tp alb.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS PENDAHULUAN
APLIKASI BIOKIMIA PASCAPANEN
PENGUJIAN ASAM LEMAK BEBAS
ERVAN TOGATOROP
G31113302
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
![Page 2: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Jelaskan indikator mutu yang mempengaruhi kualitas suatu minyak goreng
A. BILANGAN PEROKSIDA
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida.
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan
hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan
peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami
oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan
kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju
pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya
menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan
bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika
bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses
oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah
terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih
besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi
merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi
selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak
akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.
B. TOTAL POLAR MATERIAL
C. Minyak goreng yang telah digunakan untuk menggoreng akan mengandung komponen
polar yang umumnya disebut dengan materi polar. Materi polar ini terbentuk diakibatkan
adanya reaksi kimia kompleks pada minyak goreng, seperti hidrolisa, oksidasi, dan
polimerisasi. Materi polar ini dapat dihitung dengan presentasi total pada setiap minyak
hasil penggorengan dengan simbol TPM. TPM dapat dijadikan sebagai salah satu
parameter penentuan kualitas minyak goring. Minyak goreng dengan kadar total total
polar material (TPM) sudah mencapai angka 24 - 27 persen (maximal 4 kali pemakaian)
seharusnya sudah tidak di pakai lagi. saat minyak goreng dipakai berulang - ulang maka
akan menimbulkan kadar senyawa- senyawa yang dapat merusak kualitas minyak
tersebut. Proses inilah yang membuat makanan mudah tengik. hal yang dapat ditimbukan
diantaranya kegemukan, darah tinggi, meningkatnya kolestrol dan jantung koroner
hingga kanker TPM dapat digunakan sebagai penentu kerusakan minyak karena semakin
bertambahnya komponen polar pada minyak, maka akan menyebabkan kerusakan pada
![Page 3: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/3.jpg)
minyak. Saat minyak mencapai suhu penggorengan dan produk dimasukkan maka proses
konversi dari trigliserida akan mulai terjadi. Semakin lama proses penggorengan
berlanjut minyak akan semakin rusak dan komponen polar pada minyak akan semakin
bertambah
D. C.Asam Lemak Bebas
E. Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis
lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat
dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel pecah
atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik, tergores atau
memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis
akan berlangsung dengan cepat sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas.
Pembentukan asam lemak bebas juga dapat terjadi oleh adanya mikroorganisme pada
keadaan lembab dan kotor. Kadar asam lemak bebas yang memenuhi standar mutu PKS
adalah maksimal 3,5% dan untuk eksport (perdagangan) adalah maksimal 5%. Asam
lemak bebas pada CPO didalam storage tank tidak dapat dihilangkan, melainkan akan
selalu bertambah terlebih dalam waktu penyimpanan yang cukup lama. Jika kadar ALB
pada CPO > 5%, maka CPO tersebut sudah dinyatakan outspec atau melewati batas
standar mutu dan tidak layak untuk dipasarkan. ALB pada CPO outspec tersebut hanya
dapat diturunkan dengan cara melakukan blending(pencampuran) dengan CPO yang
memiliki kadar ALB rendah (CPO fresh), sehingga CPO outspec tersebut tidak dibuang
dan dapat dipasarkan kembali
2. Gambarkan dan jelaskan proses pemecahan trigliserida
Ada 3 fase:
1. β oksidasi
2. Siklus Kreb
3. Fosforilasi Oksidatif
![Page 4: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/4.jpg)
BETA OKSIDASI*. Proses pemutusan/perubahan asam lemak → asetil co-A.*. Asetil co-A terdiri 2 atom C → sehingga jumlah asetil co-A yang dihasilkan = jumlah atom C dalam rantai carbon asam lemak : 2.*. Misal: asam palmitat (C15H31COOH) → β oksidasi → ?? asetil co-A.
