN BERAT MOLEKUL TINGGI DAN

RENDAH TERHADAP EKSPRESI SEL MAKROFAG PADA PENYEMBUHAN LUKA

PENCABUTAN GIGI TIKUS RATTUS NORVEGICUS

Oleh :

SULARSIH, drg.,M.Kes

FITRIA RAHMITASARI, drg., MKes

DIBIAYAI OLEH PROKER FKG UHT 2016/2017

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2017

Page 2: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

2

RINGKASAN

Pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi, setelah fase pembekuan darah akan

terjadi respon inflamasi yang bertujuan untuk mengeliminasi benda asing dan mengendapkan

matriks ekstraseluler. Empat puluh delapan jam kemudian setelah terbentuknya luka, sel

makrofag akan menggantikan peran utama sel neutrofil dalam proses inflamasi. Sel Makrofag

berhasil menghancurkan neutrofil yang mati dan eksudat lain yang ada pada daerah tersebut. Sel

Makrofag dapat tertarik ke luka oleh karena adanya agen chemoattractive yang meliputi, faktor

pembekuan, komponen komplemen, sitokin seperti PDGF, TGF-β, leukotriene B4, dan faktor

trombosit, dan faktor trombosit IV. Sel Makrofag merupakan dasar bagi tahap akhir respons

inflamasi,bertindak sebagai kunci regulasi sel dan juga memediasi perubahan dari fase

keradangan ke fase proliferasi. Sel Makrofag melepaskan growth factors dan sitokin TNF-α,

TGF-β, PDGF, IL-1, IL-6, IGF-1 dan FGF (Velnar et al, 2009).. Beberapa mediator ini ditarik

dan diaktifkan oleh fibroblas, yang fungsinya membantu sintesis, penyimpanan dan penyusunan

matriks jaringan yang baru, sementara mediator lain memulai angiogenesis. Sitokin yang

mengawali dan mempercepat formasi jaringan granulasi, sedangkan growth factors yang menarik

fibroblas dalam tahap berikutnya pada penyembuhan luka. Sel makrofag merupakan salah satu

sel inflamasi yang penting pada proses penyembuhan luka

Kitosan memiliki peran besar dalam proses penyembuhan luka. Berat molekul (BM)

merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat mukoadhesif suatu polimer dalam proses

penyembuhan luka. Kitosan gel merupakan penutup atau obat luka yang ideal karena memiliki

biokompatibilitas dan biodegradabel yang baik, bersifat hemostatik, tidak memiliki efek samping

dan mampu mempercepat penyembuhan luka Pada fase inflamasi terjadi pelepasan beberapa

faktor oleh trombosit, termasuk PDGF dan TGF-β dan terjadi migrasi sel-sel inflamasi seperti

PMN dan makrofag bermigrasi kedaerah luka dan berperan dalam fagosit benda asing serta

bakteri yang ada pada luka. Peran kitosan pada fase inflamasi meningkatkan fungsi sel inflamasi

(sel PMN) dan makrofag. Penyembuhan luka selanjutnya adalah fase proliferasi, pada fase

dimulai ketika sel fibroblas mensintesis kolagen yang merupakan komponen penting pada

regenerasi jaringan. Peran peran pemberian kitosan menyebabkan proliferasi fibroblas meningkat

sehingga reepitelisasi dan angiogenesis dapat terjadi lebih cepat. Pada fase remodeling kolagen-

kolagen yang terbentuk saling menyatu dan terjadi reorganisasi yang menyebabkan luka

menutup

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hasil uji One way Anova perbandingan antara

kitosan dengan berat molekol tinggi dan rendah pada lama pengamatan 3 dan 4 hari setelah

perlakuan menunjukkan bahwa pada jumlah Ekspresi sel makrofag terdapat perbedaan yang

bermakna (p<0,05) dengan harga p sebesar 0,000. Jumlah Ekspresi sel makrofag pada kelompok

perlakuan dengan berat molekol tinggi pada pengamatan 3 dan 4 hari hari lebih banyak

dibandingkan dengan kelompok kontrol serta kelompok perlakuan dengan berat molekol rendah.

Pada penelitian ini kitosan dengan perlakuan menggunakan kitosan gel dari berat molekul

yang tinggi menunjukkan jumlah ekspresi sel makrofag yang lebih besar dibandingkan dnegan

kelompok perlakuan dengan kitosan yang memiliki berat molekul yang rendag. Kitosan dapat

menstimulasi migrasi dari sel makrofag. Kitosan yang bermuatan positif akan bereaksi dengan

permukaan muatan negatif dari anionic polymersehingga mampu memfasilitasi migrasi sel

Page 3: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

3

inflamasi, sehingga sel radang meningkat. Sel limfosit dan sel makrofag berinteraksi secara dua

arah.Makrofag memproduksi sitokin seperti Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α) ,IL-12, IL-6,

dan IL-23, mengenalkan antigen kepada limfosit T, sehingga menimbulkan respon dari limfosit.

Limfosit T yang teraktivasi akan memproduksi limfokin yang mengaktifkan lebih banyak

monosit dan makrofag berupa macrophage aggregating factor (MAF) / IFN-ϒdan macrophage

chemotactic factor (MCF). Limfosit selanjutnya menghasilkan sitokin IL-2 dan fibroblast

activating factor yang mempengaruhi sel fibroblast sehingga menunjang tahap penyembuhan

luka berikutnya. Kitosan dengan berta molekul yang tinggi berikatan dengan reseptor utama pada

makrofag untuk kitosan yaitu mannose receptor.Setelah berikatan dengan reseptor, kitosan di

internalisasi oleh sel makrofag. Kitosan tersebut akan terbiodegradasi oleh enzim lizosim yang

akan memecah N-acetyl-D-glucosamine bentuk polimer menjadi N-acetyl-D-glucosamine bentuk

dimer yang aktif yang selanjutnya membentuk cross-linked dengan glycosaminoglycan dan

glycoprotein yang merupakan makromolekul matrik ekstraseluler serta menstimulasi TNF-α.

Pada kitosan dengan berat molekul yang tinggi mengandung N-asetil yang lebih banyak sehingga

akan menstimulasi sel makrofag untuk melepas sitokin lebih banyak. makin banyak monomer N-

asetil, makin tinggi efek percepatan penyembuhan luka. Dengan meningkatnya ekspresi sel

makrofag pada pengamatan 3 dan 4 hari diharapkan setelah hari ke 5 segera turun jumlahnya

agar tahapan proses penyembuhan luka pencabutan gigi selanjutnya yaitu tahap proliferasi segera

berlanjut sehingga proses percepatan penyembuhan luka dapat terjadi.Semakin tinggi berat

molekul maka kekuatan mukoadhesif suatu polimer akan semakin meningkat. Kitosan berat

molekul tinggi lebih efektif dalam proses penyembuhan luka pencabutan gigi melalui

peningkatan jumlah sel fibroblas, sel osteoblas dan kolagne tipe 1. Kitosan berat molekul tinggi

memiliki viskositas yang tinggi, sedangkan kitosan berat molekul rendahmemiliki viskositas

yang lebih rendah dan panjang rantai molekul yang pendek. Kitosan dapat segera menimbulkan

efek pada proses penyembuhan luka karena absorpsi yang sangat cepat oleh jaringan saat

diaplikasikan secara topikal pada luka

Page 4: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

4

ABSTRACT

Background: The infiltration of macrophage cell on wound healing process has important role

to release a number of cytokines and synthesize extracellular matrix. Purpose: The aim of this

study was to account the the expression of macrophage cell on wound healing process of dental

extraction in Rattus norvegicus for 3 and 4 days using chitosan gel with different molecular

weight. Material and method: Rattus nornegicus strain wistar male, aged 8-16 weeks, divided

into 3 groups, namely group 1 which given chitosan gel 1% with high molecular weigh and high

viscosity: group II which given chitosan gel 1% with low molecular weight and low viscosity:

group III as control which were not given chitosan gel. Chitosan gel 1% were applied into the

socket of dental extraction. Rat was decaputated 3 and 4 days after chitosan gel application and

the jaw in the treated regions and control group were cut for immunohistochemical examination

using macrophage cell monoclonal antibody to observethe expression of macrophage cell. Data

were analyzed using ANOVA test. Results: The expression of macrophage cells were found

higher in the group which given chitosan gel 1% with high molecular weight. The result

showed significant differences in expression of macrophage cell for 3 and 4 days observation

compared to control group (p<0,05). Conclusion: The application chitosan gel 1 % with high

molecular weight and high viscosity might stimulates macrophages cells on wound healing

process of dental extraction.

Keys words: Chtosan gel 1 %, molecular weight, macrophage cell

Correspondence: Sularsih, c/o: Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hang Tuah. Jl. Arif Rachman Hakim 150 Surabaya 60111. E-mail:

[email protected]

Page 5: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

5

ABSTRAK

Latar belakang: Infiltrasi sel makrofag pada penyembuhan luka memegang peranan yang

penting dalam pelepasan sitokin.dan sintesa matrik ekstraseluler. Tujuan penelitian: Untuk

menghitung jumlah ekspresi sel makrofag pada penyembuhan luka pencabutan gigi Ratttus

Norvegicus pada pengamatan 3 dan 4 hari dengan menggunakan kitosan gel 1 % yang memiliki

berat molekul yang berbeda. Bahan dan metode: Sampel menggunakan tikus Rattus nornegicus

strain wistar, jantan, umur 8-16 minggu, dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok I:

kelompok perlakuan dengan pemberian kitosan gel 1 % yang memiliki berat molekol dan

viskositas yang tinggi, kelompok II: kelompok perlakuan dengan pemberian kitosan gel 1 %

yang memiliki berat molekol dan viskositas yang rendah dan kelompok III adalah kelompok

kontrol, tanpa pemberian kitosan gel. Kitosan gel diaplikasikan pada soket gigi. Sampel

didekaputasi setelah 3 dan 4 hari pemberian perlakuan, kemudian dilakukan pemotongan rahang

mandibula dan pemeriksaan imunohistokimia untuk menganalisa ekpresi sel makrofag. Data

dianalisa dengan uji ANOVA. Hasil: Ekspresi sel makrofag lebih banyak ditemukan pada

kelompok perlakuan dengan kitosan gel yang memiliki berat molekol dan viskositas yang tinggi.

Terdapat perbedaan yang siginifikan pada ekspresi sel amkrofag dengan pengamatan 3 dan 4 hari

(p<0,05). Kesimpulan: Penggunaan kitosan gel yang memiliki berat molekol dan viskositas

yang tinggi dimungkinkan dapat menstimulasi ekpsresi sel makrofag pada penyembuhan luka

pencabutan gigi.

Kata kuncis: Kitosan gel 1 %, berat molekul, sel makrofag

Korespondensi: Sularsih, c/o: Departemen of dental material, Dentistry faculty of Hang tuah

University, Arif Rachman Hakim 150 Surabaya. E-mail: [email protected]

Page 6: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNya, penulis akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penyusuann laporan penelitian

dengan judul “PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN DENGAN BERAT MOLEKUL

TINGGI DAN RENDAH TERHADAP EKSPRESI SEL MAKROFAG PADA

PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI TIKUS RATTUS NORVEGICUS”. Penelitian

ini merupakan salah satu tugas dosen untuk mengembangan ilmu pengetahui melalui kegiatan

penelitian sesuai dengan TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI di lingkungan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya.

Kami sebagai tim peneliti mengucapkan terimakasih kepada Rektor selaku Pimpinan

Universitas Hang Tuah dan Ketua Lembaga Penelitian yang telah memberikan kesempatan

untuk melaksanakan penelitian ini. Dalam penyelesaian laporan penelitian ini tidak lepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas

kerjasama dan bantuannya pada semua pihak yang terkait. Semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan menambah wawasan ilmu pengetahuan kepada kita semua.

Surabaya, Agustus 2017

Tim peneliti

Page 7: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

7

HALAMAN PENGESAHAN HASIL PENELITIAN

1. Diajukan kepada : Rektor

c.,q. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat Universitas Hang Tuah Surabaya

2. Judul Penelitian : Perbedaan pengaruh penggunaan kitosan dengan berat

Molekol tinggi dan rendah terhadap jumlah sel

makrofag pada penyembuhan luka

pencabutan gigi.