SIKLUS KREBS*. Proses perubahan asetil ko-A → H CO2*. Proses ini terjadi didalam mitokondria.*. Pengambilan asetil co-A di sitoplasma dilakukan oleh: oxalo asetat → proses pengambilan ini terus berlangsung sampai asetil co-A di sitoplasma habis.*. Oksaloasetat berasal dari asam piruvat.*. Jika asupan nutrisi kekurangan KH → kurang as. Piruvat → kurang oxaloasetat.
KETOSIS*. Degradasi asam lemak → Asetil KoA terjadi di Hati, tetapi hati hanya mengunakan sedikit asetil KoA → akibatnya sisa asetil KoA berkondensasi membentuk Asam Asetoasetat.*. Asam asetoasetat merupakan senyawa labil yang mudah pecah menjadi: Asam β hidroksibutirat dan Aseton.*. Ketiga senyawa diatas (asam asetoasetat, asam β hidroksibutirat dan aseton) disebut BADAN KETON.*. Adanya badan keton dalam sirkulasi darah disebut: ketosis.
![Page 5: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/5.jpg)
*. Ketosis terjadi saat tubuh kekurangan karbohidrat dalam asupan makannya → kekurangan oksaloasetat.*. Jika Oksaloasetat menurun → maka terjadi penumpukan Asetil KoA didalam aliran darah → jadi badan keton → keadaan ini disebut KETOSIS.*. Badan keton merupakan racun bagi otak → mengakibatkan Coma, karena sering terjadi pada penderita DM → disebut Koma Diabetikum.*. Ketosis terjadi pada keadaan :*. Kelaparan.*. Diabetes Melitus.*. Diet tinggi lemak, rendah karbohidrat.
RANTAI RESPIRASI*. H adalah hasil utama dari siklus Krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi NADH.*. H dari NADH ditransfer ke → Flavoprotein → Quinon → sitokrom b → sitokrom c →sitokrom aa3 → terus direaksikan dengan O2 → H2O Energi.*. Rangkaian transfer H dari satu carrier ke carrier lainya disebut Rantai respirasi.*. Rantai Respirasi terjadi didalam mitokondria → transfer atom H antar carrier memakai enzim Dehidrogenase → sedangkan reaksi H O2 memakai enzim Oksidase.Urutan carrier dalam rantai respirasi adalah: NAD → Flavoprotein → Quinon → sitokrom b → sitokrom c → sitokrom aa3 → direaksikan dengan O2 → H2O Energi
FOSFORILASI OKSIDATIF*. Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energi yang tinggi → energi tsb ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP.*. Fosforilasi oksidatif adalah proses pengikatan fosfor menjadi ikatan berenergi tinggi dalam proses rantai respirasi.*. Fosforilasi oksidatif → proses merubah ADP → ATP (dengan menngunakan energi hasil reaksi H2 O2 → H2O E).
![Page 6: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/6.jpg)
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pemecahan trigliserida menjadi gliserol dan
asam lemak bebas1. Suhu
Kenaikan suhu akan memperbesar nilai konstanta kecepatan reaksi Suhu yang
semakin tinggi akan memperbesar kelarutan air di dalam fase minyak, sehingga makin
banyak pula trigliserida yang bereaksi. Menurut Rahayu (1999) hubungan antara konstanta
kecepatan reaksi dengan suhu dapat dinyatakan dengan persamaan :
k = 1,2515 . 108 e-8022/T = 1,2515 e-15939/RT
Dengan:
k = konstanta kecepatan reaksi
T = suhu absolut oK
R = tetapan gas = 1,987 cal/gmol oK
2. Katalisator
Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam. Katalisator pada percobaan
ini dipilih katalisator asam. Semakin banyak katalis asam yang ditambahkan, konversi akan
semakin besar demikian juga terhadap konstanta kecepatan reaksinya. Bila katalisator makin
banyak, makin banyak pula molekul – molekul trigliserida yang teraktifkan.