3. Bidang Ilmu : Ilmu Material dan tehnologi kedokteran gigi

a. Kategori Penelitian : Penelitian eksperimental

4. Ketua Peneliti

a. Nama : Sularsih drg MKes

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIK : 01318

d. Disiplin Ilmu : Ilmu Material dan Tehnologi Kedokteran Gigi

e. Pangkat/Golongan : III C

f. Jabatan Fungsional : Lektor

g. Fakultas : Kedokteran Gigi

5. Anggota Peneliti

a. Nama Anggota I : Fitria Rahmitasari drg.,Mkes

b. Jenis kelamin : Wanita

c. NIK : 01626

d. Disiplin Ilmu : Ilmu Material dan Tehnologi Kedokteran Gigi

e. Pangkat/Golongan : III B

f. Jabatan Fungsional : -

g. Fakultas : Kedokteran Gigi

6. Lokasi Penelitian : Lab Biokinia FK UNAIR, Lab Biokimia FK UNIBRA

7. Lama Penelitian : 6 bulan

8. Biaya Penelitian : Rp. 14.387.500

Surabaya,

Mengetahui,

Dekan Fakultas Peneliti,

Drg. Lita Agustia., MH.Kes drg. Sularsih., Mkes

NIK : 02512 NIK : 01318

Ka. LPPM

Dr. Ir. Ninis Trisyani. M.P

NIK: 01071

Page 8: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

8

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Penyembuhan Luka Pencabutan

2.2 Kitosan Ge

2.3 Peran sel makrofag pada Penyembuhan Luka

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis Penelitin

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

4.2 Rancangan Penelitian 48

4.3 Variabel Penelitian 50

4.4 Definisi Operasional Variabel 50

4.5 Sampel

4.6 Lokasi Penelitian 51

4.7 Alat dan Bahan Penelitian 51

4.8 Cara Kerja

4.9 PengolahandanAnalisis Data 55

i

ii

iii

iv

v

1

1

4

4

5

6

6

10

12

14

14

16

16

17

17

17

18

18

19

20

21

21

29

Page 9: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

9

4.10 AlurPenelitian 56

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 6 PEMBAHASAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

30

31

35

39

40

Page 10: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

10

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Rerata dan simpang baku ekspresi sel makrofag pada setiap kelompok kitosan

dengan berat molekol tinggi, kelompok kitosan dengan berat molekol

rendah dan kelompok kontrol pada lama pengamatan 3 dan 4 hari

Tabel 5.2 Taraf signifikan jumlah Ekspresi sel makrofag pada kelompok perlakuan

dengan berat molekol tinggi rendah pada pengamatan 3 dan 4 hari

Tabel 5.3 Taraf signifikan jumlah Ekspresi sel makrofag antar kelompok perlakuan

pada pengamatan 3 dan 4 hari hari

31

33

33

Page 11: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik Fase Penyembuhan Luka

Gambar 2.2 Struktur Kimia Kitosan

Gambar 5.1 Grafik jumlah jumlah Ekspresi sel makrofagpada kelompok perlakuan

dengan berat molekol tinggi pada pengamatan 3 dan 4 hari

Gambar 5.2 Gambaran imunohistokimia Ekspresi sel makrofag pada pengamatan 3

dan 4 hari

9

11

31

32

Page 12: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Rincian Biaya Penelitian…………...……………....…………………………….44

2. Jadwal penelitian …..........................................................................…………….45

3. Personalia Penelitian…………………………………………………………..…46

4. Surat keterangan Reviewer Penelitian……………….......……………………….48

5. Berita Acara Seminar Penelitian…………………………………………………49

6. Hasil uji Statistik....................................................................................................50

Page 13: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

13

SURAT KESEDIAAN

Yang bertandatangan di bawahini bersedia menyerahkan:

(1). Draft Jurnal maksimal 15 halaman (CD dan Print out)

(2). Abstrak Penelitian (CD dan Print Out)

Demikian surat kesediaanini kami sampaikan sebagai

Pertanggungjawaban akhir kegiatanpenelitian

Surabaya,

Peneliti,

Sularsih,drg.,MKes

NIP : 01318

Page 14: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

14

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Sularsih ,drg.,MKes

NIK : 01318

Jurusan : Kedokteran Gigi

Dengan ini menyatakan bahwa proposal/hasil penelitian yang berjudul : PERBEDAAN

PENGGUNAAN KITOSAN DENGAN BERAT MOLEKUL TINGGI DAN RENDAH

TERHADAP EKSPRESI SEL MAKROFAG PADA PENYEMBUHAN LUKA

PENCABUTAN GIGI TIKUS RATTUS NORVEGICUS Adalah orisinal, bebas plagiat, semua

sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila

dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam Laporan penelitian/ hasil penelitian saya, maka

saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya,

Surabaya, 4 Agustus 2017

Peneliti,

Sularsih, drg Mkes

NIK: 01318

Page 15: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

15

SURAT KETERANGAN

REVIEW HASIL PENELITIAN

Yang bertandatangan di bawah ini tim reviewer Fakultas/Program Diploma menerangkan, bahwa

Hasil Penelitian berikut :

Nama : Sularsih, drg., Mkes

NIK/NIP : 01318

Pangkat/Golongan : III C

JabatanFungsional : Pembina madya

Fakultas/Jurusan : Kedokteran Gigi

Anggota : Fitria Rahmitasari, drg., Mkes

JudulPenelitian : PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN KITOSAN DENGAN

BERAT MOLEKOL TINGGI DAN RENDAH TERHADAP EKSPRESI

SEL MAKROFAG PADA PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN

GIGI TIKUS RATTUS NORVEGICUS

1*) SUDAH diperbaiki sesuai masukan reviewer

2*) PERBAIKAN BELUM sesuai dengan reviewer. Oleh karenai tu kami sarankan :

………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………..

Surabaya, 10 Agustus 2017

Reviewer

Dr. Dian Mulawarmanti, drg., MS

NIK:01140

Page 16: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

16

BERITA ACARA

Seminar Hasil Penelitian

No. BA/2230/UHT.Bo.FKG/VIII/2017

Pada hari, kamis tanggal 10 bulan Agustus tahun 2017 telah diselenggarakan Seminar

HasilPenelitian *olehFK/FKG/FISIP/FH/FPsi/FTIK/PDP Universitas Hang Tuah Surabaya atas :

Nama : Sularsih drg., MKes

NIK : 01318

JudulPenelitian : PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN KITOSAN DENGAN

BERAT MOLEKUL TINGGI DAN RENDAH TERHADAP EKSPRESI SEL MAKROFAG

PADA PENYEMBUHAN LUKA PENCABUTAN GIGI RATTUS NORVEGICUS

Dengan catatan : Revisi / Tidak ada Revisi

Dengan demikian berita acara ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 10 Agustus 2017

Mengetahui

Kapuslit Reviewer,

Ali Azhar. ST., MT Dr. Dian Mulawarmanti,drg.,MS

NIK : 01492 NIK. 01140

Catatan* :Coret yang tidakperlu

Page 17: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

17

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyembuhan luka adalah proses perbaikan yang meliputi kombinasi regenerasi

dan pengendapan jaringan ikat. Regenerasi merupakan pertumbuhan sel atau jaringan yang

menggantikan struktur yang hilang (Mitchell, et al. 2006). Saat jaringan terluka secara tidak

sengaja, karena prosedur bedah, atau pencabutan gigi, tubuh akan melakukan proses

penyembuhan luka yang akhirnya akan mengembalikan jaringan pada kondisi normal. Respon

penyembuhan luka terjadi langsung sesaat setelah terjadinya luka. Penyembuhan luka yang

normal merupakan serangkaian proses dinamis dan kompleks yang melibatkan berbagai

peristiwa seperti perdarahan, koagulasi, respon inflamasi, regenerasi, migrasi dan proliferasi

jaringan ikat, serta remodeling (Velnar, et al. 2009; Avery, 2002).

Ekstraksi gigi menginisiasi proses reparatif yang melibatkan jaringan keras

(tulang alveolar) dan jaringan lunak (ligament periodontal dan gingiva) (Farina dan Trombeli,

2012). Setelah fase pembekuan darah akan terjadi respon inflamasi yang bertujuan untuk

mengeliminasi benda asing dan mengendapkan matriks ekstraseluler. Proses Inflamasi terjadi 24

jam pertama setelah luka terjadi dan berakhir pada 48 jam (Olazyk et al., 2014). Sel darah putih

yaitu neutrofil akan menginvasi daerah luka, yang menandakan mulai terjadinya respon inflamasi

yang ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah, aktivasi

reseptor nyeri dan permeabilitas pembuluh darah, aktivasi reseptor nyeri, dan aktifitas neutrofil

dan sel darah putih lain yang mengeliminasi debris dan bakteri. Empat puluh delapan jam

kemudian setelah terbentuknya luka, sel makrofag akan menggantikan peran utama sel neutrofil

dalam proses inflamasi. Sel Makrofag berhasil menghancurkan neutrofil yang mati dan eksudat

Page 18: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

18

lain yang ada pada daerah tersebut (Putranti, 2013). Sel Makrofag dapat tertarik ke luka oleh

karena adanya agen chemoattractive yang meliputi, faktor pembekuan, komponen komplemen,

sitokin seperti PDGF, TGF-β, leukotriene B4, dan faktor trombosit, dan faktor trombosit IV. Sel

Makrofag merupakan dasar bagi tahap akhir respons inflamasi, makrofag bertindak sebagai

kunci regulasi sel dan juga memediasi perubahan dari fase keradangan ke fase proliferasi. Sel

Makrofag melepaskan growth factors dan sitokin TNF-α, TGF-β, PDGF, IL-1, IL-6, IGF-1 dan

FGF (Velnar et al, 2009).. Beberapa mediator ini ditarik dan diaktifkan oleh fibroblas, yang

fungsinya membantu sintesis, penyimpanan dan penyusunan matriks jaringan yang baru,

sementara mediator lain memulai angiogenesis. Sitokin yang mengawali dan mempercepat

formasi jaringan granulasi, sedangkan growth factors yang menarik fibroblas dalam tahap

berikutnya pada penyembuhan luka. Sel makrofag merupakan salah satu sel inflamasi yang

penting pada proses penyembuhan luka (Schultz et al, 2005).

Kitosan memiliki peran besar dalam proses penyembuhan luka. Banyak penelitian

yang telah melaporkan kegunaan kitosan dalam mempengaruhi setiap tahap proses penyembuhan

luka. Berat molekul (BM) merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat mukoadhesif suatu

polimer dalam proses penyembuhan luka. Semakin tinggi berat molekul maka kekuatan

mukoadhesif suatu polimer akan semakin meningkat (Boddupalli et al, 2010). Kitosan berat

molekul tinggi lebih efektif dalam proses penyembuhan luka pencabutan gigi melalui

peningkatan jumlah sel fibroblas, sel osteoblas dan kolagne tipe 1 (Sularsih, 2013). Kitosan berat

molekul tinggi memiliki viskositas yang tinggi, sedangkan kitosan berat molekul rendahmemiliki

viskositas yang lebih rendah dan panjang rantai molekul yang pendek (Maeda dan Kimura,

2004). Kitosan dapat segera menimbulkan efek pada proses penyembuhan luka karena absorpsi

yang sangat cepat oleh jaringan saat diaplikasikan secara topikal pada luka (Alsarrra, 2009).

Page 19: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

19

Kitosan gel merupakan penutup atau obat luka yang ideal karena memiliki

biokompatibilitas dan biodegradabel yang baik, bersifat hemostatik, tidak memiliki efek samping

dan mampu mempercepat penyembuhan luka (Alemdaroglu et al., 2006; Dharmawan, 2013).

Kitosan mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka, pada saat setelah terjadi luka (fase

hemostasis), terjadi perdarahan karena pembuluh darah rusak. Pada saat ini permeabilitas

vaskular meningkat dan mendorong neutrofil (PMN), trombosit dan protein plasma untuk masuk

kedalam luka sehingga terjadi bloodd clot (pembekuan darah). pemberian kitosan akan akan

menginduksi adhesi dan aktivasi trombosit sehingga blood clot terbentuk dalam waktu singkat

(Dai dkk, 2011; Wang dkk, 2008). Proses pembentukan blood clot (pembekuan darah) yang

singkat ini akan mempercepat proses penyembuhan selanjutnya, fase inflamasi. Pada fase

inflamasi terjadi pelepasan beberapa faktor oleh trombosit, termasuk PDGF dan TGF-β dan

terjadi migrasi sel-sel inflamasi seperti PMN dan makrofag bermigrasi kedaerah luka dan

berperan dalam fagosit benda asing serta bakteri yang ada pada luka (Dai dkk, 2011). Peran

kitosan pada fase inflamasi meningkatkan fungsi sel inflamasi (sel PMN) dan makrofag (Senel

dan McClure, 2004). Penyembuhan luka selanjutnya adalah fase proliferasi, pada fase dimulai

ketika sel fibroblas mensintesis kolagen yang merupakan komponen penting pada regenerasi

jaringan. Peran peran pemberian kitosan menyebabkan proliferasi fibroblas meningkat sehingga

reepitelisasi dan angiogenesis dapat terjadi lebih cepat. Pada fase remodeling kolagen-kolagen

yang terbentuk saling menyatu dan terjadi reorganisasi yang menyebabkan luka menutup (Kumar

dkk, 2005; Dai dkk, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, mengingat pentingnya peran sel makrofag

dalam proses penyembuhan luka, peneliti akan mengembangkan penelitian dari penelitian

Page 20: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

20

sebelumnya yaitu tentang perbedaan pengaruh penggunaan kitosan dengan berat molekol tinggi

dan rendah terhadap jumlah sel makrofag pada penyembuhan luka pencabutan gigi..

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan pengaruh penggunaan kitosan dengan berat molekul rendah dan

tinggi terhadap jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi

Rattus Norvegicus?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan adanya perbedaan pengaruh penggunaan kitosan dengan berat molekul

rendah dan tinggi terhadap jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan luka

pencabutan gigi Rattus Norvegicus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh penggunaan kitosan dengan berat molekul tinggi terhadap jumlah

sel makrofag pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi Rattus Norvegicus.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan kitosan dengan berat molekul rendah terhadapjumlah

sel makrofag pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi Rattus Norvegicus.

3. Mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan kitosan dengan berat molekul tinggi dan

rendah terhadap sel makrofag pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi Rattus

Norvegicus.

Page 21: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

21

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Mendapatkan informasi ilmiah tentang pengaruh aplikasi kitosan berat molekul tinggi dan

rendah terhadap jumlah sel makrofag pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Meningkatkan daya guna kitosan sebagai biomaterial di bidang kedokteran gigi, khususnya

untuk aplikasi luka bekas pencabutan gigi.

Page 22: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

22

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Penyembuhan Luka Pencabutan Gigi

Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu pekerjaan yang sering dilakukan

oleh seorang dokter gigi. Pencabutan gigi diindikasikan untuk gigi yang sudah tidak bisa

dilakukan perawatan konservasi ataupun karena penyakit periodontal, karies, infeksi periapikal,

erosi, abrasi, atrisi, hipoplasia atau penyakit pada pulpa gigi. Pencabutan gigi merupakan suatu

tindakan traumatik yang dilakukan untuk mencabut akar gigi secara utuh tanpa menimbulkan

rasa sakit, trauma yang minimal sehingga meninggalkan luka yaitu soket gigi yang sembuh

secara normal serta tidak mengalamai komplikasi (Pedlar, 2007).

Penyembuhan luka merupakan salah satu mekanisme yang melibatkan perbaikan

dan regenerasi jaringan (Chandra, 2004). Faktor sistemik yang berpengaruh pada penyembuhan

luka antara lain: umur, nutrisi dan faktor hormonal. Penyakit sistemik seperti kardiovaskuler,

diabetes melitus, hipertensi dan gangguan perdarahan dapat menyebabkan penyembuhan luka

pencabutan gigi menjadi lebih lama. Pada pasien dengan pemakain obat hormon

Adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol dapat menghambat proliferasi sel fibroblas

baru dan pembuluh kapiler baru serta reaksi inflamasi sehingga menyebabkan penyembuhan luka

terganggu dan menjadi lebih lama (Florman, 2004). Penderita diabetes melitus juga memiliki

masalah dalam penyembuhan luka karena faktor vaskuler, berkurang fungsi dari sel radang,

kehilangan sensasi dan perubahan pada metabolisme matrik ekstraseluler (Pedlar,2007)

Pada proses penyembuhan luka akan terjadi proses epitelisasi pada soket gigi

Page 23: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

23

pembentukan jaringan ikat baru dan remodeling tulang alveolaris. Proses penyembuhan luka

pencabutan gigi pada prinsipnya dibagi menjadi tiga tahap yaitu inflamasi, proliferasi dan

remodeling (Topazian et al., 2002)

Tahap Inflamasi

Tahap inflamasi dimulai sejak terjadinya luka hingga hari kelima. Proses

inflamasi terjadi setelah pembentukan bekuan darah. Proses pembentukan bekuan darah terjadi

segera setelah pencabutan gigi, secara klinis tampak darah mengisi soket dan menggumpal. Sel

darah merah dapat terlihat diantara serat fibrin, proses ini berlanjut menuju ke tengah soket,

disini terlihat susunan sel darah merah dan membentuk pola geometrik kecil yaitu bentukan

tulang baru. Permukaan bekuan darah tertutupi anyaman fibrin yang mengandung sel lekosit,

PMN, sisa makanan dan bakteri (Topazian et al., 2002). Sel radang yaitu sel PMN, sel makrofag

dan sel neutrofil akan bermigrasi ke arah soket gigi. Sel makrofag akan muncul 48-96 jam

setelah terjadi luka. Sel makrofag akan berumur lebih panjang dibanding sel PMN dan akan tetap

ada di dalam luka sampai penyembuhan luka telah berjalan sempurna (Prabakti, 2005). Sel

makrofag akan melepaskan sitokin berupa Tumor necrosis factor α (TNF-α), Transforming

growth factor betha (TGF-ß), Interleukin 6 (IL-6), Interleukin 8 (IL-8), proteinase yaitu

diantaranya adalah enzim kolagenase Matriks metalloproteinase (MMPs) dan mediator lain

seperti prostaglandin E2 (PGE2 (Wang, 2006).

Page 24: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

24

Tahap Proliferasi

Tahap proliferasi berlangsung antara hari ketiga dan hari keempatbelas. Apabila

tidak terdapat kontaminasi atau infeksi yang bermakna, proses inflamasi akan berlangsung

pendek (Prabakti, 2005). Tahap proliferasi disebut juga fibroplasia karena terjadi proliferasi sel

fibroblas. Sel fibroblas banyak ditemukan di jaringan ikat, berproliferasi dan mensintesis

komponen matrik ekstraseluler yaitu mensintesis kolagen, elastin, glikosaminoglikan,

proteoglikan dan glikoprotein. TGF ß1 berperan penting dalam pertumbuhan sel fibroblas dan

sintesis matrik ekstraseluler. TGF ß1 memicu aktifitas sel fibroblas sehingga meningkatkan

proliferasi sel fibroblas. Sel fibroblas semakin banyak maka akan terjadi peningkatan jumlah

kolagen tipe 1 yang berperan pada proses remodeling. Sel fibroblas terlihat pada daerah luka

setelah hari ketiga setelah terjadi luka dan akan mencapai jumlah maksimum pada hari ketujuh.

Maksimal proses sintesa kolagen berlangsung antara hari keempat belas dan hari keduapuluh

satu (Nanci, 2008)

Proses selanjutnya adalah proses epitelisasi. Sel epitel tumbuh dari tepi luka,

bermigrasi ke jaringan ikat yang masih hidup. Proses epitelisasi berlangsung lengkap tergantung

ukuran dari luka. Proses epitelisasi akan menutup luka sepanjang ligamen periodontal ke dermis,

dan kemudian terbentuk jaringan ikat baru dari bagian tepi ke tengah soket gigi. Jaringan ikat

muda ditandai dengan ada sel yang berbentuk silinder, serat kolagen, jaringan granulasi hilang

dan bertambah komponen vaskuler. Sel jaringan ikat muda yang telah tampak sejak hari keempat

pada bagian tepi kemudian bertambah jumlah dengan cepat dan meluas ke bagian tengah soket,

sisa jaringan granulasi pada bagian tengah diganti seluruhnya pada hari keduapuluh (Pedlar,

2007).

Page 25: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

25

Gambar 2.1 Fase penyembuhan luka (Prabakti, 2005)

Tahap Remodeling

Proses remodeling merupakan rekonstitusi perlekatan jaringan periodontal

termasuk perlekatan gingiva, sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar yang

mengelilingi gigi. Regenerasi jaringan periodontal merupakan proses fisiologis yang terus

berlanjut. (Nield & Willman, 2003).Tahap remodeling merupakan tahap akhir penyembuhan

luka. Indikator penyembuhan luka pencabutan gigi adalah dengan adanya epitelisasi yang

lengkap pada soket gigi, terbentuknya jaringan ikat dan terjadi remodeling baik pada jaringan

ligamen periodontal maupun tulang alveolaris. (Dorri & Shahrahbi, 2010).

Sel fibroblas semakin banyak maka akan terjadi peningkatan jumlah kolagen tipe

1 yang berperan pada proses remodeling. Pada proses remodeling tulang alveolaris, sel osteoblas

akan beragregasi dengan zat interseluler tulang yang mengandung kolagen untuk membentuk

serat kolagen baru dan membentuk osteoid. Deposisi garam kalsium akan terjadi dengan diawali

pembentukan kristal berupa pulau kecil atau spikula kemudian akan membentuk osteon dengan

sistem Harver.(Guyton & Hall, 1997).Tulang spikula yang belum terkalsifikasi mulai timbul

pada hari ketujuh atau awal minggu pertama setelah pencabutan gigi. Tulang spikula pertama

dibentuk pada bagian dasar dan lateral soket dan akan bergabung dengan jaringan ikat muda.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

26

Jaringan tulang yang pertama yang terbentuk merupakan osteoid besar yang dikelilingi oleh sel

osteoblas dengan sejumlah besar alkalin fosfatase pada sitoplasma (Garant, 2003). Pembentukan

tulang atau disebut aposisi pada soket gigi akan terus berlangsung dimulai dari bagian tepi ke

tengah soket gigi yang bergabung dengan jaringan ikat baru sehingga luka akan menutup disertai

resorbsi penuh tulang kortikal tepi soket gigi sampai 4 – 6 bulan setelah pencabutan gigi (Pedlar,

2007).

Pada penyembuhan luka pencabutan gigi, bone morphogenetic protein-2 (BMP-2

berperan penting dalam proses pembentukan tulang. BMP-2 mRNA merupakan prototype

subgroup BMPs yang memicu differensiasi multipotent mesenchymal progenitor cell lines

menjadi osteogenic lineage. BMPs menstimulasi activator protein-1 (AP-1) untuk meningkatkan

ekspresi alkaline phosphatase (ALP) dan terjadi proses mineralisasi. BMP-4 dan BMP-6 juga

sangat berperan dalam osteogenesis dan menginduksi GF β family (Matsunaga et al, 2005).

Menurut Yilgor et al., (2009) aplikasi kitosan dapat meningkatkan ekspresi BMP-2, BMP-7

dan aktifitas ALP.

2.2 Kitosan gel

Kitosan adalah suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri dari monomer N-

asetilglukosamin dan D-glukosamin. Bentukan derivatif deasetilasi dari polimer ini adalah kitin.

Kitin adalah jenis polisakarida terbanyak ke dua di bumi setelah selulosa, kitin dapat diperoleh

dari crustacean atau berbagai fungi (Saleh dkk, 2013). Kitosan digunakan dalam berbagai

keperluan, karena beberapa keunggulan. Kitosan lebih mudah dimodifikasi daripada kitin, karena

dapat larut dalam beberapa pelarut sederhana (Utami dan Irawati, 2007).