Menurut Rahayu (1999) hubungan antara konstanta kecepatan reaksi (Kc) dengan
konsentrasi asam (c) mgmol H2SO4/ grminyak dapat dinyatakan dengan persamaan :
Kc = 0,14525 c13
Dengan c = mgmol H2SO4/ grminyak
3. Pencampuran
Agar zat dapat saling bertumbukan dengan baik, maka perlu adanya pencampuran.
Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk. Apabila prosesnya
kontinyu maka pengadukan dilakukan dengan cara mengatur aliran dalam reaktor agar
terjadi olakan.
4. Perbandingan Zat Pereaksi
Bila salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya, maka kesetimbangan dapat
bergeser ke sebelah kanan dengan baik, begitu pula sebaliknya, jika produk diambil, maka
reaksi akan bergeser ke kanan.
![Page 7: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/7.jpg)
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi/rendah kadar asam lemak bebas dalam suatu minyak goreng.
factor-faktor yang menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam
minyak sawit antara lain :
1. pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
2. keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
3. penumpukan buah yang terlalu lama
4. proses hidrolisa selama pemprosesan di pabrik
Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlansung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan oembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak.
5. Jelaskan mengenai proses ketengikan serta terangkan bagaimana cara mencegahnya
Ketengikan adalah proses kerusakan minyak goreng yang menyebabkan adanya citarasa
dan bau yang tidak enak. Ini akibat dari proses peruraian minyak karena rembesan air (hidrolisis)
dan kerusakan minyak karena adanya oksigen (oksidasi). Berdasarkan penyebabnya, ketengikan
dibagi menjadi dua jenis yaitu ketengikan hidrolisis dan ketengikan oksidatif.
Ketengikan Hidrolisis
Ketengikan hidrolisis disebabkan akibat lepasnya komponen asam lemak bebas yang
terdapat pada minyak akibat proses lipolisis. Lipolisis adalah proses hidrolisis ikatan ester pada
lemak (triacylglycerols) sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak
bebas rantai pendek akan menghasilkan bau khas yang tidak sedap yang dikenal dengan istilah
tengik. Proses lipolisis dapat terjadi akibat pengaruh enzim, atau pemberian panas, dan air.
Terbentuknya asam lemak bebas dengan 6-10 rantai hidrokarbon dapat menunjukkan kerusakan
pada minyak (Rahman, 2007).
![Page 8: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/8.jpg)
Proses Hidrolisis Lemak
Pada proses penggorengan, kadar asam lemak lemak bebas yang tinggi pada minyak dapat
menurunkan smoke point dan tegangan permukaan minyak. Smoke point adalah temperatur
dimana sampel mulai berasap ketika di bawah kondisi spesifik. Selain itu, dapat menurunkan
kualitas bahan pangan yang digoreng. Adanya asam lemak bebas juga lebih memungkinkan
terjadinya oksidasi (Winarno, 1993).
Ketengikan Oksidatif
Ketengikan oksidatif diakibatkan oleh proses oksidasi lemak pada minyak. Penyebab utama
oksidasi lemak adalah autooksidasi. Reaksi autooksidasi pada lemak terjadi melalui
pembentukan radikal bebas. Terdapat 3 tahap yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap
inisiasi, terjadi pembentukan radikal dari molekul lipida atau trigliserida. Asam lemak tak jenuh
yang terdapat pada minyak memiliki ikatan rangkap, sehingga terdapat atom H yang tidak stabil
pada rantai lemak. Akibat adanya pemanasan, atom H dapat lepas dari ikatannya. Reaksi
propagasi merupakan reaksi dimana satu radikal bebas lemak di konversi menjadi radikal bebas
lemak yang berbeda. Pada saat radikal (R.) sudah terbentuk, senyawa tersebut akan bereaksi
dengan oksigen dan membentuk radikal peroksida (ROO.). Pada saat molekul hidrogen tak jenuh
(RH) bergabung akan menghasilkan hydroperoxide (ROOH) dan radikal bebas (R.) yang baru.