Page 27: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

27

Gambar 2.2 Struktur kitosan (Saleh , 2003)

Kitosan merupakan polimer linier yang tersusun oleh 2000 – 3000 monomer n

asetil D-glukosamin dalam ikatan ß(1-4) atau 2-asetamida-2-deoksi-D-glukopiranol dengan

rumus molekul (C8H13NO5)n dimana strukturnya mirip glikosaminoglikan (GAGs), hal ini

menunjukkan bahwa kitosan dapat bertindak sebagai penyembuhan luka (Astuti, 2006; Saleh

dkk, 2013).Proses utama dalam pembuatan kitosan, meliputi penghilangan protein dan

kandungan mineral melalui demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Demineralisasi

dilakukan dengan menggunakan larutan asam lemah (HCl) yang bertujuan untuk menghilangkan

mineral yang terkandung dalam bahan baku. Deproteinasi dilakukan dengan menggunakan

larutan basa lemah (NaOH) untuk menghilangkan sisa-sisa protein yang masih terdapat dalam

bahan baku (Kartika dan Kurniasih, 2011). Kitosan tidak larut air tetapi larut dalam pelarut asam

dengan pH dibawah 6,0. Pelarut yang umum digunakan untuk melarutkan kitosan adalah asam

asetat 1% dengan pH sekitar 4,0. Pada pH 7,0 stabilitas kelarutan kitosan sangat terbatas (Kaban,

2009).Kitosan mempunyai rantai yang lebih pendek dibandingkan kitin.Oleh karena itu, jika

kitosan dilarutkan dalam asam encer, viskositasnya bervariasi menurut berat molekul dan derajat

deasetilasinya. Kitosan dapat mengalami depolimerisasi selama penyimpanan yang lama dengan

Page 28: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

28

suhu tinggi. Depolimerisasi thermal kitosan maksimal terjadi pada suhu 280oC (Saleh dkk,

2003).

Gel secara umum merupakan suatu formula yang dikombinasi dengan satu atau

lebih zat bukan obat dengan manfaat yang bermacam-macam, seperti untuk melarutkan,

mengentalkan, mengencerkan, mewarnai, mengawetkan, memberikan rasa dan menstabilkan

(Ansel, 1985 dalam Dwiartyani, 2012). Salah satu contoh yaitu pada penggunaan Sodium

Carboxy Methyl (Na-CMC) sebagai bahan pengental pada penelitian yang menganalisa

kestabilan fisik gel (Puspita, 2015). Pembuatan formulasi gel yang tepat untuk diaplikasikan di

rongga mulut perlu memperhatikan beberapa persyaratan gel yaitu sifat fisik gel yang tidak

berubah, sediaan yang homogen, pH yang netral, viskositas yang tinggi dan kelarutan yang ideal

untuk membuat konsistensi sediaan yang tepat (Muthoharoh, 2012; Alsarra, 2009; Mappa dkk,

2013). Sediaan obat harus stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan sesuai waktu

penggunaan, ketidakstabilan formulasi obat dapat dideteksi secara fisika dalam beberapa hal

yaitu suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur (Ansel, 1985 dalam

Dwiartyani, 2012). Dari hasil penelitian oleh peneliti konsentrasi Na-CMC yang tepat untuk

mendapatkan gel dengan konsistensi yang baik dan homogen yaitu Na-CMC 3,5% serta

penambahan NaOH 1,25% didapatkan sediaan gel dengan pH netral yang sesuai kriteria aplikasi

di rongga mulut.

2.3 Peran Sel Makrofag Pada Penyembuhan luka

Pada tahap inflamasi pada penyembuhan luka pencabutan gigi, sel radang akut

serta neutrofil akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri.

Dengan adanya neutrofil maka di mulailah respon keradangan yang ditandai dengan cardinal

Page 29: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

29

symptoms, yaitu tumor, kalor, dolor, rubor, dan functio laesa. Pada ulkus traumatikus, tahap

inflamasi ini berlangsung pada hari pertama sampai hari ke-3 (Cotran dkk, 2007; Mitchell dkk,

2009). Selanjutnya pada fase ini terjadi migrasi polymorphonuclear leukocytes (PMNs)

kedaerah luka. Jumlahnya meningkat cepatdan mencapai puncaknya pada 24-48 jam. Fungsi

utamanya adalah memfagositosis bakter ataupun jejas lain yang masuk. Pada saat proses tersebut

berlangsung, monosit keluar dari pembuluh darah dan terbentuk menjadi sel makrofag melalui

proses kemotaksis dan migrasi (Hardiono, 2012)..

Sel Makrofag berumur lebih panjang dibanding sel PMN dan tetap ada dalam

luka sampai penyembuhan berjalan sempurna (Hardiono, 2012). Makrofag berperan penting

dalam pengaturan sel seperti fungsi fagositosis, memakan dan mencerna serta membunuh

organisme patogen, membersihkan debris jaringan dan merusak sisa neutrofil, menarik fibroblas

ke jaringan luka dan memicu pembuluh darah baru. Makrofag merupakan dasar bagi tahap akhir

respons inflamasi, makrofag bertindak sebagai kunci regulasi sel dan juga nmemediasi

perubahan dari fase keradangan ke fase proliferasi. Sel Makrofag merupakan pabrik produksi

melepaskan mediator seperti platelet derived growth factor (PDGF), fibroblas growth factor

(FGF), vascular endothelial growth factors (VEGF), TGF-β, TGF-α, IL-1, IL-6 dan IGF-1.

Beberapa mediator ini ditarik dan diaktifkan oleh fibroblas, yang fungsinya membantu sintesis,

penyimpanandan penyusunan matriks jaringan yang baru, sementara produk yang lain memulai

angiogenesis. Sitokin yang mengawali dan mempercepat formasi jaringan granulasi, sedangkan

growth factors yang menarik sel fibroblas dalam tahap berikutnya pada penyembuhan luka

(Schultz, 2005; Velnar dkk, 2009; Ambriyani, 2013).

Page 30: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

30

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3. 1 KERANGKA KONSEP

Menunjang Proses

Penyembuhan Luka

Pencabutan Gigi

PDGF,TGF β,FGF

Monomer N-acetyl-

glucosamine banyak

Monomer N-acetyl-

glucosamine sedikit

Kitosan BM rendah

(polimer)

Kitosan BM tinggi

(polimer)

Luka Pencabutan gigi

Hemostasis

(blood clot cepat terbentuk)

Inflamasi

Sel fagosit

Enzim lisosim

Degradasi kitosan

Migrasi sel Makrofag

Migrasi sel Makrofag

N-acetyl dimer aktif

PDGF,TGF β,FGF

Page 31: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

31

Kitosan merupakan kopolimer yang terdiri atas glukosamin dan N-asetil

glukosamin.Kitosan dapat berikatan dengan sel darah merah sehingga dapat cepat membentuk

blood clot saat fase hemostasis (Dai et al, 2011).Pada fase inflamasi, sel fagosit seperti sel PMN

dan sel makrofag mengeluarkan enzim lisosim (Freier, 2005).Kitosan berikatan dengan reseptor

utama pada makrofag untuk kitosan yaitu mannose receptor.Setelah berikatan dengan reseptor,

kitosan di internalisasi oleh sel makrofag (Mori et al, 2005).Enzim lisosim yang berlimpah

merupakan katalis untuk mendegradasi kitosan menjadi N-asetil-D-glukosamin dimer aktif

(Sularsih, 2011).Enzim lisosim mendegradasi kitosan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil

(monomer) (Aranaz et al, 2009).

Kitosan dapat menstimulasi migrasi dari sel makrofag (Mori et al, 2004). Kitosan

yang bermuatan positif akan bereaksi dengan permukaan muatan negatif dari anionic

polymersehingga mampu memfasilitasi migrasi sel inflamasi, sehingga sel radang meningkat

(Sularsih, 2011). Sel limfosit dan sel makrofag berinteraksi secara dua arah.Makrofag

memproduksi sitokin seperti platelet derived growth factor (PDGF), fibroblas growth factor

(FGF), vascular endothelial growth factors (VEGF), TGF-β, TGF-α, IL-1, IL-6 dan IGF-1 ,

mengenalkan antigen kepada limfosit T, sehingga menimbulkan respon dari limfosit (Kumar et

al, 2011). Limfosit T yang teraktivasi akan memproduksi limfokin yang mengaktifkan lebih

banyak monosit dan makrofag berupa macrophage aggregating factor (MAF) / IFN-ϒdan

macrophage chemotactic factor (MCF) (Mitchell et al, 2006; Djamaludin, 2009). Limfosit

selanjutnya menghasilkan sitokin IL-2 dan fibroblast activating factor yang mempengaruhi sel

fibroblast sehingga menunjang tahap penyembuhan luka berikutnya (Suryadi et al, 2013).

Sehingga makin banyak monomer N-asetil, makin tinggi efek percepatan penyembuhan luka

(Alsarra, 2009).

Page 32: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

32

3.2 HIPOTESIS PENELITIAN

Ada perbedaan pengaruh penggunaan kitosan dengan berat molekul tinggi dan rendah terhadap

jumlah sel Makrofag pada penyembuhan luka pencabutan gigi.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

33

BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris.

4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah rancangan completely randomized

design two factor, oleh karena pengukuran variabel dilakukan setelah pemberian perlakuan,

pengambilan sampel dilakukan secara acak, ada pengulangan atau replikasi dan ada kelompok

kontrol atau pembanding.

Bagan rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

K A

K K B

P I A

P S P I P I B

P II P II A

PII

Keterangan:

S : Unit Eksperimen

R : Randomisasi

K : Kelompok Kontrol

P I : Kelompok perlakuan dengan kitosan gel 1% berat molekul rendah

P II : Kelompok perlakuan dengan kitosan gel 1% berat molekul tinggi

K A : Jumlah sel makrofag pada pengamatan 3 hari setelah perlakuan (kontrol)

K A : Jumlah sel makrofag pada pengamatan 4 hari setelah perlakuan (kontrol)

P I A : Jumlah sel makrofag pada pengamatan 3 hari setelah perlakuan Berat molekul rendah

P I B : Jumlah sel makrofag pada pengamatan 4 hari setelah perlakuan Berat molekul rendah

P IIA : Jumlah sel makrofag pada pengamatan 3 hari setelah perlakuan Berat moleku tinggi

P IIB : Jumlah sel makrofag pada pengamatan 4 hari setelah perlakuan Berat molekul tinggi

Page 34: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

34

4.3 Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini meliputi:

Variabel bebas adalah kitosan 1 % dengan berat molekul rendah dan tinggi

Variabel terikat adalah Jumlah sel makrofag

Varibel terkendali adalah tindakan pencabutan, jenis tang pencabut, jenis anestesi, dosis obat

anestesi, ukuran luka pencabutan, soket bekas pencabutan, lokasi pencabutan gigi, cara

pemberian kitosan, derajat deasetilasi kitosan, makanan, lingkungan kandang, berat, umur dan

jenis tikus.

4.4 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Penelitian

1. Kitosan adalah polimer jenis polisakarida yang didapatkan dari ekstraksi cangkang udang

putih (Peneaus merguiensis) dengan derajat deasetilasi 85 %, konsentrasi 1 % yang dilarutkan

dalam asam asetat 2% dengan perbandingan 1 gr : 100 ml dan memiliki berat molekul yang

rendah (50.000-190 000 Da) dan tinggi (310.000 -375.000 Da).

2. Jumlah sel makrofag adalah perhitungan jumlah Ekspresi sel makrofag yang memberikan

reaksi positif terhadap monoklonal anti antibodi marofagrat, serabut berwarna coklat didaerah

sepertiga apikal soket gigi dengan teknik pemeriksaan imunohistokimia yang diambil pada

pengamatan hari ke 3 dan ke 4. Perhitungan dengan pemeriksaan mikroskop lensa trinokuler

pembesaran 400 x /lapang pandang jumlah serabut berwarna coklat didaerah sepertiga apikal

soket gigi dengan hasil ukur skala rasio.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

35

4.5 Sampel

4.5.1 Besar Sampel

Pada penelitian ini, jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan

rumus (Lemmeshow et al, 1990):

n = 2σ2 [Z 1-α/2 + Z 1-β]2

(µ1 - µ2)2

Keterangan:

n = jumlah sampel masing-masing kelompok

σ = Standart deviasi dari respon kelompok kontrol

Zα = Nilai destribusi standar pada (α = 0,05) Pada penelitian pendahuluan

Zβ = Nilai destribusi standar pada (β = 0,1)

µ1 = Mean kelompok perlakuan 1

µ2 = Mean kelompok perlakuan 2

Besar sampel minimal penelitian ini adalah 7,65 atau dibulatkan menjadi 8 untuk setiap

kelompok perlakuan dengan perhitungan sebagai berikut:

n = 2σ2 [Z 1-α/2 + Z 1-β]2

(µ1 - µ2)2

= 2 (2,12)2 [1,96 + 1,289]2

(27,5-30)2

= 7,65

4.5.2 Kriteria Hewan Coba

a. Jenis tikus adalah Rattus Norvegicus strain wistar jantan, dengan berat 150-200 gr dan umur

antara 8-16 minggu,

b. Gigi incisive satu sebelah kiri rahang bawah, utuh, tidak karies dan tidak fraktur

Page 36: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

36

c. Pencabutan gigi yang dilakukan dengan sempurna, tidak mengalami fraktur akar, gigi dapat

dikeluarkan dengan utuh dan trauma yang tidak besar.

4.5.3 Pembagian Kelompok Hewan Coba

Hewan coba dibagi dalam 6 kelompok perlakuan sebagai berikut:

-Kelompok I (Kontrol1): kelompok tanpa pemberian kitosan gel, pengamatan hari ke 3

-Kelompok II (Kontrol 2): kelompok tanpa pemberian kitosan gel, pengamatan hari ke 4

-Kelompok III (Perlakuan 1A):.kelompok Soket gigi diberi kitosan 1 % dengan berat molekol

rendah dengan pengamatan hari ke 3

- Kelompok IV (Perlakuan 1B):.kelompok Soket gigi diberi kitosan 1 % dengan berat molekol

rendah dengan pengamatan hari ke 4

- Kelompok V (Perlakuan 1IA):.kelompok Soket gigi diberi kitosan 1 % dengan berat molekol

tinggi dengan pengamatan hari ke 3

-Kelompok VI (Perlakuan 1IB):.kelompok Soket gigi diberi kitosan 1 % dengan berat molekol

tinggi dengan pengamatan hari ke 4

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi Penelitian

1. Pengumpulan, pemeliharaan dan pemberian perlakuan hewan coba dilakukan di

Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

2. Pembuatan sediaan kitosan gel dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Hang Tuah

3. Pembuatan sediaan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RS Dr Soetomo

Surabaya, Laboratorium GRAMIK Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan

Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

Page 37: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

37

4. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan diLaboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya, Malang.

4.6.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan sampel, pemberian perlakuan sampel, pembuatan sediaan histopatologi

serta analisis data dimulai sejak bulan april sampai dengan bulan september 2016.

4.7 Cara Kerja pembuatan kitosan gel 1%

4.7.1 Bahan Pembuatan Kitosan

1. Serbuk kitosan merk ZIGMA dengan derajat deasetilasi 85 % dan memiliki berat molekol

yang rendah dan tinggi

2. NaOH 50% p.a (Merck, Germany)

3. Asam asetat 2 % p.a (Merck, Germany)

4.7.2 Alat Pembuatan Kitosan

1. Becker glass

2. Stirer

3. Timbangan

4. Pengaduk kaca

5. Tabung reaksi dan rak

6. Termometer

7. pH meter

8. Autoclave

9. Gelas ukur

10. Ubbelohde dilution viscometer tipe 1 B M 132

Page 38: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

38

Kitosan gel 1% dibuat dengan melarutkan 1 gr bubuk kitosan dalam 100 ml asam asetat

2% kemudian dinetralkan dengan NaOH 1,25 % hingga pH 7,4 dan ditambahkan dengan Na-

CMC 3,5%.

4.8 Perlakuan Hewan Coba

4.8.1 Bahan Perlakuan Hewan Coba

1. Alkohol 70%

2. Buffer formalin

3. Ketamin (Ketalar, Pfzer)

4. Xylazine

5. Eter

6. Isotonic saline solution steril

7. Aquadest steril

4.8.2 Alat Perlakuan Hewan Coba

1. Pinset kedokteran gigi

2. Kaca mulut

3. Tang modifikasi elevator khusus untuk mencabut gigi tikus

4. Needle holder

5. Gunting

6. Disposible syringe 2,5 ml

7. Non resorbable silk sutures (DR Sella)

8. Kotak tempat sampel

9. Sarung tangan

10. Masker Penutup Mulut

Page 39: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

39

4.8.3Tahapan Persiapan Hewan Coba

Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan adalah tikus jenis Rattus Norvegicus

strain wistar jantan, usia 8-16 minggu, berat badan 150-200 gram, diadaptasikan dengan tempat

penelitian selama +2 minggu. Hewan coba diletakkan dalam kandang yang jauh dari kebisingan,

setiap kandang berisi 3 ekor, diberi makan dengan pelet ayam sebanyak 20 gr/hari/ekor dan

diberi minum dengan menggunakan air PDAM. Kandang hewan coba terbuat dari kotak plastik

dengan ukuran 40x31x14 cm, dan ditutup dengan anyaman kawat yang dapat dilepas sehingga

mudah dibersihkan. Alas kandang diberi sekam dan diganti setiap dua hari (Widyasri, 2010)

4.8.4 Tahapan Perlakuan Hewan Coba

Tahap perlakuan sampel mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Damaryanti (2006). Hewan coba waktu tengah malam sebelum dibius tidak diberi makan

maupun minum. Hewan coba dianastesi dengan menggunakan ketamin dan xylazine yang

dilarutkan dalam isotonic saline solution steril (0,2 ml/50gr bb) pada paha atas kanan.

4.8.5 Pencabutan Gigi Hewan Coba

Prinsip kerja asepsis, semua alat disterilkan dengan panas kering 1600C selama 1 jam,

desinfeksi pada paha kanan atas tikus dengan betadine sebelum melakukan anestesi

intramuskular. Setelah itu dilakukan pembersihan pada daerah pencabutan dengan semprotan air

dan cairan aseptik untuk asepsis daerah pencabutan. Kemudian dilakukan pencabutan gigi

Incisive satu kiri rahang bawah pada tikus menggunakan alat modifikasi tang dan elevator.

Setelah pencabutan gigi, luka bekas pencabutan diirigasi dengan cairan aquadest steril untuk

menghilangkan sisa debris yang tertinggal di dalam luka bekas pencabutan.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

40

4.8.6 Teknik Aplikasi Kitosan

Kitosan disiapkan dengan bentuk gel dalam tabung reaksi, yang telah disterilkan

menggunakan autoclave suhu 1210C selama 15 menit tekanan 1 atm (Widyasri, 2010). Kitosan

gel dengan konsentrasi 1% (w/v) sebanyak (0,1 ml/200 gr bb) dimasukkan di soket tempat luka

bekas pencabutan gigi menggunakan syringe dengan ujung yang berdiameter kecil, kemudian

dijahit lukanya dengan non resorbable sutures. Kitosan gel yang dimasukkan di soket gigi

dengan dosis 0,1 ml/200 gr bb berdasarkan hasil trial penelitian.

4.8.7 Tahap Euthanasia Hewan Coba

Tikus perlakuan dan tikus kontrol didekaputasi pada hari ke 7 dan ke 14 setelah

pemberian perlakuan. Dekaputasi dilakukan dengan cara menarik leher tikus hingga nadinya

tidak berdenyut. Tulang rahang di daerah interdental gigi Incisive rahang bawah dipotong dan

dimasukkan dalam larutan fiksasi menggunakan buffer formalin 10 % sebagai sampel penelitian

dan tikus yang telah mati dikubur

4.8 Pemeriksaan jumlah Ekspresi sel makrofag

Bahan Pemeriksaan Ekspresi sel makrofag dengan Immunohistokimia

1. Bufer formalin 10 %

2. Alkohol 80%

3. Alkohol 95 %

4. Alkohol 100 % (absolute)

5. Xylene

6. Bufer Parafin

7. EDTA 10 % (JT Baker, USA)

Page 41: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

41

8. NaSO4 2 % (Merck, Germany)

9. Pewarnaan Kromogen DAB Monoclonal Anti Antibody Macrofag Rat

10. PBS

11. Tripsin 0,125 % (Merck, Germany)

12. H202 0,5 % (Merck, Germany)

13. Methanol (Merck, Germany)

15. Pewarnaan haematoksilin eosin (HE)

Alat Pemeriksaan jumlah Ekspresi macrofag dengan Immunohistokimia

1. Bekker glass

2. Inkubator

3. Pinset

4. Rotary microtome

5. Label, slide dan cover glass

6. Petri disk

7. Sarung tangan

8. Poly-L-lysine

9. Deck glass

10. Mikroskop Trinokuler Olympus CX 31 Japan

11. Kamera Olympus E 330 AD 01 Japan

4.9 Pemeriksaan Immunohistokimia

Tahap perlakuan sampel mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Yuwono (2005) dan Purwanto (2010). Persiapan pembuatan preparat Immunohistokimia diawali

Page 42: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

42

dengan memotong gigi beserta tulang rahang di daerah interdental rahang bawah tikus.

Kemudian dilanjutkan tehnik proses jaringan dengan metode parafin.

Rahang tikus dipotong pada 3 hari dan 4 hari setelah perlakuan, kemudian direndam

dalam bufer formalin 10 % (pH 7,4). Fiksasi dilakukan 2 tahap, setelah 48 jam pertama larutan

fiksasi diganti yang baru dan pada tahap kedua dibiarkan dalam larutan fiksasi selama 48 jam

(ketebalan jaringan 0,5 cm). Fiksasi dilakukan untuk menghentikan proses autolisis pada sel

yang disebabkan oleh enzim lisosim yang dilepaskan saat kematian sel dan agar tidak terjadi

perubahan pada sel yang disebabkan oleh perlakuan selanjutnya. Setelah dilakukan fiksasi

jaringan dibilas dengan air mengalir selama 6 – 9 jam.

Tahap selanjutnya adalah dilakukan dehidrasi, clearing dan infiltrasi sebanyak dua kali.

Tahap dehidrasi pertama untuk mengekstrasi air dari jaringan dan mengganti dengan parafin.

Prosesnya yaitu dengan cara jaringan dicuci alkohol dengan konsentrasi 80 % selama 1 jam,

alkohol 95 % 2 kali 1 jam dan alkohol 100 % (absolut) 3 kali 1 jam. Kemudian dilakukan

penjernihan atau clearing pertama dengan cara memasukkan ke dalam larutan xylene sebanyak 2

kali selama 0,5 – 1 jam. Pada 10 menit terakhir proses clearing ini dinaikkan sampai 62 °C

dengan memasukkan ke dalam inkubator.

Proses berikutnya adalah dilakukan infiltrasi pertama pada jaringan . Diusahakan agar

parafin jangan sampai mengenai jaringan keras, Hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan

potongan jaringan sedemikian rupa pada penyangga dari kawat sehingga jaringan lunak saja

yang tercelup dalam cairan parafin. Infiltrasi pertama ini dilakukan tidak lebih dari 5 menit,

bahkan pada jaringan lunak yang tipis seperti membran periodontal cukup diolesi cairan parafin.

Kemudian setelah selesai infiltrasi pertama, jaringan dicelupkan ke dalam xylene selama 2 – 3

menit untuk menghilangkan parafin yang ikut masuk ke dalam jaringan keras. Kemudian

Page 43: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

43

dimasukkan ke dalam alkohol 95 % selama setengah jam,dicuci dengan air mengalir selama 1 –

2 jam.

Berikutnya adalah proses dekalsifikasi yang bertujuan untuk melarutkan kalsium gigi dan

tulang rahang sehingga jaringan dapat dipotong dengan baik. Dekalsifikasi dilakukan selama 21

hari dengan larutan EDTA 10% (suhu kamar) yang diganti setiap hari hingga jaringan lunak.

Kelunakan jaringan dites dengan menusuk jarum. Kemudian dilakukan netralisasi dengan NaSO4

2% selama 24 jam dan dicuci dengan air mengalir selama 12 jam.