Reaksi propagasi juga dapat terjadi ketika oksigen ditambahkan pada rantai alkil pada lemak.
Reaksi ini berlangsung terus menerus selama asam lemak tak jenuh masih tersedia. Tahapan
terminasi terjadi ketika jumlah asam lemak tak jenuh pada minyak sudah menurun drastis.
Jumlah hydroperoxide (dilihat dari bilangan peroksida) sudah tinggi, yang menunjukkan bahwa
minyak sudah rusak. Berdasarkan tiga tahap oksidasi, hasil akhir dari proses autooksidasi
adalah hydroperoxide. Hydroperoxide dapat terdekomposisi menjadi alkoksi dan hidroksi
radikal. Lepasnya ikatan pada gugus alkoksi akan membentuk aldehid dan asam atau ester.
Selain itu juga dapat terbentuk hidrokarbon. Berbagai komponen hasil autooksidasi ini berupa
![Page 9: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/9.jpg)
komponen volatil yang dapat menyebabkan ketengikan pada minyak. Selain itu juga dapat
terbentuk komponen monomer, dimer, dan polimer nonpolar. Namun, tingkat kerusakan akibat
oksidasi pada minyak, belum tentu dapat dideteksi hanya dengan melihat indikator aroma
minyak saja, tetapi harus melihat pada bilangan peroksidanya. Proses oksidasi lemak pada
minyak goreng dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti komposisi asam lemak, konsentrasi
oksigen, temperatur, dan luas permukaan. Adanya enzim lipoksigenase juga dapat mengkatalis
reaksi oksigenasi pada beberapa jenis karbon dan dapat menghasilkan hydroperoxide.
Proses Yang Menyebabkan Ketengikan Pada Penggorengan
Ketika minyak goreng dipanaskan hingga 180°C pada udara terbuka, akan terbentuk
komponen-komponen volatil seperti aldehid, keton, hidrokarbon, alkohol, asam, dan ester.
Komponen-komponen volatil ini terbentuk dari hasil reaksi oksidasi pada minyak yang
kemudian membentuk hydroperoxides yang kemudian terdekomposisi. Pembentukan komponen
volatil ini dipengaruhi jenis lemak yang terkandung, suhu, dan waktu pemanasan. Pada proses
penggorengan bahan pangan, kandungan air pada bahan akan dilepaskan dari makanan dan
masuk ke dalam minyak yang panas. Hal ini akan menyebabkan lemak (triacylglycerol) pada
minyak terhidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, adanya asam lemak bebas akan menimbulkan ketengikan. Adanya komponen-
komponen volatil yang terbentuk juga akan mempengaruhi aroma minyak setelah pemanasan,
dimana akan muncul aroma-aroma yang kurang sedap pada minyak. Produk pangan juga dapat
melepaskan lemak ke dalam minyak. Hal ini menyebabkan sifat lemak dalam minyak ikut
berubah, seperti aroma yang berubah menyerupai aroma bahan pangan
Cara Mengatasi Ketengikan/Rancidity
Proses ketengikan sangat dipengruhi oleh adanya pro-oksidan dan anti-oksidan. Pro-
oksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya.
Penyimpanan lemak yang baik adalah dalam tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih
baik terbuat dari alumunium atau stainless steel; lemak harus dihindarkan dari logam besi atau
tembaga. Pada minyak telah diolah menjadi bahan makanan, pola ketengikan akan berbeda.
Kandungan gula yang tinggi mengurangi kecepatan tumbuhnya ketengikan, misalnya biskuit
yang manis akan lebih tahan daripada yang tidak bergula. Adanya antioksidan dalam lemak akan
mengurangi kecepatan proses oksidasi. Antioksidan terdapat secara alamiah dalam lemak nabati,
dan kadang – kadang sengaja ditambahkan.
![Page 10: TP ALB.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/55cf8fff550346703ba21dcc/html5/thumbnails/10.jpg)