Setelah proses dekalsifikasi dilakukan kembali proses dehidrasi kedua dan clearing kedua

cara sama seperti dehidrasi pertama dan clearing pertama. Kemudian dilakukan infiltrasi kedua

yaitu dengan cara mencelupkan jaringan ke dalam parafin yang telah dicairkan pada suhu 62 °C

sebanyak 2 kali selama 1,5 jam.

Tahapan selanjutnya adalah embedding. Disini jaringan ditanam ke dalam balok parafin

dengan cara parafin cair dituangkan ke cetakan yang dibentuk dari 2 logam, yang disusun

membentuk kotak yang diberi alas lembaran logam. Segera setelah parafin cair dituangkan ke

cetakan, potongan jaringan dimasukkan mamakai alat pinset dengan arah permukaan jaringan

yang akan dipotong menghadap ke dasar bagian atas diberi label tanda. Setelah parafin mengeras

selanjutnya logam cetakan dapat dilepas.Tahapan terakhir adalah pemotongan yang dilakukan

dengan rotary microtome secara serial dengan ketebalan 4 µm dan setelah itu siap untuk

dilakukan pemeriksaan Imunohistokimia.

Deparafinisasi dilakukan sebelum pengecatan imunohistokimia. Slide dicuci dengan silol

2 kali selama 2 menit, dicuci dengan alkohol 100 % (absolut) selama 1 menit sebanyak 2 kali,

dicuci air mengalir, dicuci alkohol 70%, 80% ,95% dan alkohol 100 % (absolut) masing-masing

1 menit. Dicuci dengan PBS pH 7,4. Inkubasi jaringan dengan tripsin 0,125 % pada suhu 37

Page 44: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

44

°C selama 5 – 10 menit. Jaringan diinkubasikan dengan H2O2 0,5 % dalam methanol selama 30

menit untuk menghilangkan pewarnaan endogen, dibiarkan pada suhu ruangan. Dicuci dengan

air mengalir selama 1 menit, diikuti pencucian dengan akuadestilata. Jaringan ditandai dan cuci

dengan PBS pH 7,4 selama 5 menit. Inkubasi dengan 3 % serum yang dilarutkan dalam BSA 1

% selama 20 menit. Dicuci dengan PBS pH 7,4 sebanyak dua kali selama 3 menit. Diinkubasi

dengan monoklonal antibodi primer yaitu murine monoklonal antibodi terhadap molekol kolagen

tipe 1. Pada jaringan seluas 1 cm2 diperlukan 100 µL monoklonal antibodi. Inkubasi dilakukan

selama 30 menit dalam ruang lembab. Dicuci dengan PBS pH 7,4 dua kali selama 3 menit.

Inkubasi dengan antibodi primer yaitu antibodi anti murine (Dako kit). Dicuci dengan PBS pH

7,4 dua kali selama 3 menit. Inkubasi dengan stertavidin-biotin yang dibasakan dengan

peroksidase selama 30 menit. Dicuci dengan PBS pH 7,4 dua kali selama 3 menit. Inkubasi

jaringan dengan subtrat (Dako kit) sampai timbul warna coklat pada jaringan selama ± 15 menit.

Dicuci dengan PBS pH 7,4 dua kali selama 3 menit. Diwarnai dengan Haematoksilin, dicuci

dengan air mengalir. Ditutup dengan kaca penutup (deck glass) dan lem dengan entelan dilapisi

poly-L-lysine dan siap dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop lensa trinokuler.

Teknik Menghitung Jumlah Ekspresi macrofag

Penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah sel makrofag yang memberikan

reaksi positif terhadap monoklonal anti antibodi macrofag rat, berwarna coklat di daerah

sepertiga apikal soket gigi dengan pemeriksaaan mikroskop lensa trinokuler yang dilengkapi

dengan kamera. Pembesaran 100 kali untuk melihat semua lapang pandang, kemudian

ditingkatkan dengan pembesaran 400 kali. Daerah yang akan diamati ditentukan terlebih dahulu

yaitu daerah sepertiga apikal soket bekas pencabutan gigi yang berbatasan dengan tulang

alveolaris. Foto yang dihasilkan oleh kamera pada mikroskop akan ditransfer ke komputer yang

Page 45: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

45

dilengkapi dengan Tool image software yang terhubung dengan mikroskop. Lapang pandang

dibagi menjadi sepuluh bagian kemudian jumlah Ekspresi Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α

)dapat dihitung.

4.10. Analisis Data

Data penelitian dianalisis menggunakan statistik analitik dan kemudian dilakukan uji

normalitas dan homogenitas. Apabila data berdistribusi normal dan memiliki variasi data yang

homogen maka dapat dilakukan uji hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu One Way

ANOVA. Uji One Way ANOVA adalah uji yang memiliki arah uji menuju pada satu arah sesuai

dengan hipotesis. Uji lanjutan dengan LSD dengan taraf signifikan 95% (p<0,05), untuk

mengetahui perbedaan jumlah ekspresi sel makrofag pada penyembuhan luka pencabutan gigi

dengan kitosan 1% yang memiliki berat molekol yang berbeda. Bila data tidak berdistribusi

normal atau variasi data tidak homogen maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan

Uji Mann-Whitney dengan taraf signifikan 95%.

Page 46: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

46

4.11 Alur Penelitian

Tikus jenis Rattus Norvegicus strain wistar jantan, usia 8-16 mgg berat badan 150-200 gram

Dianastesi intramuskular dengan ketamin dan xylazine yang dilarutkan dalam isotonic saline

solution steril (0,2 ml/50gr bb)

Pencabutan gigi I kiri rahang bawah

Luka bekas pencabutan diirigasi dengan cairan aquadest steril untuk menghilangkan sisa debris

yang tertinggal di dalam soket gigi.

Dibagi menjadi 6 kelompok

Kontrol 1 Kontrol 2 Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4

(3 hari) (4 hari) (BM rendah,3 hari) (BM rendah,4hari) ( BM tinggi,3 hari) (BM tinggi,4 hari)

Tikus perlakuan dan tikus kontrol dikorbankan setelah 3 dan 4 hari

Tulang rahang didaerah interdental rahang bawah dipotong

Difiksasi dengan buffer formalin10% (suhu kamar) selama 48 jam

Dekalsifikasi dengan EDTA 10% selama 2 minggu

Spesimen dimasukkan dalam larutan alkohol : toluol (1:1)

Proses penjernihan dengan toluol murni

Dimasukkan dalam larutan toluol parafin jenuh

Spesimen dimasukkan ke dalam parafin cair, diinfiltrasi dalam oven

Proses embedding dan diberi label

Pemeriksaan imunohistokimia (Ekspresi sel makrofag)

Gambar 4.1. Alur Penelitian

Page 47: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

47

BAB 5. HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian Ekspresi Sel makrofag

Rerata dan simpang baku sel makrofag pada setiap kelompok kitosan dengan berat

molekol tinggi, kelompok kitosan dengan berat molekol rendah dan kelompok kontrol lama

pengamatan 3 dan 4 hari dapat dilihat pada tabel 5.1, tabel 5.1 grafik 5.1 dan gambar 5.1.

Tabel 5.1. Rerata dan simpang baku ekspresi sel makrofag pada setiap kelompok kitosandengan

berat molekol tinggi, kelompok kitosan dengan berat molekol rendah dan kelompok

kontrol pada lama pengamatan 3 dan 4 hari

3 days 4 days

Variable Treatment Mean± SD Mean± SD

The expression of

macrophage cell Chitosan high MW,visco 16.00±2.37 22.00±2.00

Chitosan low MW,visco 12.40±2.30 13.33±2.25

Control 2.83±0.98 3.40±1.14

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan jumlah sel makrofag pada kelompok perlakuan

dengan berat molekol tinggi pada pengamatan 3 dan 4 hari hari lebih banyak dibandingkan

dengan kelompok kontrol serta kelompok perlakuan dengan berat molekol rendah.

Gambar 5.1 Grafik jumlah jumlah Ekspresi sel makrofag pada kelompok perlakuan dengan berat

molekol tinggi pada pengamatan 3 dan 4 hari

Page 48: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

48

Gambar 5.2.Gambaran imunohistokimia ekspresi sel makrofag pada pengamatan 3 hari

(A) kelompok perlakuan berat molekul dan viskositas tinggi (B) kelompok perlakuan berat

molekul dan viskositas rendah (C) kelompok kontrol, ekspresi sel makrofag pada pengamatan 4

hari (D) kelompok perlakuan berat molekul dan viskositas tinggi (E) kelompok perlakuan berat

molekul dan viskositas rendah (F) kelompok kontrol

Berdasarkan gambar 5.1 dan 5.2 jumlah sel makrofag pada kelompok perlakuan dengan

berat molekol tinggi pada pengamatan 3 dan 4 hari hari lebih banyak dibandingkan dengan

kelompok kontrol serta kelompok perlakuan dengan berat molekol rendah.

5.2 Analisis Statistik Hasil Penelitian

Rerata dan simpang baku jumlah ekspresi sel makrofag yang didapat dianalisa dengan uji

statistik Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa semua data berdistribusi normal (p>0,05),

yaitu p sebesar 0,076 sehingga memenuhi persyaratan menggunakan uji parametrik. Uji Levene

menunjukkan nilai 0,253, probabilitas > 0,05, maka asumsi homogen terpenuhi, sehingga

memenuhi persyaratan menggunakan uji parametri.

Page 49: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

49

Taraf Signifikan Uji One way Anova Kelompok Kitosan dengan berat molekol rendah dan

berat molekol tinggi

Hasil uji Homogenitas variabel dengan Lavene test dan Hasil uji one way Anova untuk data

jumlah Ekspresi sel makrofag dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2.

Lavene test Harga p

Jumlah Ekspresi sel makrofag 0,08

Harga p> 0,05, berarti data homogen

Taraf signifikan jumlah Ekspresi sel makrofag pada kelompok perlakuan dengan berat molekol

tinggi rendah pada pengamatan 3 dan 4 hari hari

Variabel Harga p

Kitosan berat molekol tinggi – Kitosan berat molekol rendah

Jumlah Ekspresi sel makrofag 0,000*

keterangan: *= perbedaan bermakna

Hasil uji one way Anova test perbandingan antara kitosan dengan berat molekol tinggi

dan rendah pada lama pengamatan 3 dan 4 hari setelah perlakuan menunjukkan jumlah Ekspresi

sel makrofag terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) dengan harga p sebesar 0,000. Untuk

mengetahui perbedaan significant masing – masing kelompok, dilakukan pengujian LSD

ditunjukkan pada tabel 5.Pada tabel 5.3 Hasil Uji LSD

Multiple Comparisons

Dependent Variable:

LSD

(I) KELOMPOK Sig.

kontrol 3 hari kontrol 4 hari ,581

perlakuan BM tinggi 3 hari

,000

perlakuan BM tinggi 4 hari

,000

perlakuan BM rendah 3 hari

,000

Page 50: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

50

perlakuan BM rendah 4 hari

,000

kontrol 4 hari kontrol 3 hari ,581

perlakuan BM tinggi 3 hari

,000

perlakuan BM tinggi 4 hari

,000

perlakuan BM rendah 3 hari

,000

perlakuan BM rendah 4 hari

,000

perlakuan BM tinggi 3 hari kontrol 3 hari ,000

kontrol 4 hari ,000

perlakuan BM tinggi 4 hari

,000

perlakuan BM rendah 3 hari

,007

perlakuan BM rendah 4 hari

,030

perlakuan BM tinggi 4 hari kontrol 3 hari ,000

kontrol 4 hari ,000

perlakuan BM tinggi 3 hari

,000

perlakuan BM rendah 3 hari

,000

perlakuan BM rendah 4 hari

,000

perlakuan BM rendah 3 hari kontrol 3 hari ,000

kontrol 4 hari ,000

perlakuan BM tinggi 3 hari

,007

perlakuan BM tinggi 4 hari

,000

perlakuan BM rendah 4 hari

,448

perlakuan BM rendah 4 hari kontrol 3 hari ,000

kontrol 4 hari ,000

perlakuan BM tinggi 3 hari

,030

perlakuan BM tinggi 4 hari

,000

perlakuan BM rendah 3 hari

,448

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 51: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

51

BAB 5. PEMBAHASAN

Kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik.

Pencabutan gigi menginisiasi proses reparatif yang melibatkan jaringan keras (tulang alveolar)

dan jaringan lunak (ligament periodontal dan gingiva) (Farina dan Trombeli, 2012). Proses

penyembuhan luka terdiri dari empat fase terintegrasi yaitu fase hemostasis, inflamasi,

proliferasi, dan remodeling jaringan. Sel makrofag merupakan salah satu sel utama yang

berperan pada fase inflamasi (Gosain dan DiPietro, 2004).

Percepatan penyembuhan luka setelah pencabutan gigi merupakan hal utama yang perlu

diperhatikan pada pencabutan gigi Penyembuhan luka merupakan salah satu mekanisme yang

melibatkan perbaikan dan regenerasi jaringan (Chandra, 2004). Faktor sistemik yang

berpengaruh pada penyembuhan luka antara lain: umur, nutrisi dan faktor hormonal. Penyakit

sistemik seperti kardiovaskuler, diabetes melitus, hipertensi dan gangguan perdarahan dapat

menyebabkan penyembuhan luka pencabutan gigi menjadi lebih lama. Pada pasien dengan

pemakain obat hormon Adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol dapat menghambat

proliferasi sel fibroblas baru dan pembuluh kapiler baru serta reaksi inflamasi sehingga

menyebabkan penyembuhan luka terganggu dan menjadi lebih lama (Florman, 2004). Penderita

diabetes melitus juga memiliki masalah dalam penyembuhan luka karena faktor vaskuler,

berkurang fungsi dari sel radang, kehilangan sensasi dan perubahan pada metabolisme matrik

ekstraseluler (Paterson et al., 1998)

Pada proses penyembuhan luka akan terjadi proses epitelisasi pada soket gigi,

pembentukan jaringan ikat baru dan remodeling tulang alveolaris. Proses penyembuhan luka

pencabutan gigi pada prinsipnya dibagi menjadi tiga tahap yaitu inflamasi, proliferasi dan

remodeling (Topazian et al., 2002)

Page 52: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

52

Pada penelitian ini dihasilkan bahwa ada perbedaan jumlah Ekspresi sel makrofag antara

penggunaan kitosan gel dengan berat molekol tinggi dan rendah dalam penyembuhan luka

pencabutan gigi Rattus Norvegicus pada lama pengamatan 3 dan 4 hari. Pada kelompok kontrol

yaitu kelompok dengan pencabutan gigi yang tidak diberi aplikasi kitosan gel, menunjukkan

jumlah ekspresi sel makrofag yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok perlakuan

menggunakan kitosan gel baik berat molekul yang tinggi maupun rendah.Tahap inflamasi

dimulai sejak terjadinya luka hingga hari kelima. Proses inflamasi terjadi setelah pembentukan

bekuan darah. Sel radang yaitu sel PMN, sel makrofag dan sel neutrofil akan bermigrasi ke arah

soket gigi. Sel makrofag akan muncul 48-96 jam setelah terjadi luka. Sel makrofag akan berumur

lebih panjang dibanding sel PMN dan akan tetap ada di dalam luka sampai penyembuhan luka

telah berjalan sempurna (Prabakti, 2005). Sel makrofag akan melepaskan sitokin berupa Tumor

necrosis factor α (TNF-α), Transforming growth factor betha (TGF-ß), Interleukin 6 (IL-6),

Interleukin 8 (IL-8), proteinase yaitu diantaranya adalah enzim kolagenase Matriks

metalloproteinase (MMPs) dan mediator lain seperti prostaglandin E2 (PGE2) (Wang, 2006).

Pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi terdiri dari 3 tahap yaitu inflamasi, proliferasi

dan remodeling. Pada proses inflamasi, sel inflamasi akan melepaskan enzim lisozim (Topazian

et al., 2002). Kitosan akan terbiodegradasi oleh enzim lizosim yang akan memecah N-acetyl-D-

glucosamine bentuk polimer menjadi N-acetyl-D-glucosamine bentuk dimer yang aktif yang

selanjutnya membentuk cross-linked dengan glycosaminoglycan dan glycoprotein yang

merupakan makromolekul matrik ekstraseluler serta menstimulasi TNF-α, TGF-ß 1 dan FGF 2

(Chin & Halim, 2009).

Sel inflamasi yang bermigrasi ke arah luka didominasi oleh sel mononuklear seperti sel

makrofag. Pemberian kitosan akan memicu sel makrofag untuk meningkatkan produksi sitokin

Page 53: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

53

yang berupa TGF-ß1 (Ueno et al., 2001). Kitosan yang diaplikasikan pada luka pencabutan gigi

dapat menstimulasi peningkatan TGF β1 dan FGFs. Growth factors ini akan memicu proliferasi

fibroblas sehingga penggunaan kitosan dapat meningkatkan jumlah fibroblas pada penyembuhan

luka pencabutan gigi (Chin & Halim, 2009).

Pada penelitian ini kitosan dengan perlakuan menggunakan kitosan gel dari berat molekul

yang tinggi menunjukkan jumlah ekspresi sel makrofag yang lebih besar dibandingkan dnegan

kelompok perlakuan dengan kitosan yang memiliki berat molekul yang rendah. Kitosan dapat

menstimulasi migrasi dari sel makrofag (Ueno et al., 2001). Kitosan yang bermuatan positif akan

bereaksi dengan permukaan muatan negatif dari anionic polymersehingga mampu memfasilitasi

migrasi sel inflamasi, sehingga sel radang meningkat (Sularsih, 2011). Sel limfosit dan sel

makrofag berinteraksi secara dua arah. Makrofag memproduksi sitokin seperti Tumor Necrosis

Factor Alpha (TNF-α) ,IL-12, IL-6, dan IL-23, mengenalkan antigen kepada limfosit T, sehingga

menimbulkan respon dari limfosit (Kumar et al, 2011). Limfosit T yang teraktivasi akan

memproduksi limfokin yang mengaktifkan lebih banyak monosit dan makrofag berupa

macrophage aggregating factor (MAF) / IFN-ϒdan macrophage chemotactic factor (MCF)

(Mitchell et al, 2006; Djamaludin, 2009). Limfosit selanjutnya menghasilkan sitokin IL-2 dan

fibroblast activating factor yang mempengaruhi sel fibroblast sehingga menunjang tahap

penyembuhan luka berikutnya (Suryadi et al, 2013). Kitosan dengan berta molekul yang tinggi

berikatan dengan reseptor utama pada makrofag untuk kitosan yaitu mannose receptor.Setelah

berikatan dengan reseptor, kitosan di internalisasi oleh sel makrofag (Ueno et al., 2001). Kitosan

tersebut akan terbiodegradasi oleh enzim lizosim yang akan memecah N-acetyl-D-glucosamine

bentuk polimer menjadi N-acetyl-D-glucosamine bentuk dimer yang aktif yang selanjutnya

membentuk cross-linked dengan glycosaminoglycan dan glycoprotein yang merupakan

Page 54: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

54

makromolekul matrik ekstraseluler serta menstimulasi TNF-α. Pada kitosan dengan berat

molekul yang tinggi mengandung N-asetil yang lebih banyak sehingga akan menstimulasi sel

makrofag untuk melepas growth factor lebih banyak. makin banyak monomer N-asetil, makin

tinggi efek percepatan penyembuhan luka (Alsarra, 2009). Dengan meningkatnya ekspresi sel

makrofag pada pengamatan 3 dan 4 hari diharapkan setelah hari ke 5 segera turun jumlahnya

agar tahapan proses penyembuhan luka pencabutan gigi selanjutnya yaitu tahap proliferasi segera

berlanjut. Dari penelitian lain yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kitosan gel

dengan berat molekul yang tinggi dapat meningkatkabn proliferasi sel fibroblas dan sel osteoblas

pada penyembuhan luka pencabutang gigi Rattus Norvegicus dengan lama pengamatan 7 dan 14

hari (Sularsih, 2013). Pada kitosan berat molekul tinggi, ukuran partikel besar dan memiliki

viskositas tinggi sehingga aplikasi kitosan gel lebih mudah juga penetrasi pada lapisan mucin

juga meningkat sehingga mukoadhesi lebih kuat, mudah melekat pada jaringan dibanding berat

molekul rendah (Aranaz, 2009; Budianto, 2013). Blood clot yang terbentuk lebih kuat pada soket

bekas pencabutan gigi yang diberi kitosan berat molekul tinggi. Sedangkan pada kitosan berat

molekul rendah, ukuran partikel lebih kecil dan memiliki viskositas yang rendah sehingga

aplikasi kitosan gel lebih sulit dibanding kitosan gel berat molekul tinggi (Aranaz, 2009;

Alemdaroglu et al, 2006; Budianto, 2013). Dari hasil penelitian ini, penggunaan kitosan gel

dapat menstimulasi ekspresi sel makrofag sehingga dapat meningkatkan growth factor yang

menunjang proses penyembuhan luka sehingga sehingga diharapkan mampu menunjang

percepatan proses penyembuhan luka pencabutan gigi.

Page 55: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

55

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Ada perbedaan jumlah Ekspresi sel makrofag antara penggunaan kitosan gel

dengan berat molekol tinggi dan rendah dalam penyembuhan luka pencabutan gigi

Rattus Norvegicus pada lama pengamatan 3 dan 4 hari

2. Kelompok perlakuan dengan kitosan gel yang memiliki berat molekol yang tinggi

memiliki jumlah Ekspresi sel makrofag paling banyak dibandingkan dengan

kelompok perlakuan menggunakan kitosan yang memiliki berat molekol rendah

dan kelompok kontrol

5.2 SARAN

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan kitosan dalam perannya

pada proses inflamasi penyembuhan luka pencabutan gigi yang dapat menstimulasi

growth factor atau sitokin yaitu IL-12, IL-6, dan IL-23.

2.Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan kitosan dalam menstimulasi

TGF β1, TLR yang merupakan growth factor dan reseptor yang dapat menunjang

penyembuhan luka pencabutan gigi

Page 56: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

56

DAFTAR PUSTAKA

Dai T, et al, 2011. Chitosan Preparations for Wounds and Burns: antimicrobial and Wound

Healing Effects. Expert Rev Anti Infect TherJuly 2011; 9(7):857-879.

Sularsih, 2011.Penggunaan Kitosan dalam Proses Penyembuhan Luka Pencabutan Gigi Rattus

Norvegicus. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga. h42-48.

Alsarra IA, 2009. Chitosan Topical Gel Formulation in the Management of Burn

Wounds.International Journal of Biological Macromolecules 2009; Vol 45: 16-21.

Maeda Y, Kimura Y. 2004. Antitumor Effects of Various Low-Molecular-Weight Chitosans Are

Due to Increased Natural Killer Activity of Intestinal Intraepithelial Lymphocytes in Sarcoma

180–Bearing Mice. J. Nutr. 134: 945–950.

Velnar T, Bailey T, dan Smrkolj V, 2009. The Wound Healing Process: an Overview of the

Cellular and Molecular Mechanism. The Journal of International Medical Research 2009; 37:

1528 – 1542.

Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2006. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit

Robbins & Cotran, Ed. 7 . Jakarta: EGC. h57.

Avery JK, 2002. Oral Development and Histology Third Edition. Thieme, p391-407. Available

from http://books.google.co.id/books?id=A-

27QEnmvwEC&lpg=PA375&pg=PA404#v=onepage&q&f=false. Accessed Juni 9, 2013.

Corwin EJ, 2000. Buku Saku Patofisiologi .Jakarta: EGC. h22

Farina R, Trombelli L, 2011. Wound healing of extraction sockets. Endodontic Topics. Dentistry

& Oral Sciences Source, Ipswich, MA September 2011; 25(1):16-43.

Nanci A, 2008. Ten Cate’s Oral Histology, Development, Structure, and Function Seventh

Edition. St Louis: Mosby Elsevier, p 380-383, 388-389.

Suryadi IA, Asmarajaya AAGN, Maliawan S, 2013. Proses Penyembuhan dan Penanganan Luka.

Bagian/SMF Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit

Umum Pusat Sanglah Denpasar. Available link:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4885/3671. Accessed Juni 26, 2013.

Kumar V, Abbas AK, dan Aster JC. 2011. Robbins Basic Pathology. 9th Ed. Philadelphia:

Elsevier Saunders, p 29-72

Prabakti Y, 2005. Perbedaan Jumlah Fibroblas di Sekitar Luka Insisi pada Tikus yang Diberi

Levobupivakain dan yang Tidak Diberi Levobupuvakain. Tesis, Universitas Diponegoro

Semarang, Indonesia, p. 20-24. Available from

http://eprints.undip.ac.id/17651/1/Yudhi_Prabakti.pdf. Accesed Mei 22, 2013

Page 57: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

57

Topazian RG, Goldberg MH. Hupp JR, 2002. Oral and maxillofacial infections 4ed. United

States of America: Elsevier Saunders. pp. 2-157

Wang G, 2006. Dual effects of soluble chitosan on inflammatory proteins expression and matrix

mettaloproteinases expression. Dissertation submitted to the department of chemical and

biomedical engineering, Taiwan University. pp. 5-45

Alemdaroglu C, Degim Z, Celebi N, Zor F, Ozturk S, Erdogan D, 2006. An investigation on

burn wound healing in rats with chitosan gel formulation containing epidermal growth factor.

Burns, 32: 319-327

Senel S, McClure SJ, 2004. Potential applications of chitosan in veterinary medicine. Advanced

Drug Delivery Reviews, 56: 1467-1480

Guyton and Hall. 1997. Human physiology and mechanisms of disease 7ed. United States of

America: Elsevier Saunders. pp. 634 – 647

Matsunaga S, Yanagiguchi K, Yamada S, Ohara H, 2005. Chitosan Monomer Promotes Tissue

Regeneration on Dental Pulp Wounds. J. Biomed. Mater. Res. Vol 76A. pp. 711-720.

Pedlar J, 2007. Oral and maxillofacial surgery 2ed. United States of America: Elsevier Saunders.

pp. 24-45

Muthoharoh SP, 2012. Sintesis Polimer Superabsorben Dari Hidrogel Kitosan Terikat Silang.

Skripsi. Program S1 Reguler Kimia, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, hal 6-9

Garant PR, 2003. Oral cells and tissue. Quintessence books Co Inc. pp. 153-173, 195-227

Yilgor P, Tuzlaklogu K, Reis R, 2009. Incorporation of a sequential BMP-2/ BMP-7 delivery

system into chitosan-based scaffolds for bone tissue engineering. J. Biomaterials. Vol 10. pp. 1-9

Kaban J. 2009. Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang Dihasilkan. Medan:

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Kimia Oraganik Sintesis

Universitas Sumatera Utara. h4.

Olczyk P, Komosinska-Vassev K, Winsa-Szczotka K, Kozma EM, Wisowski G, Stojko J,

Klimek K, Olczyk K, 2012. Propolis Modulates Vitronectin, Laminin, and Heparan

Sulfate/Heparin Expression during Experimental Burn Healing. Journal of Zhejiang University,

13(11): 932-41

Saleh MR, 2013. Perbandingan Kadar Glikosaminoglikan dan Triterpene Glycoside pada Ekstrak

Teripang Emas (Stichopus hermanii) dengan Pelarut Etanol (Polar) dan Heksana (Non Polar).

Skripsi, Universitas Hang Tuah Surabaya, Indonesia, p. 39-43

Nield J, Willman D, 2003. Foundation of periodontics for dental hygienist, 1st ed., Philadelphia:

Lippincott William & Walkins, pp 1-81

Page 58: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

58

Florman M, 2004. Etiology, prevention and management of post-extraction complications,

Available from http://www.whittieroralsurgery.com/_media/publications/Post-

extraction_Complication_Course.pdf. Accessed August 14, 2012

Boddupalli BM, Mohammed ZNK, Nath RA, Banji D, 2010. Mucoadhesive drug delivery

system: An overview. J Adv Pharm Technol Res, 1(4): 381-387

Mori T, Murakami M, Okumura M, Kadosawa T, Uede T, Fujinaga T, 2005. Mechanism of

Macrophage Activation by Chitin Derivates. J. Vet. Med. Sci. 67(1): 51—56, 2005.

Aranaz I, Mengíbar M, Harris R, Paños I, Miralles B, Acosta N, Galed G dan Heras Á. 2009.

Functional Characterization of Chitin and Chitosan.Current Chemical Biology, 2009, 3, 203-230.

Mappa T, Edy HJ, Kojong N, 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan (Peperomia

pellucida (L.) H.B.K.) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Luka Bakar pada Kelinci

(Oryctolagus Cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi , UNSRAT Vol. 2

No. 02. Available from

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/1606. Accessed July 28, 2013

Dwiartyani NG, 2012. Efek Xyilitol dan Propilen Glikol Terhadap Stabilitas Fisik Gel

Imunnoglobulin Kuning Telur (Ig Y) (Eksperimental Laboratorik). Tesis. Program Spesialis

Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Jakarta. h. 2-3, 13-4

Dharmawan D, 2013. Peningkatan Kolagen Akibat Induksi Gel Kombinasi Spirulina dan Kitosan

pada Soket Pencabutan Gigi Marmut (Cavia cobaya). Skripsi. Surabaya: Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Airlangga. h.11-12, 14, 45.

Putrianti NAR, 2013. Efek Ekstrak Air Teripang Emas (Stichopus hermanii) Terhadap

Peningkatan Angiogenesis pada Proses Penyembuhan Luka Ulkus Traumatikus Mukosa Rongga

Mulut Tikus Wistar. Skripsi. Universitas Airlangga: Surabaya. h: 24-31.

Chandra. S. 2004. Repair and regeneration of dental tissues textbook of dental and oral

histology with embryology. Jaypee Brothers medical publisher (P) LTD, pp 300 – 301, 306 – 309

Dorri M, Shahrahbi S, 2010. Comparing the effects of chlorhexidine and persica on alveolar

bone healing following tooth extraction in rats, a randomised controlled trial. J Clin Oral Invest.

Vol 10. No 10. pp. 467-475

Schultz et al, 2005. Extracellular matrix; Review of the roles on acute and chronic wound.

Avalaible from http://www.worldwidewounds.com/2005/august/Schultz/extrace matrix acut

chronic wound.html. Accessed april 4,2015

Cotran dkk, 2007. Pathology basic of disease 7 th ed. Philadelphia. W.B. Saunders. P 21-201

Hardiono IK, 2012. Pengaruh pemberian ekstrak ganggang coklat jenis Saragassum sp terhadap

jumlah limfosit pada ulkus traumatikus. Skripsi. Universitas Hang Tuah, Surabaya. P 60-62

Page 59: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

59

Ambriyani, 2013. Pemberian salep ekstrak daun mengkudu meningkatkan proses regenerasi

jaringan lunak pada tikus putih galur wistar jantan. Tesis. Universitas udayana. Denpasar. P 17

Guo S, Dipietro LA, 2010. Factors affecting Wound Healing. J Dent Res 2010; 89(3): 219-229.

Peterson et al. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery 3rd ed. St. Louis: Mosby

Year Book Inc; p57-68

Chin L, Halim AS, 2009. In vitro models in biocompability assessment for biomedical-grade

chitosan [derivatives in wound management. J. Molecular Science. Vol 10. No 3. pp. 1300-1313

Ueno H, Nakamura F, Mukarami M, Okumura M, Kadosawa T, Fujinaga T, 2001. Evaluatione

effects of chitosan for the extracellular matrix production by fibroblasts

Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2006. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit

Robbins & Cotran, Ed. 7 . Jakarta: EGC. h57.

Djamaluddin AM, 2009. Pemanfaatan Khitosan dari Limbah Krustasea untuk Penyembuhan

Luka pada Mencit (Mus musculus albinus). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. h8.

Aranaz I, Mengíbar M, Harris R, Paños I, Miralles B, Acosta N, Galed G dan Heras Á. 2009.

Functional Characterization of Chitin and Chitosan. Current Chemical Biology, 2009, 3, 203-230

Alemdaroglu C, Degim Z, Celebi N, Zor F, Ozturk S, Erdogan D, 2006. An investigation on

burn wound healing in rats with chitosan gel formulation containing epidermal growth factor.

Burns, 32: 319-327.

Budianto B, 2013. Pengaruh Kitosan Gel 1% yang Memiliki Berat Molekul Tinggi dan Rendah

Terhadap Jumlah Sel Osteoblas pada Proses Penyembuhan Luka Pencabutan Gigi. Skirpsi.

Universitas Hang Tuah, Surabaya. h22,38

Sularsih, Type 1 Collagen on wound healing process of dental extraction with different weight

molecular of chitosan, Proseding dentisphere, FKG UHT, 2013

Page 60: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

60

Lampiran 1. Biaya Penelitian

RINCIAN PENGELUARAN PENELITIAN

Tanggal Uraian Jumlah Satuan Total Bukti

12-Feb-17 Foto copy 1 187500 187500 1

16-Feb-17 Pembelian serbuk kitosan dan pembuatan gel 1 500000 500000 2

03-Mar-17 Pembelian hewan coba 40 50000 2000000 3

17-Mar-17 sewa kandang,perawatan, Perlakuan hewan coba 1 1900000 1900000 4

23-Feb-17 Pembelian pertamax 1 150000 150000 5

24-Feb-17

Pembelian Reagen Polyclonal Antibody TNF α

Rabbit 1 3750000 3750000 6

24-Feb-17

Pembelian Imonohistokimia kit, pembuatan

preparat 1 2400000 2400000 7

21-Mar-17 Pembelian pertamax 1 200000 200000 8

22-Mar-17 Foto copy 1 435000 435000 9

29-Mar-17 Pembelian pertamax 1 200000 200000 10

29-Mar-17 Pembayaran seminar TIP IPAMAGI 4 1 675000 675000 11

06-Apr-17 Pembayaran publikasi seminar DENTISPHERE 3 1 800000 800000 12

29-Agu-16 Pembelian buku proseding DENTISPHERE 3 1 250000 250000 13

05-Mei-17 Pembelian pertamax 1 150000 150000 14

12-Mei-17 Foto copy, Print foto preparat 1 590000 590000 15

25-Jul-17 Pembelian pertamax 1 200000 200000 16

Total 14387500

Page 61: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

61

Lampiran 2. Waktu Pelaksanaan penelitian

Feb

2017

Maret

2017

April

2017

Mei

2017

Juni

2017

Juli

2017

No Kegiatan

1. Persiapan

2. Perijinan dan

kerjasama

3 Pembelian alat dan

bahan

4 Pembuatan sampel

5 Pengujian

6 Analisa data

7 Penulisan

pembahasan

8 Seminar

9 Penyempurnaan

10 Publikasi dan

pengiriman laporan

Page 62: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

62

Lampiran 3. Personalia Penelitian

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Sularsih, drg Mkes

b. Jenis Kelamin : Wanita

c. NIK : 01318

d. Disiplin Ilmu : Ilmu Material dan Tehnologi Kedokteran Gigi

e. Pangkat/Golongan : III C

f. Jabatan Fungsional : Lektor

g. Fakultas : Kedokteran Gigi

h. Waktu Penelitian : 3 jam/minggu

2. Anggota Peneliti

a. Nama Anggota I : Fitria Rahmitasari drg.,Mkes

b. Jenis Kelamin : Wanita

c. NIK : 01626

d. Disiplin Ilmu : Ilmu Material dan Tehnologi Kedokteran Gigi

e. Pangkat/Golongan : III B

f. Jabatan Fungsional : -

g. Fakultas : Kedokteran Gigi

h. Waktu Penelitian : 3 jam/minggu

Page 63: LAPORAN PENELITIAN PERBEDAAN PENGGUNAAN KITOSAN …

63

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sularsih, drg.,Mkes

Tempat dan tanggal lahir : Sukoharjo, 30 November 1981

Alamat : Perum Griya Pesona Asri k/33 YKP surabaya

Jenis Kelamin : Wanita

Instansi Pekerjaan : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

Pangkat/Golongan/NIP : Penata Madya/ IIIC / 01318 (Yayasan Nala)

Bidang keahlian : Ilmu Material dan Tehnologi Kedokteran Gigi

Tahun perolehan gelar terakhir : 2011

Alamat kantor : Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya

Telepon : 031 – 5945864 pswt 200

E-mail : larsih [email protected]